MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh 85005 Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom. Abstract Kompetensi Media massa berlaku sebagai agen pembawa perubahan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat. Melalui teknologi informasi suatu ide-ide baru dan cara hidup baru diperkenalkan secara massal melalui komunikasi massa. komunikasi dan perubahan sosial dua entitas yang menggambarkan bahwa kehidupan masyarakat manusia berlangsung dinamis. Mahasiswa diarahkan untuk memahami dan mampu menganalisa realitas perubahan sosial dan kebudayaan umat manusia dihubungkan dengan gejala komunikasi. . . Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial Pengertian Perubahan Sosial Perubahan social adalah proses yang dialami oleh angota masyarakat serta semua unsurunsur budaya dan system social, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya dan system social lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola kehidupan, budaya dan system social yang baru. Beberapa point penting dalam perubahan social: 1. Perubahan pola piker dan sikap masyarakat menyangkut persoalan masyarakat terhadap berbgai masalah kehidupan social dan budaya yang terjadi disekitarnya. 2. Perubahan perilaku masyarakat menyangkut persoalan system social, dimana masyarakat meningalkan system social lama dan menjalankan system social baru seperti perubahan perilaku pengukuran kinerja suatu lembaga atau instansi. 3. Perubahan budaya materi menyangkut perubahan artefak budaya yang diguakan oleh masyarakat seperti model pakaian, karya fotorafi, tekhnologi dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Jalaludin Rakhmat mengilustrasikan fenomena teknologi komunikasi yang mewarnai perubahan sosial budaya umat manusia dengan amat menarik. Dikatakannya jika komunikasi manusia terhitung sejak zaman Homo Sapiens Cromagnon sampai Tahun 2000, kita telah menjelajah waktu 36.000 tahun. Periode waktu yang panjang tersebut kita analogikan menjadi dua puluh empat jam. Pukul 12:00 tengah malam, manusia menemukan bahasa sebagai alat komunikasi (34.000 SM). Selama beberapa jam (artinya dalam ratusan abad) tidak ada penemuan teknologi informasi. Pada kira-kira pukul 08:00 pagi (22.000 SM) leluhur kita telah mengenal tradisi prasajarah berupa pelukisan pada dinding-dinding gua. Keadaan sepi kembali tanpa aktifitas penemuan hingga pukul 08:00 malam (12 jam kemudian atau 18.000 tahun) Orang-Orang Sumeria menemukan tulisan atau kita telah memasuki jaman sejarah. Hierogliph Mesir muncul pada pukul 08.40, penemuan abjad pukul 09:28, pemikiran Filosofi Yunani dimulai pukul 10:06. Kemudian keadaan sepi kembali tanpa ditemukannya kegiatan penemuan hingga sepuluh abad kemudian dalam hitungan jam kita adalah menjelang tengah malam (Abad ke-18) ditemukan mesin cetak oleh Gutenberg. Pada keadaan yang terakhir ini, kecepatan inovasi teknologi informasi semakin meninggi. Telegraf, telepon, fonograf ditemukan hampir pada menit yang sama. Pada tiga menit ‘13 2 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berikutnya ditemukan radio, film, film suara, komputer elektronik, dan televisi berwarna. Pada dua menit terakhir menjelang tengah malam ditemukan berjenis-jenis teknologi informasi yang semakin canggih seperti siaran FM stereofonik, satelit, gabungan telekomunikasi dengan komputer, laptop, smartphone, dan sebagainya (Rahkmat, Generasi Muda di Tengah Arus Perkembangan Informasi, 1997:198). Kehidupan umat manusia secara umum berlangsung tanpa perubahan yang berarti sebelum dimasukinya hitungan abad ke-18. Revolusi Industri bertumbuh pada Masa Renaissans yang dihembuskan semangat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Industrialisasi secara meluas merubah sistem kerja berorientasi tenaga manusia yang digantikan dengan teknologi manufaktur yang berdampingan dengan tumbuhnya teknologi transportasi yang mendorong