MODUL PERKULIAHAN PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Marketing Communications & Advertising Tatap Muka 05 Kode MK Disusun Oleh MK85001 Ira Purwitasari S.Sos.,M.IKom Abstract Kompetensi Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Mahasiswa mampu menjelaskan tentang 12 prinsip/dalil dalam komunikasi. PRINSIP-PRINSIP DASAR PROSES KOMUNIKASI Proses Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses. Secara linier proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat (4) elemen atau komponen sebagai berikut: 1. Sumber/pengirim pesan/komunikator, yakni seseorang atau kelompok orang atau suatu organisasi/institusi yag mengambil inisiatif menyampaikan pesan. 2. Pesan, berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan, gambar, angka, gestura. 3. Saluran, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian/pengiriman pesan (radio, surat kabar, telepon, dll) 4. Penerima/komunikan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau organisasi/institusi yang menjadi sasaran penerima Disamping keempat elemen tersebut di atas atau dikenal pula sebagai model S-MC-R atau Source – Message – Channel – Receiver, maka terdapat elemen atau factor lainnya yang juga penting dalam proses komunikasi, yaitu : 1. Akibat/dampak/hasil, yang terjadi pada pihak penerima/komunikan 2. Umpan balik/feedback, yakni tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang diterimanya. 3. Gangguan/noise, yakni faktor-faktor fisik ataupun psikologis yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi. ‘13 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Ira Purwitasari S.Sos.,M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Secara sederhana proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1 Umpan balik Pesan ----------Saluran Sumber/ penerima Penerima/ Sumber Akibat/ hasil Umpan balik Gambar 2 Message Channel Source/ Encoding Decoding Interpreting Interpreting Decoding Encoding Receiver Receiver/ Source Message Feed-back Channel Keterangan gambar 2 : Source : Sumber pengirim pesan Encoding : Membentuk kode-kode pesan Decoding : Memecehkan/membaca kode-kode pesan Interpreting : Mengintepretasikan kode pesan Message : Pesan Channel : Saluran ‘13 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Ira Purwitasari S.Sos.,M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Receiver : Penerima pesan Feed-back : Umpan balik Proses komunikasi yang digambarkan tersebut (gambar 1 dan 2) dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama, pihak sumber membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu (misalnya melalui surat, telepon, atau kalau bentuk komunikasi percakapan langsung secara tatap muka maka yang menjadi salurannya adalah gelombang udara). Pihak penerima kemudian mengartikan dan mengintepretasikan pesan tersebut pesan tersebut.. apabila ia (penerima) punya tanggapan maka ia kemudian akan membentuk psan dan menyampaikannya kembali kepada sumber. Tanggapan yang disampaikan penerima pesan kepada sumber tersebut disebut sebagai umpan balik. Pihak sumber kemudian akan mengartikan dan mengintepretasikan tanggapan tadi dan kembali ia akan melakukan pembentukan dan penyampaian pesan baru. Demikian proses ini terus berlanjt secara sirkuler dimana kedudukan sebagai sumber dan penerima berlaku secara bergantian. Menurut Wilbur Schramm (1973, suatu proses atau kegiatan komunikasi akan berjalan baik apabila terdapat overlapping of interest (pertautan minat dan kepentingan) di antara sumber dan penerima pesan. Untuk terdinya overlapping of interest dituntut adanya persamaan (dalam tingkatan yang relative) dalam hal “kerangka referensi” (frame of reference) dari kedua pelaku menunjuk pada tingkat pendidikan, pengetahuan, latar belakang budaya, kepentingan, orienasi. Semakin besar tingkat persamaan dalam hal kerangka referensi, semakin besar pula overlapping of interest dan ini berarti akan semakin mudah proses komunikasi berlangsung. Proses komunikasi akan berjalan bail atau mudah apabila diantara para pelaku komunikasi yang terlibat terdapat banayk persamaan dalam hal kerangka referensi. Namun demikian, tidak berarti bahwa komunikasi baaru terjadi apabila kerangka referensi dari masing-masing pelaku (sumber dan penerima) relative sama. Artinya, apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang maka kita harus mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara lain yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain pihak sumber perlu mengenali karakteristik ‘13 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Ira Purwitasari S.Sos.,M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id individual, social dan budaya dari pihak penerima. