Steve Jobs, inovator Apple, yang wafat 5 Oktober 2011 setelah menderita kanker selama tujuh tahun, menuliskan refleksinya tentang kematian: “Tidak ada yang mau mati. Bahkan orang yang ingin pergi ke surga tidak mau mati untuk mencapainya. Akan tetapi, kematian adalah tujuan kita semua. Tidak seorang pun berhasil lari darinya, dan begitulah seharusnya, karena kematian mungkin sekali ciptaan kehidupan yang terbaik. Ia merupakan agen pengubah kehidupan. Ia menyingkirkan yang tua untuk membuka tempat bagi yang muda” Berbicara tentang kematian melibatkan dua hal: pengetahuan manusia yang sangat terbatas, serta kesedihan dan ketakutan yang mengiringi pembicaraan. Manusia sedih dan takut lantaran keinginan hidup terus menerus. Nabi Adam AS, terusir dari surga akibat tergiur janji palsu iblis, “Maukah kamu kutunjukkan pohon kekekalan dan kekuasaan yang tidak habis-habisnya” (QS. Thaha: 120) Filosof Prancis, Paul Sartre, mengungkapkan dua hal yang mungkin meringankan kehidupan malapetaka kematian: 1. Kematian adalah risiko kehidupan, dan karenanya tidak seorang pun hidup kecuali akan mati. 2. Semakin banyak orang yang ‘disentuh’ malapetaka kematian seharusnya semakin ringan dan tidak menimbulkan kesedihan yang berlarut-larut. Bunuh diri Bunuh diri (suicidium, dari sui caedere, "untuk membunuh diri sendiri") adalah perbuatan sengaja menyebabkan seseorang menemui ajal. Bunuh diri banyak dilakukan keluar dari keputusasaan atau dikaitkan dengan beberapa mendasari gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia , alkoholisme , atau penyalahgunaan obat . Problem keuangan atau masalah dengan hubungan interpersonal sering memainkan peran penting. Diperkirakan lebih dari satu juta orang per tahun terjadi bunuh diri. Pandangan tentang bunuh diri telah dipengaruhi oleh pandangan budaya yang lebih luas tentang tema-tema eksistensial seperti agama , kehormatan , dan makna hidup . Beberapa budaya memandang bunuh diri sebagai kehormatan. Bunuh diri kamikaze di Jepang yang dilakukan karena malu tidak mampu menunaikan tugas atau berbuat kesalahan fatal. Bunuh diri Satti di India, bunuh diri perempuan yang ditinggal wafat suami dengan mengobarkan dirinya di atas tumpukan kayu pembakaran jenazah. Dalam berbagai agama, bunuh diri merupakan pelanggaran atas hak hidup yang diberikan Tuhan. Maka, atas nama apapun bunuh diri tidak diperkenankan, termasuk alasan medis (euthanasia aktif). Sekalipun menjadi isu kontroversial dalam lanskap etika modern, pertanyaan apakah kematian itu hak bagi manusia untuk menentukannya? Bunuh Modern Dalam kacamata sosiologi, bunuh diri terbagi menjadi tiga: 1. Egoistic suicide (bunuh diri lantaran urusan pribadi) 2. altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain) 3. anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat kebingungan). Bunuh diri di saat ini terjadi lantaran kohesifitas (kerekatan) yang memudar, dan pergeseran makna kebahagiaan. 4. Fatalistic suicide (bunuh diri karena pengaturan masyarakat yang berlebihan). Tokoh Psikoanalisa, Freud mengutarakan bahwa dalam diri manusia thanatos (dorongan untuk bunuh diri), tapi dorongan ini tidak cukup dalam melahirkan perbuatan bunuh diri. Teropong Islam Kehidupan manusia bukan menjadi hak milik pribadi, sebab dia tidak dapat membuat dirinya, anggotanya ataupun sel-selnya. Diri manusia pada hakekatnya hanyalah sebagai barang titipan yang diberikan Allah. "Dan jangan kamu membunuh diri-diri kamu, karena sesungguhnya Allah maha belas-kasih kepadamu." (an-Nisa': 29)