SESI 13 GANGGUAN SISTEM SARAF PUSAT & TEPI GANGGUAN PENGELIHATAN GANGGUAN PENDENGARAN GANGGUAN BERBICARA & BERBAHASA GANGGUAN PEGECAPAN GANGGUAN PENCIUMAN 1 DESKRIPSI Pembahasan materi meliput keadaan patologis pada gangguan sistem saraf pusat dan saraf tepi, gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran, gangguan berbicara & berbahasa, gangguan pengecapan dan penciuman 2 TUJUAN UMUM Memahami terjadinya gangguan sistem saraf pusat dan saraf tepi, gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran, gangguan berbicara & berbahasa, gangguan pengecapan dan penciuman 3 TUJUAN KHUSUS TOPIK/SUBTOPIK BAHASAN Menjelaskan tentang: • Gangguan sistem saraf pusat dan saraf tepi • Gangguan pengelihatan • Gangguan pendengaran • Gangguan berbicara & berbahasa • Gangguan pengecapan • Gangguan penciuman 4 GANGGUAN SISTEM SARAF • SISTEM SARAF Adalah sistem yang: mengumpulkan, menyimpan dan mengkontrol informasi. Fungsi menyeluruh sistem saraf adalah: (1) Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan keadaan lingkungan luar dan dalam tubuh, (2) Menganalisis informasi terkait, 5 GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -1) (3) Menginisiasi respons yang ditujukan untuk memenuhi dengan tepat kebutuhan/keinginan tertentu, (4) Merespons keinginan kuat, yang utama adalah survival. Ada berbagai respons survival yang diinisiasi oleh sistem saraf secara otomatis tanpa disadari, di antaranya: lari menghindar bahaya, menggigil akibat suhu dingin. 6 GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -2) Kebutuhan/keinginan lain adalah lebih komplek. Ada yang membutuhkan pengalaman positif, ump.: kegembiraan, kesenangan. Ada yang membutuhkan pengalaman negatif, ump.: sakit, ansietas dan frustrasi. 7 GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -3) • FUNGSI: Respons otomatis terhadap berbagai stimuli melalui alur reflex, walau ada juga yang bisa melalui inisiasi akivitas area kesadaran yang lebih tinggi di otak. Fungsi lain yang sangat komplek meliputi: Persepsi pengelihatan, penyimpanan memori, pikiran dan memproduki bicara. Secara menyeluruh semua aktivitas saraf didasari oleh transmisi impulse melalui jaringan neuron (network system) yang sangat komplek. 8 GANGGUAN Kerusakan sampai disfungsi bagian komponennya: Di antaranya: Gangguan di otak, Gangguan di spinal cord, Neuropathy, Cedera saraf. Gangguan juga bisa akibat kerusakan fungsi: sensoris, analytical, ataupun memori (gangguan visus, tuli, rasa membeku, penciuman, agnosia, amnesia) Gangguan fungsi motoris: aphasia, dysarthria, ataxia. 9 GANGGUAN SISTEM SARAF SENTRAL (CNS DISORDERS) Perubahan & Gangguan Kesadaran • Perubahan kesadaran merupakan refleksi dari suatu penyakit penyebab atau suatu keadaan fungsi abnormal otak Gangguan metabolik dan sistemik umumnya bisa menekan kesadaran tanpa ditemukannya suatu f ocus neurologik. Gangguan CNS bisa atau tanpa disertai tanda focal secara bersamaan. 10 GANGGUAN SISTEM SARAF SENTRAL (Lanjutan) • Gangguan kesadaran dan perhatian bisa membentang dari tingkat koma post cedera batang otak sampai keadaan kebingungan atau kekacauan pikiran yang timbul akibat keracunan obat. Otak manusia memiliki mekanisme yang memungkinkan orang bisa dalam keadaan bangun, berjalan dan tidur dan juga memiliki kemampuan untuk memfocuskan kesadaran /perhatian pada rangsangan lingkungan yang relevant 11 GANGGUAN KESADARAN • Untuk mencapai status sadar kortek serebri harus diaktifkan oleh formasi retikuler, khususnya, ARAS (ascending reticular activating system) yang ada di batang otak. Formasi ini terdiri dari serabut yang berjalan dari thalamus ke medula. Thalamus memprojeksikan serabut ke kortek serebri. Bagian atas dari sistem tersebut bekerja sebagai pembangkit/ pemutus kesadaran dan pengontrol siklus tidur-bangun Bagian bawah mengontrol pernapasan. 12 Ganguan Kesadaran (Lanjutan) • Gangguan klinis yang terjadi bisa berwujud Keadaan hyperaroused (terjaga) Gelisah Agitasi atau sampai delirium. yang mungkin akibat kehilangan inhibitasi hemisphere dari fungsi batang otak. Hypoarousal bisa dari mengantuk sampai stupor dan koma. • Stupor = status tidak dalam keadaan responsive dan memerlukan stimulasi keras untuk membuatnya sadar/bangun. 13 KOMA (COMA) • Keadaan tidak sadar dan tidak responsif terhadap stimuli eksternal (suara keras, atau cubitan) atau kebutuhan internal tubuhnya (kandung kemih penuh), beda dari keadaan tidur. • Penyebab koma: Koma akibat kerusakan atau gangguan area otak yang terlibat dengan aktivitas kesadaran, atau pertahanan kesadaran, khususnya di: cerebron (masa utama otak), bagian atas batang otak, dan regio sentral otak (khususnya sistem limbik) 14 Koma (Lanjutan) • Kerusakan bisa saja suatu cedera kepala (otak) atau gangguan akibat tumor, abses otak, intracerebral haemorrhage semua bisa diperiksa dengan teknik imaging otak. • Bisa juga akibat hasil racun yang mengakibatkan keracunan jaringan otak, ini bisa: overdosis obat, gangguan hati atau ginjal yang lanjut, intoksikasi akut alkohol, DM tak terkontrol, atau gangguan aliran darah otak, hypoxia sel otak. Ensefalitis, dan meningitis, radang jaringan otak dan radang jaringan bantu/ pelindung otak. 15 Tanda & Gejala Koma • Simtoma: Kedalaman koma ada berbagai tingkat. Yang ringan: bisa respons terhadap stimuli ucapan beberapa kata atau menggerakan lengan. Yang berat: tidak dapat menjawab stimuli keras yang diulang-ulang. Walau demikian pada koma yang dalam terkadang masih ada respons otomatic bernafas biasa, batuk, menguap, memandang, gerak mata) ini menunjukan bahwa bagian bawah otak masih berfungsi. 