ganggauan sistem saraf sentral - IKP201

advertisement
SESI 13
GANGGUAN SISTEM SARAF
PUSAT & TEPI
GANGGUAN PENGELIHATAN
GANGGUAN PENDENGARAN
GANGGUAN BERBICARA & BERBAHASA
GANGGUAN PEGECAPAN
GANGGUAN PENCIUMAN
1
DESKRIPSI
Pembahasan materi meliput keadaan patologis
pada gangguan sistem saraf pusat dan saraf tepi,
gangguan pengelihatan, gangguan pendengaran,
gangguan berbicara & berbahasa,
gangguan pengecapan dan penciuman
2
TUJUAN UMUM
Memahami terjadinya gangguan sistem saraf pusat
dan saraf tepi, gangguan pengelihatan, gangguan
pendengaran, gangguan berbicara & berbahasa,
gangguan pengecapan dan penciuman
3
TUJUAN KHUSUS
TOPIK/SUBTOPIK BAHASAN
Menjelaskan tentang:
• Gangguan sistem saraf pusat dan saraf tepi
• Gangguan pengelihatan
• Gangguan pendengaran
• Gangguan berbicara & berbahasa
• Gangguan pengecapan
• Gangguan penciuman
4
GANGGUAN SISTEM SARAF
• SISTEM SARAF
Adalah sistem yang:
mengumpulkan,
menyimpan dan
mengkontrol informasi.
Fungsi menyeluruh sistem saraf adalah:
(1) Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan
keadaan lingkungan luar dan dalam tubuh,
(2) Menganalisis informasi terkait,
5
GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -1)
(3) Menginisiasi respons yang ditujukan untuk
memenuhi dengan tepat kebutuhan/keinginan
tertentu,
(4) Merespons keinginan kuat, yang utama adalah
survival.
Ada berbagai respons survival yang diinisiasi oleh
sistem saraf secara otomatis tanpa disadari, di
antaranya:
lari menghindar bahaya,
menggigil akibat suhu dingin.
6
GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -2)
Kebutuhan/keinginan lain adalah lebih komplek.
Ada yang membutuhkan pengalaman positif, ump.:
kegembiraan,
kesenangan.
Ada yang membutuhkan pengalaman negatif, ump.:
sakit,
ansietas dan
frustrasi.
7
GANGGUAN SISTEM SARAF (Lanjutan -3)
• FUNGSI:
Respons otomatis terhadap berbagai stimuli melalui
alur reflex, walau ada juga yang bisa melalui inisiasi
akivitas area kesadaran yang lebih tinggi di otak.
Fungsi lain yang sangat komplek meliputi:
Persepsi pengelihatan,
penyimpanan memori,
pikiran dan
memproduki bicara.
Secara menyeluruh semua aktivitas saraf didasari
oleh transmisi impulse melalui jaringan neuron
(network system) yang sangat komplek.
8
GANGGUAN
Kerusakan sampai disfungsi bagian
komponennya:
Di antaranya: Gangguan di otak,
Gangguan di spinal cord,
Neuropathy,
Cedera saraf.
Gangguan juga bisa akibat kerusakan fungsi:
sensoris, analytical, ataupun memori
(gangguan visus, tuli, rasa membeku, penciuman,
agnosia, amnesia)
Gangguan fungsi motoris:
aphasia, dysarthria, ataxia.
9
GANGGUAN SISTEM SARAF SENTRAL
(CNS DISORDERS)
Perubahan & Gangguan Kesadaran
• Perubahan kesadaran merupakan refleksi dari suatu
penyakit penyebab atau suatu keadaan fungsi
abnormal otak
Gangguan metabolik dan sistemik umumnya bisa
menekan kesadaran tanpa ditemukannya suatu f
ocus neurologik.
Gangguan CNS bisa atau tanpa disertai tanda focal
secara bersamaan.
10
GANGGUAN SISTEM SARAF SENTRAL (Lanjutan)
• Gangguan kesadaran dan perhatian bisa membentang
dari tingkat koma post cedera batang otak sampai
keadaan kebingungan atau kekacauan pikiran yang
timbul akibat keracunan obat.
Otak manusia memiliki mekanisme yang memungkinkan
orang bisa dalam keadaan bangun, berjalan dan tidur
dan juga memiliki kemampuan untuk memfocuskan
kesadaran /perhatian pada rangsangan lingkungan yang
relevant
11
GANGGUAN KESADARAN
• Untuk mencapai status sadar kortek serebri harus
diaktifkan oleh formasi retikuler, khususnya, ARAS
(ascending reticular activating system) yang ada di
batang otak.
Formasi ini terdiri dari serabut yang berjalan dari
thalamus ke medula. Thalamus memprojeksikan
serabut ke kortek serebri.