migrasi besar-besaran penduduk pedesaan berurbanisasi ke dalam wilayah industrialisasi di perkotaan. Penemuan teknologi lantas mendorong Revolusi Energi yang merubah pola manufaktur semakin dinamis melalui penemuan listrik dan elektromanetisme. Kemudian tidak lama menyusul Revolusi Informasi yang dalam pengaruhnya menciptakan industrialisasi berbasis teknologi informasi. Di sinilah dunia kita sekarang berada. Suatu keadaan yang digambarkan sebagai ‘gelombang peradaban kedua’ menghadirkan masyarakat manusia yang dikepung dengan berbagai ledakan teknologi informasi. Jika pada Negara Barat, Revolusi Informasi memunculkan guncangan pada masyarakatnya yang terhitung sebagai masyarakat industri. Namun keadaan ini menciptakan guncangan lebih dasyat lagi pada Negara-Negara Berkembang di mana dalam hitungan abad yang sama, penemuan teknologi informasi hadir ditengah-tengah masyarakat dengan peradaban agrikultur. Begitu khawatirnya kita dengan semakin menghilangnya cara hidup yang di masa lalu merupakan praktik sosial yang menjadi kebiasaan lazim dilakukan kebanyakan orang. Industrialisasi menjadi kebudayaan baru baik di Barat maupun di Negara Timur. Dalam budaya baru tersebut, dikatakan Jalaludin Rakhmat bahwa pemimpin kita bukan Presiden atau Kepala Suku melainkan teknologi – yang mengatur hidup matinya seseorang (Rakhmat, Generasi Muda di Tengah Arus Perkembangan Informasi, 1997:198). Teknologi mengatur cara kita berinteraksi, makan dan minum serta kapan kita tidur, makna kecantikan dan kesuksesan hidup. Keberadaan sistem teknologi dan peralatan hidup tidak saja memenuhi alasan fungsional tetapi juga sekaligus alasan status. Keadaan ini berlaku pada masyarakat komoditas pascamodern di mana terjadi pergeseran logika konsumen dari alasan fungsional ke alasan status sosial. Agen-agen industri kebudayaan yang dalam hal ‘13 3 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ini industri hiburan, lembaga media massa, institusi pendidikan formal, rumah produksi secara bersama-sama membangun kekuasaan tidak melalui indoktrinisasi yang menjemukan tetapi justru menawarkan ideologi semu yang menarik untuk ditauladani. Kita seolah-olah mati gaya ketika tidak tampil dengan koleksi desainer kenamaan atau menggunakan produk branded, ritual makan di restoran ternama menjadi hal yang perlu dipamerkan dengan mengirim gambar kepada jejaring sosial kita melalui sosial media. Inikah realitas pengaruh kebudayaan asing? Perubahan sosial dimaknai sebagai perubahan-perubahan di dalam masyarakat yang berpengaruh terbatas atau meluas – perubahan dapat berlangsung lambat atau terjadi dengan cepat. Perubahan-perubahan ini mencakup keadaan berubahnya norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan kelembagaan masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya (Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, 2007:259). Perubahan-perubahan sosial didefinisikan sebagai variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan situasi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi, dan adanya difusi inovasi atau penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat . (Gillin dan Gillin, Cultural Sociology,1954 dalam Soekanto 2007:263) Pengertian Perubahan Kebudayaan Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan. Perubahan suatu masyarakat hakekatnya mengikutsertakan keadaan perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Perubahan sosial merupakan berubahnya rangkaian tindakan konkret anggota warga yang diperlihatkan melalui interaksi sosial dalam sistem sosialnya – perubahan kebudayaan dimaknai bahwa setiap tindakan konkret dilatari rasionalisasi kompleks norma-norma sosial yang abstrak sifatnya yang menjadi bagian dari sistem kebudayaan suatu masyarakat. Ketika seseorang memutuskan mengganti handphone 2G-nya dengan smartphone tentunya memuat asumsi sosial budaya tertentu – aktifitas pertama melibatkan proses pengetahuan yang dibentuk oleh lingkungannya (perubahan kebudayaan) sementara pada aktifitas kedua adalah abstraksi dari kebudayaannya ketika seseorang telah menggunakan ponsel untuk berinteraksi dengan orang lain (perubahan sosial). Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya. Perubahan sosial budaya dapat bersumber dari dalam masyarakat atau berasal dari luar. Berikut ini penjelasan faktor-faktor perubahan ‘13 4 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang terjadi dari dalam masyarakat maupun perubahan yang dilatari dari luar masyarakat bersangkutan sebagaimana dikutip dari Soerjono Soekanto (2007:275-282). Perubahan bersumber dari dalam masyarakat : (1). Bertambah dan berkurangnya penduduk Keadaan ini ditimbulkan oleh sebab berpindahnya penduduk dari kampung halamannya keluar wilayah dengan berbagai alasan. Pada situasi pertambahan dan pengurangan penduduk mengakibatkan berubahnya struktur masyarakat. Masyarakat menciptakan sistem sosial baru mengantisipasi pertambahan penduduk misalnya sistem sewa rumah berupa kontrakan atau kost-kostan, hak milik atas tanah, bagi hasil, dan sebagainya. (2). Penemuan baru Difusi inovasi atau penyebarserapan penemuan-penemuan baru yang dibawa melalui perpindahan penduduk dan juga melalui media massa. Unsur-unsur kebudayaan baru diperkenalkan, diterima, dipelajari, dan kemudian dipergunakan oleh masyarakat ketika inovasi dianggap bernilai. (3). Pertentangan atau konflik sosial Konflik antar individu dan kelompok dengan kelompok merupakan keadaan alamiah dalam sistem sosial. Pertentangan sosial muncul sebagai akibat tidak diterimanya satu cara hidup tertentu hingga menimbulkan upaya mengembalikan situasi atau cara hidup kembali pada keadaan semula. Gejalanya umum ditemukan pada konflik antar generasi, generasi tua menentang cara hidup yang umum dilakoni generasi muda. (4). Terjadinya pemberontakan atau revolusi Revolusi Industri yang berawal pada Negara-Negara Barat mewakili perubahan sosial kebudayaan yang meluas dalam kehidupan masyarakat manusia di seluruh dunia. Keadaan ini secara cepat merubah tatanan struktur masyarakat dari tingkatan sederhana seperti keluarga hingga ke dalam sistem pemerintahan. Keadaan revolusi lainnya dapat kita contohkan melalui Gerakan Reformasi tahun 1998 di Indonesia, di mana perubahan Sistem Pemerintahan Indonesia turut mewarnai perubahan pada cara hidup warganegaranya. Perubahan sosial budaya yang ditimbulkan dari luar masyarakat, berupa : (1). Perubahan dari lingkungan fisik Realisasinya diperlihatkan melalui perubahan lingkungan alam sekitar yang menyebabkan masyarakat harus beradaptasi dengan sistem pertanian baru yang mendorong perubahan pada sistem ekonominya hingga organisasi kemasyarakatan lainnya. Contoh lain, pemanasan global menjadi issue sentral dunia sebagai akibat ‘13 5 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Negara-Negara Barat mengawali Revolusi Industri yang berimplikasi pada NegaraNegara Berkembang untuk turut bertanggungjawab melestarikan kawasan hutannya demi menjaga ketersediaan oksigen memadai bagi seluruh penduduk dunia. (2). Peperangan Konflik antar negara berupa peperangan umumnya merubah negara yang kalah perang terinternalisasi sistem sosial budaya dari negara yang menang perang. Indonesia pada masa lalu dijajah Pemerintah Belanda, sisa peninggalan kolonial yang ditinggalkan berupa kebudayaan korupsi yang hingga hari ini mengakibatkan hampir seluruh kegiatan organisasi sosial lekat dengan praktek korupsi dari lini administratif RT (Rukun Tetangga) hingga pemerintah pusat. (3). Pengaruh kebudayaan masyarakat lain Setiap kehidupan bermasyarakat sedianya saling memberikan pengaruh jika pengaruh tersebut indikasinya kuat maka yang terjadi adalah perubahan unsur-unsur kebudayaan lama digantikan dengan kebudayaan baru yang berasal dari luar masyarakat