MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI Sosiologi Komunikasi dan Komunikasi Massa Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Tatap Muka 05 Kode MK Disusun Oleh 85005 Yuliawati, S.Sos., M.Ikom Abstract Kompetensi Sosiologi Komunikasi sebagai disiplin ilmu yang mengorientasikan perhatian pada dinamika komunikasi masyarakat dan Komunikasi Massa sebagai ilmu yang mengkaji masalah komunikasi khalayak, memiliki kontribusi berarti dalam menerangkan fenomena komunikasi manusia yang senantiasa mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasinya Memahami dan menjelaskan dinamika komunikasi masyarakat Pembahasan KHARAKTERISTIK SOSIOLOGI KOMUNIKASI MASSA Media massa memuat fungsi penting dalam masyarakat, sebagai sistem saluran memediasi beragam informasi yang diperlukan demi kelangsungan hidup manusia. Masyarakat dan media massa, dua unit sub sistem sosial dalam realitas perubahan masyarakat. Pada kenyataannya, media massa dimanfaatkan masyarakat untuk mengarahkan, mendorong, mengendalikan perubahan sosial budaya. Gejala dinamika masyarakat dan media massa adalah satu kesatuan issue yang menarik minat Sosiologi Komunikasi dan Komunikasi Massa. Dennis McQuail menyatakan jika aktifitas berkehidupan masyarakat manusia digerakkan melalui institusi ekonomi (McQuail, 1987:3). Pranata ekonomi ini menjadi keniscayaan tunggal pengatur aktifitas produksi, distribusi, konsumsi manusia modern melaluinya manusia yang hidup di abad revolusi teknologi media elektronik baru, diarahkan menjadi masyarakat massa (the mass society). Masyarakat massa identik dengan masyarakat industrial suatu keadaan ketika kesatuan kehidupan manusia saling berinteraksi hingga menghasilkan satu kebudayaan bersama. Kebudayaan bersama ini dalam konteks masyarakat industri diasosiasi sebagai budaya massa yang diciptakan media massa selaku produser industri kebudayaan massa yang memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap informasi massal yang secara berdampingan turut mengkontruksi homogenisasi selera atau cita rasa budaya kapitalisme. Tampaknya media massa memiliki kekuasaan (kekuatan) dalam mengintrodusir cara hidup massa bagi masyarakat namun dalam hal ini dipahami bahwa media massa berfungsi sebagai saluran yang dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan sekaligus mengendalikan pola hidup masyarakat. Sosiologi Komunikasi merupakan bidang studi yang dibangun melalui tradisi ilmiah Sosiologi dan Ilmu Komunikasi. Aspek bahasan Sosiologi Komunikasi atau dapat disebut Sosiologi Komunikasi Massa memusatkan perhatian pada perilaku manusia dalam konteks interaksi sosial di mana interaksi diberlangsungkan melalui komunikasi massa melalui salurannya berupa media massa. Sejatinya, komunikasi massa merupakan salah satu pilihan konteks komunikasi yang dapat dipilih manusia dalam menjembatani kebutuhan berhubungan dengan manusia lain. Namun hanya melalui komunikasi massa yang melibatkan institusi media massa berupa organisasi formal selaku pengelola pendistribusi informasi, memungkinkan kita dapat saling terhubung melintasi waktu dan ruang. 2015 2 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Masyarakat komunikasi massa melibatkan orang dalam jumlah besar dengan kemajemukan tujuan yang saling berinteraksi. Terdapat pihak berlaku sebagai komunikator profesional yang memainkan peran sebagai penyalur informasi kepada masyarakat khalayak selaku komunikannya. Hakekatnya kegiatan komunikasi media massa bertujuan menarik perhatian khalayak bukan bertujuan mengirimkan pesan dalam rangka membangun kesamaan pemikiran. SIFAT KHALAYAK Asumsi “menarik perhatian khalayak” merupakan sifat komunikasi massa sejalan dengan argumentasi “piramida peringkat proses komunikasi di dalam masyarakat” yang memposisikan komunikasi massa melibatkan konteks masyarakat luas dalam gejala komunikasinya. Model pemeringkatan proses komunikasi demikian ditujukan untuk memahami permasalahan