MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI Teori Teori Sosiologi Komunikasi Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Tatap Muka 02 Kode MK Disusun Oleh 85005 Yuliawati, S.Sos., M.Ikom Abstract Kompetensi Fenomena komunikasi dapat dipahami maknanya merujuk pada orientasi paradigma sebagai pedoman merumuskan makna di balik tindakan simbolik pelaku komunikasi. Melalui Teori Fungsional Struktural, Teori Pertukaran Sosial, dan Teori Interaksi Simbolik dapat dipergunakan sebagai referensi memaknai perilaku komunikasi Memahami dan menjelaskan konteks sosiologi komunikasi Pembahasan Untuk dapat mengerti kajian Sosiologi Komunikasi perlu kiranya memahami terlebih dahulu pemikiran Filsafat Sosial. Dimulai abad 19 dan awal abad 20 ketika kehidupan manusia mengalami perubahan yang belum pernah dijumpai pada masa sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi basis berubahnya cara hidup manusia yang semula berpijak pada tatanan ekonomi subsistem menjadi sistem ekonomi kapitalis. Penemuan teknologi meningkatkan teknik produksi hingga menumbuhkan industrialisasi, urbanisasi, dan birokrasi ekonomi. Seting sosial kapitalisme ini menghadirkan sekelompok kecil masyarakat yang memperoleh keuntungan besar sementara sebagian besar anggota masyarakat lain berada pada posisi sebagai kaum proletar yang bekerja keras untuk mendapatkan kehidupan layak. Karl Marx berpendapat jika manusia hakekatnya makhluk produktif. Untuk dapat bertahan hidup penting bagi manusia saling bekerjasama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, peralatan, perumahan, dan kebutuhan penunjang hidup lainnya. Di sinilah konteks manusia selaku mahluk sosial muncul sebagai representasi kemampuan mereka menjalin kerjasama melalui interaksi sosial guna menghasilkan kompleks kebutuhan hidup. Idealisasi demikian sejalan waktu hancur oleh keberadaan pranata struktural kapitalisme. Ketika kebutuhan alamiah untuk bekerjasama antar individu digantikan dengan proses produksi, produk, dan jam kerja. Selain itu keadaan di atas menciptakan sistem dua kelas yaitu masyarakat pemilik modal dan kelompok warganegara selaku pekerja. Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi titik tolak berubahnya tatanan kehidupan masyarakat menciptakan beragam permasalahan kemanusiaan berupa revolusi politik, revolusi industri diiringi pemunculan kapitalisme, hadirnya paham sosialis dan feminis, dan urbanisasi (Ritzer & Goodman, 2007:9). Abad Pencerahan (Enlightenment) adalah suatu periode untuk mengkaji ulang pemikiran Filsafat Sosial yang dianggap tidak lagi proporsional menjelaskan dinamika sosial masyarakat berupa kapitalisme, liberalisme, sosialisme, komunalisme (komunisme). Pada masa inilah penerapan metode ilmiah terhadap masalah sosial dibutuhkan, pasalnya Filsafat Sosial memuat keterbatasan metodologis mengantisipasi kemajemukan gejala sosial budaya masyarakat. Di awali melalui Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sosial dengan gagasannya yang praksis bagi dunia sosial dengan asumsi, metodologinya memuat analis kritis terhadap statika sosial (stabilitas) dan dinamika sosial (perubahan). Azasinya realitas dunia sosial dapat dipahami melalui kerja penelitian yaitu mengkaji cara dunia sosial beroperasi lantas melalui theorytical treatment yang tepat 2015 2 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dapat dirumuskan berbagai metode mengatasi kompleks permasalahan manusia. Lantas di mana interelasi Sosiologi dengan Sosiologi Komunikasi? Sosiologi Komunikasi menawarkan gagasan yang bersumber dari pemikiran ilmuwan Sosiologi. Kontribusi Comte, Durkheim, Parson, dan Merton melalui Paradigma Fungsional menjadi cikal bakal Teori-Teori Komunikasi