16 Tanda & Gejala Koma (Lanjutan-1) • Pengukuran koma perlu untuk terapi. Klasifikasi diadakan atas kemampuan pasien verbal behaviour, gerak yang dihasilkan dari mata (tutup, terbuka atau roving) • Koma bisa bertahan tahunan, disertai aktivitas sedikit atau sama sekali tidak ada akltivitas otak, namun masih hidup karena batang otak masih bekerja. 17 Tanda & Gejala Koma (Lanjutan-2) • Sebaliknya: peluasan kerusakan batang otak bisa menghilangkan: reflek batuk, menelan, napas. -> artificial ventilasi dan maintainence aliran darahnya. • Kehilangan fungsi batang otak yang ireversible akan menyebabkan orang mati. (brain death). 18 GANGGUAN CNS LAIN-LAIN • Lesi supratenctorial Bisa akibat: perdarahan; edema; neoplasm; bisa sampai koma) menimbulkan kenaikkan tekanan bisa mengakibatkan hernia-tentorial sehingga menekan batang otak -> hemiparesis (lumpuh sesisi anggota tubuh) disertai pupil melebar pada lesi sesisi tubuh akibat tekanan pada saraf otak ke 3 (akibat hernia). 19 GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjuta-1) • Lesi langsung pada batang otak bisa akibat: obat; perdarahan; infark; kompresi dari bagian posterior fosa. Gangguan gerak mata adalah tanda dini keterlibatkan batang otak. Reaksi pupil terhadap cahaya juga hilang di samping reflek cornea yang tetap baik. 20 GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjuta-2) • Kematian batang otak adalah destruksi bagian dan bawah formasi retikuler/, yang menuju ke kematian. Mungkin saja masih ada aliran listrik cortical dan reflekspinal, namun ini tidak dapat dibangkitkan/ditimbulkan. 21 GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan 3) • Attention Deficits (acute confusion state): Bisa akibat: Intoxicants, gangguan metabolisme, infeksi, epilepsy, gangguan aliran darah, cedera traumatik atau neopalsm Semua bisa menimbulkan perubahan orientasi dan atensi. 22 GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan 4) • Gangguan Fungsi Otak yang lebih tinggi: Bisa mirip gangguan mental/jiwa. Delusion/ fixed fals beliefs (diduga ada hubungan dengan sistem limbic) Paranoid delusions (medial temporal atau kombinasi frontal dan lobus parietalis kanan). Hallucination (visual) : neurological Auditory hallucination: gangguan jiwa. (temporal lesi bisa menimbulkan halusinasi auditori). 23 GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan 5) • Lesi langsung pada batang otak bisa akibat: obat; perdarahan; infark; kompresi dari bagian posterior fosa. Gangguan gerak mata adalah tanda dini keterlibatkan batang otak. Reaksi pupil terhadap cahaya juga hilang di samping reflek cornea yang tetap baik. 24 GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan 6) • Kematian batang otak adalah: Destruksi bagian atas dan bawah formasi retikuler, yang menuju ke kematian. Mungkin saja masih ada aliran listrik cortical dan reflek spinal, namun ini tidak dapat dibangkitkan/ditimbulkan. 25 GANGGUAN MEMORI • MEMORI: dikontrol oleh berbagai area otak, ada area tertentu bertanggungjawab terhadap aspek memori yang berbeda Working memory: kemampuan menyimpan informasi dalam waktu pendek bersamaan dengan cognitive operation (ini diurus oleh prefrontal cortex) Amnesia: kehilangan memori Anterograde amnesia: kekuranganmampuan mengingat yang baru. Sering dibarengi confabulation), 26 GANGGUAN MEMORI (Lanjutan -1) Retrograde amnesia: kekuranganmampuan mengkonsolidasi memori yang baru/sudah lewat (Gangguan ada pada traumatic brain injury) Confabulation: penyusunan informasi untuk menjawab pertanyaan Desclarative memory: Retensi pengalaman atau memori tentang apa yang telah terjadi. Procedural memory: pembelajaran keterampilan dan kebiasaan bagaimana mengerjakan sesuatu. 27 HIPPOCAMPUS • Formasi hippocampus berada di lobes temporalis; thalamus dan bagian basal otak depan adalah bagian kritis bagi penampilan memori terbaru. • Informasi sensoris diproses di amygdala, di sini nilai informasi berserta nilai stimuli ditentukan untuk diproses lebih lanjut oleh struktur sentral diencephalon. 28 HIPPOCAMPUS (Lanjutan) • Kerusakan struktur sentral otak (oleh tumor, gangguan aliran darah, cedera trauma otak) dapat mengakibatkan gangguan memori. • Proses penyakit atau keracunan dapat menimbulkan penurunan aliran nutrisi atau O2 ke otak, ini dapat mengakibatkan defisit memori pada daerah terkena. • Pada Alzheimer’s disease ditemukan kekurangan sel cholinergik di otak depan. 29 GANGGUAN LANGUAGE & SPEECH • Berbahasa adalah satu di antara fungsi tertinggi otak yang terpengaruh oleh berbagai gangguan di CNS. Berbicara adalah kapasitas lebih dasar dari berbahasa yang mengacu ke mekanisme aksi mengucapkan kata dengan menggunakan tanggungjawab artikulasi struktur neuromuscular. • Dysathria adalah gangguan dalam artikulasi. • Anarthria adalah kekurangmampuan dalam menghasilkan ucapan kata, ini merupakan gangguan berbicara bukan gangguan bahasa. 