Modul Sosiologi Komunikasi [TM6]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
SOSIOLOGI
KOMUNIKASI
Aktivitas Komunikasi Massa
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
06
Kode MK
Disusun Oleh
85005
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Kebudayaan merupakan mekanisme
penyelenggara keteraturan hidup
manusia dan melalui media massa
proyek pengaturan tersebut
disebarluaskan kepada khalayak
melalui komunikasi massa
Memahami dan menjelaskan proses
komunikasi massa dan nilai nilai sosial
budaya
Pembahasan
Terdapat interaksi antara media massa dengan masyarakat. Institusi media menggerakkan
dinamika masyarakat melalui teknologi media beserta informasi yang dibentuknya pada satu
sisinya, terdapat masyarakat pemilik kekuatan menciptakan teknologi maupun isi media.
Peran media massa selaku agen informasi kontribusinya semakin dominan pada masa
sekarang ini. Dominasi media dalam kehidupan masyarakat khususnya perkotaan tampaknya
kian meminggirkan sekalipun tidak menggantikan secara total posisi agen transmisi
pengetahuan primer, seperti keluarga, institusi pendidikan formal, dan institusi agama.
Seorang remaja yang hidup di era digital cenderung mengkonfirmasi satu pengetahuan baru
melalui internet dibanding harus bertanya kepada orangtuanya, utamanya jika pengetahuan
baru tersebut dinilai memuat unsur taboo seks. Naluri bergaul dengan sesama tetap dapat
terpenuhi melalui sistem jejaring sosial yang ditawarkan dunia maya ketika ketiadaan
kesempatan membatasi interaksi kita dengan anggota masyarakat akibat rutinitas pekerjaan
menuntut optimalisasi waktu. Dalam konteks kekuasaan, media menyediakan referensi sistem
politik sehingga kemungkinan salah memilih kandidat pemimpin negara dapat dihindari.
Sebagai anggota kelompok dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mungkin saja
kita hanya memiliki sedikit pengetahuan perihal kemajemukan sukubangsa yang menjadi
anggota masyarakat kita, namun melalui media kita dapat mengggali pengetahuan tentang
perilaku suatu kaum. Sangat tidak mungkin kita demikian bergantung pada kolektifitas
informasi yang disediakan media massa namun pada kenyataannya tampak sekali jika media
massa menjadi salah satu sumber rujukan bagi kita untuk menemukan informasi apapun yang
kita perlukan.
Media telematika dengan keluwesan aksebilitasnya menyebabkan setiap orang mengandalkan
media ini sebagai referensi alternatif demi mendapatkan sumber-sumber pengetahuan.
Perwujudan teknologi informasi komunikasi melalui smart phone maupun nettbook,
tampaknya menjadi benda yang sewajarnya dimiliki setiap orang sejalan kecenderungan
dunia global yang mengarahkan individu menjadi kelompok sosial yang haus akan informasi
atau info-junkies. Ketika setiap orang melakukan praktik sosial yang seragam maka dapat
dipastikan akan berkembang persepsi yang sama terhadap suatu peristiwa. Kesamaan
persepsi diibaratkan pondasi dasar untuk membangun hubungan komunikasi yang bermakna
dan media selaku produser kebudayaan menyediakan sumber-sumber pengetahuan memadai
2015
2
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang dapat dipergunakan setiap orang dalam rangka menciptakan kehidupan sosial yang
diidealisasikan..
FUNGSI DAN DISFUNGSI KOMUNIKASI MASSA
Teori Fungsional Struktural Talcott Parson, mengkontruksikan konsep struktur dan fungsi
sebagai mekanisme penggerak sistem sosial atau kebudayaan.