yang beraliran struktural fungsional. Marx dan Habermas melalui pemikiran Paradigma Konflik menjadi dasar bagi Teori-Teori Kritis dalam kajian Ilmu Komunikasi (Bungin, 2006:19). Interaksi sosial sebagai konsep utama Sosiologi menjadi landasan bagi Teori Komunikasi. Pernyataan ini diperkuat Habermas, bahwa tindakan rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi sosial) adalah definsi mendasar bagi Ilmu-Ilmu Sosial dan Teori Komunikasi (Bungin, 2006:19). Meminjam konsep utama Sosiologi yaitu interaksi sosial, konsep ini lantas dipergunakan Sosiologi Komunikasi untuk mengkaji semua hal menyangkut interaksi sosial atau komunikasi dengan menggunakan media. Dengan argumentasi terdapat fungsi-fungsi komunikasi berupa menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence). Fungsi-fungsi ini memerlukan komunikasi. Perlu disepakati pula bahwa kontak sosial tidak terjadi dalam ruang hampa sosial sebab adanya dinamika antara komunikator dengan komunikan yang berlatar belakang tradisi kultural yang tidak sama. Berangkat dari realitas demikian dapat kita pahami jika bidang studi Sosiologi Komunikasi bersifat lintas keilmuan, memuat sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang turut menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi yang berimplikasi berubahnya institusi sosial masyarakat. Pendekatan (paradigma atau model universal) merupakan tradisi intelektual yang menawarkan cara pandang umum mengenai manusia, adapun teori adalah penjelasan spesifik menyangkut perilaku manusia. Setiap pendekatan memiliki logika berpikir yang berbeda oleh sebab tiga pertanyaan filosofis yang berkaitan dengan aktifitas pengkajiannnya, yaitu asumsi ontology (pertanyaan tentang sifat realita), asumsi epistemology (pertanyaan bagaimana kita mengetahui sesuatu), dan asumsi axiology (pertanyaan mengenai apa yang patut diketahui). Pendekatan yang ditawarkan untuk memahami fenomena komunikasi massa adalah Paradigma Fakta Sosial melalui Teori Fungsional Struktural, Paradigma Definisi Perilaku Sosial melalui Teori Pertukaran Sosial, dan Paradigma Definisi Sosial melalui Teori Interaksi Simbolik. Ditetapkannya pilihan pendekatan pada tiga paradigma ini berpijak pada asumsi : 2015 3 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pertama, Paradigma Fakta Sosial melalui teorinya berupa Struktural Fungsional dapat digunakan untuk memahami realitas menyangkut hubungan komunikasi massa dengan masyarakat. Kedua, Paradigma Perilaku Sosial melalui Teori Pertukaran Sosial menjelaskan adanya manfaat yang saling menguntungkan dalam hubungannya antara pengelola media dengan audiennya. Ketiga, Paradigma Definisi Sosial melalui Teori Interaksi Simbolik dapat digunakan untuk menerangkan bahwa media massa melalui informasinya terhadap fenomena tertentu dapat mempengaruhi pola berpikir, bersikap, bertindak masyarakat. TEORI FUNGSIONAL STRUKTURAL Istilah lain dari pendekatan ini dapat kita sebut juga sebagai Fungsionalisme Struktural. Tradisi teoritis ini dipopulerkan oleh Talcott Parsons dan Robert Merton dan cukup ramai diperbincangkan sepanjang dua dekade pasca Perang Dunia Ke-dua. Fungsionalisme Struktural adalah perpaduan dua istilah, struktural dan fungsional yang dalam praktik pengkajiannya tidak selalu mengkaitkan pemakaian istilah secara bersamaan. Kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa melibatkan fungsi terhadap struktur lain dan kita dapat mengkaji fungsi berbagai proses sosial yang mungkin saja tidak memiliki struktur. Namun yang perlu kita mengerti, ciri utama dari Perspektif Struktural Fungsional bahwa pendekatan ini memperhatikan aspek struktur dan fungsi, ini artinya kita perlu memperhatikan seksama berfungsinya masyarakat