MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI Efek Sosial Komunikasi Massa Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 09 Kode MK Disusun Oleh 85005 Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom. Abstract Kompetensi Komunikasi massa memuat efek, dampak, atau akibat tertentu bagi khalayaknya. Berbagai efek ini dijabarkan melalui analisa teori-teori efek media. Berbagai efek dari terpaan media massa berkonsekuensi pada perubahan individual maupun masyarakat. Mahasiswa diharapkan memahami pengertian efek komunikasi massa dan disfungsi efek komunikasi massa. . Efek Sosial Komunikasi Massa Pendahuluan Komunikasi massa secara praktis dan akademis diyakini membawa pengaruh, dampak, atau efek. Efek komunikasi massa terhadap khalayak memuat keragaman permasalahan yang menimbulkan ketidaksepakatan sebab banyaknya persoalan dari efek kecil hingga efek berdampak besar yang tidak terhitung jumlahnya. Efek komunikasi massa kenyataan dijumpai dalam keseharian kita. Pilihan cara berbusana sebagian besarnya kita contek dari model berpakaian selebritas yang kerap muncul di televisi. Ungkapan-ungkapan bahasa yang tengah in di media massa kemudian kita pakai dalam percakapan kita sehari-hari dengan orang lain. Contoh kecil efek media tersebut mempengaruhi orang banyak dalam menetapkan orientasi pikir, sikap, dan perilaku terhadap suatu gejala dari cara berpakaian maupun pilihan kosakata dalam berbahasa. Munculnya efek media terhadap audience, satu kepastian yang tidak dapat disanggah. Telah banyak dilakukan penelitian untuk membuktikan jika media menjadi penyebab satusatunya bagi dampak sosial tertentu sekalipun dikatakan McQuail tidak mudah mengasumsikan media sebagai fakta tunggal penyebab efek tententu bagi masyarakat, oleh sebab luasnya cakupan persoalan yang tidak terhitung jumlahnya (McQuail, 1987:228). Persoalan-persoalan dampak sosial yang diakibatkan pengaruh media massa dilatari berbagai faktor lingkungan berupa kepentingan pemerintah, kebutuhan industri, kepentingan kelompok penekan, propaganda politik maupun komersial, tekanan opini publik, dan model Ilmu Sosial. Pada Modul ini kita akan menelaah terkait dampak komunikasi massa yang menimbulkan efek fungsional dan disfungsional di dalam masyarakat. Untuk itu kita perlu memahami terlebih dahulu definisi efek komunikasi massa dan definisi efek yang diharapkan dari komunikasi massa. Pengertian Efek Pesan-pesan yang disebarkan media massa melalui beragam salurannya mengakibatkan munculnya efek bagi penerima pesan. Efek komunikasi massa ini dapat kita definisikan sebagai : Perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri audience sebagai akibat keterpaan pesan-pesan media. ‘13 2 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Merujuk pada Schramm dalam How Communication Works (dalam Jean M. Civikly 1974, dalam Wiryanto, 2003:134) efek komunikasi massa dapat digolongkan ke dalam efek yang bersifat umum dan efek yang bersifat khusus. 1. Efek Bersifat Umum Penyampaian pesan-pesan melalui media massa dapat diramalkan membawa akibat perubahan cara hidup orang banyak. Melalui terpaan pesan-pesan media yang berlangsung dari hari ke hari secara terus-menerus menjadikan suatu proses efek dasar bagi perubahan-perubahan pengetahuan, sikap, maupun perilaku masyarakat 2. Efek Bersifat Khusus Setiap pesan-pesan media yang ditujukan pada individu dalam suatu mass audience diperkirakan menimbulkan efek perubahan perilaku perorangan. Artinya, bermacammacam pesan yang ditebarkan secara massal melalui beragam alternatif media, mengarahkan individu sebagai subjek komunikasi yang melaksanakan proses seleksi terhadap isi pesan sesuai dengan kapasitas pengetahuannya yang pada gilirannya menentukan pilihan sikap dan perilakunya terhadap isi pesan media massa. Dua kategori efek yang dikemukakan Schramm dapat kita tarik pemahaman jika pengkajian efek komunikasi massa terhadap audience memfokuskan