30 GANGGUAN LANGUAGE & SPEECH (Lanjutan-1) • Expressive aphasia adalah defisit memproduksi bicara atau berbahasa, disertai defisit komunikasi, yakni kata yang keluar terputarbalik, tidak tepat dan merusak isi keterangan. • Lokalisasi produk bicara ada di lobus frontalis kiri, sedangkan gangguan komprehensif bahasa ada di lobus temporalis. Ini menggambarkan betapa tinggi fungsi dikaitkan regio-regio di otak 31 Gangguan bicara dan bahasa (lanjutan -2) • Walau demikian, kontrol bahasa bisa berada di area berbeda, yang berbeda pada orang yang berbeda, oleh karenanya kerusakan pada area yang sama dapat menimbulkan aphasia pada seseorang sedang pada orang lain hanya gangguan ringan-ringan saja. Pada orang kidal pusat bahasanya bisa dominant di hemisphere kanan 32 ALEXIA & AGRAPHIA • Alexia: gejala disfungsi otak lebih tinggi. Orang tidak bisa membaca. Lesi ada di lobus occipitalis kiri dan splenium corpus callosum yang mencegah informasi visual yang masuk untuk mencapai gyrus angularis pusat interpretasi linguistik. • Kombinasi alexia dan agraphia (tida mampu menulis) menunjukkan ada gangguan di regio parietal inferior dan posterolateral temporal dari hemisphere kiri (utamanya di gyrus angular) ini adalah lokasi yang bertanggungjawab untuk menggabungkan sistem visual dengan auditory sehingga memungkinkan orang belajar membaca. 33 Gangguan Bicara dan Bahasa (lanjutan 3) Agraphia bisa disebabkan lesi di mana saja di cerebrum. • Menulis adalah keterampilan motoris, lesi cortical spinal tract, basal gangglia, cerebelum; myopathies; dan cedera saraf tepi bisa menimbulkan tulisan yang jelek dan abnormal. Gangguan ini bisa dijumpai bersamaan dengan sindrome neurobehavior. Penampilan agraphia cenderung sejajar dengan karakter aphasia. 34 Gangguan Bicara dan Bahasa (lanjutan 4) • Apraxia: gangguan acquired keterampilan gerak yang bertujuan khusus bukan akibat paresis, akinesia, ataxia, kehilangan sensoris, atau gabungannya. Idiomotor apraxia: ketidakmampuan menjalankan perintah aksi motoris verbal (lesi pada lobus parietal kiri dan area premotor kiri) Ideational apraxia: ketidakberhasilan untuk menampilkan keruntunan aksi, walau setiap indivual aksi berhasil ditampilkan.(lesi pada lobus parietal kiri dan juga lobus frontalis, kerusakan difuse cortical)) 35 AGNOSIA • Agnosia: ketidakmampuan mengenal objek (gangguan pada pusat sensori cortices untuk melihat, mendengar dan merasa). Ini berhubungan dengan kehilangan modalitas sensoris. (sulit dikenal karena mudah dikompensasi sendiri oleh pasien) 36 Lobar Disorders Lesi hemisphere/lobus akan menimbulkan kehilangan fungsi yang dikontrol oleh masing hemisphere. • Sindroma hemisphere kanan: ketidakmampuan orientasi tubuh di ruang luar dan menghasilkan respons motoris yang salah (Hemineglect = lesi ada di hemisphere kanan) Individu tidak respons terhadap rangsangan sebelah kiri tubuh, dan tidak respons terhadap lingkungan luar yang ada disebelah kiri tubuh. 37 Lobar Disorders (Lanjutan-1) • Spatial disorientation: Bisa akibat kehilangan familiaritas dengan lingkungan dan rasa kebingungan di area yang sudah dikenal baik. Tidak bisa membaca dan mengikuti gambar peta, sering menunjukkan adanya defisit hemisphere kanan. • Gangguan penyesuaian emosi kadang akibat lesi di hemisphre kanan. (affective domain: hubungan interpersonal dan sosialisasi) Gangguan ada di sistem limbik (diakui bahwa hemisphere kanan adalah dominant sebagai pengontrol emosi) 38 Limbic System • Sindroma limbic lobe dan temporal melibatkan emosi, yakni yang terkait dengan: rasa sakit, senang, marah dan rasa takut. • Sistem limbic kadang disebut sebagai limbic lobe, ada di bawah batang otak. • Limbic system terdiri dari: - hippocampus, amygdala, dan cingulate gyrus. 39 Hippocampus Hippocampus berperan utama dalam memori, sedangkan amygdala dan cingulate gyrus terlibat dalam emosi. Bentuk memori emosional terbentuk di sini, dan ini bisa menjadi area menghasilkan anxietas dan panic yang di luar kesadaran berhubungan dengan pengalaman emotional yang bisa atau tidak teringat. Diduga bahwa pemrosesan sistem limbic bertangungjawab bahwa pengamalam emosional akan lebih mudah diingat dari pada yang kurang emosional.(rangsangan penciuman lebih kuat dari yang lain) 40 Lobar Disorders (Lanjutan -2) Lobus frontalis: adalah yang terbesar ukurannya. (1/3 bagian permukaan cortical otak). Secara phylogenik adalah bagian yang termuda, dan memiliki hubungan dengan semua areal di otak. • Bagian frontal ini bertanggungjawab terhadap - pemprosesan cognitif peringkat tertinggi; kontrol emosi; prilaku. • Kerusakan frontal akan mengubah kepribadian premorbid seseorang. • Karakter dan temperamen seseorang bisa berubah oleh karena lobus frontalis cedera. 41 Lobar Disorders (Lanjutan -3) • Pemrosesan informasi lambat, kekurangan pertimbangan/keputusan terhadap konsekuensi yang telah diketahui, penarikan diri, dan sangat perasa/mudah tersinggung, ini semua sering akibat lobus frontalis yang terganggu. • Disinhibitasi dan apatis adalah gejala klinis disfungsi lobus frontalis. Seseorang dengan gangguan lobus frontalis akan mengalami kekurangan prilaku dan sulit dikontrol. 