Matakuliah : O0042 - Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERSPEKTIF DAN URGENSI MEMPELAJARI SOSIOLOGI Pertemuan 01 1. BERGAGAI MACAM PERSEPEKTIF TERHADAP SUATU PERISTIWA Ilustrasi: Sebuah unit Polisi sedang berpatroli di sekitar sebuah apartemen ibu kota. Dari dalam mobil dan kebetulan mereka berjalan dengan lambat, mereka mendengar letusan senjata api dari arah apartemen yang tidak jauh dari mereka. Serentak pada saat yang sama, mereka dengan sigap memarkirkan mobil mereka dilapangan parkir apartemen. Mereka keluar dari mobil patroli sambil memegang pistol. Petugas polisi yang berjumlah 2 orang ini mengendap dengan cepat dan hati-hati memasuku lobi apartemen dan langsung menuju tempat lift. Mereka memperkirakan lantai dari mana arah bunyi letusan senjata api berasal. Akhirnya mereka tiba dilantai 7 apartemen itu. Predikis mereka tepat. Ketika pintu lift terbuka pada lantai 7 mereka mendapati beberapa karyawan hotel sedang berkumpul, namun tidak melakukan apapun kecuali menduga-duga apa yang terjadi dalam kamar apartemen didepan mereka. Mereka tidak memiliki kunci kamar apartemen untuk segera mendapatkan informasi apa yang sudah terjadi dalam kamar apartemen itu setelah bunyi ledakan senjata apa itu. Bina Nusantara Namun ketika karyawan-karyawan itu sedang berbincang dengan kedua polisi itu, tiba-tiba seorang perempuan berumur belum terlalu tua, muncul dan memperkenalkan diri kepada kedua polisi itu sebagai manajer apartemen. Dia menyerahkan kunci pintu cadangan kepada para polisi. Seorang polisi menerima kunci kamar dan dengan hati-hati mendekati pintu kamar apartemen itu. Ketika pintu kamar dibuka, seorang laki-laki berusia muda jatuh tergeletak didepan pintu yang sudah terbuka. Orang-orang yang menyaksikan laki-laki itu teriak histeris, sebab dari kepalanya mengucur darah segar, sementara pada tangannya masih menggenggam sebuah pistol. Bina Nusantara Aneka perspektif: Peristiwa pada ilustrasi di atas dapat dilihat dari aneka perspektif. Numum untuk kepentingan ini kita coba lihat dari dua perspektif yakni perspektik polisi dan psikologi, selain nanti kita akan menganalisanya dari perspekti sosiologis yang akan dibahas dalam sub topik tersendiri. 1. Perspektif Polisi. Berhadapan dengan peristiwa di atas polisi mungkin akan membuat deksripsi laporan dengan menyebut identitas korban, di mana korban ditemukan, kapan terjadinya peristiwa penembakan itu, dan mencatat bahwa korban sedang menggenggam pistol saat ditemukan, dan bagaimana peristiwa itu berlangsung sambil mengamati kemungkinan korban melakukan bunuh diri atau dibunuh. Bina Nusantara 2. Perspektif Psikiatris Bagi seorang psikiatris mungkin peristiwa di atas akan dianalisa berdasarkan gejala-gejalan kejiwaan. Dia akan menganalisa situasi yang memungkinkan korban mengalam trauma kejiwaan, seperti situasi yang menyebabkan korban merasa tertekan tidak dihargai, ditinggalkan dan lain sebagainya. Berdasarkan faktor-faktor ini dia akan menyimpulkan bahwa korban sedang berada dalam situasi psikologis yang sangat trauma sehingga dia nekat bunuh diri. Dia merasa kecewa dan merasa tidak hidup ini berarti. Pertannyaan kita adalah apakah semua orang yang akan mengalami trauma kejiwaan yang sama akan melakuk bunuh diri? Atau mengapa sebagian orang yang mengalami tekanan yang sama melakukan bunuh diri sementara sebagian yang lainnya tidak? Pendekatan sosiolgis berikut akan menjawab pertannyaan-pertannyaa diatas. Pendekatan sosiologi akan coba melihat fakta sosial seperti pandangan hidup yang dianut oleh orang atau kelompok memiliki kontibusi yang besar bagaimana orang menjawab setiap persoalan hidupnya. Bina Nusantara 2. PERSPEKTIF SOSIOLOGIS Perspektif sosiologi berangkat dari fenomena sosial bahwa setiap individu hidup dalam kategori-kategori sosial tertentu, seperti agama; (Protestan, Katolik, Islama, Hindu, Budha, Yahudi dsbnya) gender (laki laki dan perempuan); Kekayaan (orang