Modul Komunikasi Politik [TM14]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Komunikasi Politik Pada era Transisi di Indonesia
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Tatap Muka
14
Kode MK
Disusun Oleh
MK43011
Dicky Andika, M.Si
Abstract
Kompetensi
pengertian dan ruang lingkup
Setelah memperoleh materi ini
mahasiswa diharapkan dapat
memahami dan menjelaskan
kembali tentang definisi politik,
definisi komunikasi, dan
pengertian serta ruang lingkup
komunikasi politik
komunikasi politik, komunikator
politik, pesan-pesan politik,
saluran komunikasi politik,
khalayak komunikasi politik, dan
efek komunikasi politik. Selain itu
juga dibahas tentang hubungan
komunikasi politik dan sistem
politik, propaganda dan perang
urat syaraf/psy-war sebagai
bentuk komunikasi politik, dan
periklanan politik.
‘13
2
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
I. Gaya/style partisipasi
Gaya/style psrtisipasi politik mengacu pada apa yang dilakukan dan bagaimana ia
melakukannya.
Gaya partisipasi politik meliputi :
1. Langsung/Perwakilan
Ada orang yang melibatkan diri sendiri/aktual dengan melakukan hubungan
terus menerus dengan figur politik seperti menelepon, mengirim surat, dan
mengunjungi kantor pemerintah. Ada juga yang bertindak terhadap politikus,
tetapi tidak bersama dengan mereka, misalnya memberikan suara untuk
memilih pejabat pemerintah yang belum pernah dilihat atau ditemuinya. Ada
yang berpartisipasi dalam politik dengan cara menonton TV untuk mengetahui
siapa yang tepilih menjadi prresiden atau walikota.
2. Kentara/Tidak Kentara
Jika seseorang menyampaikan opini politiknya, maka hal itu bisa meningkatkan
kemungkinan diperolehnya keuntungan material (misalnya mendukung seorang
kandidat politik dengan imbalan diangkat untuk menduduki jabatan dalam
pemerintahan).
3. Individual/kolektif
Proses sosialisasi pada masa anak-anak, terutama pada kelas-kelas pertama
sekolah dasar, adalah gaya partisipasi individual (seperti memberikan saura,
mengirim surat kepada pejabat, dll).
Pada masa dewasa bisa lebih banyak muncul gaya partisipasi kolektif seperti
masuk menjadi anggota partai politik, berusaha menajdi kandidat politik, aktif
dalam serikat buruh, atau menjadi anggota kelompok penekan.
‘13
3
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Sistematis/Acak
Beberapa individu berpartisipasi dalam politik untuk mencapai tujuan tertentu
(bukan karena dorongan hati), melainkan berdasarkan perhitungan/kalkulasi
politik. Pikiran, perasaan, dan usul mereka untuk aktif dalam politik bersifat
konsisten, tidak kontradiksi, berkesinambungan, tidak bersifat sewaktu-waktu
atau dengan intensitas yang berubah-ubah.
Dengan perkataan lain, orang itu bertindak secara sistematis.
5. Terbuka/Tersembunyi
Orang yang mengungkapkan opini politik dengan terang-terangan dan tanpa
ragu-ragu, dan yang menggunakan berbagai alat untuk melakukannya, bergaya
partisipasi terbuka.
Ada yang berhati-hati dalam pandangannya, misalnya merahasiakan pilihannya.
Skandal Watergate tahun 1970-an memperlihatkan kegitan tersembunyi
memerankan penting dalam partisipasi politik, tidak hanya pada para pengikut,
tetapi juga pelaku politik utama.
6. Berkomitmen/tidak berkomitmen
Warga negara berbeda-beda dalam intensitas partisipasi politiknya. Orang yang
sangat mendukung tujuan, kandidat, kebijakan, atau program bertindak dengan
bersemangat dan antusias.
‘13
4
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
7. Derita/kesenangan
Ada orang yang menaruh perhatian terhdap politik dan melibatkan dirinya karena
kegiatan politik itu sendiri merupakan kegiatan yang menyenangkan. Mereka yang
menikmati keikutsertaan dalam politik semata-mata karena hal itu menyenangkan
dan tanpa tujuan yang lebih jauh.
