Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Komunikasi dan Proses
Perubahan Sosial
Fakultas
Program Studi
Ilmu
Komunikasi
Public Relations
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
85005
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom.
Abstract
Kompetensi
Media massa berlaku sebagai agen pembawa
perubahan sosial dan kebudayaan dalam
masyarakat. Melalui teknologi informasi suatu
ide-ide baru dan cara hidup baru diperkenalkan
secara massal melalui komunikasi massa.
komunikasi dan perubahan sosial dua entitas
yang
menggambarkan
bahwa
kehidupan
masyarakat manusia berlangsung dinamis.
Mahasiswa diarahkan untuk memahami
dan mampu menganalisa realitas
perubahan sosial dan kebudayaan
umat manusia dihubungkan dengan
gejala komunikasi.
.
.
Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial
Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan social adalah proses yang dialami oleh angota masyarakat serta semua unsurunsur budaya dan system social, dimana semua tingkat kehidupan masyarakat secara
sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan,
budaya dan system social lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola
kehidupan, budaya dan system social yang baru.
Beberapa point penting dalam perubahan social:
1. Perubahan pola piker dan sikap masyarakat menyangkut persoalan masyarakat
terhadap berbgai masalah kehidupan social dan budaya yang terjadi disekitarnya.
2. Perubahan perilaku masyarakat menyangkut persoalan system social, dimana
masyarakat meningalkan system social lama dan menjalankan system social baru
seperti perubahan perilaku pengukuran kinerja suatu lembaga atau instansi.
3. Perubahan budaya materi menyangkut perubahan artefak budaya yang diguakan
oleh masyarakat seperti model pakaian, karya fotorafi, tekhnologi dan sebagainya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Jalaludin Rakhmat mengilustrasikan fenomena teknologi komunikasi yang mewarnai
perubahan sosial budaya umat manusia dengan amat menarik. Dikatakannya jika
komunikasi manusia terhitung sejak zaman Homo Sapiens Cromagnon sampai Tahun 2000,
kita telah menjelajah waktu 36.000 tahun. Periode waktu yang panjang tersebut kita
analogikan menjadi dua puluh empat jam. Pukul 12:00 tengah malam, manusia menemukan
bahasa sebagai alat komunikasi (34.000 SM). Selama beberapa jam (artinya dalam ratusan
abad) tidak ada penemuan teknologi informasi. Pada kira-kira pukul 08:00 pagi (22.000 SM)
leluhur kita telah mengenal tradisi prasajarah berupa pelukisan pada dinding-dinding gua.
Keadaan sepi kembali tanpa aktifitas penemuan hingga pukul 08:00 malam (12 jam
kemudian atau 18.000 tahun) Orang-Orang Sumeria menemukan tulisan atau kita telah
memasuki jaman sejarah. Hierogliph Mesir muncul pada pukul 08.40, penemuan abjad pukul
09:28, pemikiran Filosofi Yunani dimulai pukul 10:06. Kemudian keadaan sepi kembali tanpa
ditemukannya kegiatan penemuan hingga sepuluh abad kemudian dalam hitungan jam kita
adalah menjelang tengah malam (Abad ke-18) ditemukan mesin cetak oleh Gutenberg.
Pada keadaan yang terakhir ini, kecepatan inovasi teknologi informasi semakin meninggi.
Telegraf, telepon, fonograf ditemukan hampir pada menit yang sama. Pada tiga menit
‘13
2
Sosiologi Komunikasi
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berikutnya ditemukan radio, film, film suara, komputer elektronik, dan televisi berwarna.
Pada dua menit terakhir menjelang tengah malam ditemukan berjenis-jenis teknologi
informasi yang semakin canggih seperti siaran FM stereofonik, satelit, gabungan
telekomunikasi dengan komputer, laptop, smartphone, dan sebagainya (Rahkmat, Generasi
Muda di Tengah Arus Perkembangan Informasi, 1997:198).
Kehidupan umat manusia secara umum berlangsung tanpa perubahan yang berarti sebelum
dimasukinya hitungan abad ke-18. Revolusi Industri bertumbuh pada Masa Renaissans
yang
dihembuskan
semangat
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi.