oleh keberadaan institusi sosial berskala luas, saling berinteraksi, dan mempengaruhi individu (Ritzer & Goodman, 2007:118). Stratifikasi sosial. Perbedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat merujuk pada status dan peran yang dimiliki adalah realitas yang tidak bisa ditawar lagi dalam kenyataan hidup suatu masyarakat. Stratifikasi sosial adalah fenomena universal dan menjadi prasyarat dalam berfungsinya suatu sistem sosial. Konsep stratifikasi dalam konteks struktural fungsional memaknai posisi individu ketika menempati posisi tententu bukan memfokuskan perhatian pada mekanisme yang digunakan individu menaiki jenjang posisi ideal. Di sinilah definisi fungsional muncul, bahwa masyarakat memiliki kesadaran menciptakan sistem stratifikasi sebagai medium memposisikan bakat atau keterampilan sejurus dengan kemampuannya, dan masyarakat menyediakan hadiah (reward) sebagai imbalannya. Stratifikasi analog alat yang diciptakan masyarakat untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Imbalan memadai dari achieved status ini ditandai dengan diperolehnya kekuasaan (power), kekayaan 2015 4 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (privilege), dan posisi terhormat (prestige). Sehingga akan ada individu-individu yang menempati status dan peran tertentu bergantung harapan masyarakatnya. Melalui proses sosialisasi formal pada institusi pendidikan, umumnya stratifikasi sosial melanggengkan posisi istimewa seseorang yang memang sedari awal telah memiliki kekuasaan, kekayaan dan prestis. Namun pemikiran Teori Stratifikasi ini tampak linier, teori ini tidak dapat menjawab kenyataan berstratifikasi masyarakat ketika diperhadapkan pada realitas manakala terdapat satu kampung di mana warganya terdefinsikan sebagai orang kaya semua, dan status pengemis atau masyarakat lapisan bawah (low brow) menjadi demikian diperlukan sebagai agen fungsional yang menerima distribusi kekayaan dari masyarakat menengah atas (upper middle-brow) atau atas (high-brow). Atau contoh lainnya, seorang guru lebih diperlukan oleh masyarakat ketimbang keberadaan seorang artis sinetron. Hingga tidak selalu posisi yang terjamin imbalan material dan imaterial menjadi target pemosisian individu, bergantung pada kebutuhan dari sistem sosial maka keberadaan status dan peran majemuk sifatnya. Jaminan berupa kekuasaan, kekayaan, dan prestis pada gilirannya menjadi sarana evolusi bagi masyarakat untuk bersama-sama berjuang menempati posisi yang diidealisasikan. Skema AGIL. Dalam kaitannya motivasi memperoleh kepuasaan melakukan pekerjaan ideal maupun aktivitas yang diperlukan oleh sistem sosial, kita perlu memahami “sistem tindakan” sebagai perangkat konsep untuk memahami struktur dan fungsi. Merujuk Teori Struktural Fungsional, Parsons mengajukan empat fungsi penting untuk semua sistem tindakan, yang dapat kita definisikan sebagai Skema AGIL. Kita pahami bersama terlebih dahulu pengertian “fungsi”. Fungsi merupakan kumpulan kegiatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem (Rocher, 1975, dalam Ritzer & Goodman, 2007:121). Empat fungsi ini mencakup (A) Adaptation – (G) Goal Attainment – (I) Integration – dan (L) Latensi. Ke-empat fungsi ini dibutuhkan oleh sistem dalam kaitannya beroperasinya struktur sosial suatu masyarakat. Mari kita simak penjelasan Skema AGIL berikut ini : (1). Adaptation (Adaptasi), suatu sistem dapat menyesuaikan dengan setiap keadaan utama menyesuaikan dengan kebutuhan lingkungan. “Adaptasi” diinterpretasi sebagai organisme perilaku sebagai sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi atau fungsi penyesuaian diri dengan mengubah lingkungan ekternal. 