komunikasi yang bertendensi pada digunakannya teori tertentu untuk menjelaskan realitas komunikasi mengacu pada konteks berlangsungnya komunikasi. Merujuk pada Rogers, 1986 dan Chafee dan Berger, 1987 (dalam McQuail, 1987:6), proses komunikasi masyarakat diklasifikasikan melalui piramida peringkat proses komunikasi sebagai berikut : (1). Komunikasi massa Peringkat proses komunikasi Sedikit terjadi (2). Komunikasi organisasi (3). Komunikasi kelompok (4). Komunikasi antarpersonal banyak terjadi (5). Komunikasi intrapersonal Interaksionisme Simbolik. Dalam komunikasi intrapersonal lokus pengamatannya berpusat pada proses komunikasi bertujuan untuk memahami, mengingat, dan menginterpretasi informasi yang ditawarkan media. Teori Interaksi Simbolik mewakili realitas komunikasi dengan diri sendiri melalui teorinya yang menerangkan keterlibatan proses mental individu berperan dominan dalam menterjemahkan pesan simbolik yang disebarkan media. 2015 3 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Teori Pertukaran Sosial. Komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok, dan organisasi memusatkan perhatian pada pola interaksi, wujud afiliasi (kedekatan), pengendalian terhadap hierarki status peran, penentuan norma-norma sosial, dan tujuan organisasi. Perjumpaan antara dua orang maupun beberapa orang dalam kelompok kecil maupun organisasi memuat satu tujuan yang sama. Kesamaan tujuan terbangun melalui pola komunikasi jaringan (network) ketika muncul informasi lantas pesan ini disalurkan kepada peserta komunikasi untuk bersama-sama mendiskusikannya. Teori Pertukaran Sosial dapat menerangkan jalinan komunikasi dalam konteks antarpersonal, kelompok, dan organisasi melalui konsep azas manfaat, diterangkan jika masyarakat mengkonsumsi media untuk satu tujuan yaitu mendatangkan keuntungan imaterial dan material. Teori Fungsional Struktural. Komunikasi massa sebagai kegiatan komunikasi khalayak memuat arti komprehensif, dimaknai sebagai proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas yang dapat dikenali merujuk pada institusi organisasi khas pembentuknya. Komunikasi khalayak ini dikatakan bersifat komprehensif karena melibatkan gagasan yang terjadi pada piramida tingkat bawah yaitu komunikasi intrapersonal, antarpersonal, kelompok, dan organisasi. Realitas komunikasi massa dapat fragmentasikan sebagai berikut : Setiap individu kenyataannya senantiasa terpapar beragam informasi. Jalinan informasi melalui proses mental dicerna dan dikolektifkan sejurus dengan kepentingan peribadinya untuk kemudian digunakan sebagai pedoman orientasi hidup melalui asoasi kepentingan kelompoknya, individu ini dapat mengkonfirmasi informasi kepada anggota kelompoknya untuk bersama-sama merumuskan pilihan tindakan relevan mengacu pada kepentingan bersama dan pilihan ragam tindakan yang dilakukan individu dalam konteks massa pada esensinya bersumber pada komunikasi khalayak sebagai sumber pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kualitas hidup manusia. Teori Fungsional Struktural dapat dirujuk untuk menerangkan realitas komunikasi massa. Masyarakat selaku sistem organis yang terstruktur memerlukan komunikasi massa sebagai institusi yang memenuhi kebutuhan informatif, regulatif, persuasif, dan integratif. Kebutuhan kompleks ini praktis dapat dipenuhi melalui konteks komunikasi yang bersifat massal yang 2015 4 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dapat merangkul kepentingan orang banyak sesuai dengan peraturan atau adat istiadat yang umumnya berlaku. Sebagai disiplin ilmiah, Komunikasi Massa tertarik mengkaji issue menyangkut media massa beserta pesan yang diproduksinya sasaran pesan meliputi pembaca, pendengar, penonton atau khalayak, mass audience, massa, publik dan, efek atau tanggapan khalayak terhadap pesan. Sebagai realitas sosial, komunikasi massa merefleksikan kegiatan komunikasi yang dilakukan khalayak melalui media massa. Komunikasi