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini Gambar 3 Overlapping of Interest A B Frame of Frame reference Of reference A dan B : para pelaku komunikasi M : Message/pesan II. Prinsip – Prinsip Komunikasi Prinsip 1 : Komunikasi adalah Suatu Proses Simbolik Salah satu kebutuhan manusia menurut Susanne K.Langer adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambing atau symbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambing meliputi kata-kata (pesan verbal), perlaku non verbal dan objek yang maknanya disepakati bersama, misalnya kata ‘kucing’ mewakili suatu makhluk berbulu dan berkaki empat yang bisa mengeong tanpa memerlukan kehadiran hewan tersebut. Symbol dapat pula merepresentasikan suatu konsep atau gagasan yang lebih abstrak, merepresentasikan seperti komunisme ditunjukkan atau oleh kata-kata gambar palu kemerdekaan, arit yang perdamaian, kapitalisme atau komunikasi yang membutuhkan penjelasan panjang. Pendeknya, sebagaimana dikatakan Geert Hofstede, symbol adalah kata, jargon, isyarat, gambar, gaya (pakaian, rambut) atau objek (symbol status) yang mengandung suatu makna tertentu yang hanya dikenali oleh mereka yang menganut suatu budaya. Lambang adalah salah satu kategori tanda. Tanda lebih luas daripada symbol karena mencakup juga indeks atau gejala yang mewakili sesuatu lainnya secara alamiah atau ditandai dengan hubungan sebab akibat misalnya uban sebagai tanda menua atau meringis sebagai tanda sakit. ‘13 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Ira Purwitasari S.Sos.,M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Lambang bersifat sebarang, manasuka, atau sewenang-wenang Apa saja bisa dijadikan lambing bergnatung pada kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan, tempat tinggal, jabatan (pekerjaan), olah raga, hobi, peristiwa, hewan, tumbuhan, gedung, alat (artefak), angka, bunyi, waktu dan sebagainya. Semua itu menjadi lambang. Contoh makanan yang bersifat simbolik, misalnya Mc Donald’s burger atau Kenctucky fried chicken di restoran cepat saji, bukan semata-mata mreka menyukai makanan itu namun karena makan di tempat itu member status tertentu. Padahal di kota-kota besar di Amerika justru orang-orang kelas menengah ke bawah yang gemar di restoran-restoran seperti itu. Kelas menengah atasnya enggan makanan tersebut karena menganggap sebagai “makanan sampah” (junk-food). Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna; kitalah yang member makna pada lambang Makna sebenarnya ada dalam kepala kita bukan terletak pada lambing itu sendiri. Kalaupun ada yang mengatakan bahwa kata-kata mempunyai makna, yang ia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk member makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Persoalan akan timbul bila para peserta komunikasi tidak member makna yang sama pada suatu kata. Misalnya sebagian orang percaya bahwa angka-angka tetentu mengandung maknamakna tertentu seperti kualitas (bagus atau jelek), kekuatan, keberuntungan atau kesialan. Seperti angka 9 atau 10 yang dipercaya sebagai angka keberuntungan bagi sebagian orang Lambang Bervariasi , lambing itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain dan dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. Begitu juga makna yang diberikan kepada lambing tersebut. Untuk menyebut benda yang Anda baca maka orang menyebutnya sebagai buku, orang Inggris book, orang Jerman buch dan orang arab kitab. Pendek kata, kita hanya memerlukan kesepakatan mengenai suatu lambang. Kalau kita sepakat semua, kita bisa saja menamai benda berkaki empat yang biasa kita duduki dengan ‘meja’ bukan ‘kursi’. ‘13 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Ira Purwitasari S.Sos.,M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Prinsip 2 : Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate). Tidak berarti bahwa komunikasi perilaku adalah komunikasi. Alih-alih komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Setiap perilaku memiliki potensi untuk ditafsirkan. Jika seseorang tersenyum maka ia ditafsirkan bahagia, kalau ia cemberur, ia ditafsirkan marah. Bahkan ketika kita berdiam diri sekali pun, ketika kita mengundurkan diri dari komunikasi dan lalu menyendiri, sebenarnya ia mengkomunikasikan banyak pesan. Orang lain mungkin akan menafsirkan diam kita sebagai malu, segan, ragu-ragu, tidak setuju, tidak peduli, marah atau bahkan sebagai malas atau bodoh. Prinsip 3 : Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu dan bagaimana seharusnya pesan ditafsirkan. Sebagai contoh, kalimat “aku benci kamu” yang diucapkan dengan nada menggoda mungkin sekali berarti sebaliknya. Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan sedangkan dimensi hubungan merujuk pada unsure-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel dalam surat kabar, misalnya bukan hanya bergantung pada isinya namun juga pada siapa penulisnya, tata letak (lay-out)-nya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan dan sebagainya. Pesan yang sama dapat menimbulkan pengaruh yang berbeda bila disampaikan oleh orang yang berbeda. Biasanya artikel yang ditulis orang yang sudah dikenal akan dianggap lebih berbobot bila dibandingkan dengan tulisan oranng yang belum dikenal. Prinsip 4 : Komunikasi itu Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika Anda melamun sementara orang memerhatikan Anda) hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari (ketika berpidato). Kesengajaan bukanlah ‘13 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Ira Purwitasari S.Sos.,M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id syarat untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain,perilaku kita potensial untuk ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Dalam komunikasi sehari-hari, terkadang kita mengucapkan pesan verbal yang tidak kita sengaja. Nmaun lebih banyak lagi pesan nonverbal yang kita tunjukkan tanpa kita sengaja. Misalnya, seorang mahasiswa bisa tanpa sengaja bertolak pinggang dengan sebelah lengannya ketika presentasi di hadapan suatu tim dosen sebagai kompensasi dari kegugupannya yang boleh jadi dipersepsi oleh dosennya sebagai wujud kegugupannya atau kurang sopan atau keangkuhan. Dalam komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya ketidaksengajaan berkomunikasi ini lebih relevan lagi untuk kita perhatikan. Banyak kesalahpahaman antarbudaya sebenarnya disebabkan oleh perilaku seseorang yang tidak disengaja yang dipersepsi, ditafsirkan dan direspon oleh orang dari budaya lain. Prinsip 5 : Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ruang, waktu, social dan psikologis. Seorang tamu yang hanya diterima penghuni di halaman rumah menunjukkan tingkat penerimaan yang berbeda bila dibandingkan dengan penerimaan di teras, di ruang tamu, ruang tengah, dan di kamar pribadi. Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan. Dering telepon pada tengah malam atau dini hari akan dipersepsikan berbeda dibandingkan dengan dering telepon pada siang hari. Dering telepon di malam hari mungkin berita sangat penting. Kunjungan seorang mahasiswa kepada teman perempuannya pada malam minggu akan dimaknai lain dibanduingkan dengan kedatangannya pada malam biasa. Kehadiran orang lain sebagai konteks social juga akan mempengaruhi orangorang yang berkomunikasi. Misalnya, dua orang yang diam-diam berkonflik akan merasa canggung bila tidak ada orang sama sekali di dekat mereka. Suasana psikologis peserta komunikasi juga sangat mempengaruhi suasana komunikasi. Komentar seorang istri mengenai kenaikan harga kebutuhan rumah tangga dan kurangnya uang belanja pemberian suaminya yang mungkin akan ditanggapi dengan kepala dingin oleh suaminya dalam keadaan biasa atau keadaan santai, boleh jadi akan membuat sang suami berang bila istri menyampaikan ‘13 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Ira Purwitasari S.Sos.,M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komentar tersebut pada saat suami baru pulang kerja dan tengah menaglami konflik di kantornya pada hari itu. Prinsip 7 : Komunikasi Itu Bersifat Sistemik Komunikasi juga menyangkut suatu sistem dari unsure-unsurnya. Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi itu, yaitu sistem internal dan sistem eksternal. Sistem Internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh seorang individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi yang ia cerap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja dan sebagainya). Istilah lain yang identik dengan sistem internal ini adalah kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (field of experience), struktur kognitif (cognitive structure), pola pikir (thinking pattern) Sistem eksternal terdiri dari unsure dalam lingkungan di luar individu termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di sekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperature ruangan. Elemen-elemen ini adalah stimuli public yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi. Prinsip 8 : Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya Semakin Efektiflah Komunikasi Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia yang persis sama. Namun kesamaan terdapat pada hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku), bahasa, tingkat pendidikan atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. Prinsip 