42 Celebellar Disorders Cerebelum (otak kecil) adalah pusat koordinasi gerak skeletal. • Gangguan yang berpengaruh terhadap otak kecil menghasilkan diskoordinasi gerak. Walaupun fungsi cerebelum dalam gerak diketahui jelas, gangguan gerak akibat lesi cerebelum tetap sulit diobati. (Urbscheit & Oremland, 1995). • Melalui proyeksi asenden dan desenden regio medialis cerebelum mengonkrol komponen cortex dan batang otak dari sistem desendens bagian medial. Bagian ini mengontrol regio cerebelum pengontrol gerak otot axial 43 dan proximal. Celebellar Disorders (Lanjutan-1) • Cerebelum mempunyai pengaruh terhadap gerak melalui tractus vestibulospinal dan reticulospinal. • Hipotonus: bisa timbul sesisi lesi atau bilateral, bila lesi ada di sentral dan terlihat di grup otot bagian proximal inkoordinasi gerak • Asthenia: juga bisa akibat lesi cerebellar • Hipotonus dan asthenia tidak selalu berbarengan, Penyebab kedua gangguan adalah kehilangan input dari cerebelum ke cortex, namun bisa juga menunjukkan adanya kehilangn input ke berbagai area cortex. 44 Cerebellar Disorders (lanjutan-2) • Cerebellar ataxia: inkoordinasi gerak adalah tanda cardinal lesi cerebellar dan dapat menunjukkan berbagai manifestasi. • Postural tremor: terjadi pada 10% kasus disfungsi cerebellar, (timbul saat tungkai atau tubuh diletakkan dalam posisi tertentu) • Dysdiadochokinesis: tidak mampu menampilkan pengubahan gerak dengan cepat. Gerak lambat tanpa ritme atau konsistensi. 45 Cerebellar Disorders (lanjutan-3) • Dysmetria: kurang atau estimasi berlebih dari gerak yang diperlukan menuju kearah target, banyak dijumpai pada gangguan cerebellar. (nampak sebagai eror untuk menghasilkan kekuatan untuk menampilkan gerak yang diinginkan). Inisiasi gerak lambat dibanding normal, namun gagal mengubah arah secara cepat (ini menimbulkan tremor) • Scanning speech: Pronunciation (lafal) kata sangat lambat, datar tanpa melodi dan ritme. (pada ini terjadi hipotonus dan inkoordinasi otot larynx yang mengontrol suara). 46 Cerebellar Disorders (lanjutan -4) • Gerak mata bisa terganggu oleh disfungsi cerebellar. Gaze evoked nystagmus: tidak mampu mengfokuskan tatapan pandangan pada satu benda (fungsi vestibulocular terputus). Pasien tidak mampu menyelesaikan gerak seketika harus bergerak ke berbagai arah baru tiba ke gerak yang diperlukan. Cara berjalan: gerak melebar dan limbung. Merupakan satu bentuk gangguan cerebellar, kerusakan bagian lobus anterior. 47 Cerebellar Disorders (lanjutan -5) Gangguan proprioseptik akibat aliran stimui cerebellar terputus. Adaptasi lengkung reflex panjang hilang adaptibilitasnya sehingga tidak mampu menimbulkan respons yang tepat agar kedua tungkai bisa mempertahankan keseimbangn tubuh bila bergerak. Ada orang yang bisa dengan mudah menghindari jatuh, walau berdiri dengan keseimbangan yang tidak normal. Apabila orang tersebut bisa melakukan gerak kompensasi tubuh bagian atas dan tungkai, akan dapat menghindari jatuh. 48 Gangguan Sensoris Kulit, otot dan persendian mengandung banyak jenis reseptor yang mampu membangkitan aktivitas muatan listrik akibat stimuli. Input rangsangan disalurkan axon afferent ke CNS. Cell bodies ada di ganglion dorsal root dan terletak berseberangan dengan columna spinalis . Serabut afferent berkombinasi somatotopically di columna spinalis dan naik ke batang otak dan ke cortex. 49 Gangguan Sensoris (Lanjutan-1) Karateristik serabut yang berjalan melalui bagian dorsal corda spinalis bersynapsis setinggi nuclei batang otak, di lokasi ini ia menyeberang hemisphere otak secara contralateral. Apabila ada gangguan otak yang menyerang sistem afferent di atas peringkat ini gejala timbul di bagian contralateral dari lesinya. Gangguan saraf afferent, columna dorsalis spinal cord dan batang otak adalah akibat input sensoris yang ada. Tanda timbul: kekurangan tacktil (rabaan), sensasi kulit, baal, tingling, paresthesia, dysesthesia di tempat yang diinervasi saraf yang terkena. 50 GANGGUAN SENSORIS (lanjutan-2) • Apabila lesi menyerang area otak tengah yang memodulasi dan intepretasi input sensoris menghasilkan gejala exaggeration stimuli sensoris. • Input sensori dari sendi dan otot disebut: somatosensation atau proprioception. Apabila fungsi sensori hilang atau terputus, pasien akan merasa sulit untuk mempertahankan tubuh dalam posisi benar untuk gerak volunter atau involunter yang diperlukan aktivitas fungsional, khususnya yang untuk mengontrol posture. 51 GANGGUAN SENSORIS (lanjutan-3) • Disrupsi input sensori saraf optic merupakan bukti gangguan otak dan akan menimbulkan kebutaan di seluruh atau sebagian medan pengelihatan. Pengurangan medan pengelihatan banyak terjadi pada pasien stroke. • Halusinasi visual bisa merupakan sebagian gangguan CNS, yang bisa juga akibat stroke atau penyakit degeneratif (MS) 52 Gangguan Gerak • Kontrol motoris adalah hasil kooperasi dari berbagai struktur otak (Shumway-Cook & Molllacott, 1995, kandel, 1985; Burt 1993). • Ada hirarkhi organisasi yang menggambarkan interaksi antara lower motor neuron dengan interneuron yang meregulasi activitas initiasi costex cerebri. • Di dalam struktur, rencana dan strategi gerak terjadi oleh adanya pusat yang lebih tinggi; pusat bawah (yakni batang otak dan corda spinalis) bertanggunjawab terhadap eksekusi upaya membuat modifikasi yang diperlukan untuk mengatasi pengaruh lingkungan. Signal bisa datang dari berbagai area otak. 53 Gangguan Gerak (Lanjutan) • Bagian parietal dan premotor area cortex cerebri terlibat untuk mengidentifikasi target di ruang, menentukan jalannya aktivitas dan membangun program motoris. • Diencephalon (thalamus) mengintergrasi informasi hubungan langsung dari spinal cords, batang otak dan cerebellar dan mengirimnya ke cortex cerebri. • Batang otak mengandung nuclei yang menerima informasi yang terkait dengan kontrol postur dan locomotion. 