Sistem sosial entitas yang membangun keberadaan masyarakat. Masyarakat metafor sistem
sosial yang memiliki struktur dan fungsi, sebagaimana tubuh manusia sebagai kesatuan
sistem organis terdiri dari bagian anatomi dan fisiologi. Anatomis tubuh diperlengkapi ruh
dan keseluruhan fungsi fisiologis berupa otak, jantung, paru-paru, hidung, pori-pori kulit
yang memungkinkan manusia hidup dan melaksanakan aktifitas kehidupan. Setiap bagian
fisiologis tubuh manusia terdiri dari sub bagian-sub bagian organis yang memuat fungsi
khusus, pengkhususan kerja tiap bagian tidak dapat menggantikan bagian lain oleh sebab satu
bagian mempunyai struktur tugas dan tanggung jawab yang tidak sama. Pengaturan jenis
tugas berikut peranan tugasnya merupakan satu ketentuan yang permanen, ketetapan
pengaturan ini adalah satu kepastian yang menghadirkan tubuh manusia sebagai bangunan
kompleks kesetubuhan yang sempurna (lihat, Durkheim, The Division of Labor in Society,
1968, dalam Ritzer & Goodman, 2007:37).
Penganalogian diperlukan dalam menjelaskan satu konsep – sebab konsep adalah abstrak
hingga diperlukan analogi, semacam alat bantu menyederhanakan kontruksi konsep.
Sebagaimana metafor sistem sosial diserupakan dengan organ tubuh. Sistem sosial laiknya
sistem organis dalam tubuh manusia memahami operasionalisasi setiap bagian organ fisik
tubuh manusia menghantarkan kita pada satu pengertian tentang bagaimana bekerjanya suatu
masyarakat. Kehidupan masyarakat beroperasi hingga masa dunia berakhir. Namun tahukah
kita, alasan apa yang mendasari kehidupan kolektif manusia dapat berlangsung ?
Kehidupan masyarakat manusia tidak berlangsung begitu saja, terdapat kekuatan mengatur
ritme keberlangsungan hidup masyarakat. Sebagaimana tubuh manusia baru akan bergerak
ketika terdapat nyawa berikut atribut penggerak fisiologis lainnya. Sistem sosial dalam
konteks konkritnya dianalogikan selaku jiwa yang menuntun setiap orang untuk dapat
menyelenggarakan interaksi sosial dengan orang lain struktur dan fungsi memuat sifat abstrak
diibaratkan anatomi dan fisiologi tubuh manusia, sebagai pedoman mengorganisir bagaimana
2015
3
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
seharusnya seseorang saling terhubung dengan individu lainnya mengacu pada status sosial
dan peran sosial yang dimilikinya.
Perspektif Fungsional Struktural menekankan pentingnya konsep struktur dan fungsi dalam
sistem sosial untuk menganalisa gejala perilaku masyarakat. Kebanyakan orangtua
menyerahkan pendidikan agama bagi anak-anaknya melalui institusi pendidikan formal yang
menekankan boarding school system atau sekolah berasrama. Kekhawatiran anak tumbuh
menjadi pribadi yang nakal dan jauh dari agama menyebabkan sekolah tipe ini laris diminati.
Bagaimana Fungsionalisme Struktural menerangkan fenomena demikian?
Sekolah berasrama dalam konteks masyarakat pedesaan berbeda maknanya dengan
masyarakat perkotaan, hal ini perlu kita pahami bersama terlebih dahulu. Dua pertanyaan
dapat kita ajukan berpedoman pada sudut pandang Fungsionalisme Struktural :
Pertama, “apa, yang menyebabkan sekolah demikian laku dipasarkan?”
Kedua, “mengapa, masyarakat perkotaan cenderung menyekolahkan anak-anaknya pada
institusi tersebut?”
Paradigma Fungsional Struktural menjelaskan jika suatu masyarakat diibaratkan
struktur bangunan rumah dengan setiap bagian berupa tembok, cat dinding,
jendela, lantai keramik memiliki fungsi dan membentuk kesatuan struktur
bangunan kokoh dan aman ditempati. Ketika terdapat genting yang pecah
mengakibatkan kebocoran saat hujan dan keadaan ini mengganggu struktur
bangunan hingga kurang nyaman ditempati. Demikian halnya dengan gejala
boarding school metafor situasi rumah yang bocor.