Bagian atas dari sistem tersebut bekerja sebagai
pembangkit/ pemutus kesadaran dan pengontrol
siklus tidur-bangun
Bagian bawah mengontrol pernapasan.
12
Ganguan Kesadaran (Lanjutan)
• Gangguan klinis yang terjadi bisa berwujud
Keadaan hyperaroused (terjaga)
Gelisah
Agitasi atau sampai delirium.
yang mungkin akibat kehilangan inhibitasi hemisphere
dari fungsi batang otak.
Hypoarousal bisa dari mengantuk sampai stupor dan
koma.
• Stupor = status tidak dalam keadaan responsive
dan memerlukan stimulasi keras untuk membuatnya
sadar/bangun.
13
KOMA
(COMA)
• Keadaan tidak sadar dan tidak responsif terhadap
stimuli eksternal (suara keras, atau cubitan) atau
kebutuhan internal tubuhnya (kandung kemih penuh),
beda dari keadaan tidur.
• Penyebab koma:
Koma akibat kerusakan atau gangguan area otak
yang terlibat dengan aktivitas kesadaran, atau
pertahanan kesadaran, khususnya di:
cerebron (masa utama otak),
bagian atas batang otak, dan
regio sentral otak (khususnya sistem limbik)
14
Koma (Lanjutan)
• Kerusakan bisa saja suatu cedera kepala (otak) atau
gangguan akibat tumor, abses otak, intracerebral
haemorrhage semua bisa diperiksa dengan teknik
imaging otak.
• Bisa juga akibat hasil racun yang mengakibatkan
keracunan jaringan otak, ini bisa:
overdosis obat,
gangguan hati atau ginjal yang lanjut,
intoksikasi akut alkohol,
DM tak terkontrol, atau
gangguan aliran darah otak,  hypoxia sel otak.
Ensefalitis, dan meningitis, radang jaringan otak
dan radang jaringan bantu/ pelindung otak.
15
Tanda & Gejala Koma
• Simtoma: Kedalaman koma ada berbagai tingkat.
Yang ringan: bisa respons terhadap stimuli ucapan
beberapa kata atau menggerakan lengan.
Yang berat: tidak dapat menjawab stimuli keras yang
diulang-ulang.
Walau demikian pada koma yang dalam
terkadang masih ada respons otomatic
bernafas biasa,
batuk,
menguap,
memandang,
gerak mata)
ini menunjukan bahwa bagian bawah otak
masih berfungsi.
16
Tanda & Gejala Koma (Lanjutan-1)
• Pengukuran koma perlu untuk terapi.
Klasifikasi diadakan atas kemampuan pasien
verbal behaviour,
gerak yang dihasilkan dari mata
(tutup, terbuka atau roving)
• Koma bisa bertahan tahunan, disertai aktivitas
sedikit atau sama sekali tidak ada akltivitas otak,
namun masih hidup karena batang otak masih
bekerja.
17
Tanda & Gejala Koma (Lanjutan-2)
• Sebaliknya: peluasan kerusakan batang otak bisa
menghilangkan:
reflek batuk,
menelan,
napas. -> artificial ventilasi dan
maintainence aliran darahnya.
• Kehilangan fungsi batang otak yang ireversible akan
menyebabkan orang mati. (brain death).
18
GANGGUAN CNS LAIN-LAIN
• Lesi supratenctorial
Bisa akibat:
perdarahan;
edema;
neoplasm;
bisa sampai koma)  menimbulkan kenaikkan tekanan
 bisa mengakibatkan hernia-tentorial sehingga
menekan batang otak -> hemiparesis (lumpuh sesisi
anggota tubuh) disertai pupil melebar pada lesi sesisi
tubuh akibat tekanan pada saraf otak ke 3 (akibat
hernia).
19
GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjuta-1)
• Lesi langsung pada batang otak bisa akibat:
obat;
perdarahan;
infark;
kompresi dari bagian posterior fosa.
Gangguan gerak mata adalah tanda dini
keterlibatkan batang otak.
Reaksi pupil terhadap cahaya juga hilang di
samping reflek cornea yang tetap baik.
20
GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjuta-2)
• Kematian batang otak adalah destruksi bagian
dan bawah formasi retikuler/, yang menuju
ke kematian.
Mungkin saja masih ada aliran listrik cortical
dan reflekspinal, namun ini tidak dapat
dibangkitkan/ditimbulkan.
21
GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan 3)
• Attention Deficits (acute confusion state):
Bisa akibat:
Intoxicants,
gangguan metabolisme,
infeksi,
epilepsy,
gangguan aliran darah,
cedera traumatik atau
neopalsm
Semua bisa menimbulkan perubahan orientasi
dan atensi.
22
GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan 4)
• Gangguan Fungsi Otak yang lebih tinggi:
Bisa mirip gangguan mental/jiwa.