bersangkutan. Proses perubahan ini intensitasnya semakin tinggi utama dengan keberadaan alat-alat teknologi informasi, yang mengakibatkan satu cara hidup yang dimiliki masyarakat lain dapat ditiru oleh suatu penduduk yang mengakses komunikasi massa. Pengertian Modernisasi Salah satu akibat dari perubahan social adalah lahirnya masyarakat modernitas. Kajian mengenai modernitas sebenarnya lebih banyak dipelajari dan dianalisa dari ilmu Sosiologi. Beberapa teori yang lahir menganalisa fenomena modernitas ini diantaranya : 1. Anthony Giddens yang terkenal dengan teori strukturasi menjelaskan dunia modern dengan konsep “juggernaut”. Juggernaut adalah sebuah mesin dengan kekuatan yang kadangkala sulit dikontrol. Ia menyebutnya sebagai runaway world dimana berlangsung peningkatan yang besar dalam kecepatannya (pace), luas lingkupnya, dan tingkat perubahannya. Giddens juga berfikir bahwa modernitas telah menciptakan secara nyata suatu kondisi resiko. Resiko menjadi mengglobal secara intensif dan ekspansif yang mempengaruhi begitu banyak orang di seluruh dunia. Kesadaran kita tentang resiko memberi kita perasaaan tidak aman yang lalu mempengaruhi pada ” juggernaut”. Giddens meyakini bahwa modernitas menimbulkan kecenderungan pada diri dan formasi identitas. Relasi yang intim telah merupakan hal yang terpisah dari kehidupan rutin, dan dari konteks isu moral yang lebih lebar. ‘13 6 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. George Ritzer menggambarkan masyarakat modern sebagai sebuah tatanan konsumsi. Masyarakat modern ditinjaunya dari bagaimana masyarakat tersebut mengkonsumsi, dan bagaimana kultur konsumen memberi warna yang khas pada masyarakat modern. Teori ini dikembangkan Ritzer dengan bertolak dari konsep rasionalitas Weber. Ada empat dimensi tentang reasional formal dalam teori Ritzer, yaitu: efisiensi yang berupaya mencari cara terbaik untuk mencapai hasil, adanya predikatabilitas, sistem rasional yang lebih menekankan pada kuantitas dibandingkan kualitas, dan perhatian pada non ekologi manusia yang lebih dibandingkan kualitas. Namun, rasional formal memiliki variasi pada keirasionalan, seperti dehumanisasi dan demistifikasi. 3. Jurgen Habermas modernitas merupakan proyek yang tidak memiliki akhir. Ia percaya bahwa sistem sosial tumbuh semakin kompleks, terdiferensiasi, terintegrasi, dan dicirikan oleh alasan-alasan instrumental. Saat bersamaan, kehidupan dunia juga dapat disaksikan dengan meningkatnya diferensiasi dan kondensasi, sekularisasi, dan pelembagaan norma yang refleksif dan kritis. Masyarakat rasional menjadi satu yang mencakup sistem dan kehidupan dunia yang rasional mengikuti logika mereka sendiri. Sistem semakin didominasi oleh kehidupan dunia (life-world). Habermas mengedepankan post modernis sebagai bentuk penolakannya pada masyarakat modern. Modernisasi. Merujuk Soerjono Soekanto, modernisasi diartikan : Mencakup transformasi total kehidupan bersama yang tradisional (pra modern) dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomi dan politik yang menjadi ciri-ciri Negara-Negara Barat yang stabil. (Wilbert E. Moore, Sociale Virandering, 1965 dalam Soekanto, 2007:304) Sebagai suatu gejala sosial di dalam masyarakat, perubahan sosial selalu dilekati dengan istilah modernisasi. Modernisasi secara umum menggambarkan keadaan masyarakat di mana anggota-anggotanya menjalankan praktek-praktek sosial berupa pengorganisasian kerja dalam sistem industri, birokrasi organisasi, dan homogenisasi kebudayaan. Keadaankeadaan di atas selalu mengikutkan dominasi penguasaan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk kebutuhan industri yang diperkuat melalui bantuan teknologi dan rasionalisasi birokrasi yang lambat laun menciptakan kebudayaan sekular bagi masyarakatnya. Tampaknya makna modernisasi memperlihatkan kecenderungan negatip dibanding keuntungan positipnya bagi kehidupan suatu masyarakat. ‘13 