II. Motif partisipasi Politik
1. Sengaja/tidak sengaja
Beberapa warga negara mencari informasi dan peristiwa politik untuk mencapai tujuan
tertentu. Mereka bisa bermaksud mencari pengetahuan, mempengaruhi suara
legislator, atau mengarahkan kebijakan pejabat pemerintah. Bagi mereka politik itu
bertujuan dan hal yang disengaja. Yang lain melakukan kegiatan politik hampir secara
kebetulan, mungkin mereka terlibat ke dalam cerita politik , menemukan cerita
kampanye menempel pada bumper mobil, dan sebagainya. Yang menyebabkan mereka
berpartisipasi adalah keadaan, bukan dengan sengaja.
2. Rasional/emosional
Orang yang berhasrat mencapai tujuan tertentu, yang dengan teliti mempertimbangkan
alat alternatif untuk mencapai tujuan itu, dan kemudian memilih yang paling
menguntungkan dipandang dari segi pengorbanan dan hasilnya, disebut bermotivasi
rasional. Sebaliknya beberapa orang bertindak tanpa berpikir, semata-mata karena
dorongan hati.
3. Kebutuhan psikologis/emosional
kadang-kadang orang memproyeksikan kebutuhan psikologis mereka pada objek-objek
politik tertentu, misalnya dalam mendukung pemimpin politik karena kebutuhan yang
mendalam untuk tunduk pada otoritas. Yang lain menggunakan politik untuk
‘13
5
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
meningkatkan persahabatan sosial, mengidentifikasikan diri dengan orang-orang yang
statusnya diinginkan, atau meningkatkan posisi kelompok sosial mereka terhadap
kelompok sosial lain.
4. Diarahkan dari dalam/dari luar
Perbedan partisipasi politik yang diarahkan dari dalam diri pribadi dan dari luar erat hubungannya dengan motivasi
batiniah dan motivasi sosial untuk partisipasi politik. Orang diarahkan oleh dirinya sendiri adalah orang yang beraksi
sendiri, yaitu orientasi dan kecenderungannya diperoleh dari bimbingan orang tuanya. Sebaliknya orang yang diarahkan
dari luar lebih kosmopolitan, menanggapi berdasarkan orientasi yang diperoleh dari lingkungan yang jauh lebih luas
ketimbang hanya orang tuanya.
III. Akibat Komunikasi politik
1. Akibat Kognitif
Salah satu fungsi berita politik ialah menyajikan informasi yang dibutuhkan
orang ketika dihadapkan pada situasi yang ambigu. Bila sesuatu terjadi dan
orang tidak memiliki cukup informasi untuk memahaminya, atau memiliki
informasi yang saling bertentangan mengenai kejadian itu, maka akibat
komunikasi bisa rangkap dua. Pertama, komunikasi memasok informasi awal
yang mirip buletin, yang menciptakan ambiguitas itu;
Kedua; komunikasi menyajikan informasi yang lebih rinci yang mengurangi dan
memecahkan ambiguits itu.
2. Akibat Afektif
Ada semacam konsensus bahwa komuniksi politik lebih cenderung
diperhitungkan orang dalam menyusun kepercayaan politik ketimbang dalam
nilai politik mereka.
Ada 4 Akibat afekti yang potensial dari komuniksi politik sebagai berikut :
1) Seseorang bisa menjernihkan atau mengkristalkan nilai politik.
‘13
6
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2) Orang bisa memperkuat nilai politik
3)
Komunikasi politik memperkecil nilai yang dianut
4)
Imbauan politik memindahkan orang dari persuasi yang satu kepada
persuasi yang lain.
‘13
7
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Beer, Jennifer, Intercultural Communication at Work, Washington, 1997.
2. Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2003.
3. Rumondor, Alex dkk, Komunikasi Antarbudaya, Universitas Terbuka, Jakarta,
1996.
4. Mulyana, Deddy, Komunikasi Efektif; Suatu Pendekatan Lintasbudaya,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.
‘13
8
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download