54 Gangguan Gerak (lanjutan) • Di dalam batang otak ada formasi recticular yang meregulasi bangun dan tidur. • Corda spinalis atau spinal common pathway adalah prosesing akhir sebelum upaya gerak motor dijalankan oleh otot yang teraktivasi. • Lesi pada CNS yang akan menghasilkan gangguan gerak yang paling umum adalah akibat penyakt vaskular, tumor, trauma atau degenerasi myriad yang memotong jalur yang bertanggungjawab bagi gerak motoris. 55 Keterlibatan Saraf Cranial Saraf cranial dan tepi yang berhubungan dengan sensasi dan motoris mengontrol leher dan kepala. Gangguan CNS mencetuskan gangguan sensori dan motoris. Neuclei ada di dalam otak dan batang otak. 56 Teknik Mengukur Aktivitas & Evaluasi Struktur Otak • Ada beberapa metode untuk mengukur aktivitas listrik dan mengamati malformasi, cedera atau neoplasm. 1. EEG (elektroencephalography) Elektrode di pasang di kulit kepala -> menghasilkan gambar langsung aktivitas otak, namun tidak mampu secara akurat megidentifikasi daerah mana di otak yang mengeluarkan sinyal listrik, khususnya sewaktu daerah yang ingin dievaluasi terletak di bagian dalam. 57 Teknik Mengukur Aktivitas & Evaluasi Struktur Otak (Lanjutan) 2. Positron-Emersion Tomography Dengan bantuan suntikan zat radioaktif diikuti pemeriksaan X-ray berulang-ulnag -> memetakan secara anatomik pola aliran darah. Diperiksa keadaan saat istirahat dan saat mengadakan aktivitas Kelemahan: sifat invasif inherens zat radioaktif dan neuron bereaksi lebih cepat dari perubahan aliran darahnya, maka sebagian aktivitas otak bisa tidak terdeteksi. 3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) 4. Computed Tomography (CT-scan) 58 Teknik Pemeriksaan MRI Gambar yang menangkap perubahan fisiologis otak sebelum dan selama seseorang melalukan tugas. MRI berprinsip bahwa setiap atom di tubuh akan bekerja sebagai suatu jarum kompas dan berjajar dalam suatu arah yang dapat diperkirakan apabila terpajan ke suatu medah magnit. Dengan komputer khusus dapat direkam pancaran sinyal-sinyal yang khas masing-2 atom disajikan sebagai citra dan informasi dengan detail anatomis yang lebih baik dibandingkan dengan X ray. Dengan melihat bagian otak yang memiliki kadar O2 tinggi dapat mengidentifikasi daerah yang aktif. Jaringan dengan kadar tinggi hidrogen (contoh: lemak) akan menghasilkan gambar lebih terang daripada jaringan yang kurang atau tanpa mengandung hidrogen (tulang) lebih hitam. 59 CT-scan Menghasilkan gambar potongan-potongan. Detail gambar bisa diperjelas dengan suntikan zat kontras. Kelemahan: perlu foto ulang-ulang dan detail gambar tidak sejelas MRI. 60 GANGGUAN SARAF TEPI • NEUROPATHY: Penyakit, inflamasi atau kerusakan saraf tepi (peripheral), yakni yang menghubungkan sistem saraf, CNS ke organ indera, otot, kelenjar, dan organ dalam tubuh. Gejala gangguan neuropathy, bergantung kepada tingkat kerusakan bisa: baal/beku, kesemutan, tingling, sakit, atau kelemahan otot. 61 TIPE NEUROPATHY Terbanyak akibat kerusakan atau iritasi axon saraf atau selaput myelinnya. Axon bisa jadi tipis, atau kehilangan sebagian atau seluruh myelinnya mengakibatkan perlambatan atau blokade total aliran signal listrik. Berbagai tipe diberi sebutan sesuai site yang terkena atau causanya: distal neuropathy; symmetrical neuropathy. diabetic neuropathy; alcoholic neuropathy. 62 GANGGUAN SARAF TEPI (Lanjutan -2) • Neuritis adalah istilah yang digunakan sebagai sebutan neuropathy. Polyneuropathy (= Polyneuritis); Mononeuropathy (= mononeuritis). • Causa neuropathy tertentu tidak dapat dideteksi. Yang paling sering adalah: - DM; Gangguan metabolisme: uremia, - Deficiency nutrisi (defisiensi Vit. B); - Alcoholic - Keracunan logam berat (lead), obat-2 - Infeksi viral (Guillain-Barre syndrome); Leprosy - Gangguan autoimune (rheumatoid arthritis, SLE, periarteritis nodosa 63 GANGGUAN SARAF TEPI (Lanjutan -3) Sekunder neuropathy umumnya akibat malignansi: Kanker paru, lymphoma, leukemia. - Inherited: Peroneal muscular atrophy. • Neuralgia = adalah rasa sakit akibat iritasi atau inflamasi salah satu saraf tertentu. • Neuroblastoma (>> ekstra cranial); neuroma (jinak) akibat cedera saraf. • Neurofibromatosis (inhereted = von Recklinghausen’s disease) 64 CRANIAL NERVES (SARAF CRANIAL) • Ada 12 pasang yang keluar langsung dari otak. • 2 di antaranya tidak connect dengan nuclei di batang otak, yakni saraf olfactus dan saraf opticus yang langsung dari cerebrum (masa utama otak). Semua keluar dari cranium dan terbagi menjadi cabang-cabangnya. 