intrapersonal, komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi publik (rhetoric), komunikasi lintas budaya, dan komunikasi massa dapat kita sebut sebagai “konteks komunikasi”. Konteks komunikasi atau persamaan istilah lainnya; tingkat (level), bentuk (type), situasi (situation), keadaan (setting), jenis (kind), cara (mode), pertemuan (encounter), atau arena diartikan sebagai jumlah orang yang terlibat dalam komunikasi dan derajat keterlibatan teknologi dalam komunikasi (Mulyana, 2001:76). Pada kenyataannya, komunikasi massa memiliki konteks komunikasi khas yang membedakan dengan konteks-konteks komunikasi lainnya. Deddy Mulyana menjelaskan, konteks komunikasi massa menghadirkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia, dengan jarak fisik rendah (jauh), memungkinkan digunakannya satu atau dua saluran inderawi (pendengaran dan penglihatan), umumnya umpan balik tertunda. Pendapat serupa ditawarkan Alaxis S. Tan, jika komunikasi massa memiliki sifat khusus yang menjadi ciri pembeda dengan situasi komunikasi antarpersonal. Pernyataan Tan menarik untuk selalu kita ingat, menurutnya “jika kita bisa membedakan komunikasi massa dengan komunikasi antarpersonal maka kita sudah mengetahui apa yang dimaksud sebagai komunikasi massa” (Nurudin, 2003:8). SIFAT BENTUK KOMUNIKASI Pada setiap konteks komunikasi tentunya melibatkan unsur-unsur komunikasi yang berlainan. Unsur-unsur komunikasi dapat dipahami sebagai elemen yang membentuk ter-realisasi-nya konteks komunikasi, di mana pada konteks komunikasi intrapersonal unsur yang terlibat di dalamnya berupa komunikator (dirinya sendiri), pesan (dari dirinya sendiri), dan komunikan (dirinya sendiri). Pada komunikasi antarpersonal mengikutsertakan elemen komunikator yang dapat berlaku sebagai komunikan dan begitu sebaliknya, unsur gangguan (noise), efek 2015 5 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id atau akibat – konteks komunikasi massa memuat elemen relatif kompleks yaitu komunikator, komunikan, media massa, pesan, dan efek. Bersumber pada Pengantar Ilmu Komunikasi yang dibukukan Wiryanto, mari kita pelajari elemen-elemen yang membentuk komunikasi massa (Wiryanto, 2003:82-98) : Dikatakan Wiryanto, kita dapat menggambarkan konteks komunikasi dengan merumuskan pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In which Channel To Whom With What Effect? Pertanyaan ini dikenal sebagai Rumus Lasswell (dikutip dari Sendjaja, 1999:7, Wiryanto, 2003:9). Penjelasan mendalamnya diuraikan melalui lima elemen pembentuk konteks komunikasi massa, yaitu : (1). Elemen Who (sumber atau komunikator) Komunikator selaku sumber utama komunikasi massa merupakan sekelompok orang yang bernaung dalam lembaga. Lembaga dalam hal ini dijelaskan sebagai tempat bertemunya orang-orang yang bekerja merumuskan, membuat keputusan, mengelola beragam ide menjadi simbol berupa pesan (sumber informasi) berdasarkan kesepakatan bersama. Lembaga dimaknai sebagai institusi yang mengorganisir status dan peran orang-orang merujuk pada sistem tertentu dikatakan sistem ketika setiap anggota lembaga saling terikat (interdependensi) satu dengan lainnya untuk satu tujuan bersama. Menyoal interdependensi diartikan apabila setiap anggota dari sistem kelembagaan berkegiatan dengan berpedoman pada aturan institusi yang dirumuskan bersama-sama. Berarti, komunikator dalam komunikasi massa adalah “lembaga media massa”. Seorang presenter televisi dalam status personalnya bukan sebagai seorang komunikator dalam komunikasi massa. Perannya sebagai sumber komunikasi massa ketika ia memberitakan suatu informasi mengacu pada sistem yang disepakati lembaga media massa terkait. Kita mengenal gatekeeper atau pentapis informasi, dalam konteks komunikasi massa sekelompok orang berstatus sebagai palang pintu atau penjaga gawang yang perannya menambah, mengurangi, menyederhanakan, mengemas informasi agar lebih mudah dipahami khalayaknya. Pentapis informasi tidak diperlukan dalam konteks komunikasi antarpersonal analoginya, gatekeeper berfungsi strategis sebagaimana komunikasi massa membutuhkan saluran media massa berupa peralatan mekanik yang memproduksi, mendistribusikan pesan. 