Industrialisasi secara meluas merubah sistem kerja berorientasi tenaga manusia yang
digantikan dengan teknologi manufaktur yang berdampingan dengan tumbuhnya teknologi
transportasi yang mendorong migrasi besar-besaran penduduk pedesaan berurbanisasi ke
dalam wilayah industrialisasi di perkotaan. Penemuan teknologi lantas mendorong Revolusi
Energi yang merubah pola manufaktur semakin dinamis melalui penemuan listrik dan
elektromanetisme. Kemudian tidak lama menyusul Revolusi Informasi yang dalam
pengaruhnya menciptakan industrialisasi berbasis teknologi informasi.
Di sinilah dunia kita sekarang berada. Suatu keadaan yang digambarkan sebagai
‘gelombang peradaban kedua’ menghadirkan masyarakat manusia yang dikepung dengan
berbagai ledakan teknologi informasi. Jika pada Negara Barat, Revolusi Informasi
memunculkan guncangan pada masyarakatnya yang terhitung sebagai masyarakat industri.
Namun keadaan ini menciptakan guncangan lebih dasyat lagi pada Negara-Negara
Berkembang di mana dalam hitungan abad yang sama, penemuan teknologi informasi hadir
ditengah-tengah masyarakat dengan peradaban agrikultur.
Begitu khawatirnya kita dengan semakin menghilangnya cara hidup yang di masa lalu
merupakan praktik sosial yang menjadi kebiasaan lazim dilakukan kebanyakan orang.
Industrialisasi menjadi kebudayaan baru baik di Barat maupun di Negara Timur. Dalam
budaya baru tersebut, dikatakan Jalaludin Rakhmat bahwa pemimpin kita bukan Presiden
atau Kepala Suku melainkan teknologi – yang mengatur hidup matinya seseorang
(Rakhmat, Generasi Muda di Tengah Arus Perkembangan Informasi, 1997:198).
Teknologi mengatur cara kita berinteraksi, makan dan minum serta kapan kita tidur, makna
kecantikan dan kesuksesan hidup. Keberadaan sistem teknologi dan peralatan hidup tidak
saja memenuhi alasan fungsional tetapi juga sekaligus alasan status. Keadaan ini berlaku
pada masyarakat komoditas pascamodern di mana terjadi pergeseran logika konsumen dari
alasan fungsional ke alasan status sosial. Agen-agen industri kebudayaan yang dalam hal
‘13
3
Sosiologi Komunikasi
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ini industri hiburan, lembaga media massa, institusi pendidikan formal, rumah produksi
secara
bersama-sama
membangun
kekuasaan
tidak
melalui
indoktrinisasi
yang
menjemukan tetapi justru menawarkan ideologi semu yang menarik untuk ditauladani. Kita
seolah-olah mati gaya ketika tidak tampil dengan koleksi desainer kenamaan atau
menggunakan produk branded, ritual makan di restoran ternama menjadi hal yang perlu
dipamerkan dengan mengirim gambar kepada jejaring sosial kita melalui sosial media.
Inikah realitas pengaruh kebudayaan asing?
Perubahan sosial dimaknai sebagai perubahan-perubahan di dalam masyarakat yang
berpengaruh terbatas atau meluas – perubahan dapat berlangsung lambat atau terjadi
dengan cepat. Perubahan-perubahan ini mencakup keadaan berubahnya norma-norma
sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan kelembagaan masyarakat, kekuasaan dan
wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya (Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar,
2007:259).
Perubahan-perubahan sosial didefinisikan sebagai variasi dari cara-cara hidup
yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan situasi geografis,
kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi, dan adanya difusi inovasi
atau penemuan-penemuan baru di dalam masyarakat .
(Gillin dan Gillin, Cultural Sociology,1954 dalam Soekanto 2007:263)
Pengertian Perubahan Kebudayaan
Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan. Perubahan suatu masyarakat hakekatnya
mengikutsertakan keadaan perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Perubahan sosial
merupakan berubahnya rangkaian tindakan konkret anggota warga yang diperlihatkan
melalui interaksi sosial dalam sistem sosialnya – perubahan kebudayaan dimaknai bahwa
setiap tindakan konkret dilatari rasionalisasi kompleks norma-norma sosial yang abstrak
sifatnya yang menjadi bagian dari sistem kebudayaan suatu masyarakat. Ketika seseorang
memutuskan mengganti handphone 2G-nya dengan smartphone tentunya memuat asumsi
sosial budaya tertentu – aktifitas pertama melibatkan proses pengetahuan yang dibentuk
oleh lingkungannya (perubahan kebudayaan) sementara pada aktifitas kedua adalah
abstraksi dari kebudayaannya ketika seseorang telah menggunakan ponsel untuk
berinteraksi dengan orang lain (perubahan sosial).
Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya. Perubahan sosial budaya dapat bersumber
dari dalam masyarakat atau berasal dari luar. Berikut ini penjelasan faktor-faktor perubahan
‘13
4
Sosiologi Komunikasi
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang terjadi dari dalam masyarakat maupun perubahan yang dilatari dari luar masyarakat
bersangkutan sebagaimana dikutip dari Soerjono Soekanto (2007:275-282).
Perubahan bersumber dari dalam masyarakat :
(1). Bertambah dan berkurangnya penduduk
Keadaan ini ditimbulkan oleh sebab berpindahnya penduduk dari kampung halamannya
keluar wilayah dengan berbagai alasan. Pada situasi pertambahan dan pengurangan
penduduk mengakibatkan berubahnya struktur masyarakat. Masyarakat menciptakan
sistem sosial baru mengantisipasi pertambahan penduduk misalnya sistem sewa rumah
berupa kontrakan atau kost-kostan, hak milik atas tanah, bagi hasil, dan sebagainya.
(2). Penemuan baru
Difusi inovasi atau penyebarserapan penemuan-penemuan baru yang dibawa melalui
perpindahan penduduk dan juga melalui media massa. Unsur-unsur kebudayaan baru
diperkenalkan, diterima, dipelajari, dan kemudian dipergunakan oleh masyarakat ketika
inovasi dianggap bernilai.
(3). Pertentangan atau konflik sosial
Konflik antar individu dan kelompok dengan kelompok merupakan keadaan alamiah
dalam sistem sosial. Pertentangan sosial muncul sebagai akibat tidak diterimanya satu
cara hidup tertentu hingga menimbulkan upaya mengembalikan situasi atau cara hidup
kembali pada keadaan semula. Gejalanya umum ditemukan pada konflik antar
generasi, generasi tua menentang cara hidup yang umum dilakoni generasi muda.
(4). Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Revolusi Industri yang berawal pada Negara-Negara Barat mewakili perubahan sosial
kebudayaan yang meluas dalam kehidupan masyarakat manusia di seluruh dunia.
Keadaan ini secara cepat merubah tatanan struktur masyarakat dari tingkatan
sederhana seperti keluarga hingga ke dalam sistem pemerintahan. Keadaan revolusi
lainnya dapat kita contohkan melalui Gerakan Reformasi tahun 1998 di Indonesia, di
mana perubahan Sistem Pemerintahan Indonesia turut mewarnai perubahan pada cara
hidup warganegaranya.
Perubahan sosial budaya yang ditimbulkan dari luar masyarakat, berupa :
(1). Perubahan dari lingkungan fisik
Realisasinya
diperlihatkan
melalui
perubahan
lingkungan
alam
sekitar
yang
menyebabkan masyarakat harus beradaptasi dengan sistem pertanian baru yang
mendorong perubahan pada sistem ekonominya hingga organisasi kemasyarakatan
lainnya. Contoh lain, pemanasan global menjadi issue sentral dunia sebagai akibat
‘13
5
Sosiologi Komunikasi
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Negara-Negara Barat mengawali Revolusi Industri yang berimplikasi pada NegaraNegara Berkembang untuk turut bertanggungjawab melestarikan kawasan hutannya
demi menjaga ketersediaan oksigen memadai bagi seluruh penduduk dunia.
(2). Peperangan
Konflik antar negara berupa peperangan umumnya merubah negara yang kalah perang
terinternalisasi sistem sosial budaya dari negara yang menang perang. Indonesia pada
masa lalu dijajah Pemerintah Belanda, sisa peninggalan kolonial yang ditinggalkan
berupa kebudayaan korupsi yang hingga hari ini mengakibatkan hampir seluruh
kegiatan organisasi sosial lekat dengan praktek korupsi dari lini administratif RT (Rukun
Tetangga) hingga pemerintah pusat.