Masyarakat
berkemampuan
‘menyembuhkan’
hal-hal
yang
dianggap
mengganggu stabilitas kehidupan bersama. Sistem sosial melalui sub sistemnya
berupa institusi keluarga, pendidikan, agama, ekonomi, dan politik sub sistem
sosial ini berfungsi memenuhi beragam kebutuhan masyarakat. Keperluan
berinteraksi sebagai naluri dasar manusia perlu diatur oleh sistem sosial, ketika
kita berkehendak makan di McDonnald maka institusi ekonomi hadir untuk
mengatur bagaimana kita harus membayar makanan yang kita konsumsi. Setiap
tindakan manusia terpolakan begitu rupa berpatokan pada sistem sosial yang
mengatur cara manusia berinteraksi, berkomunikasi, bergaul dan keadaan ini
tampak konkret adapun struktur sosial digambarkan sebagai susunan hubungan
2015
4
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
antar individu, susunan ini abstrak sifatnya. ketika makan di McDonnald
perilaku makan kita memperlihatkan cara makan yang santun lain halnya ketika
makan burger di rumah, mungkin kita dapat melahap satu burger dengan satu
kali kunyahan. Makan di ruang publik tidak sama tindak tanduknya dengan
ketika makan di dalam rumah, sebabnya seseorang mewakili status sosial
tertentu yang memaksa individu tersebut berlaku sesuai dengan perannya.
Situasi makan di rumah atau makan di keramaian mengarahkan setiap orang
menciptakan status dan peran yang tidak sama sebagaimana sistem sosial
mengharuskan anggota warganya berlaku ideal. Demikian kiranya abstraksi
struktur sosial, kita dapat mengenali perilaku hubungan antar individu dapat
berbeda dengan individu lain bergantung dengan konteks struktur sosial yang
diampu bersangkutan.
Boarding school ekspresi masyarakat menyikapi situasi globalisasi yang
diperlihatkan melalui karakteristik perilaku masyarakat yang konsumtif,
hedonisme, narsisme, sekularisme. Nilai-nilai permisif tampak menghilang
justru bersinggungan dengan prinsip emansipatoris. Struktur masyarakat
perkotaan dengan institusi boarding school-nya mengeliminir situasi yang tidak
dikendaki sistem sosial melalui akses sosialisasi skunder yang menawarkan
kurikulum pendidikan berbasis agama. Sistem ini kelihatannya tidak berlaku
pada keluarga yang menekankan nilai-nilai integrasi di dalam rumah, di mana
status orang tua mendominasi peranan mendidik putra-putrinya melalui
kelengkapan pengetahuan menyangkut apa yang benar dan apa yang salah
(logika), mana yang baik dan mana yang buruk (etika), dan apa yang indah dan
apa yang jelek (estetika). Artinya, didikan perihal pengetahuan agama meluas
pada aspek religi sebagai sistem kepercayaan pada Tuhan dan sistem keyakinan
yang menyatukan semua orang ke dalam komunitas moral. Kekhawatiran kelak
anak-anaknya ‘jauh dari agama’ mutlak tidak ditemukan pada keluarga yang
memiliki struktur hubungan antar anggota yang terintegrasi di mana, setiap
anggota keluarga, baik keluarga inti maupun luas menjalankan fungsi status dan
perannya yang sempadan. Keadaan justru sebaliknya, manakala sistem sosial
dalam keluarga dan masyarakatnya disintegrasi dan di antara sub sistem
sosialnya tidak beroperasi sebagaimana mestinya dalam soal penanaman nilainilai berkehidupan maka akan lahir anak-anak yang tidak memiliki kesholehan
2015
5
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
beragama bahkan kesholehan sosial. Pada ujung ceritanya, institusi pendidikan
formal dengan label kurikulum agama menjadi pranata pendidikan yang cukup
diminati masyarakat.