2015 6 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (2). Elemen says what (pesan) Pesan-pesan yang disampaikan kepada khalayak “bersifat terbuka untuk umum atau publik” artinya informasi yang disebarkan idealnya tidak secara khusus ditujukkan kepada kelompok sosial tertentu tetapi menyasar kepada khalayak heterogen. Terdapat stasiun radio dengan segmentasi perempuan namun bukan berarti pesan yang disampaikan selalu mengetengahkan issue perempuan, hal ini penting dipahami kalau esensi dasar siaran radio idealnya bersifat sebagai saluran komunikasi massa. Pesan-pesannya “bersifat rapid”, artinya dirancang mencapai khalayak luas dalam waktu singkat, dan simultan. Pesan-pesan komunikasi massa “sifatnya transient”, dibuat memenuhi kebutuhan segera atau ‘sekali pakai’ dengan tidak bertujuan permanen. Dikecualikan pada bukubuku, film, transkripsi-transkripsi radio, dan rekaman audio visual sebagai dokumenter. (3). Elemen in which channel (saluran atau media) Saluran dikonsepkan sebagai “peralatan mekanik yang dipakai dalam mendistribusikan pesan-pesan komunikasi massa”. Saluran ini diperlukan, tanpa saluran maka informasi massa tidak dapat disebarkan secara cepat, luas, dan simultan. Saluran yang memfasilitasi kemampuan serupa itu berupa media cetak, media elektronik, media dotcom (media berbasis teknologi informasi dan komunikasi). Filosofi In Which Channel bukan sebatas saluran sebagaimana saluran, namun saluran dipahami sebagai media yang mengarahkan khalayak pada satu tujuan psikologi sosial tertentu. Ketika seseorang memiliki kebiasaan membaca berita melalui surat kabar akan berbeda efeknya ketika ia ‘dipaksa’ membaca koran melalui e-newspaper. (4). Elemen to whom (penerima atau khalayak) Bagian ini menampilkan “sasaran-sasaran komunikasi massa” yaitu pembaca, pendengar, dan pemirsa yang melakukan aktifitas komunikasi massa seperti membaca modul kelima materi Sosiologi Komunikasi, mendengarkan sandiwara radio, menonton film di bioskop, berselancar pada mesin pencari google, dan sebagainya. (5). Elemen with what effect (efek atau akibat) Bagian ini sesungguhnya melekat pada khalayak, bahwa elemen akibat didefinisikan sebagai “perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat keterpaan pesan-pesan media massa (media exposure)”. Media massa berkemampuan mempengaruhi kognitif (nilai-nilai yang diyakini), afektif (emosi atau perasaan), dan 2015 7 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id konatif (persinggungan antara efek kognitif dan afektif yang menghasilkan tindakan atau perilaku) orang banyak. SIFAT KOMUNIKATOR Terminologi Komunikasi Massa sebagai istilah dalam Bahasa Indonesia diadaptasi dari istilah Bahasa Inggris yaitu “mass communication”. Istilah ini adalah singkatan dari mass media communication atau komunikasi media massa. Jika demikian, maka komunikasi masa dapat diartikan komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated (Susanto, 1974, dalam Wiryanto 2003:80). “Massa” memuat arti khusus dalam studi Komunikasi Massa dibedakan artinya “massa” dalam konteks istilah umum. Massa dalam literatur Komunikasi Massa mengandung arti penerima pesan yang berkaitan dengan media massa yaitu pembaca, pendengar, penonton selaku khalayak yang terhubung dalam kegiatan komunikasi massa. “Media Massa” merangkum setiap peralatan mekanik yang dapat didayagunakan dalam menyalurkan pesan-pesan komunikasi massa. Dalam konteks ini, medianya dapat berupa media cetak, elektronik, dan media elektronik baru. Berpijak pada pemikiran Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble, konteks komunikasi terdefinisi sebagai komunikasi massa apabila mencirikan hal-hal sebagai berikut : (1). Komunikator komunikasi massa mengandalkan peralatan mekanik dalam memancarkan pesan secara cepat, meluas, tersebar. (2). Komunikator komunikasi massa dalam kegiatan menyebarluaskan pesan-pesannya bermaksud berbagi pengertian dengan audience-nya. Maknanya berbagi pengertian sejalan dengan sifat komunikasi massa yang anonim, tidak saling mengenal. (3). Komunikator berlaku sebagai sumber. Dalam kegiatan komunikasi massa terdapat komunikator yang berpayung pada institusi formal media massa yang berorientasi pada keuntungan material. (4). Komunikasi massa dikontrol melalui gatekeeper. 