pada dua hal penting, pertama: efek komunikasi massa jelasnya membawa pengaruh pada terjadinya perubahan sosial kebudayaan masyarakat – dan kedua, efek komunikasi massa hanya dapat diramalkan pada efek perorangan tidak pada mass audience-nya. Intensitas perhatian setiap orang terhadap pesan-pesan media dapat bermacammacam. Setiap waktunya media menawarkan pesan-pesan pada setiap individu dalam satuan kategori penduduk suatu wilayah yang terdiri dari anggota individu dalam segmentasi jenis seks, usia, pelapisan pendidikan maupun golongan ekonomi, strata keyakinan beragama, kelompok ras dan etnis. Organisasi media ini, menawarkan acara-acaranya melalui radio, televisi, artikel dalam majalah atau buku, pertunjukan bioskop, reklame periklanan – yang kesemua pesan ditujukan bagi golongan khusus masyarakat sesuai segmentasi isi pesan namun kenyataannya keterpaan pesan media dialami oleh setiap orang tanpa kecuali dari berbagai pelapisan masyarakat. Untuk itu, sangat sulit bagi kita merumuskan efek komunikasi massa dalam konteks mass audience sebab keterpaan media secara khusus berlangsung dalam level individual yang kemudian dapat kita generalisir membawa efek yang merubah masyarakat dalam skala makro. Berbagai cara dilakukan guna merumuskan efek-efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak. Teori-teori tentang efek komunikasi massa secara umum digolongkan dalam tiga model: ‘13 3 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Model Teori Peluru Bullet Theory atau Stimulus Response istilah lain untuk menyebut Teori Peluru. Pandangan ini sifatnya mekanistik artinya khalayak diposisikan sebagai pihak yang pasif dalam menerima terpaaan pesan. Media massa memiliki efek yang amat kuat dalam membentuk stimulus (rangsangan) hingga terciptanya respon (tanggapan) masyarakat secara langsung terhadap isi pesan media. Model atau Teori Peluru ini dipararelkan dengan Teori Jarum Suntik (Hypodermic Neddle Theory) yang menganalogikan pesan-pesan media ibarat jarum suntik raksasa yang dapat menginjeksi mass audience hingga tindak berdaya. Media membawa efek yang demikian kuat atau all-powerfull media massa – terhadap individu-individu sehingga pandangan ini mengisyaratkan jika setiap orang tampak distandarisasi, diotomatisasi, dan terlepas dari hubungan antar peribadi. Kecenderungannya bisa kita lihat pada homogenisasi nilai-nilai, produksi konsumsi massal, hingga terbentuknya kebudayaan massa. Sekalipun teori ini menilai individu dalam pandangan taken for granted, namun kelihatannya teori ini masih relevan dipakai untuk menjelaskan jika media massa memiliki kekuatan demikian besar membentuk (mengubah) opini publik. 2. Model Efek Terbatas Limited Effects Model muncul sebagai teori yang menerangkan gejala komunikasi massa yang berbeda sifatnya dengan kasus pada Teori Jarum Suntik. Pada kasus efek terbatas, dikatakan jika komunikasi massa tidak memiliki andil dalam merubah kognitif, afektif, dan konatif audience hanya jika khalayak mengkomunikasikan pesan pada orang lain maka media massa dikatakan dapat membawa pengaruh pada terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku. Kombinasi komunikasi antar peribadi dan komunikasi massa menjadi penjelasan bagi Konsep Efek Terbatas. Perlu dipahami bahwa pesan-pesan media tidak seluruhnya dapat mencapai sasaran massa secara langsung, sebagian besar berlangsung bertahap mulai dari mass media kepada opinion leader dan dari pemuka pendapat disebarkan kepada khalayak sebagai followers dari opinion leader. 