Segala hal yang diperlukan manusia dalam mengembangkan kualitas hidup sepenuhnya
disediakan melalui kebudayaan atau sistem sosial. Institusi media sebagai bagian dari sub
sistem sosial berperan mengakomodir kebutuhan komunikasi khalayak yang tentunya
memuat fungsi-fungsi tertentu; kesinambungan, ketertiban, integrasi, motivasi, dan
pengarahan (Merton, 1957, dalam McQuail, 1987:67). Lembaga media berperan strategis
mewujudkan struktur kehidupan masyarakat yang tertib, terintegrasi, responsif, dan beradab
(civilization). Fungsi media yang demikian dalam kontruksi Fungsional Struktural
diimajinasikan sebagai tuntutan setiap anggota masyarakat. Sedianya ragam tuntutan
masyarakat mengarahkan institusi media terampil mengelola permintaan setiap orang, hingga
media dapat tampil sebagai lembaga yang mendatangkan kemanfaatan bagi manusia.
‘Fungsi’ dalam bangunan konseptual Fungsional Struktural memuat pengertian persyaratan,
hubungan, penggunaan, tujuan, pertemuan sosial, harapan, dan konsekuensi. Istilah fungsi
dapat ditafsirkan beragam makna, namun kita perlu definisi tunggal ‘fungsi’ mengacu pada
‘fungsi informasi’ yang digunakan dalam konteks komunikasi massa. Fungsi media massa,
dimaknai sebagai tujuan, konsekuensi, dan harapan penjabarannya sebagai berikut :
(1). Media berupaya memberikan informasi (tujuan)
(2). Media membuat masyarakat mengetahui informasi (konsekuensi)
(3). Media diharapkan memberikan informasi (harapan)
(McQuail, 1987:68)
Konsep dari fungsi informasi, fragmentasi dari realitas fungsi informasi itu sendiri dalam
kehidupan sosial, di mana fungsi informasi selalu dikaitkan dengan sejumlah kepentingan.
Mulai dari keperluan mengatasnamakan diri sendiri, keberpihakan pada kelompok sosial
tertentu, hingga adanya pengaruh kekuasaan dalam mengarahkan proses produksi media yang
melibatkan kepentingan perusahaan media, institusi bisnis, partai politik, kelompok
kepentingan dan penekan. Realitas institusi media massa dengan fungsinya yang demikian
dalam kontruksi Fungsional Struktural diabstraksikan pada adanya struktur relasi dinamis
2015
6
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
antara pemilik media dengan berbagai kepentingannya dengan audience-nya yaitu
masyarakat dari beragam strata sosial pembentuknya.
Teori Fungsional Struktural memuat kepentingan akademis, membangun kerangka berpikir
tentang kegiatan utama media yang berinteraksi dengan gejala komunikasi masyarakat.
Institusi media massa dalam konteks ini dipahami sebagai pihak yang memiliki fungsi dan
peran strategis dalam produksi dan reproduksi informasi. Proses pembentukan pesan tidak
berlangsung otonom, sebab mengikutsertakan status dan peran dari pemilik media yang
bersinggungan dengan berbagai kepentingan. Selainnya itu, instititusi media sebagai bagian
dari sub sistem sosial mengharuskan lembaga media berpegang pada satuan sistem sosial
pembentuknya yaitu nilai-nilai sosial kultural masyarakat.
Fungsi Komunikasi Massa
Diri kita sebagai pribadi adalah anggota kelompok dari berbagai kumpulan kelompok sosial,
mulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga hingga lingkup keanggotaan kelompok lebih
luas yaitu warganegara dari NKRI. Mekanisme interaksi dan tujuan interaksi dalam setiap
lingkup kelompok sosial bermacam-macam bergantung jumlah orang yang terlibat dalam
komunikasi dan derajat penggunaan teknologi media komunikasinya. Setidaknya terdapat dua
pola komunikasi yang berelevansi dengan tujuan komunikasinya, yaitu :
Pertama. Aktifitas komunikasi mengikutsertakan peserta komunikasi dua orang atau lebih,
jikapun terdapat lebih dari dua orang dalam situasi kerumunan (crowd) yang terorganisir.
Konteks komunikasi ini memuat fungsi komunikasi yang menitikberatkan pada tujuan
terbangunnya kesamaan persepsi sehingga antara pihak yang terlibat dalam aktifitas
komunikasi dapat saling menetapkan satu sikap sesuai dengan harapan kedua belah pihak.