7 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Idealnya, modernisasi berjalan evolusioner sebagai fenomena transisi masyarakat agraris menuju masyarakat industrial. Ketika masyarakat memiliki sistem perekonomian industri di sinilah kita bisa mendefinisikan suatu masyarakat sebagai masyarakat modern. Lantas bagaimana dengan Masyarakat Indonesia? Perubahan Sosial dan Komunikasi Perubahan sosial dipandang dari sudut pengamatan Ilmu Komunikasi dapat berbeda-beda asumsinya dengan Ilmu Sosial lainnya. Hedebro menguraikan kontribusi komunikasi dalam proses perubahan sosial budaya suatu masyarakat yang dapat diterangkan sebagai berikut : (1). Kegiatan komunikasi massa menghasilkan kebijakan komunikasi yang mengarahkan perubahan sosial masyarakatnya. (2). Media massa berperan sebagai pendistribusi pesan-pesan pembangunan untuk menciptakan gambaran kehidupan yang diharapkan masyarakat. Media dalam hal ini berfungsi sebagai pendidik yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang membentuk sikap mental warganegara yang dibutuhkan dalam pembangunan. (3). Komunikasi massa berperan selaku agen yang mengenalkan ide-ide baru (imateriil) dan produk-produk ide (materiil) ke dalam satu wilayah komunitas. (Hedebro, Communication and Social Change in Developing Nation: a Critical View, 1979 dalam Zulkarimen Nasution, 2007:95) Fungsi-fungsi senada diberikan Schramm berkait dengan peran komunikasi dalam perubahan sosial, yaitu : (1). Sebagai pemberi informasi (2). Pembuat keputusan, dan (3). Sebagai pendidik (W. Schramm, Mass Media and National Development: The Role of Information in Developing Countries, 1964 dalam Zulkarimen Nasution, 2007:101) Dengan demikian dapat disimpulkan jika media massa berpotensi meluaskan cara pandang masyarakat keluar dari batas-batas ketidaktahuan. Kekuatan media massa dapat mengarahkan pengetahuan khalayak melalui pemberitaannya termasuk di dalamnya yang terpenting adalah mengenalkan pengetahuan berikut perilaku idealnya dalam rangka menciptakan keadaan kehidupan yang lebih baik. Namun perlu kita garis bawahi jika harapan ideal di atas, tampaknya hanya berlaku pada masyarakat maju dengan situasi masyarakat yang modern. Suatu keadaan di mana penduduknya memiliki pola perekonomian industri dengan pasar bebas, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) ‘13 8 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang maju, sistem pendidikan modern yang dapat diakses setiap lapisan masyarakat, dan didukung sistem politik terbuka. Keadaan-keadaan masyarakatnya yang demikian sudah pasti menghadirkan audience yang dapat memanfaatkan informasi secara maksimal. Akan menjadi berbeda pada masyarakat berkembang dengan orientasi perekonomian sebagian besarnya bersumber pada sistem pertanian. Surat kabar di tengah masyarakat Barat dimanfaatkan dengan baik sebagai sumber informasi yang dikonsumsi atau dibaca secara rutin pada pagi hari atau petang. Di Indonesia, konsumsi media cetak ini belum menjadi kebudayaan di mana tidak sebagian masyarakat berlangganan koran bahkan membaca koran secara rutin melalui media dotcom. Pemanfaatan media massa sebagai pemuas kebutuhan fungsional menjadi ciri-ciri yang dimiliki Masyarakat Barat – adapun pada Masyarakat Berkembang, konsumsi media ataupun peralatan mekanik media massa seperti televisi, komputer, laptop, pemutar musik digital digunakan terbatas pada fungsi status dibanding nilai guna. Tentunya pemikiran pesimistis demikian tidak selamanya bisa dikenakan pada Masyarakat Berkembang. Proses perubahan terus berlangsung yang secara lambat laun akan merubah kebudayaan yang menitikberatkan pada nilai estetika dibanding fungsional sebabnya kita hidup dalam era globalisasi yang menyebabkan suatu cara hidup dapat berganti oleh adanya tuntutan perubahan dunia luar yang mengharuskan setiap orang memiliki kemampuan mengikuti perkembangan yang ada jika