2015 8 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Setiap pesan-pesan diorganisir sedemikian rupa sebelum didistribusikan kepada audience-nya. Rujukan gatekeeper dalam perannya ini berpedoman pada sistem yang dimiliki lembaganya. (5). Pesan bersifat publik. Pesan-pesan komunikasi massa dapat diakses semua lapisan masyarakat dan ini artinya informasi yang disebarkan media massa bersifat publik. (6). Umpan balik tertunda (delayed). Feedback dalam komunikasi massa relatif sangat kecil dibanding dengan jumlah masyarakat penerimanya ini artinya umpan balik yang diterima institusi komunikasi massa cenderung langka atau delayed. Berbeda halnya dalam situasi komunikasi antarpersonal yang mana umpan baliknya dapat diperoleh saat itu juga atau immediately. (Nurudin, 2003: 7-8). Konsep komunikasi massa berikut ini ditawarkan oleh Josep A. Vito, menurutnya komunikasi massa memuat arti : “Pertama, komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan kepada massa yang dalam jumlah disituasikan besar jumlahnya. Besaran jumlah massa sasaran komunikasi massa tidak diartikan seluruh penduduk atau semua orang yang membaca, atau semua orang yang menonton televisi. Kedua, komunikasi massa merupakan komunikasi yang disalurkan melalui pemancarpemancar audio atau visual. Akan menjadi lebih mudah dipahami jika komunikasi massa didefinisikan menurut bentuknya yaitu; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita” (Vito, dalam Nurudin, 2003:11). Komunikasi massa berbeda dalam persoalan konteks dengan fenomena komunikasi lainnya. Perbedaan mendasar dari komunikasi massa terletak pada kuantifikasi audience yang relatif besar khalayaknya dapat dikenali sebagai penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen masyarakat penerimanya yang diidentifikasi luas, anonim, dan heterogen berelevansi dengan tidak adanya peristiwa yang dikontekskan tatap muka antar penerima pesan melalui komunikasi bermedia-lah, konteks komunikasi massa terjembatani, khususnya media yang berbasis pada penggunaan teknologi sistem informasi dan komunikasi. Pada muaranya, 2015 9 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id realitas komunikasi massa yang mendayagunakan teknologi telematika ini menumbuhkan fenomena komunikasi massa yang ‘baru’ suatu keadaan yang ditimbulkan berkenaan hadirnya reformasi teknologi media baru secara simultan mendorong tumbuhnya pola-pola komunikasi massa yang berbeda dengan masa sebelumnya. Aktifitas komunikasi massa yang dilakukan masyarakat pada era teknologi digital ini pada satu titik memerlukan pembahasan komprehensif menyangkut redefinisi ulang konsep maupun teori komunikasi massa yang dianggap relevan menerangkan fenomena dinamika komunikasi masyarakat. Konsep maupun teori Komunikasi Massa hingga dewasa ini terus mengalami perbaikan atau dikembangkan sejalan dengan fenomena dinamika komunikasi masyarakat. Fenomena komunikasi manusia atau human communication mengalami perubahan sejalan dengan teknologi komunikasi yang mengiringinya. Fenomena komunikasi massa berawal sejak ditemukannya teknologi percetakan Abad Pertengahan di Eropa Barat dan teknologi ini didifusikan keberbagai wilayah belahan dunia lain. Secara revolusioner teknologi komunikasi berkembang dengan kecepatan tinggi melampaui perkembangan evolusi penciptanya yaitu manusia. Penemuan teknologi percetakan menjadi sistem sosial baru yang merubah cara manusia berinteraksi