Delusion/ fixed fals beliefs (diduga ada hubungan
dengan sistem limbic)
Paranoid delusions (medial temporal atau kombinasi
frontal dan lobus parietalis kanan).
Hallucination (visual) : neurological
Auditory hallucination: gangguan jiwa.
(temporal lesi bisa menimbulkan halusinasi auditori).
23
GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan 5)
• Lesi langsung pada batang otak bisa akibat:
obat;
perdarahan;
infark;
kompresi
dari bagian posterior fosa.
Gangguan gerak mata adalah tanda dini
keterlibatkan batang otak.
Reaksi pupil terhadap cahaya juga hilang di
samping reflek cornea yang tetap baik.
24
GANGGUAN CNS LAIN-LAIN (Lanjutan 6)
• Kematian batang otak adalah:
Destruksi bagian atas dan bawah formasi
retikuler, yang menuju ke kematian.
Mungkin saja masih ada aliran listrik cortical
dan reflek spinal, namun ini tidak dapat
dibangkitkan/ditimbulkan.
25
GANGGUAN MEMORI
• MEMORI: dikontrol oleh berbagai area otak,
ada area tertentu bertanggungjawab terhadap
aspek memori yang berbeda
Working memory: kemampuan menyimpan informasi
dalam waktu pendek bersamaan dengan cognitive
operation (ini diurus oleh prefrontal cortex)
Amnesia: kehilangan memori
Anterograde amnesia: kekuranganmampuan mengingat
yang baru. Sering dibarengi confabulation),
26
GANGGUAN MEMORI (Lanjutan -1)
Retrograde amnesia: kekuranganmampuan
mengkonsolidasi memori yang baru/sudah lewat
(Gangguan ada pada traumatic brain injury)
Confabulation: penyusunan informasi untuk menjawab
pertanyaan
Desclarative memory: Retensi pengalaman
atau memori tentang apa yang telah terjadi.
Procedural memory: pembelajaran keterampilan
dan kebiasaan bagaimana mengerjakan sesuatu.
27
HIPPOCAMPUS
• Formasi hippocampus berada di lobes temporalis;
thalamus dan bagian basal otak depan adalah
bagian kritis bagi penampilan memori terbaru.
• Informasi sensoris diproses di amygdala,
di sini nilai informasi berserta nilai stimuli ditentukan
untuk diproses lebih lanjut oleh struktur sentral
diencephalon.
28
HIPPOCAMPUS (Lanjutan)
• Kerusakan struktur sentral otak (oleh tumor, gangguan
aliran darah, cedera trauma otak) dapat mengakibatkan
gangguan memori.
• Proses penyakit atau keracunan dapat menimbulkan
penurunan aliran nutrisi atau O2 ke otak, ini dapat
mengakibatkan defisit memori pada daerah terkena.
• Pada Alzheimer’s disease ditemukan kekurangan
sel cholinergik di otak depan.
29
GANGGUAN LANGUAGE & SPEECH
• Berbahasa adalah satu di antara fungsi tertinggi
otak yang terpengaruh oleh berbagai gangguan
di CNS.
Berbicara adalah kapasitas lebih dasar dari berbahasa
yang mengacu ke mekanisme aksi mengucapkan kata
dengan menggunakan tanggungjawab artikulasi struktur
neuromuscular.
• Dysathria adalah gangguan dalam artikulasi.
• Anarthria adalah kekurangmampuan dalam
menghasilkan ucapan kata, ini merupakan gangguan
berbicara bukan gangguan bahasa.
30
GANGGUAN LANGUAGE & SPEECH (Lanjutan-1)
• Expressive aphasia adalah defisit memproduksi
bicara atau berbahasa, disertai defisit komunikasi,
yakni kata yang keluar terputarbalik, tidak tepat
dan merusak isi keterangan.
• Lokalisasi produk bicara ada di lobus frontalis kiri,
sedangkan gangguan komprehensif bahasa ada di
lobus temporalis.
Ini menggambarkan betapa tinggi fungsi dikaitkan
regio-regio di otak
31
Gangguan bicara dan bahasa (lanjutan -2)
• Walau demikian, kontrol bahasa bisa berada
di area berbeda, yang berbeda pada orang yang
berbeda, oleh karenanya kerusakan pada area
yang sama dapat menimbulkan aphasia pada
seseorang sedang pada orang lain hanya gangguan
ringan-ringan saja.
Pada orang kidal pusat bahasanya bisa dominant
di hemisphere kanan
32
ALEXIA & AGRAPHIA
• Alexia: gejala disfungsi otak lebih tinggi. Orang tidak
bisa membaca. Lesi ada di lobus occipitalis kiri dan
splenium corpus callosum yang mencegah informasi
visual yang masuk untuk mencapai gyrus angularis
pusat interpretasi linguistik.