(3). Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Setiap kehidupan bermasyarakat sedianya saling memberikan pengaruh jika pengaruh
tersebut indikasinya kuat maka yang terjadi adalah perubahan unsur-unsur kebudayaan
lama digantikan dengan kebudayaan baru yang berasal dari luar masyarakat
bersangkutan. Proses perubahan ini intensitasnya semakin tinggi utama dengan
keberadaan alat-alat teknologi informasi, yang mengakibatkan satu cara hidup yang
dimiliki masyarakat lain dapat ditiru oleh suatu penduduk yang mengakses komunikasi
massa.
Pengertian Modernisasi
Salah satu akibat dari perubahan social adalah lahirnya masyarakat modernitas. Kajian
mengenai modernitas sebenarnya lebih banyak dipelajari dan dianalisa dari ilmu Sosiologi.
Beberapa teori yang lahir menganalisa fenomena modernitas ini diantaranya :
1. Anthony Giddens yang terkenal dengan teori strukturasi menjelaskan dunia
modern dengan konsep “juggernaut”. Juggernaut adalah sebuah mesin dengan
kekuatan yang kadangkala sulit dikontrol. Ia menyebutnya sebagai runaway
world dimana berlangsung peningkatan yang besar dalam kecepatannya (pace),
luas lingkupnya, dan tingkat perubahannya. Giddens juga berfikir bahwa
modernitas telah menciptakan secara nyata suatu kondisi resiko. Resiko menjadi
mengglobal secara intensif dan ekspansif yang mempengaruhi begitu banyak
orang di seluruh dunia. Kesadaran kita tentang resiko memberi kita perasaaan
tidak aman yang lalu mempengaruhi pada ” juggernaut”. Giddens meyakini
bahwa modernitas menimbulkan kecenderungan pada diri dan formasi identitas.
Relasi yang intim telah merupakan hal yang terpisah dari kehidupan rutin, dan
dari konteks isu moral yang lebih lebar.
‘13
6
Sosiologi Komunikasi
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. George Ritzer menggambarkan masyarakat modern sebagai sebuah tatanan
konsumsi. Masyarakat modern ditinjaunya dari bagaimana masyarakat tersebut
mengkonsumsi, dan bagaimana kultur konsumen memberi warna yang khas
pada masyarakat modern. Teori ini dikembangkan Ritzer dengan bertolak dari
konsep rasionalitas Weber. Ada empat dimensi tentang reasional formal dalam
teori Ritzer, yaitu: efisiensi yang berupaya mencari cara terbaik untuk mencapai
hasil, adanya predikatabilitas, sistem rasional yang lebih menekankan pada
kuantitas dibandingkan kualitas, dan perhatian pada non ekologi manusia yang
lebih dibandingkan kualitas. Namun, rasional formal memiliki variasi pada
keirasionalan, seperti dehumanisasi dan demistifikasi.
3. Jurgen Habermas modernitas merupakan proyek yang tidak memiliki akhir. Ia
percaya bahwa sistem sosial tumbuh semakin kompleks, terdiferensiasi,
terintegrasi, dan dicirikan oleh alasan-alasan instrumental. Saat bersamaan,
kehidupan dunia juga dapat disaksikan dengan meningkatnya diferensiasi dan
kondensasi, sekularisasi, dan pelembagaan norma yang refleksif dan kritis.
Masyarakat rasional menjadi satu yang mencakup sistem dan kehidupan dunia
yang rasional mengikuti logika mereka sendiri. Sistem semakin didominasi oleh
kehidupan dunia (life-world). Habermas mengedepankan post modernis sebagai
bentuk penolakannya pada masyarakat modern.
Modernisasi. Merujuk Soerjono Soekanto, modernisasi diartikan :
Mencakup transformasi total kehidupan bersama yang tradisional (pra modern)
dalam arti teknologi serta organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomi dan politik
yang menjadi ciri-ciri Negara-Negara Barat yang stabil.
(Wilbert E. Moore, Sociale Virandering, 1965 dalam Soekanto, 2007:304)
Sebagai suatu gejala sosial di dalam masyarakat, perubahan sosial selalu dilekati dengan
istilah modernisasi. Modernisasi secara umum menggambarkan keadaan masyarakat di
mana anggota-anggotanya menjalankan praktek-praktek sosial berupa pengorganisasian
kerja dalam sistem industri, birokrasi organisasi, dan homogenisasi kebudayaan. Keadaankeadaan di atas selalu mengikutkan dominasi penguasaan sumber daya alam dan sumber
daya manusia untuk kebutuhan industri yang diperkuat melalui bantuan teknologi dan
rasionalisasi
birokrasi
yang
lambat
laun
menciptakan
kebudayaan
sekular
bagi
masyarakatnya. Tampaknya makna modernisasi memperlihatkan kecenderungan negatip
dibanding keuntungan positipnya bagi kehidupan suatu masyarakat.