dengan manusia lain. Pola komunikasi terus mengalami dinamika seiring dengan ditemukannya teknologi audio berupa radio pada Abad ke-20 selang berikutnya menyusul teknologi audio visual melalui produknya berupa televisi satu dekade kemudian manusia telah menemukan teknologi yang mengkonvergensikan comunication, computer, contents, dan community ke dalam teknologi yang sekarang kita sebut teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi komunikasi berbasis konvergensi menciptakan dunia tanpa batas (borderless world) yang menghadirkan fenomena masyarakat tanpa batas (borderless society). Praktik kehidupan manusia bertransformasi demikian rupa melalui kehadiran teknologi yang mampu memanipulasi waktu dan ruang ketika waktu dan ruang dapat direntang (time-space distanciation) maupun dipadatkan (time-space cempression) ke dalam kegiatan yang dinamakan chatting, siaran langsung sepak bola dari stadion Gelora Bung Karno ke seluruh wilayah dunia, kebangkrutan perekonomian Indonesia tahun 1998 diakibatkan pelarian modal hanya melalui satu tombol komputer, dan masih banyak lagi fenomena dinamika komunikasi masyarakat yang berlangsung melalui komunikasi massa. 2015 10 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Media massa dapat dikatakan ‘hanyalah’ salah satu institusi dalam sistem sosial masyarakat manusia institusi yang melengkapi keperluan manusia tentang informasi yang dapat digunakan untuk menjangkau kebutuhan-kebutuhan majemuk lainnya. Muatan praktis ini menjadi issue yang penting dikaji merujuk pada konteks akademis yang berelevansi dengan kebutuhan ilmiah guna menjelaskan perubahan pola-pola komunikasi yang turut merubah tatanan kehidupan sosial masyarakat secara meluas. Untuk itu, Dennis McQuail mengajukan argumentasi yang mendasari pentingnya mendalami gejala komunikasi massa yang berlangsung melalui media massa : (1). Media menjadi semacam industri yang berkembang hingga melahirkan lapangan kerja, barang, dan jasa, serta menghidupkan industri terkait lainnya. Selain itu, institusi media menciptakan norma-norma sosial yang khas yang pada akibatnya memunculkan normanorma sosial baru dalam cara manusia berkomunikasi. (2). Media berlaku sebagai sumber kekuatan yang berdayaguna jika digabung dengan institusi sosial lainnya. (3). Media merupakan forum yang berkekuatan menampilkan beragam peristiwa kemanusiaan dalam konteks lokal, nasional, dan internasional. (4). Media dalam konteks masyarakat berfungsi sebagai saluran kebudayaan. saluran ini memuat fungsi memproduksi dan mereproduksi informasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat dalam mengembangkan aktifitas berkehidupan. (5). Media dalam konteks pribadi berfungsi sebagai sumber pengetahuan yang dapat digunakan sebagai pedoman membentuk citra realitas diri seorang individu. (McQuail, 1987:1) Lima asumsi McQuail ini memberikan gambaran kepada kita tentang pentingnya media massa dalam ranah kehidupan masyarakat. Komunikasi Massa sebagai disiplin ilmu dapat digunakan secara praktis dalam aktifitas pekerjaan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat, adapun dalam konteks akademis, kedua program studi ini dapat menggunakan pengetahuan Komunikasi Massa untuk menjelaskan realitas perubahan komunikasi di dalam masyarakat dengan dipergunakan jalinan konsep dan teori yang bersumber pada pengetahuan multidisipliner khususnya Sosiologi Komunikasi dan Komunikasi Massa. 2015 11 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka DENNIS, McQuail. (1987).Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit Erlangga. MULYANA, Deddy. (2001). Ilmu Komunikasi:Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. NURUDIN.( 2003). Komunikasi Massa. Malang: Cespur. WIRYANTO. (2003). Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : Penerbit Program Pasca Sarjana, Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama). 2015 12 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id