• Kombinasi alexia dan agraphia (tida mampu menulis)
menunjukkan ada gangguan di regio parietal inferior
dan posterolateral temporal dari hemisphere kiri
(utamanya di gyrus angular) ini adalah lokasi yang
bertanggungjawab untuk menggabungkan sistem
visual dengan auditory sehingga memungkinkan
orang belajar membaca.
33
Gangguan Bicara dan Bahasa (lanjutan 3)
Agraphia bisa disebabkan lesi di mana saja di
cerebrum.
• Menulis adalah keterampilan motoris, lesi cortical
spinal tract, basal gangglia, cerebelum; myopathies;
dan cedera saraf tepi bisa menimbulkan tulisan yang
jelek dan abnormal.
Gangguan ini bisa dijumpai bersamaan dengan
sindrome neurobehavior.
Penampilan agraphia cenderung sejajar dengan
karakter aphasia.
34
Gangguan Bicara dan Bahasa (lanjutan 4)
• Apraxia: gangguan acquired keterampilan gerak
yang bertujuan khusus bukan akibat paresis, akinesia,
ataxia, kehilangan sensoris, atau gabungannya.
Idiomotor apraxia: ketidakmampuan menjalankan
perintah aksi motoris verbal (lesi pada lobus parietal kiri
dan area premotor kiri)
Ideational apraxia: ketidakberhasilan untuk
menampilkan keruntunan aksi, walau setiap indivual
aksi berhasil ditampilkan.(lesi pada lobus parietal kiri
dan juga lobus frontalis, kerusakan difuse cortical))
35
AGNOSIA
•
Agnosia: ketidakmampuan mengenal objek
(gangguan pada pusat sensori cortices untuk
melihat, mendengar dan merasa).
Ini berhubungan dengan kehilangan modalitas sensoris.
(sulit dikenal karena mudah dikompensasi sendiri
oleh pasien)
36
Lobar Disorders
Lesi hemisphere/lobus akan menimbulkan
kehilangan fungsi yang dikontrol oleh masing
hemisphere.
• Sindroma hemisphere kanan: ketidakmampuan
orientasi tubuh di ruang luar dan menghasilkan
respons motoris yang salah (Hemineglect = lesi
ada di hemisphere kanan) Individu tidak respons
terhadap rangsangan sebelah kiri tubuh, dan tidak
respons terhadap lingkungan luar yang ada disebelah
kiri tubuh.
37
Lobar Disorders (Lanjutan-1)
• Spatial disorientation:
Bisa akibat kehilangan familiaritas dengan
lingkungan dan rasa kebingungan di area
yang sudah dikenal baik.
Tidak bisa membaca dan mengikuti gambar peta,
sering menunjukkan adanya defisit hemisphere
kanan.
• Gangguan penyesuaian emosi kadang akibat lesi di
hemisphre kanan. (affective domain: hubungan
interpersonal dan sosialisasi) Gangguan ada di sistem
limbik (diakui bahwa hemisphere kanan adalah dominant
sebagai pengontrol emosi)
38
Limbic System
• Sindroma limbic lobe dan temporal melibatkan emosi,
yakni yang terkait dengan:
rasa sakit,
senang,
marah dan
rasa takut.
• Sistem limbic kadang disebut sebagai limbic lobe,
ada di bawah batang otak.
• Limbic system terdiri dari: -
hippocampus,
amygdala, dan
cingulate gyrus.
39
Hippocampus
Hippocampus berperan utama dalam memori,
sedangkan amygdala dan cingulate gyrus terlibat
dalam emosi.
Bentuk memori emosional terbentuk di sini, dan
ini bisa menjadi area menghasilkan anxietas dan
panic yang di luar kesadaran berhubungan dengan
pengalaman emotional yang bisa atau tidak teringat.
Diduga bahwa pemrosesan sistem limbic
bertangungjawab bahwa pengamalam emosional
akan lebih mudah diingat dari pada yang kurang
emosional.(rangsangan penciuman lebih kuat dari
yang lain)
40
Lobar Disorders (Lanjutan -2)
Lobus frontalis: adalah yang terbesar ukurannya.
(1/3 bagian permukaan cortical otak).
Secara phylogenik adalah bagian yang termuda,
dan memiliki hubungan dengan semua areal di otak.
• Bagian frontal ini bertanggungjawab terhadap
- pemprosesan cognitif peringkat tertinggi;
kontrol emosi; prilaku.
• Kerusakan frontal akan mengubah kepribadian
premorbid seseorang.
• Karakter dan temperamen seseorang bisa berubah
oleh karena lobus frontalis cedera.