‘13
7
Sosiologi Komunikasi
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Idealnya, modernisasi berjalan evolusioner sebagai fenomena transisi masyarakat agraris
menuju masyarakat industrial. Ketika masyarakat memiliki sistem perekonomian industri di
sinilah kita bisa mendefinisikan suatu masyarakat sebagai masyarakat modern. Lantas
bagaimana dengan Masyarakat Indonesia?
Perubahan Sosial dan Komunikasi
Perubahan sosial dipandang dari sudut pengamatan Ilmu Komunikasi dapat berbeda-beda
asumsinya dengan Ilmu Sosial lainnya. Hedebro menguraikan kontribusi komunikasi dalam
proses perubahan sosial budaya suatu masyarakat yang dapat diterangkan sebagai berikut :
(1). Kegiatan komunikasi massa menghasilkan kebijakan komunikasi yang mengarahkan
perubahan sosial masyarakatnya.
(2). Media massa berperan sebagai pendistribusi pesan-pesan pembangunan untuk
menciptakan gambaran kehidupan yang diharapkan masyarakat. Media dalam hal ini
berfungsi sebagai pendidik yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang
membentuk sikap mental warganegara yang dibutuhkan dalam pembangunan.
(3). Komunikasi massa berperan selaku agen yang mengenalkan ide-ide baru (imateriil) dan
produk-produk ide (materiil) ke dalam satu wilayah komunitas.
(Hedebro, Communication and Social Change in Developing Nation: a Critical View, 1979 dalam
Zulkarimen Nasution, 2007:95)
Fungsi-fungsi senada diberikan Schramm berkait dengan peran komunikasi dalam
perubahan sosial, yaitu :
(1). Sebagai pemberi informasi
(2). Pembuat keputusan, dan
(3). Sebagai pendidik
(W. Schramm, Mass Media and National Development: The Role of Information in Developing
Countries, 1964 dalam Zulkarimen Nasution, 2007:101)
Dengan demikian dapat disimpulkan jika media massa berpotensi meluaskan cara pandang
masyarakat keluar dari batas-batas ketidaktahuan. Kekuatan media massa dapat
mengarahkan pengetahuan khalayak melalui pemberitaannya termasuk di dalamnya yang
terpenting adalah mengenalkan pengetahuan berikut perilaku idealnya dalam rangka
menciptakan keadaan kehidupan yang lebih baik. Namun perlu kita garis bawahi jika
harapan ideal di atas, tampaknya hanya berlaku pada masyarakat maju dengan situasi
masyarakat yang modern. Suatu keadaan di mana penduduknya memiliki pola
perekonomian industri dengan pasar bebas, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
‘13
8
Sosiologi Komunikasi
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang maju, sistem pendidikan modern yang dapat diakses setiap lapisan masyarakat, dan
didukung sistem politik terbuka. Keadaan-keadaan masyarakatnya yang demikian sudah
pasti menghadirkan audience yang dapat memanfaatkan informasi secara maksimal. Akan
menjadi berbeda pada masyarakat berkembang dengan orientasi perekonomian sebagian
besarnya bersumber pada sistem pertanian. Surat kabar di tengah masyarakat Barat
dimanfaatkan dengan baik sebagai sumber informasi yang dikonsumsi atau dibaca secara
rutin pada pagi hari atau petang.
Di Indonesia, konsumsi media cetak ini belum menjadi kebudayaan di mana tidak sebagian
masyarakat berlangganan koran bahkan membaca koran secara rutin melalui media
dotcom. Pemanfaatan media massa sebagai pemuas kebutuhan fungsional menjadi ciri-ciri
yang dimiliki Masyarakat Barat – adapun pada Masyarakat Berkembang, konsumsi media
ataupun peralatan mekanik media massa seperti televisi, komputer, laptop, pemutar musik
digital digunakan terbatas pada fungsi status dibanding nilai guna. Tentunya pemikiran
pesimistis demikian tidak selamanya bisa dikenakan pada Masyarakat Berkembang. Proses
perubahan terus berlangsung yang secara lambat laun akan merubah kebudayaan yang
menitikberatkan pada nilai estetika dibanding fungsional sebabnya kita hidup dalam era
globalisasi yang menyebabkan suatu cara hidup dapat berganti oleh adanya tuntutan
perubahan dunia luar yang mengharuskan setiap orang memiliki kemampuan mengikuti
perkembangan yang ada jika tidak maka kita akan menjadi peribadi yang tidak memiliki
kemampuan beradaptasi di tengah penjajahan dalam bentuk baru yang dinamakan teknologi
informasi.