3. Model Efek Moderat Moderat Effects Model mengarahkan perhatian pada audience yang cenderung aktif mencari informasi tidak terbatas mengandalkan keberadaan opinion leader. Inti dari tujuan komunikasi ini adalah pembaca, pendengar, pemirsa memanfaatkan komunikasi massa untuk tujuan kepuasaan. Kepuasan dalam hal memenuhi kebutuhan (needs), keinginan (requirements). ‘13 4 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (wants), dam kepentingan Pengertian Efek yang Diharapkan Komunikasi massa berkonsekuensi terhadap khalayaknya baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Kerja lembaga media dikatakan efesien manakala institusi media dapat mencapai tujuan tententu sesuai dengan pedoman kerja yang telah ditetapkan di dalam organisasi bisnisnya. Tentunya, setiap institusi media bertujuan seragam yakni tercapainya sasaran pesan yang dapat membawa efek perubahan kognitif, afektif, dan konatif pada khalayak luas. Segenap perubahan ini berimbas pada tercapainya tujuan komersial ketika sebagian besar orang membeli satu produk yang diiklankan melalui televisi, ini hanya satu contoh kecil dari efek komunikasi massa. Terpaan iklan setiap harinya mendorong setiap orang memperoleh referensi ide tentang sesuatu hal hingga perlahan-lahan gagasan baru diterima di dalam akalnya hingga mendorong kepekaan sikap tertentu dan akibat akhirnya diputuskan satu perilaku untuk mengkonsumsi ide tersebut dalam aktifitas kehidupannya. Hal ini adalah fenomena sosial kehidupan masyarakat industri yang lekat dengan media massa sebagai saluran transformasi pengetahuan utama. Tanpa mengabaikan media distribusi pengetahuan lain seperti keluarga, lingkungan teman bermain maupun pekerjaan, dan institusi pendidikan – namun, perlu kita sadari bersama jika media massa memiliki kekuatan yang relatif kuat mempengaruhi cara kita memperoleh pengetahuan. Berkenaan dengan realitas serupa inilah, maka komunikasi massa dinilai memiliki efek yang perlu kita bersama perhatikan. Dikatakan Zulkarimein Nasution (2004:7.4), media massa dianggap selaku agen transformasi informasi yang dianggap bertanggung jawab dalam hal: 1. Membentuk budaya massa 2. Meningkatkan kenakalan remaja 3. Penyumbang perilaku non-konformis 4. Mengarahkan opini publik bagi kepentingan politik 5. Menekan kreatifitas Sejalan dengan McQuail (1987:68), bahwa komunikasi massa jelasnya memiliki tujuan, memberikan informasi kepada masyarakat – konsekuensi, membuat masyarakat mengetahui informasi – dan harapan, media idealisasinya memenuhi penyampaian informasi sesuai kebutuhan orang banyak. Ketika media massa menjalankan tujuannya dan tidak berpararel dengan harapan masyarakat maka yang terjadi dapat kita amati bersama melalui budaya televisi kita, ketika ulasan “gratifikasi seks Ahmad Fathonah” diagendakan dalam porsi lebih banyak cenderung dibesarkan mengkecilkan berita “kenaikan BBM” atau “bencana pekerja tambang PT Freeport Indonesia”. Efek Sosial Komunikasi Massa ‘13 5 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pada teori imitasi dan sugesti dari Davis P. Philips. Philips adalah ahli sosiologi. Ia menyebutkan bahwa teorinya bukanlah hal yang baru. Ahli-ahli sosiologi seperti Tarde, Le Bon, dan Mead telah membicarakan peranan imitasi dan sugesti. Begitu pula para psikolog telah banyak mengulas teori modeling. Yang baru dari Philips ialah menggunakan kerangka teori imitasi pada efek media massa terhadap anggota-anggota masyarakat. Misalkan, peristiwa bunuh diri diberitakan besar-besaran dalam televisi apakah berita tu akan mendorong anggota-anggota masyarakat untuk melakukan bunuh diri pula ? David P. Philips menjawab “ya”. Ia menguji hipotesisnya dengan meniliti peristiwa bunuh diri dan kecelakaan mobil sesudah publikasi bunuh diri dalam media massa. Hasilnya dilaporkan: (1) peristiwa bunuh diri bertambah secara menonjol setelah publikasi bunuh diri ; (2) kecelakaan mobil yang fatal juga meningkat setelah pemberitaan bunuh diri; (3) kecelakaan mobil yang dikemudikan sendiri juga meningkat.; (4) usia bunuh diri dalam berita media massa; (5) makin luas pemberitaan peristiwa bunuh diri, makin besar peningkatan jumlah orang yang bunuh diri atau mendapat kecelakaan lalulintas yang fatal; (6) tingkat bunuh diri tertinggi dan tingkat kecelakaan tertinggi terjadi terutama sekali pada wilayah geografis dimana diberitakan