41
Lobar Disorders (Lanjutan -3)
• Pemrosesan informasi lambat, kekurangan
pertimbangan/keputusan terhadap konsekuensi
yang telah diketahui, penarikan diri, dan sangat
perasa/mudah tersinggung, ini semua sering akibat
lobus frontalis yang terganggu.
• Disinhibitasi dan apatis adalah gejala klinis disfungsi
lobus frontalis.
Seseorang dengan gangguan lobus frontalis akan
mengalami kekurangan prilaku dan sulit dikontrol.
42
Celebellar Disorders
Cerebelum (otak kecil) adalah pusat koordinasi
gerak skeletal.
• Gangguan yang berpengaruh terhadap otak kecil
menghasilkan diskoordinasi gerak. Walaupun fungsi
cerebelum dalam gerak diketahui jelas, gangguan gerak
akibat lesi cerebelum tetap sulit diobati. (Urbscheit &
Oremland, 1995).
• Melalui proyeksi asenden dan desenden regio medialis
cerebelum mengonkrol komponen cortex dan batang
otak dari sistem desendens bagian medial. Bagian ini
mengontrol regio cerebelum pengontrol gerak otot axial
43
dan proximal.
Celebellar Disorders (Lanjutan-1)
• Cerebelum mempunyai pengaruh terhadap gerak
melalui tractus vestibulospinal dan reticulospinal.
• Hipotonus: bisa timbul sesisi lesi atau bilateral, bila lesi
ada di sentral dan terlihat di grup otot bagian proximal
 inkoordinasi gerak
• Asthenia: juga bisa akibat lesi cerebellar
• Hipotonus dan asthenia tidak selalu berbarengan,
Penyebab kedua gangguan adalah kehilangan input
dari cerebelum ke cortex, namun bisa juga
menunjukkan adanya kehilangn input ke berbagai
area cortex.
44
Cerebellar Disorders (lanjutan-2)
• Cerebellar ataxia: inkoordinasi gerak adalah tanda
cardinal lesi cerebellar dan dapat menunjukkan
berbagai manifestasi.
• Postural tremor: terjadi pada 10% kasus disfungsi
cerebellar, (timbul saat tungkai atau tubuh diletakkan
dalam posisi tertentu)
• Dysdiadochokinesis: tidak mampu menampilkan
pengubahan gerak dengan cepat.
Gerak lambat tanpa ritme atau konsistensi.
45
Cerebellar Disorders (lanjutan-3)
• Dysmetria: kurang atau estimasi berlebih dari gerak
yang diperlukan menuju kearah target, banyak dijumpai
pada gangguan cerebellar. (nampak sebagai eror untuk
menghasilkan kekuatan untuk menampilkan gerak yang
diinginkan).
Inisiasi gerak lambat dibanding normal, namun gagal
mengubah arah secara cepat (ini menimbulkan tremor)
• Scanning speech: Pronunciation (lafal) kata sangat
lambat, datar tanpa melodi dan ritme. (pada ini terjadi
hipotonus dan inkoordinasi otot larynx yang mengontrol
suara).
46
Cerebellar Disorders (lanjutan -4)
• Gerak mata bisa terganggu oleh disfungsi cerebellar.
Gaze evoked nystagmus: tidak mampu mengfokuskan
tatapan pandangan pada satu benda (fungsi
vestibulocular terputus).
Pasien tidak mampu menyelesaikan gerak seketika
harus bergerak ke berbagai arah baru tiba ke gerak
yang diperlukan.
Cara berjalan: gerak melebar dan limbung. Merupakan
satu bentuk gangguan cerebellar, kerusakan bagian
lobus anterior.
47
Cerebellar Disorders (lanjutan -5)
Gangguan proprioseptik akibat aliran stimui cerebellar
terputus.
Adaptasi lengkung reflex panjang hilang adaptibilitasnya
sehingga tidak mampu menimbulkan respons yang tepat
agar kedua tungkai bisa mempertahankan keseimbangn
tubuh bila bergerak.
Ada orang yang bisa dengan mudah menghindari jatuh,
walau berdiri dengan keseimbangan yang tidak normal.
Apabila orang tersebut bisa melakukan gerak
kompensasi tubuh bagian atas dan tungkai, akan dapat
menghindari jatuh.
48
Gangguan Sensoris
Kulit, otot dan persendian mengandung banyak
jenis reseptor yang mampu membangkitan aktivitas
muatan listrik akibat stimuli.
Input rangsangan disalurkan axon afferent ke CNS.
Cell bodies ada di ganglion dorsal root dan terletak
berseberangan dengan columna spinalis .
Serabut afferent berkombinasi somatotopically di
columna spinalis dan naik ke batang otak dan ke cortex.
49
Gangguan Sensoris (Lanjutan-1)
Karateristik serabut yang berjalan melalui bagian
dorsal corda spinalis bersynapsis setinggi nuclei batang
otak, di lokasi ini ia menyeberang hemisphere otak
secara contralateral.