tidak maka kita akan menjadi peribadi yang tidak memiliki kemampuan beradaptasi di tengah penjajahan dalam bentuk baru yang dinamakan teknologi informasi. Beberapa dampak dari perubahan social dalam bidang komunikasi dapat dilihat dan mungkin dialami oleh masyarakat modern saat ini. Disadari atau tidak, mau tidak mau kita sebagai masyarakat yang terpapar kemajuan tekhnologi dan informasi mengikutinya begitu saja tanpa bertanya atau mungkin tidak sebab mempelajarinya. Di satu sisi, perubahan social memawa dampak positif yang memberikan kemudahan bagi manusia dalam mengimbangi kemajuan teknologi. Kita tidak lagi mengenal batas, dunia dapat dipantau dari satu tempat dan satu alat. Banyak kemudahan lain seperti media online, bisnis online dan lainnya. Perubahan social bukan bearti tidak memiliki dampak negative diantaranya hancurnya komunikasi tatap muka atau komunikasi antarpribadi terpangkas kehadiran media massa. Tidak lagi jelas batasan Antara privasi dan umum, menyebabkan kesalahan dalam memaknai setiap symbol komunikasi menjadi semakin beragam, longgarnya nila-nilai kekerabatan menyuburkan individualisme. Terkepas dari dampak yang dihadirkan perubahan social alam bidang komunikasi, kemampuan untuk memilah manfaat dan kegunaan setiap perubahan yang hadir sangatlah dibutuhkan. Memudarnya nilai-nilai social ‘13 9 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id harus dipupuk kembali. Kita tidak lagi mengenal istilah musyawarah, pemuda karang taruna, gotong royong, pengajian bersama dan sebagainya. Tidak lagi ada berkirim kabar lewat surat karena kecanggihan tekhnologi memangkas semuanya. Kenyataannya harus ada beberapa tradisi lama yang tetap dipelihara dan dipertahankan. Karena perubahan social sebaiknya tidak melunturkan nilai budaya dan keharmonisan masyarakat social. ‘13 10 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Desiana E. Pramesti. Modul Bahan Ajar Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Mercu Buana. Hedebro. 1979. Communication and Social Change in Developing Nations; a Critical View, dalam Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan; Pengenalan Teori dan Penerapannya, Edisi Revisi 6, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Lerner, D. dan Nelson, L. 1977. Communication Research; a Half Century Appraisal, dalam Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan; Pengenalan Teori dan Penerapannya, Edisi Revisi 6, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Gillin, John Lewis dan Gillin, John Philip. 1954. Cultural Sociology, dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, Edisi Baru 41, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007. Moore, Wilbert E. 1965. Sociale Verandering, dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, Edisi Baru 41, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007. Nasution, Zulkarimein. 2002. Sosiologi Komunikasi Massa. Universitas Terbuka: Jakarta. Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Raja Grafindo Persada: Jakarta Rakhmat, Jalaluddin. 1997. Generasi Muda di Tengah Arus Perkembangan Informasi, dalam Idi Subandy Ibrahim, Lifestyle Ecstasy; Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Jalasutra, 1997. Schramm, W. 1964. Mass Media and National Development; The Role of Informatio in Developing Countries, dalam Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan; Pengenalan Teori dan Penerapannya, Edisi Revisi 6, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007. Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi suatu Pengantar, Edisi Baru 41, Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada. Syam, Nina. 2012. Sosiologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, Simbiosa Rekatama Media; Bandung ‘13 11 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ‘13 12 Sosiologi Komunikasi Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id