9 : Komunikasi Bersifat Nonsuensial Pada dasarnya komunikasi berlangsung dalam suatu tatanan. Komunikasi yang berlangsung satu arah (linier), dan komunikasi dua arah (sirkuler). Meskipun sifat sirkuler digunakan untuk menandai proses komunikasi sebenarnya tidak terpola secara kaku. Pada dasarnya, unsure-unsur tersebut tidak berada dalam suatu ‘13 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Ira Purwitasari S.Sos.,M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tatanan yang bersifat linier, sirkuler atau tatanan lainnya. Unsure-unsur proses komunikasi boleh jadi beroperasi dalam suatu tatanan tadi tetapi mungkin pula, setidaknya sebagian dalam suatu tatanan yang acak. Prinsip 10 : Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis,dan Transaksional Komunikasi sebagai proses adalah komunikasi yang tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir melainkan merupakan proses yang sinambung (continuous). Misalnya, seseorang yang menyampaiak pidato. Apakah komunikasinya terjadi saat pembicara berdiri di belakang podium? Ketika ia memasuki ruangan? Atau ketika ia memulai pembicaraannya? Dan komunikasi tersebut berakhir? Kecuali bila khalayak melupakan pesan si pembicara begitu pembicara selesai dengan pidatonya, khalayak akan terus memberi makna terhadap pidatonya berbula-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. Maka kita dapat mengatakan bahwa komunikasi tidak berhenti pada saat pidato itu selesai. Implikasi dari proses komunikasi sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan) hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya). Ada orang yang perubahannya sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu, tetapi perubahan akhirnya (secara kumulatif) cukup besar. Namun ada juga orang yang berubah secara tibatiba misalnya melalui cuci otak atau konversi agama seperti banyak yang erjadi akhir-akhir ini berkaitan dengan isu ‘Negara Islam Indonesia’ (NII) yang banyak merekrut anak-anak muda untuk di cuci otaknya sehingga mereka mau melakukan apa saja sesuai dengan keinginan kelompok tersebut. Implikasi dalam proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyandian (encoding) dan penyandian balik (decoding). Kedua proses itu meskipun secara teoritis dapat dipisahkan, sebenarnya terjadi secara serempak bukan bergantian. Keserempakan inilah yang menandai komunikasi sebagai transaksi. Jadi, kita tidak menyandi pesan lalu menunggu untuk menyandi balik respon orang lain. Kita melakukan kedua kegiatan itu pada saat yang (hampir) bersamaan ketika kita berkomunikasi. Prinsip 11 : Komunikasi Bersifat Irreversible Dalam komunikasi, sekali kita mengirimkan pesan maka kita tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak. Sama halnya dengan ketika kita menembakkan sebutir peluru atau melepaskan suatu anak panah dari busurnya ‘13 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Ira Purwitasari S.Sos.,M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id maka kita tidak dapat menarik kembali peluru atau anak panah tersebut. Hal ini terutama terasakan sekali bila kita mengirimkan suatu pesan yang menyinggung perasaan orang lain. Meskipun orang tersebut telah memaafkan kita, perasaannya terhadap kita mungkin sekali tidak persis sama dibandingkan dengan sebelum kita mengirimkan pesan tersebut. Seperti ungkapan “To forgive but not to forget” (kita bisa memaafkan kesalahan orang lain tapi tidak akan dapat melupakannya). Sifat Irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Prinsip ini seyogianya menyadarkan kita bahwa kita harus hati-hati untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain sebab efeknya tidak bisa ditiadakan Prinsip 12 : Komunikasi Bukan Panasea Untuk menyelesaikan Berbagai Masalah Banyak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi itu sendiri bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu. Karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah structural. Agar komunikasi efektif, kendala structural ini harus juga diatasi. Misalnya, meskipun pemerintah bersusah payah untuk menjalin komunikasi yang efektif dengan warga Aceh, warga Riau, dan warga Papua, tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila pemerintah memperlakukan masyarakat di wilayah-wilayah itu secara tidak adil dengan merampas kekayaan alam mereka dan mengangkutnya ke pusat. Daftar Pustaka 1. Devito, Joseph A., Komunikasi Antar Manusia – Kuliah Dasar, e.d. ke-5, profesional Books, 2011 2. Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarja, Bandung, 2007 ‘13 2 Pengantar Ilmu Komunikasi Ira Purwitasari S.Sos.,M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id