Apabila ada gangguan otak yang menyerang sistem
afferent di atas peringkat ini gejala timbul di bagian
contralateral dari lesinya.
Gangguan saraf afferent, columna dorsalis spinal cord
dan batang otak adalah akibat input sensoris yang ada.
Tanda timbul: kekurangan tacktil (rabaan), sensasi
kulit, baal, tingling, paresthesia, dysesthesia di
tempat yang diinervasi saraf yang terkena.
50
GANGGUAN SENSORIS (lanjutan-2)
• Apabila lesi menyerang area otak tengah yang
memodulasi dan intepretasi input sensoris
menghasilkan gejala exaggeration stimuli sensoris.
• Input sensori dari sendi dan otot disebut:
somatosensation atau proprioception.
Apabila fungsi sensori hilang atau terputus, pasien
akan merasa sulit untuk mempertahankan tubuh dalam
posisi benar untuk gerak volunter atau involunter yang
diperlukan aktivitas fungsional, khususnya yang untuk
mengontrol posture.
51
GANGGUAN SENSORIS (lanjutan-3)
• Disrupsi input sensori saraf optic merupakan bukti
gangguan otak dan akan menimbulkan kebutaan di
seluruh atau sebagian medan pengelihatan.
Pengurangan medan pengelihatan banyak terjadi
pada pasien stroke.
• Halusinasi visual bisa merupakan sebagian gangguan
CNS, yang bisa juga akibat stroke atau penyakit
degeneratif (MS)
52
Gangguan Gerak
• Kontrol motoris adalah hasil kooperasi dari berbagai
struktur otak (Shumway-Cook & Molllacott, 1995, kandel,
1985; Burt 1993).
• Ada hirarkhi organisasi yang menggambarkan interaksi
antara lower motor neuron dengan interneuron yang
meregulasi activitas initiasi costex cerebri.
• Di dalam struktur, rencana dan strategi gerak terjadi
oleh adanya pusat yang lebih tinggi; pusat bawah
(yakni batang otak dan corda spinalis) bertanggunjawab
terhadap eksekusi upaya membuat modifikasi yang
diperlukan untuk mengatasi pengaruh lingkungan.
Signal bisa datang dari berbagai area otak.
53
Gangguan Gerak (Lanjutan)
• Bagian parietal dan premotor area cortex cerebri
terlibat untuk mengidentifikasi target di ruang,
menentukan jalannya aktivitas dan membangun
program motoris.
• Diencephalon (thalamus) mengintergrasi informasi
hubungan langsung dari spinal cords, batang otak
dan cerebellar  dan mengirimnya ke cortex cerebri.
• Batang otak mengandung nuclei yang menerima
informasi yang terkait dengan kontrol postur dan
locomotion.
54
Gangguan Gerak (lanjutan)
• Di dalam batang otak ada formasi recticular yang
meregulasi bangun dan tidur.
• Corda spinalis atau spinal common pathway adalah
prosesing akhir sebelum upaya gerak motor dijalankan
oleh otot yang teraktivasi.
• Lesi pada CNS yang akan menghasilkan gangguan
gerak yang paling umum adalah akibat penyakt
vaskular, tumor, trauma atau degenerasi myriad
yang memotong jalur yang bertanggungjawab bagi
gerak motoris.
55
Keterlibatan Saraf Cranial
Saraf cranial dan tepi yang berhubungan dengan
sensasi dan motoris mengontrol leher dan kepala.
Gangguan CNS mencetuskan gangguan sensori dan
motoris.
Neuclei ada di dalam otak dan batang otak.
56
Teknik Mengukur Aktivitas
& Evaluasi Struktur Otak
•
Ada beberapa metode untuk mengukur aktivitas
listrik dan mengamati malformasi, cedera atau
neoplasm.
1.
EEG (elektroencephalography)
Elektrode di pasang di kulit kepala -> menghasilkan
gambar langsung aktivitas otak, namun tidak mampu
secara akurat megidentifikasi daerah mana di otak
yang mengeluarkan sinyal listrik, khususnya sewaktu
daerah yang ingin dievaluasi terletak di bagian dalam.
57
Teknik Mengukur Aktivitas & Evaluasi Struktur Otak (Lanjutan)
2. Positron-Emersion Tomography
Dengan bantuan suntikan zat radioaktif diikuti
pemeriksaan X-ray berulang-ulnag -> memetakan
secara anatomik pola aliran darah. Diperiksa keadaan
saat istirahat dan saat mengadakan aktivitas
Kelemahan: sifat invasif inherens zat radioaktif dan
neuron bereaksi lebih cepat dari perubahan aliran
darahnya, maka sebagian aktivitas otak bisa tidak
terdeteksi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
4. Computed Tomography (CT-scan)
58
Teknik Pemeriksaan MRI
Gambar yang menangkap perubahan fisiologis otak
sebelum dan selama seseorang melalukan tugas.