2015 5 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fungsi adaptasi diimperatifkan ke dalam sub sistem ekonomi sebagai bagian yang memenuhi keperluan tenaga kerja, produksi, dan alokasi. Melalui pranata ekonomi memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhan menanggapi lingkungan eksternal. (2). Goal Attainment (Pencapaian Tujuan), suatu sistem dapat mendefinisikan tujuan utama. “Pencapaian Tujuan” diinterpretasi sebagai sistem keperibadian, pelaksana fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan tujuan sistem melalui mobilisasi sumber daya untuk pencapaian tujuan. Fungsi pencapaian tujuan dilaksanakan melalui sub sistem politik. Sistem pemerintah berperan sebagai operator sekaligus regulator dalam memobilisasi warganegara mencapai tujuan negara. (3). Integration (Integrasi), suatu sistem dapat mengatur hubungan antar komponen. “Integrasi” diinterpretasi sebagai sistem sosial, yang berfungsi menanggulangi atau mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Fungsi integrasi atau sistem sosial mencakup seluruh fungsi masyarakat, yaitu suatu kolektif yang relatif memenuhi kebutuhan secara mandiri. (4). Latency (Pemeliharaan Pola), suatu sistem memiliki kemampuan memelihara dan memperbaiki diri, berupa motivasi individu dan keberadaan kebudayaan sebagai medium bekerjanya motivasi. “Pemeliharaan Pola” diinterpretasi sebagai sistem kultural yang melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aturan normatif yang memotivasi individu untuk melaksanakan tindakan. Fungsi laten diberlangsungkan melalui sistem fiduciari. Sistem ini kita kenali sebagai pranata yang membekali individu dengan pengetahuan menyangkut nilai-nilai dan norma-norma masyarakat. Melalui institusi keluarga dan sekolah, pranata ini menyediakan sarana sosialiasi dan internalisasi sistem simbol yang terpola yang menjadi orientasi bertindak bagi masyarakat. L LATENCY I Sistem Kultural Sistem Sosial (Sistem Fiduciari) A INTEGRATION ADAPTATION (Sistem Kemasyarakatan) G Organisme Perilaku (Sistem Ekonomi) GOAL ATTAINMENT Sistem Keperibadian (Sistem Pemerintahan) Gambar 1: Skema AGIL (struktur sistem tindakan umum dengan subsistem fungsionalnya) 2015 6 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fungsionalisme Struktural Parsonian ini memusatkan perhatian pada fungsi dari satu struktur sosial atau fungsi dari satu institusi sosial saja. Determinisme kebudayaan menjadi kelemahan teori ini, manakala Parson lebih menekankan pada fungsi sentral latency sebagai kekuatan utama yang mengikat seluruh tatatan sistem tindakan individu. Perlu dipahami bahwa asumsi fungsional struktural berpijak pada keterpaduan atau kesetaraan pada semua tingkat analisanya menyangkut ke-empat aspek sistem. Tindakan agen atau aktor senantiasa mempertimbangkan keberadaan dari empat fungsi struktur tindakan. Sebagai deskripsinya; ketika sistem keperibadian (personalitas) bertindak, perilakunya senantiasa dikontrol atau mempertimbangkan sistem kulturalnya. Personalitas turut pula mempertimbangkan kebutuhan integritas dari komunitasnya dan keperluan integrasi menjadi prasyarat bagi sistem politik untuk memenuhi harapan maupun tuntutan masyarakat. Pada kenyataannya tindakan personal seseorang tidak berlaku pasif, aktor senantiasa menginterpretasi dinamika sistem lantas mengantisipasi sistem dengan mengadakan modifikasi pada perilakunya hingga mendorong munculnya motivasi yang dianggap perlu. Fakta-Fakta Sosial. Individu adalah aktor yang aktif menterjemahkan lingkungan internal dan ekternalnya dan mewujudkannya ke dalam praktik sosial yang diperbaharui terus-menerus mengikuti informasi terbaru yang pada gilirannya melalui kontinuitas perilaku tersebut turut merubah tatanan struktur fungsi dari sistem sosial. Berpedoman pada “fakta