Modul Etika dan Filsafat Komunikasi [TM2].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Pengenalan Kepada Bidang Filsafat
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
‘13
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
1
Tatap Muka
02
Kode MK
Disusun Oleh
MK85005
Dicky Andika, M.Si
Abstract
Kompetensi
Setelah mempelajari konsepkonsep pokok-pokok dan
cabang-cabang filsafat,
pembahasan lebih mendalam
difokuskan pada isu yang
dihadapi oleh pelaku komunikasi
dalam profesi dan masyarakat,
khususnya berkaitan dengan
dilemma-dilema etik
Dalam pokok bahasan ini adalah
memperkenalkan dan membahas
terhadap filsafat sebagai induk
etika. Setelah mempelajari
konsep-konsep pokok-pokok dan
cabang-cabang filsafat,
pembahasan lebih mendalam
difokuskan pada isu yang dihadapi
oleh pelaku komunikasi dalam
profesi dan masyarakat,
khususnya berkaitan dengan
dilemma-dilema etik
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PENDAHULUAN
Apabila kita mendengar kalimat “Etika dan Filsafat Komunikasi“ pasti
yang terpikir dalam ingatan kita adalah kaitan antara “Etika dan Filsafat“ dengan
“Komunikasi“. Istilah komunikasi sudah sedemikian lazim dikalangan kita,
meskipun masing – masing orang mengartikannya secara berbeda – beda.
Keseharian kita dipenuhi oleh penggunaan komunikasi dan saat ini komputer
adalah sarana komunikasi yang tercanggih.
B. Aubrey Fisher menyatakan bahwa fenomena komunikasi manusia
sedemikian kompleksnya, sampai – sampai dapat digambarkan pada tiga kata
serba yaitu : serba ada, serba luas, dan serba makna. Sebenarnya kalau dirunut
dari asal muasal bahasa, kata komunikasi diserap dari bahasa inggris
“communication“ yang dapat dirujuk dari kata latin “communis” yang berarti
“sama”, “communico, communicatio” atau istilah “communicate” yang berarti
“membuat sama” (to make common) istilah “communis” adalah istilah yang paling
disebut sebagai asal – usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata –
kata latin lainnya yang mirip. Pengertian ini mengartikan bahwa “suatu pikiran,
suatu makna” atau “suatu pesan yang dianut secara sama”. (Mulyana. 2000:41).
Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi itu memiliki dua
fungsi, yaitu: Pertama, fungsi sosial untuk tujuan kesenangan, untuk menun
jukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memeliharahubungan. Kedua,
fungsi pengambilan keputusan, yaitu memutuskan untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu. (Mulyana, 2000:4).
Alfraed
Korzybski
menyatakan
bahwa
kemampuan
manusia
berkomunikasi menjadi manusia “pengikat waktu” (time binder). Pengikatan
waktu merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari
generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya. Pengikat waktu ini jelas
merupakan suatu karakteristik yang membedakan manusia dengan lainnya.
Dengan ini manusia mampu mengendalikan dan mengubah lingkungan mereka.
(Mulyana, 2000:6).
George
Herbert
Mead
mengatakan
bahwa
setiap
manusia
mengembangkan konsep dirinya melalui intreraksi dengan orang lain dalam
masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi. Jadi kita mengenal diri kita lewat
‘13
2
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
orang lain, yang menjadi cermin yang memantulkan bayangan kita. Charles H.
Cooley menyebut konsep diri ini sebagai the looking glass self yang secara
signifikan ditentukan oleh apa yang seseorang pikirkan mengenai pikiran orang
lain terhadapnya, jadi menekankan pentingannya respons orang lain yang
diintepretasikan secara subjektif sebagai sumber primer data mengenai dirinya.
(Mulyana 2000:10).
Melalui tilikan filsafat ilmu, kita tahu bahwa filsafat ilmu adalah bagian
filsafat yang mempertanyakan soal pengetahuan dan juga soal bagaimana kita
dapat mengetahui sesuatu. C.A Van Peursen menguraikan mengenai cakupan
bahasan dari filsafat ilmu. Ia menyatakan bahwa ada dua kecendrungan yang
dimiliki filsafat ilmu. Pertama, filsafat ilmu menyelidiki dasar –dasar ilmu.