65 CRANIAL NERVES (Lanjuta-1) • Sebagian saraf cranial bertanggungjawab atas penghantaran informasi sensoris organ-organ: telinga, hidung, mata ke otak, yang lain membawa perintah yang bergerak dari: lidah, mata dan otot facial, atau menstimulasi kelenjar (kelenjar ludah), 66 CRANIAL NERVES (Lanjutan-2) • Sebagian memiliki fungsi motoris dan sensoris • Saraf ke X (nervus vagus) merupakan komponen sistem parasimpatis yang terpenting, mempertahankan ritme fungsi automatic organ dalam, ia bercabang menuju ke semua organ: pencernaan, jantung dan paru. (Lihat bagan Function Of Cranial Nerves) 67 AUTONOMIC NERVUS SYSTEM • Sistem saraf otonomik adalah bagian sistem saraf yang mengontrol gerak involunter (otonomik, aktivitas organ-organ, pembuluh darah, kelenjar dan lain-lain jaringan tubuh). • Sistem terdiri dari network saraf yang terbagi menjadi 2 (dua): 1. Sistem saraf simpatis (Sympathetic nervus system) 2. Sistem saraf parasimpatis (Parasympathetic nervus system) 68 AUTONOMIC NERVUS SYSTEM (Lanjutan-1) Secara umum sistem saraf simpatis meningkatkan aktivitas tubuh: mempercepat detak jantung dan pernapasan seperti pada saat akan menghindari bahaya, lari atau berhantam. Sedangkan parasimpatis adalah sebaliknya. Kedua sistem bekerja harus seimbang. Pada saat stress atau takut nampak aktivitas simpatis lebih nyata, sedang saat tidur kontrol ada pada parasimpatis. 69 AUTONOMIC NERVUS SYSTEM (Lanjutan-2) Pengaruh obat anticholinergic memblokir efek acetylcholine, ini bisa mengurangi spasm usus, sedangkan beta-blocker memblokir aksi epinephrine dan norepinephrine pada jantung menurunkan frekuensi denyut jantung dan menguatkan detaknya . (Lihat bagan Function of The Autonomic Nervous System) 70 PENGELIHATAN • Pengelihatan timbul dari pengaktivan reseptor-reseptor peka-cahaya di mata, yang disebut fotoreseptor. • Penyampaian sinyal dari fotoreseptor menjadi semakin rumit sewaktu informasi disalurkan dari mata ke otak. • Sinyal-sinyal diinterpretasikan di otak berdasarkan kompleksitas pola, frekuensi lepasan muatan , dan kode-kode warnanya. 71 Pengelihatan pada LANSIA Bagian tengah lensa mata tidak mendapat aliran darah kapiler secara langsung seiring dengan penuaan, sel-sel di bagian tengah lensa adalah bagian yang paling tua dan paling sedikit mendapat O2. Apabila sel-sel tersebut mati, mereka tidak diganti dengan yang baru menyebabkan lensa menjadi kaku dan kurang transparan. Lensa menjadi kurang mampu mengubah bentuknya untuk memfokuskan suatu obyek ke retina obyek tampak kabur. Pada lansia kualitas pengelihatan sering berkurang. 72 GANGGUAN MATA • Gangguan mata umumnya minor, namun demikian bisa menjurus ke komplikasi yang serius kecuali ditangani dengan cermat. • Defek kongenital: Strabismus (squint, malalignment of the eyes) = juling, seringnya kongenital. Cataract (opacity of the lens of the eye) bisa timbul pada bayi bila ibu saat hamil terinfeksi rubella. Yang jarang microphthalmos (abnormally small eye) terjadi pada satu atau kedua mata ketajaman pengelihatan (vision) sangat jelek. 73 GANGGUAN MATA (Lanjutan-1) Nystagmus (rapid uncontrolled movement in the eyes) bisa kongenital. Retinoblastoma merupakan tumor ganas retina yang timbul pada usia dini dan dapat menyerang satu atau kedua mata, Gangguan kongenital lain menyerang mata termasuk: albinism dan abnormalities of development of the cornea and retina. 74 GANGGUAN MATA (Lanjutan -2) • Infeksi: Conjunctivitis, gangguan terumum dan jarang mempengaruhi vision (visus, pengelihatan). Pada stadium akhir bila tidak terobati (ditelantarkan) ump: trachoma mengakibatkan gangguan visus. Infeksi kornea: ini lebih serius dan dapat menimbulkan pengelihatan kabur atau cornea perforation. Endophthalmitis (infeksi di dalam mata) kadang sampai harus dioperasi pengangkatan bola mata, ini bisa timbul akibat cedera tusuk, post ulcerasi, pada kasus yang jarang post operasi (besar) mata, atau akibat infeksi di tempat lain. 75 GANGGUAN MATA (Lanjutan -3) • Gangguan Suplei Darah: Penyempitan, blokade, inflamasi atau lain-lain abnormalitas pembuluh darah retina bisa menimbulkan gangguan visus partial atau total. • Tumor: Malignant melanoma dari choroid (lapisan tengah mata) adalah primer. Gejala bisa timbul penurunan visus. 76 GANGGUAN MATA (Lanjutan -4) • Gangguan nutrisional: Defisiensi berbagai vitamin (utamanya vit. A) dapat menimbulkan gangguan pada mata. Xerophthalmia, buta senja, keratomalacia ini bisa mengakibatkan destruksi dan hilangnya pengelihatan total. • Autoimunitas: Uveitis (radang jaringan uvea) – (iris , choroid, and/or ciliary body) apabila tidak disebabkan infeksi bisa akibat dasar autoimune. Ini sering terjadi pada orang dengan ankylosing spondylitis dan sarcoidois. 77 GANGGUAN MATA (Lanjutan -5) • Degeneration: Macular degeneration of the retina Ini umum pada manula. Bisa mengakibatkan kehilangan pengelihatan walau bagian ketajaman pengelihatan samping masih baik. • Cataract juga umum pada manula, walau kausa tak jelas, diduga suatu proses degenerasi. 78 Gangguan Mata Lain-Lain: • Glaucoma = tekanan mata yang diperlukan untuk mempertahankan bentuk mata meningkat. Bila tidak diobati kehilangan visus. Retinal detachment: retina mengelupas dari dasarnya. Ametropia adalah istilah umum yang berarti retractive error (eror dalam pengfokusan vision): bisa myopia (rabun dekat); hyperopia (rabun jauh) dan astigmatism atau anisometropia. Ini timbul akibat adanya variasi dalam bentuk dan kemampuan pemfokusan gambar oleh mata. 79 Gangguan Mata Lain-Lain (Lanjutan -1) Presbyopia adalah kemunduran/hilang akomodasi yang progresif pada mata lansia. Amblyopia (ketajaman pengelihatan yang menurun pada satu mata tanpa ada gangguan struktur yang nyata), Terjadi akibat toksin alkohol atau tembakau, atau gangguan sitsemik DM, gagal ginjal, seringnya akibat strabismus. • Pemeriksaan: ophthalmoscopy slit lamp. Fotografi retina dan fluorescein angiography. 