sosial” manusia dapat mempolakan perilakunya merujuk pada aturan baku yang diidealisasikan masyarakatnya. Emile Durkheim menyebut gejala fakta sosial sebagai kekuatan (forces) dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu (Durkheim dalam The Rules of Sociological Methode, dalam Ritzer & Goodman, 2007:21). Fakta sosial material berisikan aturan dalam pranata birokrasi dan hukum dan fakta sosial imaterial bersumber pada kebudayaan dan institusi sosial. Menyambung pada Skema AGIL Parson, tindakan individu bukanlah suatu perilaku yang dilakukan berlandas pada alasan peribadi melainkan berpijak pada kebutuhan individu untuk bersikap merujuk pada aturan ke-empat fungsi tindakan. Menjadi terang bagi kita jika rasionalisasi tindakan personal bersumber pada rasionalisasi struktur sistem sosialnya atau dalam istilah Durkheim, berpedoman pada fakta sosial. Sebagai ilustrasi yang cukup baik, Bunuh diri (suicide) yang dilakukan seseorang disebabkan oleh adanya fakta sosial yang memaksa pelaku untuk mengakhiri kehidupannya di dunia. Rasionaliasi bunuh diri bukan berpijak pada pilihan personal melainkan masyarakatlah yang menentukan pelaku untuk mengakhiri hidup. 2015 7 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id TEORI PERTUKARAN SOSIAL Teori Pertukaran Sosial atau SET (Social Exchange Theory), mendasarkan konsepnya pada terjalinnya hubungan antar individu dalam konteks ekonomi dan menggunakan istilah pengorbanan dan penghargaan yang kelak didapat ketika individu tersebut melanjutkan hubungan. Pengorbanan atau costs didefinisikan sebagai elemen dari suatu hubungan yang memiliki nilai negatip bagi seseorang. Implementasinya dapat berupa perasaan negatip seperti rasa sedih, tertekan. Penghargaan atau rewards adalah elemen dalam suatu hubungan yang bersifat positip. Teori SET mendeskripsikan realitas hubungan antar manusia menempatkan elemen pengorbanan dan penghargaan sebagai sesuatu yang perlu dipertimbangkan (Monge & Contarctor dalam West & Turner, 2008:216). Teori ini merumuskan temuan penelitiannya dengan menyimpulkan konsep nilai (worth) dari suatu hubungan akan mempengaruhi hasil akhir (outcome), yaitu interaksi dapat terus berlangsung sebagai hasil positip atau nilai negatipnya jika hubungan berakhir. Dalam Interpersonal Communication: The Social Exchange Approach, Michael Roloff (dalam West & Turner, 2008:217), menurunkan teori menyangkut “dorongan yang menuntun terjalinnya interaksi interpersonal oleh adanya kepentingan peribadi dari kedua belah pihak”. Kepentingan peribadi ini tidak dapat dipadankan dengan nilai negatif melainkan nilai positif yang dapat meningkatkan kualitas hubungan. Struktur Pertukaran. Pertukaran dapat berlangsung melalalui pertukaran langsung, pertukaran tergeneralisasi, dan pertukaran produktif. Mengacu pada sifat pertukaran yang pertama yaitu direct exchange (pertukaran langsung), timbal balik berlangsung pada pelaku yang saling berinteraksi. Generalized exchange (pertukaran tergeneralisir), jenis pertukaran ini mencakup keadaan timbal balik yang tidak langsung. Productive exchange (pertukaran produktif), dalam jenis pertukaran ini kedua pihak bersamasama melakukan pengorbanan untuk suatu kegiatan yang pada akhir kegiatan keduanya akan mendapatkan penghargaan secara bersamaan. Perilaku Sosial. Teori Pertukaran Sosial berakar pada behaviorisme dalam kajian Psikologi yang kemudian dikembangkan Sosiologi. Teori ini identik dengan George Homans yang membangun preposisi untuk menerangkan fenomena individu di dalam masyarakat. Preposisi yang dikembangkan merujuk pada riset psikologi yang kemudian digunakan Sosiologi untuk mengkaji hubungan antara pengaruh perilaku seorang individu terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap perilaku individu (Bushell & Burgess, 1969; Baldwin & 2015 8 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Baldwin, 1986, dalam Rotzer & Goodman, 2008:356). Perilaku seseorang dapat ditelusuri dalam konteks sejarah masa lalu orang tersebut. Simak ilustrasi berikut ini; perilaku seseorang dilatari oleh lingkungan sosial atau fisik sebagai wahana berlangsungnya proses penajaman perilaku positip, negatip, atau netral. Di masa depan, ketika diperlukan maka akan dimunculkan reaksi berupa perilaku yang sejenis, apabila perilaku menimbulkan reaksi menyenangkan besar kemungkinan perilaku senada akan diulang ketika reaksi dari perilaku memunculkan keadaan menyakitkan kecil peluang bagi perilaku tersebut dimunculkan di masa depan. George Homans membangun proposisi fundamental dalam Teori Pertukaran Sosial, yaitu: Pertama, proposisi sukses. Ketika tindakan yang dilakukan seseorang mendapatkan tanggapan positif dari orang lain, maka tindakan yang sama akan dilakukan kembali di kemudian hari. Kedua, proposisi stimulus. Dorongan tertentu atau sekumpulan dorongan telah menyebabkan suatu tindakan akan memperoleh hadiah. Ketiga, proposisi nilai. Proposisi ketiga ini merupakan penggabungan dari kedua proposisi sebelumnya yang dapat kita definisikan sebagai proposisi rasional. Keempat, proposisi deprivasi-satiasi. Ketika seseorang bertindak positip dan mendatangkan ganjaran maka akan ganjaran yang diterima pada perilaku positif sebelumnya semakin kehilangan maknanya. Kelima, proposisi persetujuan-perlawanan. Ketika perilaku seseorang idealnya memperoleh tanggapan positip namun justru terjadi sebaliknya, maka individu tersebut akan bertindak negatif (reaktif, melawan, marah). Namun hal ini keadaan terakhir ini dianggap bernilai bagi pelaku. TEORI INTERAKSI SIMBOLIK “Simbol” sebagai label arbitrer atau representasi dari fenomena menjadi konsep yang membentuk Teori Interaksi Simbolik, di mana suatu interaksi sosial di mungkinkan terjadi manakala pihak-pihak yang saling berkomunikasi menggunakan simbol yang disepakati bersama. Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory atau SI) merupakan kerangka berpikir yang dikembangkan George Herbet Mead melalui “Mind, Self, Society; From The Stand Point of The Social Behaviorist”, ia merumuskan diperlukannya simbol sebagai mekanisme yang dapat dipergunakan di dalam aktifitas berkomunikasi. Teori ini melengkapi teori-teori sosial sebelumnya dalam mengkaji interaksi antar manusia. Melalui hipotesanya teori ini 2015 9 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menjembatani konsep interaksi antar individu dan kekuatan sosial yang melatari terjalinnya interaksi sosial. Asumsinya, suatu hubungan antar manusia dapat dimaknai manakala hubungan itu berlangsung melalui interaksi sosial yang menjadi prasarana manusia mengembangkan dunia sosialnya. Meminjam uraian LaRossa dan Reitzes (dalam West & Turner, 2007:98), pemikiran Mead memuat tiga asumsi : Pertama, pentingnya makna bagi individu. Kedua, pentingnya konsep diri. Ketiga, hubungan antara individu dengan masyarakat. Penjelasan pertama. Makna Individu adalah pencipta makna, dan melalui kegiatan komunikasi berbagai simbol ditebarkan dan akan memuat makna simbolik ketika peserta komunikasi saling menginterpretasi. Kesamaan makna memungkinkan berlangsungnya kegiatan komunikasi. Penjelasan kedua. Manusia bertindak terhadap manusia lain mengacu pada makna yang diberikan orang lain kepada mereka pernyataan ini menitik beratkan pada adanya makna di balik perilaku yang perlu diinterpretasi untuk dapat dipahami artinya. Penjelasan ketiga. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia. Makna dapat memuat arti sama manakala terdapat individu-individu memiliki interpretasi seragam menyangkut simbol yang dipertukarkan dalam aktifitas komunikasi. Konsep diri. Self concept dibentuk melalui proses sosialisasi. Konsep diri atau proses mental sangat penting bagi manusia dalam kaitannya sebagai pedoman yang dapat dipergunakan dalam berinteraksi dengan manusia lain. “konsep diri” didefinisikan sebagai seperangkat persepsi yang relatif stabil yang diyakini oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Melalui perangkat konsep diri, seseorang pada aktifitas sosialnya akan memiliki keterampilan untuk mengambil peranan (role taking). Definisi Sosial. Teori Interaksi Simbolik atau interaksionisme simbolik berakar pada orientasi paradigma definisi sosial. Dasar pemikirannya adalah, dalam kenyataan interaksi antar sesama manusia memerlukan konsep definisi sosial sebagai alat yang dapat dipergunakan individu untuk mendefinisikan situasi subyektif maupun objektif lingkungan sosial dan fisiknya. Interaksi sosial tanpa melibatkan definisi sosial akan menyulitkan manusia, oleh sebab manusia memerlukan aktifitas menafsirkan realitas dunia sebagai bahan membentuk realitas kehidupan. 2015 10 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id BEBERAPA ASUMSI KOMUNIKASI Teori Fungsional Struktural – Paradigma Fakta Sosial Keberadaan media massa melalui sistem media cetak, elektronik, tradisional, maupun teknologi baru menciptakan karakter fungsional bagi masyarakat. Merujuk pada Hedebro (dalam Sutaryo, 2005:16), media massa memiliki kekuatan untuk memproduksi dan mereproduksi pesan yang diperlukan dalam kehidupan organis struktur sosial. Dalam Konsep AGIL – Parson, terang diuraikan jika perilaku personal individu semata dihadirkan dengan berpijak pada komponen pembentuk struktur sistem. Di mana komunikasi berfungsi sebagai fungsi informatif, regulatif, persuasif, dan integratif yang menjadi wahana bagi manusia mendefinisikan status dan peran merujuk pada kebutuhan sistem sosialnya. Teori Pertukaran Sosial – Paradigma Perilaku Sosial Konsep dasar pertukaran sosial adalah azas saling manfaat jika diinteraksikan dengan konteks komunikasi massa maka teori ini dapat menterjemahkan realitas menyangkut hubungan antara media massa dengan khalayak berlangsung dalam rujukan nilai positip maupun nilai negatip. Teori Interaksi Simbolik – Paradigma Definisi Sosial Media massa selaku agen produksi budaya, memiliki kemampuan dalam menginternalisasi pesan-pesan merujuk pada satu kepentingan. Merujuk pada fungsinya yang demikian, proses transformasi pengetahuan yang direfleksikan melalui sistem simbol melalui isi pesan media menjadi sarana dalam pembentukkan konsep diri bagi masyarakat selaku pihak yang mengkonsumsi media. RANAH SOSIOLOGI KOMUNIKASI Sebagai sebuah disiplin ilmu, sosiologi komunikasi memiliki ranah atau domain. Menurut Bungin (2007:36), domain atau ranah sosiologi adalah individu, kelompok, masyarakat, dan sistem dunia. Selanjutnya, ranah-ranah ini juga bersentuhan langsung dengan wilayah lainnya seperti komunikasi, efek media massa, budaya kosmopolitan, proses dan interaksi sosial, dan teknologi informasi dan komunikasi. Ranah dari sosiologi komunikasi seolah-olah, sama dengan ranah dari sosiologi. Namun, tidaklah demikian. Sosiologi komunikasi tidak mengambil utuh ranah dari sosiologi. Begitu pula dengan komunikasi. Ranah sosiologi komunikasi juga tidak mengambil ranah 2015 11 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunikasi secara keseluruhan. Lalu, bagaimana hubungan antara ranah sosiologi komunikasi dengan ranah dari sosiologi dan komunikasi? Ternyata, sosiologi komunikasi menjembatani kajian-kajian yang dibicarakan baik dalam bidang ilmu komunikasi