peristiwa bunuh diri. Penelitian Philips menarik. Apalagi setelah ia juga menganalisa hubungan antara publikasi peristiwa bunuh diri dengan kecelakaan pesawat terbang di Amerika Serikat. Tampaknya, banyak pilot yang membunuh diri dengan mencelakakan pesawat yang dikendalikannnya, berikut penumpang-penumpangnya karena “terilhami” oleh peristiwa bunuh diri yang dilihatnya pada media massa. Yang lebih menariknya lagi sebetulnya penjelasan Philips tentang teorinya. Ia menyebut proses imitasi ini sebagai penularan cultural (cultural contagion) yang ia analogikan dengan penularan penyakit (biological contagion). Ia menyebutkan enam karakter penularan cultural: 1) Periode Inkubasi. Dalam penularan penyakit, gejala penyakit baru muncul beberapa saat setelah orang dikenai mikroorganisme. Phillips membuktikan bahwa peristiwa bunuh diri berikutnya terjadi rata-rata tiga atau empat hari sesudah pemberitaan bunuh diri. 2) Imunisasi. Penyakit menular dapat dihindari dengan imunisasi. Kita dapat mengimunisasi orang terhadap penyakit cacar dengan menginjeksikan dengan dosis kecil mikroorganisme lain yang sejenis (misalnya, cowpox). Begitu pula, orang tidak akan terpengaruh oleh peristiwa bunuh diri, bila kepadanya telah diberikan berita-berita bunuh diri yang kecil-kecil. 3) Penularan Khusus atau Umum. Dalam penularan biologis, mikroorganismetertentu hanya menyebabkan penyakit tertentu. Bakteri diphtheria ‘13 6 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hanya menyebabkan diphtheria. Menurut Phillips, kisah bunuh diri ternyata dapat menular khsus dan juga umum. Peristiwa seseorang yang bunuh diri menyebabkan kecelakaan kendaraan yang ditumpangi oleh pengemudinya saja ; tetapi juga dapat mendorong peristiwa bunuh diri dan kecelakaan mobil. 4) Kerentanan untuk Ditulari. Orang-orang yang tergangu kesehatan biologisnya mudah ditulari penyakit. Demikian pula mereka psikologis sakit (misalnya rendah diri, sering gagal, kehilangan pegangan hidup cenderung mudah meniru peristiwa bunuh diri. 5) Media Infeksi. Beberapa penyakit ditularkan lebih efektif lewat media tertentu. Kolera lebih mudah menyebar melalui air dari pada udara. Pneumonia sebaliknya. Dalam penelitian Phillips, peristiwa bunuh diri lebih cepat menular bila diberitakan oleh surat kabar dari pada televisi. 6) Karantina. Penyebaran penyakit dapat dihentikan dengan mengkarantinakan individu yang menderita penyakit itu. Penderita TBC dikrim ke sanatorium. Phillips menemukan bahwa peniruan bunuh diri dapat dikurangi dengan mengurangi publisitas peristiwa bunuh diri. Ia juga menemukan bahwa berita bunuh diri yang dimuat pada halaman dalam (halaman 3 atau 4) surat kabar tidak menimbulakan efek pada kematian berikutnya. Efek Pesan Media dan Efek Terhadap Khalayak Menurut Steven M. Chaffe (Ardianto dkk, 2004) efek media massa dapat dilihat dari pendekatan yang berkaitan dengan : a. Efek dari Pesan atau media itu sendiri, diantaranya 1. Efek Ekonomi. Media massa pada dasarnya merupakan institusi ekonomi yang kehadirannya harus dipahami sebagai bagian dari industrialisasi. Industri media mampu menggerakkan perekonomian masyarakat karena media massa melibatkan investasi yang cukup besar dan mampu menyerap tenaga kerja yang banyak pula mulai dari proses pengumpulan, produksi, dan penyajian serta penyebaran informasi kepada khalayak. Selain itu media massa juga melibatkan rantai produksi yang panjang yang mampu menggerakkan sektor sektor lainnya seperti periklanan, yang pada akhirnya media membantu menggerakkan berbagai konsumsi barang dan jasa di tengah masyarakat. 2. Efek Sosial. Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Misalnya dengan kehadiran media massa orang dapat membangun jaringan interaksi sosial yang baru. ‘13 7 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dengan adanya acara tertentu, ada kemungkinan munculnya kelompok kelompok penggemar setia/fans, misanya kelompok fans artis sinetron tertentu. 