Misalnya, bila ilmu komunikasi mempergunakan istilah pesan, pertanyaan
metafisik yang muncul adalah apakah pesan merupakan sesuatu yang sungguh
– sungguh ada secara mandiri atau hanya merupakan sesuatu yang dianggap
ada dalam tindak komunikasi? Kedua, filsafat ilmu menyelidiki keabsahan
metedologi yang digunakan suatu ilmu. Misalnya, bila memang pesan benar –
benar ada secara nyata dalam tindak komunikasi dapat diajukan pertanyaan
metodologis: bagaimana kebenaran pesan itu? Apakah kebenarannya dapat
diverifikasi atau difalsifikasi?
Pembaharuan
ilmu
terus
menerus
dapat
terjadi
karena
filsafat
menggunakan rasio yang kritis, refleksif dan integral terhadap objek kajiannya.
Filsafat tidak pernah puas dengan penampakan melainkan secara kritis
menerobos penampakan (fenomena) itu demi mencapai hakikat yang paling
dasar atau kenyataannya sendiri. Filsafat mengedepankan “kekritisan dalam
membongkar asumsi” refleksi dalam mengedepankan apa – apa yang diserap
indra untuk diolah oleh rasio dan radikal dalam mengupayakan pemahaman yang
mendasar sampai keakar – akarnya. (Gahral Adian. 2002:21).
Berbeda
dengan
filsafat,
ilmu
pengetahuan
hanya
mencoba
menerangkan gejala – gejala secara ilmiah. Dalam mengupayakan penjelasan
ilmiah itu, ilmu pengetahuan menggunakan metode. Ilmu pengetahuan telah
terspesialisasi menjadi disiplin – disiplin yang satu sama lain seakan tanpa
hubungan. Objek formal dari masing – masing ilmu ditentukan secra ketat,
sehingga semua ilmu berbeda secara ketat pula. Jadi ilmu pengetahuan
‘13
3
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
memandang suatu gejala secara terfokus, tidak integral sebagaimana filsafat
memandang gejala. (Gahral Adian. 2002:22).
Setelah mengetahui penjelasan diatas, maka akan muncul pertanyaan
apakah yang dimaksud dengan filsafat ilmu komunikasi itu? Secara sederhana
kita dapat menjawabnya suatu filsafat yang mencoba mengkaji ilmu komunikasi
dari ciri – ciri dan cara – cara pemerolehannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
filsafat ilmu memberikan sejumlah pertanyaan terhadap ilmu tersebutagar ilmu itu
berkembang, berada dalam kerangka yang lebih luas, memiliki hubungan dengan
ilmu – ilmu lain, dan dapat menjadi sistematis dan memiliki kebenaran.
PENGERTIAN FILSAFAT (APA ITU FILSAFAT? )
Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari
bahasa yunani yaitu “philosophia”. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu “philos” dan
“shopia”, philos artinya cinta, pecinta, mencintai dan shopia artinya kebijakan,
kearifan, hikmah dan hakikat kebenaran. Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah
cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.
Berfilsafat berarti berpikir sedalam – dalamnya (merenung) terhadap
sesuatu sistematik, menyeluruh, dan universal untuk mencari hakikat sesuatu.
Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha
mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.
Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh “phitagoras” (582-496 SM)
dia adalah seorang ahli pikir dan pelopor matematika yang menganggap bahwa
inti sari dan hakikat teori semesta ini adalah bilangan. Namun demikian,
banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini adalah
sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti
“proses” dan filsafat dalam arti “produk”. Selain itu ada pengertian lain yaitu
filsafat sebagai ilmu dan filasafat sebagai pandangan hidup, disamping itu
dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan praktis. Pancasila digolongkan sebagai
filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup dan filsafat dalam arti
praktis. Hal itu berarti pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalm sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
‘13
4
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kehidupan sehari – hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
MENGAPA MANUSIA MEMERLUKAN FILSAFAT?
Hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk memahami filsafat adalah dari
sisi pragmatis atau kegunaannya. F. Budhi Hardiman (2003) menulis, “Filsafat,
misalnya, tak dapat menghasilkan teknologi seperti yang dengan sangat
gemilang dibuktikan oleh ilmu – ilmu alam. Filsafat juga tak dapat secara
langsung menghasilkan penataan sosial, seperti yang bisa dilakukan sosiologi
dan ekonomi. Mengharapkan sebuah efek material tertentu dari filsafat
tampaknya tidak pada tampaknya” (Hardiman. 2003:13).