Beberapa dampak dari perubahan social dalam bidang komunikasi dapat dilihat dan
mungkin dialami oleh masyarakat modern saat ini. Disadari atau tidak, mau tidak mau kita
sebagai masyarakat yang terpapar kemajuan tekhnologi dan informasi mengikutinya begitu
saja tanpa bertanya atau mungkin tidak sebab mempelajarinya. Di satu sisi, perubahan
social memawa dampak positif yang memberikan kemudahan bagi manusia dalam
mengimbangi kemajuan teknologi. Kita tidak lagi mengenal batas, dunia dapat dipantau dari
satu tempat dan satu alat. Banyak kemudahan lain seperti media online, bisnis online dan
lainnya.
Perubahan social bukan bearti tidak memiliki dampak negative diantaranya hancurnya
komunikasi tatap muka atau komunikasi antarpribadi terpangkas kehadiran media massa.
Tidak lagi jelas batasan Antara privasi dan umum, menyebabkan kesalahan dalam
memaknai setiap symbol komunikasi menjadi semakin beragam, longgarnya nila-nilai
kekerabatan menyuburkan individualisme. Terkepas dari dampak yang dihadirkan
perubahan social alam bidang komunikasi, kemampuan untuk memilah manfaat dan
kegunaan setiap perubahan yang hadir sangatlah dibutuhkan. Memudarnya nilai-nilai social
‘13
9
Sosiologi Komunikasi
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
harus dipupuk kembali. Kita tidak lagi mengenal istilah musyawarah, pemuda karang taruna,
gotong royong, pengajian bersama dan sebagainya. Tidak lagi ada berkirim kabar lewat
surat karena kecanggihan tekhnologi memangkas semuanya. Kenyataannya harus ada
beberapa tradisi lama yang tetap dipelihara dan dipertahankan. Karena perubahan social
sebaiknya tidak melunturkan nilai budaya dan keharmonisan masyarakat social.
‘13
10
Sosiologi Komunikasi
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Desiana E. Pramesti. Modul Bahan Ajar Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Mercu
Buana.
Hedebro. 1979. Communication and Social Change in Developing Nations; a Critical View,
dalam Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan; Pengenalan Teori dan
Penerapannya, Edisi Revisi 6, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Lerner, D. dan Nelson, L. 1977. Communication Research; a Half Century Appraisal, dalam
Zulkarimen
Nasution,
Komunikasi
Pembangunan;
Pengenalan
Teori
dan
Penerapannya, Edisi Revisi 6, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Gillin, John Lewis dan Gillin, John Philip. 1954. Cultural Sociology, dalam Soerjono
Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, Edisi Baru 41, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007.
Moore, Wilbert E. 1965. Sociale Verandering, dalam Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu
Pengantar, Edisi Baru 41, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
Nasution, Zulkarimein. 2002. Sosiologi Komunikasi Massa. Universitas Terbuka: Jakarta.
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Rakhmat, Jalaluddin. 1997. Generasi Muda di Tengah Arus Perkembangan Informasi, dalam
Idi Subandy Ibrahim, Lifestyle Ecstasy; Kebudayaan Pop dalam Masyarakat
Komoditas Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Jalasutra, 1997.
Schramm, W. 1964. Mass Media and National Development; The Role of Informatio in
Developing Countries, dalam Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan;
Pengenalan Teori dan Penerapannya, Edisi Revisi 6, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi suatu Pengantar, Edisi Baru 41, Jakarta: Penerbit PT
RajaGrafindo Persada.
Syam, Nina. 2012. Sosiologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, Simbiosa Rekatama Media;
Bandung
‘13
11
Sosiologi Komunikasi
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
‘13
12
Sosiologi Komunikasi
Enjang Pera Irawan, S.Sos.,M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download