MRI berprinsip bahwa setiap atom di tubuh akan bekerja
sebagai suatu jarum kompas dan berjajar dalam suatu
arah yang dapat diperkirakan apabila terpajan ke suatu
medah magnit. Dengan komputer khusus dapat direkam
pancaran sinyal-sinyal yang khas masing-2 atom
disajikan sebagai citra dan informasi dengan detail
anatomis yang lebih baik dibandingkan dengan X ray.
Dengan melihat bagian otak yang memiliki kadar O2
tinggi dapat mengidentifikasi daerah yang aktif. Jaringan
dengan kadar tinggi hidrogen (contoh: lemak) akan
menghasilkan gambar lebih terang daripada jaringan
yang kurang atau tanpa mengandung hidrogen
(tulang) lebih hitam.
59
CT-scan
Menghasilkan gambar potongan-potongan.
Detail gambar bisa diperjelas dengan suntikan zat
kontras.
Kelemahan:
perlu foto ulang-ulang dan
detail gambar tidak sejelas MRI.
60
GANGGUAN SARAF TEPI
• NEUROPATHY:
Penyakit, inflamasi atau kerusakan saraf tepi
(peripheral), yakni yang menghubungkan sistem
saraf, CNS ke organ indera, otot, kelenjar, dan
organ dalam tubuh.
Gejala gangguan neuropathy, bergantung kepada
tingkat kerusakan bisa:
baal/beku,
kesemutan,
tingling,
sakit, atau
kelemahan otot.
61
TIPE NEUROPATHY
Terbanyak akibat kerusakan atau iritasi axon saraf
atau selaput myelinnya.
Axon bisa jadi tipis, atau kehilangan sebagian atau
seluruh myelinnya  mengakibatkan perlambatan
atau blokade total aliran signal listrik.
Berbagai tipe diberi sebutan sesuai site yang
terkena atau causanya:
distal neuropathy;
symmetrical neuropathy.
diabetic neuropathy;
alcoholic neuropathy.
62
GANGGUAN SARAF TEPI (Lanjutan -2)
• Neuritis adalah istilah yang digunakan sebagai
sebutan neuropathy.
Polyneuropathy (= Polyneuritis);
Mononeuropathy (= mononeuritis).
• Causa neuropathy tertentu tidak dapat dideteksi.
Yang paling sering adalah:
- DM; Gangguan metabolisme: uremia,
- Deficiency nutrisi (defisiensi Vit. B);
- Alcoholic
- Keracunan logam berat (lead), obat-2
- Infeksi viral (Guillain-Barre syndrome); Leprosy
- Gangguan autoimune (rheumatoid arthritis, SLE,
periarteritis nodosa
63
GANGGUAN SARAF TEPI (Lanjutan -3)
Sekunder neuropathy umumnya akibat malignansi:
Kanker paru, lymphoma, leukemia.
- Inherited: Peroneal muscular atrophy.
• Neuralgia = adalah rasa sakit akibat iritasi atau
inflamasi salah satu saraf tertentu.
• Neuroblastoma (>> ekstra cranial); neuroma (jinak)
akibat cedera saraf.
• Neurofibromatosis (inhereted = von Recklinghausen’s
disease)
64
CRANIAL NERVES (SARAF CRANIAL)
• Ada 12 pasang yang keluar langsung dari otak.
• 2 di antaranya tidak connect dengan nuclei di batang
otak, yakni saraf olfactus dan saraf opticus yang
langsung dari cerebrum (masa utama otak).
Semua keluar dari cranium dan terbagi menjadi
cabang-cabangnya.
65
CRANIAL NERVES (Lanjuta-1)
• Sebagian saraf cranial bertanggungjawab atas
penghantaran informasi sensoris organ-organ:
telinga,
hidung,
mata
ke otak, yang lain membawa perintah yang bergerak
dari:
lidah,
mata dan
otot facial,
atau menstimulasi kelenjar (kelenjar ludah),
66
CRANIAL NERVES (Lanjutan-2)
• Sebagian memiliki fungsi motoris dan sensoris
• Saraf ke X (nervus vagus) merupakan komponen
sistem parasimpatis yang terpenting, mempertahankan
ritme fungsi automatic organ dalam, ia bercabang
menuju ke semua organ:
pencernaan,
jantung dan
paru.
(Lihat bagan Function Of Cranial Nerves)
67
AUTONOMIC NERVUS SYSTEM
• Sistem saraf otonomik adalah bagian sistem saraf
yang mengontrol gerak involunter (otonomik, aktivitas
organ-organ, pembuluh darah, kelenjar dan lain-lain
jaringan tubuh).