miskin dan kaya); pendidikan (orang yang sekolah dan tidak sekolah); tempat tinggal (desa dan kota); status merital (orang yang menikah dan tidak menikah); dan lain sebagainya. Kategori-kategori sosial ini mengandung nilai, norma, pandangan hidup yang mempengaruhi tindakan seorang individu. Hubungan antara nilai, norma dan pandangan hidup dalam kategori sosial itu menyembabkan tindakan yang bersifat pribadi menjadi sebuah tindakan sosial. Bina Nusantara Dalam konteks kasus di atas seorang sosiolog akan sangat tertarik dengan identitas yang tidak bersifat individual melainkan identitas sosialnya seperti agama apa; Protestan? Katolik?, Islam? Hindu? Budha? Yahudi? Atau identitas yang lainnya seperti apakah korban menikah? Atau tidak menikah? Janda atau duda? Kategori-kategori sosial tersebut mungkin dicatat oleh polisi atau atau oleh seorang psikiatris, namun catatan itu tidak memiliki makna apapun bagi mereka kecuali untuk menunjukan identitas korban. Tujuan polisi adalah untuk mencari tahu kemungkinan tindakan kriminal sedangkan tujuan psikiatris adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya trauma yang berakir dengan bunuh diri. Bina Nusantara Sedangkan bagi seorang sosiolog kategori-kategori sosial itu merupakan data yang sangat berarti. Contoh klasik yang sering digunakan bagaimana data tentang kategori sosial memberi petunjuk yang sangat berarti mengenai apa yang sedang terjadi dalam suatu komunitas atau masyarakat adalah karya klasik Emile Durkheim (1858-1917) mengenai fenomena bunuh diri. Tabel berikut ini saya kutip dari Kamanto Sunarto, dalam manuskrip STUDI TENTANG DURKHEIM: Masalah Integrasi Sosial, Kampus FISIP – UI, Depok, 8-18 februari 1988 Bunuh Diri di Negara-negara Berlainan Per sejuta Orang Dari Tiap Agama (lihat tabel berikut) Bina Nusantara Agama Negara Tahun Austria 1852-59 79.5 51.3 20.7 Prusia 1849-55 159.9 49.6 46.4 Prusia 1869-72 187 69 96 Prusia 1890 240 100 180 Baden 1852-62 139 117 87 Baden 1870-74 171 136.7 124 Baden 1878-88 142 170 210 Bavaria 1844-56 135.4 49.1 105.9 Bavaria 1884-91 224 94 193 Wurttemberg 1846-60 113.5 77.9 56.6 Wurttemberg 1873-76 190 120 60 Wurttemberg 1881-90 170 119 142 Bina Nusantara Prostestan Katolik Yahudi Tabel di atas menunjukan bahwa tingkat bunuh diri dikalangan penganut protestan lebih tinggi dari penganut katolik dan Yahudi. Untuk menjelaskan perbedaan ini Durkehim menyelidiki padangan dan prilaku sosial dari ke tiga agama itu. Dalam penyelidikan itu Durkheim menyimpulkan bahwa kohesi atau ikatan kolektif dalam komunitas Katolik lebih tinggi dari pada komunitas protestan, komunitas ikatan sosial pada komunitas Yahudi lebih kuat dari pada Katolik. Komunitas protestan lebih memberikan ruang pada kebebasan pribadi, sedangkan pada komunitas Katolik dan Yahudi lebih menekankan kebersamaan. Dalam kebersamaan ini setiap persoalan individu dianggap sebagap persoalan komunitas. Oleh karena itu komunitas sangat menekankan kolektivitas dan tanggung jawab individu terhadap komunitas. Demikian juga orang yang menikah dan tidak menikah. Orang yang tidak menikah angka bunuh diri lebih tinggi dibanding dengan orang yang menikah. Bina Nusantara 3. Manfaat Perspektif Sosiologi 1. Menurut Peter Berger (1963) masyarakat tidak seperti yang nampak kelihatan. Oleh karena itu perspektif sosiologi menantang pemahaman kita yang biasa tentang suatu masyarakat atau dunia dan melihatnya secara kritis. 2. Kita tidak dapat terhindar dari kenyataan bahwa kategori-kategori sosial tidak pernah bersifat tunggal. Oleh karena itu apa yang dianggap benar oleh suatu kelompok belum tentu benar bagi kelompok yang lainnya. Perpektif sosiologi membantu bagaimana kita menghayati perbedaan-perbedaan itu. 3. Perspektif sosiologi membantu kita untuk memahami setiap tekanan dan kesempatan yang mempengaruhi hidup kita. 4. Perspektif sosiologi membantu kita untuk dapat lebih berpartisipasi dalam masyarakat. Bina Nusantara