80 Gangguan Mata Lain-Lain: (Lanjutan-2) • Buta warna: Biasanya adalah suatu gangguan genetik terkait-seks yang disebabkan oleh defisiensi satu dari ketiga fotopigmen. Pengidap buta warna hanya melihat warna-warna yang terbentuk oleh aktivitas relatif dua jenis sel kerucut (sel mata) lainnya. Buta warna diwariskan melalui kromosom X sehingga biasanya mengena pria. Pada kasus yang ekstrim, dapat terjadi defisiensi lebih dari satu sel kerucut warna. 81 Gangguan Mata Lain-Lain: (Lanjutan-3) Lansia: Seiring dengan pertambahan usia, sebagian besar orang mengalami penurunan pengelihatan warna akibat menguningnya lensa. • Papiledema: Pembengkakan diskus optikus tempat saraf optikus meninggalakn mata dan masuk ke otak. Bisa terjadi pada semua keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang hebat, bisa tumor, infeksi, atau cedera. Papiledema merupakan penunjuk diagnostik patologi otak yang parah. 82 INVESTIGASI MATA • Struktur transparan mata memudahkan pemeriksaan. • Banyak proses-2 penyakit yang berpengaruh pada mata dapat dilihat langsung dengan ophthalmoscope atau slitlamp. • Photography retina dan angiography fluorescein bisa digunakan untuk mempelajari aliran/pembuluh darah di dalam mata. • Pemeriksaan mata dimulai pada bagian luar mata, kelopak dan jaringan kulit sekitarnya. • Pemeriksaan terhadap buta warna (ischihara) 83 INVESTIGASI MATA (Lanjutan) • Gerak mata juga perlu diperiksa (pada strabismus). • Pemeriksaan visus dengan Bagan Snellen’s, disusul pemeriksaan luas medan pengelihatan.. • Tonometry untuk pemeriksaan tekanan bola mata (glaukoma). • Pemeriksaan mata dilakukan untuk menentukan kausa gangguan pengelihatan atau adanya simtoma lain, serta untuk memastikan apakah seorang perlu memakai kacamata. • Gangguan mata glaukoma pada stadium dini bisa saja tanpa gejala, dan hanya bisa ditemukan melalui pemeriksaan khusus. 84 PENDENGARAN • Pendengaran terjadi sewaktu gelombang suara masuk ke telinga dan merangsang sel-sel reseptor yang kemudian melepaskan potensial aksi. • Potensial aksi disalurkan ke otak melalui saraf akustikus (saraf kranilais VIII). Telinga memiliki tiga kompartemen: luar, tengah dandalam, yang memungkinakan transmisi dan interpretasi suara. 85 Gangguan Pendengaran Lansia • LANSIA: Secara umum, ketajaman pendengaran menurun seiring dengan usia. Penyebabnya antara lain adalah aterosklerosis dan penurunan aliran darah, kekakuan struktur telinga tengah dan dalam, dan berkurangnya sel reseptor. Terjadi penimbunan serumen (kotoran telinga) yang menurunkan transmisi suara. Penyakit sistemik penyerta yang lain, seperti diabetes mellitus juga dapat mempengaruhi pendengaran. 86 GANGGUAN TELINGA (DISORDER OF THE EAR) • Telinga bisa terserang berbagai macam gangguan yang mungkin saja mengakibatkan hilangnya pendengaran (tuli) • Vertigo hasil gangguan telinga tidak umum, walau demikian ini bisa timbul akibat gangguan pada telinga tengah. 87 GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-1) • Defek kongenital Bayi lahir dengan saluran telinga luar sempit (jarang terjadi), terkadang tulang-tulang kecil telinga tengah deformasi atau absen. Juga ditemukan pinna (daun telinga luar) tidak tumbuh atau distorsi. Rubella (Campak Jerman, German measle) menyerang bumil pada bulan pertama kehamilan kerusakan pendengaran bayi tuli. 88 GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-2)) • Infeksi: Penyebab paling umum menyerang telinga otitis eksterna atau otitis media bisa perforasi membran timpani. Infeksi telinga tengah bisa meluas bisa sampai mastoiditis, atau abses otak, komplikasi ini sudah jarang terjadi sejak penemuan antibiotika. Infeksi virus telinga dalam dapat menimbulkan labyrinthitis dengan gejala vertigo dan/atau kehilangan pendengaran yang mendadak. 89 GANGGUAN TELINGA (Lanjutan -3) Cedera (injury) Bentuk daun telinga Cauliflower umumnya akibat cedera berulang-ulang. Cedera saluran telinga luar dan perforasi genderang bisa hasil pemasukan benda asing ke saluran telinga bisa juga (walau jarang) terpukul atau suara keras. Terpajan suara keras untuk waktu lama atau suara ledakan bisa menimbulkan gangguan tinnitis (berdenging) atau tuli. Perubahan tekanan (penyelam scuba atau aktivitas terbang) bisa menimbulkan cedera dan sakit. 90 GANGGUAN TELINGA (Lanjutan -4) • Tumors Tumor dalam telinga sangat jarang, kadang carcinoma basal sel yang juga bisa menyerang saluran telinga. Kanker telinga tengah dan dalam jarang ditemukan. Acustic neuroma adalah benign, pertumbuhannya lambat tumor saraf acustic bisa menekan struktur dalam telinga tuli, tinnitis dan imbalance. Cholesteatoma terjadi dari kumpulan sel kulit dan sisa-sisanya, dan bukan satu tumor, walau demikian bisa bahaya. 91 GANGGUAN TELINGA (Lanjutan -5) • Obstruksi: Obstruksi saluran telinga utamanya karena kotoran telinga yang mengeras, bisa juga akibat otitis eksterna. Pada kanak-2, sebab yang sering terjadi adalah memasukan benda asing (corpus alienum) ke saluran. • Degenerasi: Tuli pada manula akibat presbycusis, deteriorasi rambut getar di dalam cochlea. 92 GANGGUAN TELINGA (Lanjutan -6) • Keracunan dan Obat-Obat: Telinga bagian tengah sangat sensitif terhadap kerusakan akibat obat-2 tertentu. Yang terpenting adalah: aminoglucocide dan antibiotika, termasuk streptomysin, dan gentamicin. Obat-obat ini menimbulkan kerusakan pada rambut getar cochlea, terutama bila digunakan dalam dosis tinggi (biasanya pada yang disertai penyakit ginjal, yang akan memperlambat pengeluaran dari tubuh). Obat-obat lain: quinine, aspirin dan diuretika (furosemide) ethacrynic acid dan bumetanide. 