Kedua. Kegiatan komunikasi melibatkan khalayak ramai, tidak ditemukan interposed
situation (tatap muka), pesan komunikasi disalurkan melalui saluran-saluran massa maka
tujuan komunikasinya menjadi berbeda dengan konteks komunikasi pertama.
Mekanisme interaksi sosial terakhir, menetapkan perlunya agen komunikasi berupa lembaga
media massa yang bertugas sebagai decoder, interpreter, dan encoder (Schramm, Mass
Comunication, dalam Wiryono, 1993:106). Penjelasan fungsi-fungsi komunikasi massa
demikian, dapat kita deskripsikan sebagai berikut :
2015
7
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(1). Decoder
Sebagai “penyandi”, lembaga media massa berperan meng-dekod (menyandi) realitas
fisik maupun psikis dari masyarakatnya. Lembaga media massa dalam konteks status
dan perannya berkapasitas responsif terhadap fakta sosial dari lingkungan alam ataupun
keadaan kejiwaan anggota masyarakatnya. Media dibebani tanggungjawab atau peran
sebagai decoder sejalan dengan status institusinya sebagai bagian dari sistem sosial
yang memiliki tugas khusus sebagai the watcher bagi keperluan masyarakatnya.
(2). Interpreter
Sebagai “penterjemah”, institusi media menginterpretasi realitas yang telah di-dekod
untuk kemudian diolah menjadi sumber informasi sekaligus menerima umpan balik
(feedback) untuk dan dari masyarakat. Fungsi pengolahan informasi sejalan dengan
fungsi institusi media sebagai agen yang menghidupkan interaksi komunikasi massa di
tengah-tengah masyarakat.
(3). Encoder
Sebagai “penyandi balik”, lembaga media mengorganisir informasi dari masyarakat dan
mendistribusikan pesan yang telah diolah sedemikian rupa kembali ke masyarakat.
Perubahan cara berpikir dan orientasi hidup khalayak berinteraksi langsung dengan
fungsi enkoder komunikasi massa – dalam hal mana, institusi media massa
berkemampuan mendivusikan pengetahuan baru atau mendiseminasi produk budaya
massal.
Setiap pemikir komunikasi massa memiliki kerangka teoritis tertentu dalam merumuskan
“fungsi-fungsi komunikasi massa” atau “fungsi-fungsi institusi media”. Hal ini sejalan
dengan adanya asumsi teoritis yang dilekati situasi lingkungan di mana kerangka berpikir
tersebut dibangun. Fungsi komunikasi massa secara garis besarnya membicarakan hal-hal
yang bersangkut paut dengan issue informasi, pendidikan, dan hiburan. Fungsi demikian
termuat dalam uraian Wilbur Schramm di atas yang dideskripsikan dalam Mass
Communication. Harold Lasswell melalui karyanya The Structure and Function of
Communication in Society, menyebutkan jika komunikasi massa memuat fungsi pengawasan
lingkungan, fungsi korelasi (menghubungkan setiap anggota lapisan masyarakat dalam
rangkaian adaptasi terhadap lingkungan fisik dan psikis), dan fungsi pewarisan sosial (divusi
inovasi pengetahuan atau kebudayaan). Sementara itu, fungsi hiburan dimasukkan sebagai
fungsi utama komunikasi massa keempat, sebagai penyempurnaan Charles Wright terhadap
2015
8
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pemikiran Lasswell. Fungsi keempat ini peringkatnya primer dalam kehidupan umat manusia,
sebabnya aspek entertainment medium ekspresi hasrat manusia tentang keindahan sebagai
naluri dasar yang perlu difasilitasi media. Fungsi mobilisasi sebagai fungsi kelima yang
diajukan Denis McQuail, dimaknai jika media massa berperan strategis dalam kepentingan
nasional. Sebagaimana kehidupan bersama memerlukan solidaritas integrasi sebagai
mekanisme pengatur dinamika konflik dan konsensus di dalam masyarakat, dan media
posisinya memediasi setiap perbedaan pendapat dalam ruang publik untuk kemudian
diorganisir menjadi kekuatan pengetahuan yang mengikat semua orang. Melalui McQuail,
tiap-tiap fungsi komunikasi massa tersebut disistematisasikan ke dalam konsep fungsi-fungsi
komunikasi massa atau institusi media massa, yaitu :
Informasi