Bertens mengatakan
bahwa studi filsafat dapat mempersiapkan
mahasiswa untuk sanggup menempatkan problem – problem yang harus
ditangani dalam konteks lebih luas dan pada tahap lebih mendalam. Mahasiswa
akan lebih gampang dalam menangkap inti persoalan dan tahu membedakan hal
– hal penting dari hal – hal sampingan. Namun filsafat juga seringkali dapat
membantu untuk menilai dan mensituir problem – problem kongkrit dengan lebih
tepat dan matang. (Bertens. 1987:19).
Tulisan Bertens mengemukakan bahwa ketika bergandengan dengan
suatu ilmu, filsafat akan menjalankan tugas sebagai berikut:
1. Filsafat dapat menyumbang untuk memperlancar integrasi antara ilmu –
ilmu yang sangat dibutuhkan. Sudah disebutkan bahwa kecondongan
ilmu
pengetahuan
untuk
berkembang
kearah
spesialisasi
dan
superspesialisasi. Mengenai filasafat pernah dikatakan dengan cara agak
paradoksal bahwa ia memunyai die spezialitat des allgemeinen (K.
Jaspers): spesialis ialah “yang umum”. Itu berarti bahwa bagi filsafat tidak
ada spesialisasi khusus, filsafat bertugas untuk tetap memperhatikan
keseluruhan dan tidak berhenti pada detail – detailnya.
2. Filsafat
dapat membantu
juga dalam membedakan antara
ilmu
pengetahuan dan saintisme. Dengan saintisme dimaksudkan pendirian
yang tidak mengakui kebenaran lain dari pada kebenaran yang
disingkapkan dalam ilmu pengetahuan dan tidak menerima cara
pengenalan lain dari pada cara pengenalan yang dijalankan oleh ilmu
‘13
5
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pengetahuan. Jadi saintisme memutlakkan berlakunya ilmu pengetahuan.
Atau kita dapat merujuk pada faedah – faedah berikut ini:
a. Filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan
berwawasan luas terhadap terhadap berbagai problem yang
dihadapi manusia diharapkan mampu memecahkan problem
dengan cara mengidentifikasinya agar mendapat jawaban dengan
mudah.
b. Berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang
secara lebih kreatif atas dasar pandangan hidup atau ide – ide
yang muncul karena keinginannya.
c. Filsafat
dapat
membentuk
sikap
kritis
seseorang
dalam
menghadapi permasalahan baik dalam kehidupan sehari – hari
maupun dalam kehidupan lainnya (interaksi dengan masyarakat,
komunitas, agama dan lain – laindiluar dirinya) secara rasional,
lebih arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan.
d. Faedah keempat adalah merupakan bagian penting yang
dibutuhkan oleh para ilmuwan atau para mahasiswa yaitu
dibutuhkan kemampuan menganalisis, analisis kritis secara
komprehensif dan sintesis atas berbagai permasalahan ilmiah
yang dituangkan dalam suatu riset, penelitian atau kajian ilmiah
lainnya (Budianto 2005:13-19).
Secara spesifik, filsafat memiliki tugas mengkritisi teknologi, memberi
makna, dan menegaskan etika terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mengapa demikian dibutuhkan? Karena ada bahaya riil bahwa kita terlalu naïf
menantikan anugerah – anugerah teknologi tanpa cukup menyadari segi – segi
negatifnya.
Tugas filsafat yang lain dapat dikatakan sebgai berikut: ilmu pengetahuan
dapat menjawab pertanyaan “bagaimana?” dan sering kali sudah sangat berhasil
dalam memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi ilmu pengetahuan tidak
dapat menjawab pertanyaan “untuk apa?” tidak dikatakan bahwa filsafat selalu
dapat menjawab pertanyaan terakhir ini dengan jelas ttetapi pertanyaan tersebut
memang termasuk kompetensi filsafat. Dengan kata lain filsafat berbicara
tentang “makna”.