3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari. Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya pada sore hari seluruh anggota keluarga berkumpul bersama sambil bercengkerama menyaksikan acara sinetron televisi. Atau aktivitas sebagian orang yang menikmati berita televisi sebelum berangkat ke kantor. 4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman. Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan menghilangkan perassan tidak nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya. Menikmati program musik atau sinetron di televisi misalnya bisa menjadi hiburan dan saarna melepas kepenatan. 5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu. Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perassan tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut. Misalnya kelompok penonton tertentu merasa lebih tertarik untuk memperoleh berita dari media tertenu yang mereka anggap lebih jujur dan obyektif. b. Efek pada Khalayak, yang ditimbulkan dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yang berupa perubahan pengetahuan, sikap, perasaan dan perilaku, diantaranya: 1. Efek Kognitif/pengetahuan. Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya memberikan pengetahuan dan informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Dalam efek kognitif juga dikenal efek Proposional Kognitif. Menurut Adianto (2009) efek proposional kognitif adalah bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. 2. Efek Afektif/sikap. Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekadar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa. ‘13 8 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan dari media massa adalah sebagai berikut: - Suasana Emosional --- Suasana emosinal muncul saat orang memberikan respon tertentu, misalnya sedih, terharu, atau gembira saat menikmati acara tertentu. Menikamti acara komedi misalnya membuat orang tertawa terbahak bahak - Skema kognitif --- Skema kognitif merupakan naskah yang ada di dalam pikiran individu yang menjelaskan alur peristiwa. - Suasana Terpaan --- Suasana terpaan adalah perasaan individu setelah menerima terpaan informasi tertentu dari media massa. Misalnya saat kita menikmati acara yang menyeramkan, maka kita akan terbawa pada suasana mencekam yang ditimbulkan dari tayangan tersebut - Predisposisi Individual --- Predisposisi Individual mengacu kepada karakteristik individu. Individu yang melankolis cenderung menghadapi tragedi lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang periang dan mempunyai sifat terbuka cenderung akan lebih senang bila melihat adegan-adegan lucu daripada orang yang melankolis. - Faktor Identifikasi --- Menunjukkan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca, pendengar akan menempatkan dirinya di posisi tokoh. Kemudian pada tahun 1960,Joseph Klapper melaporkan hasil penelitian yang komprehensif tentang efek media massa. Dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh media massa dapat disimpulkam pada lima prinsip umum: 1. Pengaruh komunikasi massa diantaranya oleh factor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif, keanggotaan kelompok. 2. Karena factor-faktor ini, komunikasi massa biasanya berfungsi memperkooh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadnag berfungsi sebagai media pengubah (agent of charger); 3. Bila komunikasi menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada perubahan seluruh sikap (konversi) dari satu segi ke segi yang lain. 4. Komunikasi massa cukup afektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang dimana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan konversial. 