1. Menyediakan informasi tentang situasi dan kondisi masyarakat
lokal, nasional, dan internasional
2. Menunjukkan hubungan kekuasaan
3. Memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan
2
Korelasi
1. Menjelaskan, menginterpretasi, mengkomentari makna informasi
2. Menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan
3. Melaksanakan fungsi sosialisasi
4. Mengkoordinasi kegiatan
5. Membentuk kesepakatan
6. Menentukan prioritas dan memberikan status relatif
3
Kesinambungan
1. Mengeskpresikan kultur dominan maupun subkultur dan
kebudayaan baru
2. Melestarikan kebudayaan
4
Hiburan
1. Menyediakan hiburan, pengalih perhatian, dan sarana relaksasi
2. Meredakan ketegangan sosial
5
Mobilisasi
Mengkampanyekan tujuan politik, ekonomi, agama, pembangunan
dan issue terkait lain di dalam masyarakat
1
Sumber: Fungsi Institusi Media, diadaptasi dari Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, 1987:70
Masih merujuk pada Fungsionalisme Struktural. Pada bagian ini mengkaji fungsi komunikasi
massa dari sudut pandang penggunanya yaitu, audience (bukan dari posisi komunikatornya)
dalam persoalan mengamati kebutuhan khalayak dalam memanfaatkan dan memperoleh
kepuasan dari pesan-pesan media. Satu pesan yang ditawarkan media dapat dipakai beragam
lapisan struktur sosial audience untuk berbagai tujuan yang berbeda-beda. Sejumlah asumsi
diturunkan The Uses and Gratifications Approach berkait dengan konsep fungsi komunikasi
massa bagi masyarakat, yaitu:
(1). Mengapa seseorang berinteraksi dengan media, saluran dan isi media tertentu?
(kepuasan)
2015
9
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(2). Kepuasan apa yang diharapkan dan diterima dari aktifitas komunikasi ini?
(kesenangan)
(3). Bagaimana seseorang menggunakan media merujuk kepentingan pribadinya?
(pemakaian)
1
2
3
4
Informasi
1. Mencari informasi tentang situasi dan kondisi masyarakat lokal,
nasional, dan internasional
2. Mencari bimbingan praktis terhadap beragam persoalan
3. Memuaskan keingintahuan terhadap hal-hal umum
4. Sarana belajar mandiri
5. Mendapatkan kedamaian dari aktifitas belajar mandiri
Identitas Pribadi
1.
2.
3.
4.
Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi
Menemukan model perilaku ideal
Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai yang berlaku umum
Menemukan pemahaman diri (self concept)
Integrasi dan
Interaksi Sosial
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Memperoleh pengetahuan keadaan diri orang lain
Meningkatkan rasa memiliki terhadap orang lain
Menemukan sumber informasi sebagai jembatan interaksi sosial
Memperoleh teman, selain dari manusia
Membantu menjalankan peran sosial
Membuka akses interaksi lebih luas dengan orang lain
hiburan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Melepaskan diri dari permasalahan
Bersantai
Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis
Mengisi waktu
Penyaluran emosi
Membangkitkan gairah seks
Sumber: Fungsi Institusi Media Bagi Masyarakat, diadaptasi dari Denis McQuail, Teori Komunikasi
Massa, 1987:72
Disfungsi Komunikasi Massa
Institusi media massa menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, sebabnya
media adalah bagian dari sistem sosial yang menjalankan fungsi sebagai agen transmisi
kebudayaan dalam kehidupan masyarakat. Transformasi
diisyaratkan
sebagai
kegiatan
menyebarluaskan
informasi melalui media
pengetahuan,
keterampilan,
dan
pembentukan sikap ideal individu. Kontribusi ini positip sifatnya namun terdapat sumbangan
nir-positip yang ditebarkan media mengingat institusi media merupakan industri yang
memiliki agenda setting yang terikat pada struktur ekonomi pasar. Muatan ideologis pesan
media sistematisnya mempertimbangkan kedudukan kelompok sosial mapan dalam pasar
media massa dan kurang mengindahkan kelompok yang tidak memiliki modal yang
umumnya memegang ideologi yang dianggap tidak memiliki nilai tawar.