‘13
6
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Albert camus mengatakan bahwa soal yang utama bagi filsafat ialah
bunuh diri karena dengan perbuatan nekad itu ditampilkan pertanyaan yang
fundamental “is life worth while tobe lived?” makna kehidupan manusia
merupakan soal filosofis nomor satu. Sementara tugas ketiga yang menyangkut
etika dibutuhkan karena ada banyak kenyataan yang menunjukkan kelupaan
akan etika karena bahwa sekarang ini kita terutama memerlukan suatu etika
yang menyoroti ekonomi. Etika dibutuhkan agar kerja kemanusiaan menjadi
terarah pada humanisasi sehingga masalah – masalah yang menghambat
kemanusiaan dapat tereliminasi. Jadi melalui filsafat ilmu komunikasi kita dapat
berharap bahwa kegiatan ilmiah ilmu komunikasi dapat berkembang secara kritis,
penuh makna dan tidak kehilangan pijakan etikanya.
FUNGSI – FUNGSI FILSAFAT
Radha Krishnan dalam bukunya “histori of philosopi” menyebutkan fungsi
filsafat adalah: kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah
dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan
kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia – manusia yang
menjadikan penggolongan – penggolongan berdasarkan “nation, ras, dan
keyakinan”.
Berbeda dengan pendapat Soemadi
Soerja brata yaitu mempelajari
filsafat adalah untuk mempertajam pikiran maka H. devos berpendapat bahwa
filsafat tidak hanya cukup diketahui tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan
sehari – hari, orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya
dasar – dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat
harus mengajar manusia bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia
yang baik dan bahagia. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan
fungsi filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu baik dalam logika, etika
maupun metafisik.
KETERKAITAN ANTARA FILSAFAT DAN HAKIKAT FILSAFAT KOMUNIKASI
Proses komunikasi dapat dilihat dalam dua perspektif besar, yaitu perspektif
psikologis dan mekanis. Perspektif psikologis dalam proses komunikasi hendak
memperli-hatkan bahwa komunikasi adalah aktivitas psikologi sosial yang
melibatkan komunikator, komunikan, isi pesan, lambang, sifat hubungan,
‘13
7
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
persepsi, proses decoding, dan encoding. Perspektif mekanis memperlihatkan
bahwa proses komunikasi adalah aktivitas mekanik yang dilakukan oleh
komunikator, yang sangat bersifat situasional dan kontekstual.
Dari proses komunikasi yang begitu kompleks dan tidak sederhana tersebut,
refleksi komunikasi diperlukan untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas
dan komprehensif. Refleksi proses komunikasi tersebut sering di-masukkan
dalam disiplin filsafat komunikasi.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendi (2003: 321), filsafat komunikasi adalah
suatu disiplin yang menelaah pemahaman (versteben) secara lebih mendalam,
fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis dan kom- prehensif teori dan
proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidang, sifat, tatanan,
tujuan, fungsi, teknik, dan metode-metodenya.
Sifat komunikasi, meliputi komunikasi verbal dan nonverbal. Tatanan
komunikasi, meliputi intrapribadi, antarpribadi, kelompok, massa, dan media.
Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku,
masyarakat,
dan
lainnya.
Sementara
itu,
fungsi
komunikasi
adalah
menginformasikan, mendidik, mempengaruhi.
Teknik komunikasi terdiri dari komunikasi informatif, persuasif, pervasif,
koersif, instruktif, dan hubungan manusia wi. Metode komunikasi, meliputi
jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat saraf,
dan perpustakaan.
Sehingga dengan demikian bisa dikatakan bahwa filsafat komunikasi adalah
ilmu yang mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan
pendekatan dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan yang
mendasar, utuh, dan sistematis seputar komunikasi.
Pemikiran filsafat komunikasi merupakan pemikiran yang menyatu dengan
pemikiran teori komunikasi. Beberapa tokoh yang menjadi pemikir filsafat
komunikasi adalah Richard L. Lanigan, Stephen Littlejohn, Whitney R. Mundt.
‘13
8
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kepustakaan :
1. Bertens, K, Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001
2. Day, Louis, Ethics in Media Communications: Cases and Controversies,
Wadsworth, 1991
3. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya
Bakti, 1993
4. Katsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1996
5. Mulyana, Deddy, Etika Komunikasi, Remaja Rodakarya, Bandung, 1996
6. M Mufid. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: PT Kencana
‘13
9
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dicky Andika
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download