5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada prediaposisi yang harus diperteguh. ‘13 9 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengapa para peneliti tidak berhasil menemukan perubahan sikap yang berarti sebagai pengaruh media massa dapat dijelaskan karna berbagai alasan sebagai berikut: 1. Diduga media massa sebenarnya efektif dalam mengubah sikap dan perilaku, tetapi alat ukur kita gagal untuk mendeteksi perubahan tersebut; 2. Terjadi terpaan selektif yang menyebabkan orang cenderung menerima hanya informasi yang menunjang konsepsi yang telah ada sebelumnya; 3. Ketika kita mengukur efek media massa, kita mengukur efek yang saling menghapus, artinya artinya orang menerima bukan saja media massa yang mengkampanyekan hal tertentu, tetapi juga media yang menentang hal tersebut; 4. Media memang tidak menyebabkan orang beralih sikap, tapi hanya memperkokoh kecenderungan yang sudah ada, sehingga setiap pihak dengan kampanye, berusaha menghindari pindah ke pihak lain; 5. Umumnya kita mengukur efek media massa pada sikap-sikap politik yang didasarkan pada keyakinan yang dipegang teguh, bukan pada sikap terhadapmerek minyak wangi tertentu; 6. Diduga mereka yang diterpa media massa adalah orang-orang yang lebih terpelajar, lebih tahu, dan juga lebih stabil dalam hal kepribadian, sehingga mereka menerima pesan media dengan gagasan yang sudah terumus lebih tegas: 7. Diduga media massa tidak berpengaruh langsung pada khalayak, tetapi melewati dulu pemuka-pemuka pendapat- ini lazimnya disebut teori dua langkah (two-step flow); 8. Media massa tidak mengubah pendapat, tetapi-seperti dijelaskan pada agenda setting-memengaruhi penonjolan suatu isu diatas isu yang lain. 3. Efek Konatif atau Behavioral. Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan. Misalnya saja orang yang terpengaruh oleh iklan televisi akan cenderung membeli produk yang diiklankan tersebut. Selanjutnya menurut Chaffee, efek media massa pada ketiga ‘13 10 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tingkatan, yakni kognitf (knowledge), afektif (attitudes) dan konatif (behaviour) tersebut dapat menyebabkan efek pada tiga bagian, yakni : - Individu - Hubungan interpersonal - Sistem sosial yang lebih luas, seperti komunitas dan masyarakat Kesimpulan Komunikasi massa memuat efek tertentu yang berkontribusi pada terjadinya perubahan individual dan perubahan masyarakat secara umum. Pada sifat perubahan yang pertama, efek yang diakibatkan oleh terpaan media dapat mempengaruhi cara pengambilan keputusan seseorang yang perubahannya dapat diamati dalam waktu yang singkat. Adapun pada persoalan efek komunikasi massa yang mendorong efek perubahan dalam skala masyarakat luas, perubahannya tidak tampak dalam waktu singkat namun dalam jangka panjang komunikasi massa diyakini membawa pengaruh dramatis dalam cara hidup orang banyak. Dalam persoalan meninjau efek-efek komunikasi massa maka dapat dirumuskan gejala efek ini pada tiga kategori, yaitu Teori Peluru, Teori Efek Terbatas, dan Teori Efek Moderat. Ketiga pandangan ini membantu kita untuk menerangkan jika individu ketika terterpa isi pesan media dapat bersikap pasif bahkan sebaliknya aktif merumuskan kepentingannya pasca diterpa media. Kemudian pada sesi berikutnya, kita membahas pengaruh efek komunikasi massa dalam konteks makro. Di mana, efek media massa diyakini Nasution membawa pada lima gejala perubahan negatip dalam masyarakat luas yang menjadi tanggung jawab sepenuhnya lembaga media. ‘13 11 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Ardianto, E.L. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa, 2004 Desiana E. Pramesti. Modul Bahan Ajar Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Mercu Buana. Rakhmat, Jalaludin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga. Nasution, Zulkarimein. 2004. Materi Pokok Sosiologi Komunikasi Massa, 1-9; SKOM4205/3SKS, Edisi Kedua, Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas Terbuka. Wiryanto. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Penerbit Program Pasca Sarjana, Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama). ‘13 12 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id