2015
10
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Televisi memiliki kekuasaan (power) lebih kuat ketimbang kedudukan SBY (penguasa
eksekutif pemenang Pemilu 2009). Televisi menjadi semacam medan gravitasi yang
menyedot orang banyak masuk ke pusaran gravitasinya. Kalau Anda mau nonton bola siaran
langsung dini hari, maka persiapkan stamina untuk dapat bekerja keesokan harinya.
Perempuan baru dikatakan cantik kalau sudah mengkonsumsi Tropicana slimm atau PondsWhite. Seorang laki-laki baru terbilang sukses ketika sudah mengendarai Vellfire sekalipun
membeli secara kredit. Sistem citra-citraan yang digulirkan iklan melalui bahasa semiotiknya
menghadirkan realitas semu dalam proyek sosialisasi pengetahuan massal kepada
masyarakat. Melalui media, masyarakat menstrukturkan kembali sistem sosialnya merujuk
pada situasi masyarakat informasi yang demikian bergantung pada teknologi informasi.
Fungsi media dalam konteks lembaga media dan fungsi institusi media bagi masyarakat
memuat kontradiksi. Tujuan media utamanya adalah mendistribusikan informasi kepada
khalayaknya, termuat proses sosialisasi atau akulturuasi nilai-nilai budaya di dalamnya.
Jangkauan konsep sosialisasi masuk ke dalam elemen pemberian informasi, korelasi,
kesinambungan, hiburan, dan mobilisasi. Tujuan fungsional ini sumbernya adalah upaya
penyebarluasan suatu berita kepada khalayak, artinya ada proses pengajaran terhadap suatu
pengetahuan dan pengetahuan dikontruksi sedemikian rupa bergantung agenda setting
tertentu persentuhannya pada kepentingan ekonomi kapitalis. Pengakuan terhadap sosialiasi
nilai-nilai negatip tentu saja tidak diakui dalam proses kerja media atau disembunyikan dari
masyarakat. Untuk itu Charles Wright mengungkapkan adanya aspek disfungsi media yang
ditimbulkan media massa.
fungsi
Disfungsi
individu
Pengawasan
Mengancam stabilitas hingga
menimbulkan kepanikan
Korelasi
Meningkatkan non-konformis hingga divusi
Melemahkan hak kritik
inovasi perubahan sosial sulit dilakukan
Hiburan
Pengalihan publik dari aksi mobilisasi
sosial
alienasi
Transmisi
kebudayaan
Menyajikan realitas semu
Mengabaikan sub kultur
kecemasan
Sumber: Diadaptasi Charles Wrights, Mass Communication: A Sociological Perspective, dalam
Nurudin 2003:63
2015
11
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Denis McQuail menegaskan pula dalam Mass Communication Theory, fungsi hiburan yang
ditebarkan melalui media iklan utamanya menyederhanakan kontrol terhadap kesadaran,
ketika setiap orang dari berbagai lapisan kategori sosial terpapar oleh keberadaan media
massa yang secara sadar dan tidak sadar mengintrodusir pengetahuan orang tentang nilai-nilai
realitas semu.
2015
12
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
DENIS, McQuail.(1987).Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
NURUDIN. (2003). Komunikasi Massa, Cetakan 1, Malang: Cespur.
RITZER, Goerge, dan Douglas J. Goodman.(2007).Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam,
Jakarta: Penerbit Prenada Media Group.
WIRYANTO.(2003).Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Penerbit Program Pasca Sarjana,
Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Prof. DR. Moestopo
(Beragama).
2015
13
Sosiologi Komunikasi
Yuliawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download