maupun sosiologi. Sebagaimana dibahas sebelumnya dalam pengertian sosiologi komunikasi bahwa sosiologi komunikasi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Ia merupakan salah satu cabang dari sosiologi yang secara khusus membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan proses komunikasi dalam masyarakat. Dengan demikian, kita dapat mengerti bahwa sosiologi komunikasi memperbincangkan berbagai isu berkenaan dengan komunikasi berdasarkan perspektif sosiologis. Misalnya saja, dampak media massa bagi masyarakat, dan sebagainya. KOMPLEKSITAS SOSIOLOGI KOMUNIKASI Studi sosiologi komunikasi bersifat interdisipliner. Artinya, sosiologi tidak saja membatasi diri pada persoalan komunikasi dan seluk beluknya, tetapi juga membuka diri pada kontribusi disiplin ilmu lainnya seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan zaman. Karena bersentuhan langsung dengan berbagai disiplin ilmu, maka dapatlah dikatakan bahwa studi sosiologi komunikasi sedikit rumit atau kompleks. Studi sosiologi komunikasi ikut dipengaruhi oleh perkembangan berbagai bidang ilmu di sekitarnya mulai dari perkembangan teknologi, budaya, sosiologi, hukum, ekonomi, dan bahkan negara. Bidang ilmu yang paling mempengaruhi perkembangan sosiologi komunikasi adalah teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini terjadi karena perubahan dan kemajuan teknologi komunikasi cenderung membawa dampak yang cukup besar terhadap kemajuan dan perubahan pada bidang-bidang ilmu lainnya seperti budaya, ekonomi, dan seterusnya. OBJEK SOSIOLOGI KOMUNIKASI Objek materil dari semua ilmu sosial adalah manusia. Sebagai salah satu disiplin ilmu sosial, sosiologi komunikasi juga menempatkan manusia sebagai objek kajian materilnya. Mari kita bahas satu per satu. Manusia sebagai objek materiil dari sosiologi komunikasi, berkenaan dengan aktifitas sosial manusia. Kita tahu, manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri. Setiap kita butuh orang lain. Anda masih ingat bukan bahwa salah satu aksioma dalam komunikasi yakni manusia tidak bisa tidak berkomunikasi. Sehingga dalam konteks sosiologi komunikasi, persoalan manusia difokuskan pada interaksi sosialnya dengan manusia lainnya dalam masyarakat. Selanjutnya, objek formal dari sosiologi komunikasi adalah proses sosial dan komunikasi dalam masyarakat atau interaksi sosial. teknologi 2015 12 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id telekomunikasi, media dan informatika. Kita tahu, kemajuan teknologi sangat membawa dampak dan perubahan yang besar dalam hampir seluruh aspek masyarakat. Salah satunya media massa. Pengaruh media massa bagi masyarakat tidak bisa terlepas dari kemajuan dan kecanggihan teknologi komunikasi. Efek media massa ikut membentuk berbagai perubahan dalam masyarakat. Sebut saja, ada perubahan pola dan gaya hidup masyarakat, menciptakan perubahan sosial dan pola komunikasi dalam masyarakat, hingga terciptanya komunitas atau masyarakat maya. Selain itu, pengaruh teknologi komunikasi pun dapat merambah ke dunia ekonomi dan hukum. 2015 13 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka BURHAN,Bungin. (2006). Sosiologi Komunikasi : Teori, paradigma, dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat. Jakarta : Kencana Prenada Media Group RITZER, Goerge, dan Douglas J.Goodman.(2007).Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam, Jakarta: Penerbit Prenada Media Group. SUTARYO. (2005). Sosiologi Komunikasi. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran WEST, Richard, dan Lynn H. Turner.(2008).Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. 2015 14 Sosiologi Komunikasi Yuliawati, S.Sos., M.Ikom. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id