93 GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-7) • Gangguan-gangguan lain: - Otosclerosis adalah suatu kondisi kongenital. Dasar dari satu tulang kecil yang ada di dalam telinga tengah menjadi kaku tuli. - Menier’s disease adalah tidak terlalu umum, pada ini ada gejala tuli, vertigo dan tinitis sebagai hasil akumulasi cairan di dalam labyrinth telinga bagian dalam. 94 INVESTIGASI TELINGA • Pemeriksaan terdiri dari: 1. Pemeriksaan fungsi pendengaran dengan: garpu tala AUDIOMETRIX HEARING TEST menghasilkan tipe dan tingkatan gangguan pendengaran. 2. Pemeriksaan telinga bagian luar dan gendrang tympani bisa dengan teknik otoscopic dan mikroskopik. 95 INVESTIGASI TELINGA (Lanjutan) 3. Pemeriksaan fungsi mekanisme pengatur keseimbangan badan bisa dengan pengawasan nystagmus yang ditimbulkan dengan mengalirkan dengan lembut cairan suhu panas dan dingin ke dalam saluran telinga (Caloric test) Test ini bisa dipertegas dan direkam secara teknik electronystagmography. 96 GANGGUAN PENDENGARAN KONDUKTIF • Menurunnya pendengaran akibat hambatan hantaran gelombang suara di telinga luar atau tengah, dapat terjadi apabila terdapat benda asing menyumbat di telinga, atau penimbunan serumen atau cairan di telinga luar atau tengah. OM (otitis media) dapat menyebabkan gangguan ini. Alat bantu “hearing aid” mungkin memberi perbaikan. Anak: yang berulang-ulang sakit OM dapat mengalami defisiensi bicara apabila terjadi gangguan pendengaran selama periode kritis pembentukan bahasa. Infeksi berulang jaringan sikatrik pada gendang telinga hilangnya pendengaran. 97 Gangguan Pendengaran (Lanjutan-1) SENSORINEURAL Penurunan pendengaran akibat disfungsi organ Corti, saraf auditorius, atau otak. Organ Corti rusak bisa akibat terus menerus terpajan suara bising, atau setelah minum obat-obat ototoksik: - gentamisin, neomisin, dan streptomisin, - analgetika (aspirin) - tembakau, - alkohol, juga - penyakit sistemik DM dan lues. 98 Gangguan Pendengaran (Lanjutan-2) Kanak-kanak: Gangguan sensorineural kongenital dapat terjadi akibat janin terpajan ke rubela atau obat yang dimakan/diminum bumil (termasuk aminoglikosida). Gangguan pendengaran sensorineural juga dapat herediteri. 99 Gangguan Pendengaran (Lanjutan-3) Lansia: Pada lansia membran basilaris koklea mengeras seiring dengan pertambahan usia, sehingga timbul gangguan pendengaran sensorineural yang disebut prebikusis. Sel-sel rambut reseptor rusak dan tidak diganti. Hilangnya reseptor-reseptor di rentang frekuensitinggi terjadi. Akibat perubahan-perubahan tersebut, pada lansia lebih mampu mendengar suara bernada berat dibandingkan yang melengking. 100 PENGECAPAN • Tast buds ada di lidah dan melepaskan potensial aksi sebagai respons terhadap rangsangan kimiawi. Terdapat papil-papil pengecap khusus untuk berbagai sensasi rasa, yang belum semuanya teridentifikasi. Reseptor-reseptor yang telah diketahui: Reseptor berespons terhadap rasa manis, pahit, asam, atau asin. Pengaktivan reseptor yang berbeda-beda dengan tingkatan yang berlainan oleh zat-zat yang terdapat di makanan rasa yang beragam. 101 Pengecapan (Lanjutan-1) Indera pengecapan mengawali pencernaan dan menimbulkan rangsangan untuk makan. Depolarisasi papil-papil pengecap menyebabkan pengaktivan saraf kranialis: V, VII, IX dan X. Saraf-saraf ini mengirim informasi ke thalamus dan kortek serebri tempat sensasi diidentifikasi. Dapat terjadi adaptasi (penurunan pelepasan pontensial aksi) papil pengecap apabila rangsangan oleh suatu bahan kimia yang terjadi terus menerus. 102 PENCIUMAN • Sensasi bau dihasilkan sel-sel receptor yang disebut: sel-sel olfactorius yang melapisi membran mukosa hidung. Sel olfaktorius mengandung silia yang mengalami depolarisasi apabila diikat oleh zat-zat kimia tertentu yang sesuai dengan bau tertentu di udara. Beberapa jenis silia mengalami hiperpolarisasi sebagai respons terhadap bau tertentu. Reseptor olfaktorius cepat beradaptasi terhadap rangsangan yang kontinue. 103 Penciuman (Lanjutan) Sel olfatorius sebenarnya adalah sel-sel susunan saraf pusat. Depolarisasi sel-sel ini membentuk potensial aksi di lobus olfatorius otak. Lansia: akibat ketajaman penciuman dan pengecapan berkurang, menurunkan nafsu makan makanan ditambah garam. Persepsi rasa manis tidak berkurang bisa meningkatkan berat badan pada sebagian lansia. 104 HIPOSMIA Penurunan sensasi bau, dapat bersifat bilateral atau unilkateral. Kelainan ini bisa mengena semua bau-bau. Penyebab yang sering adalah tersumbatnya saluran hidung. Hiposmia bau tertentu mengisyaratkan kerusakan jaras saraf. Orang yang mengalami cedera lobus frontalis sering menderita hiposmia. 105 HIPOGEUSIA Penurunan sensasi pengecapan. Dapat mengena semua rasa atau rasa tertentu saja. Ini mengidentifikasikan kemungkinan adanya kerusakan salah satu saraf kranialis yang mempersarafi lidah atau palatum. Kadang-kadang rasa yang sebelumnya dinikmati, tiba-tiba dipersepsikan sebagai rasa tidak enak. Fenomena ini disebut parageusia yang bisa akibat obat-obat kemoterapi, dsb. Atau disfungsi hati. Pada lansia hipogeusia kadang timbul spontan. 106