Lecture Note: Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 1 Perusahaan keluarga adalah sesuatu yang rapuh (fragile) Kita banyak mendengar perusahaan keluarga yang sukses tetapi dalam hitungan tahun menurun dengan cepat. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 2 Fairness In Workload Distribution and C & B Resistance to Non-Family Professional & Nepotism Absence of Strategic Leadership & Succession Plan Generation Gap & Conflict if Interest Inability of Senior Generation to Let Go Lack of Commitment & Tangible Recognition Element of Distrust & Dysfunctional Relationship Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 3 Pembagian kerja yang tidak merata menimbulkan masalah dalam perusahaan keluarga Prinsip the right man in the right place harus dijalankan sehingga masing-masing bekerja di bidang yang sesuai dengan minat dan keahliannya Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 4 Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan keluarga menuntut perusahaan untuk mengakomodasi para profesional yang bisa menjadi komplemen bagi anggota keluarga yang sudah ada Masuknya orang luar ke dalam struktur yang sudah mapan sering mengusik kenyamanan Sesuai konsep dinamika kelompok, maka wajar jika di tahap awal muncul resistensi sebagai reaksinya. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 5 Kepemimpinan yang otoriter sering menciptakan kebijakan yang tidak strategis karena menganggap “angin lalu” input dan kritik dari pihak lainnya Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mencetak pemimpin-pemimpin masa depan melalui perencanaan suksesi yang matang Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 6 Konflik kepentingan seharusnya didasari oleh pengertian yang positif bahwa keluarga harus berani bersama-sama menciptakan suatu kesepakatan, misalnya tidak boleh bergerak pada bidang bisnis sejenis. Hal ini di dalam perusahaan keluarga dinamakan penormaan (norming). Harus dibuat norma sebagai bentuk kesepakatan lebih dahulu yang sifatnya mengikat, baik ke dalam (lingkup keluarga) maupun ke luar (lingkup perusahaan dan eksternalnya). Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 7 Tahap mundurnya generasi senior atau pemilik/pendiri harus dilakukan secara elegan dan pasti. Ketidakpastian mundurnya generasi senior justru akan menyalakan gejolak generasi muda. Di lain sisi, penerus juga tidak boleh arogan dan bertindak semena-mena terhadap pendahulunya. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 8 Falsafah hidup generasi pendiri atau senior adalah berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Berbeda dengan generasi berikutnya yang ingin menikmati hidup dengan prinsip muda berfoyafoya, tua bahagia, dan mati masuk surga. Gaya hidup yang berbeda ini sering menimbulkan prasangka kurang komitmen dari pihak senior dan di lain pihak yunior menganggap generasi senior kurang memberi pengakuan. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 9 Selain gaya hidup yang berbeda-beda, ada masalah kekurangpercayaan (distrust) yang bisa menimbulkan saling kecurigaan. Sebagai benih keburukan, kecurigaan perlu dideteksi sejak diniagar tidak muncul segala macam pikiran buruk yang akan mengakibatkan hubungan kerja tidak berfungsi dengan baik. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 10 The Jakarta Consulting Group mempunyai resep generik agar bisnis keluarga dapat berjalan dengan lancar dan sukses, antara lain: 1. Memliki struktur yang baik 2. Memiliki tenaga profesional pada generasi mendatang 3. Memiliki manajer profesional yang buka anggota keluarga 4. Memiliki karyawan yang berpendidikan dan kompeten 5. Remunerasi dan perlakuan yang adil terhadap semua anggota keluarga 6. Menganalisis siklus hidup perusahaan 7. Mempengaruhi dengan Q-Strategic Leadership 8. Kekayaan, pensiun, dan perencanaan aset pemilik 9. Paradigma, strategi, struktur, dan sistem yang baru 10. Suksesi dari perspektif kepemilikan dan manajemen. Trisnadi Wijaya, S.E., S.Kom 11