• Sistem terdiri dari network saraf yang terbagi
menjadi 2 (dua):
1. Sistem saraf simpatis (Sympathetic nervus
system)
2. Sistem saraf parasimpatis (Parasympathetic
nervus system)
68
AUTONOMIC NERVUS SYSTEM (Lanjutan-1)
Secara umum sistem saraf simpatis meningkatkan
aktivitas tubuh:
mempercepat detak jantung dan
pernapasan seperti pada saat akan menghindari
bahaya, lari atau berhantam.
Sedangkan parasimpatis adalah sebaliknya.
Kedua sistem bekerja harus seimbang.
Pada saat stress atau takut nampak aktivitas simpatis
lebih nyata, sedang saat tidur kontrol ada pada
parasimpatis.
69
AUTONOMIC NERVUS SYSTEM (Lanjutan-2)
Pengaruh obat anticholinergic memblokir efek
acetylcholine, ini bisa mengurangi spasm usus,
sedangkan beta-blocker memblokir aksi epinephrine
dan norepinephrine pada jantung  menurunkan
frekuensi denyut jantung dan menguatkan detaknya
.
(Lihat bagan Function of The Autonomic Nervous System)
70
PENGELIHATAN
• Pengelihatan timbul dari pengaktivan reseptor-reseptor
peka-cahaya di mata, yang disebut fotoreseptor.
• Penyampaian sinyal dari fotoreseptor menjadi semakin
rumit sewaktu informasi disalurkan dari mata ke otak.
• Sinyal-sinyal diinterpretasikan di otak berdasarkan
kompleksitas pola,
frekuensi lepasan muatan , dan
kode-kode warnanya.
71
Pengelihatan pada LANSIA
Bagian tengah lensa mata tidak mendapat aliran darah
kapiler secara langsung  seiring dengan penuaan,
sel-sel di bagian tengah lensa adalah bagian yang
paling tua dan paling sedikit mendapat O2.
Apabila sel-sel tersebut mati, mereka tidak diganti
dengan yang baru  menyebabkan lensa menjadi kaku
dan kurang transparan. Lensa menjadi kurang mampu
mengubah bentuknya untuk memfokuskan suatu obyek
ke retina  obyek tampak kabur.
Pada lansia kualitas pengelihatan sering berkurang.
72
GANGGUAN MATA
• Gangguan mata umumnya minor, namun demikian
bisa menjurus ke komplikasi yang serius kecuali
ditangani dengan cermat.
• Defek kongenital:
Strabismus (squint, malalignment of the eyes)
= juling, seringnya kongenital.
Cataract (opacity of the lens of the eye) bisa timbul
pada bayi bila ibu saat hamil terinfeksi rubella.
Yang jarang microphthalmos (abnormally small eye)
terjadi pada satu atau kedua mata  ketajaman
pengelihatan (vision) sangat jelek.
73
GANGGUAN MATA (Lanjutan-1)
Nystagmus (rapid uncontrolled movement in the eyes)
bisa kongenital.
Retinoblastoma merupakan tumor ganas retina yang
timbul pada usia dini dan dapat menyerang satu atau
kedua mata,
Gangguan kongenital lain menyerang mata termasuk:
albinism dan abnormalities of development of the
cornea and retina.
74
GANGGUAN MATA (Lanjutan -2)
• Infeksi:
Conjunctivitis, gangguan terumum dan jarang
mempengaruhi vision (visus, pengelihatan).
Pada stadium akhir bila tidak terobati (ditelantarkan)
ump: trachoma  mengakibatkan gangguan visus.
Infeksi kornea: ini lebih serius dan dapat menimbulkan
pengelihatan kabur atau cornea perforation.
Endophthalmitis (infeksi di dalam mata) kadang sampai
harus dioperasi pengangkatan bola mata, ini bisa timbul
akibat cedera tusuk, post ulcerasi, pada kasus yang
jarang post operasi (besar) mata, atau akibat infeksi di
tempat lain.
75
GANGGUAN MATA (Lanjutan -3)
• Gangguan Suplei Darah:
Penyempitan, blokade, inflamasi atau lain-lain
abnormalitas pembuluh darah retina bisa
menimbulkan gangguan visus partial atau total.
• Tumor:
Malignant melanoma dari choroid (lapisan tengah
mata) adalah primer.
Gejala bisa timbul penurunan visus.
76
GANGGUAN MATA (Lanjutan -4)
• Gangguan nutrisional:
Defisiensi berbagai vitamin (utamanya vit. A) dapat
menimbulkan gangguan pada mata. Xerophthalmia,
buta senja, keratomalacia ini bisa mengakibatkan
destruksi dan hilangnya pengelihatan total.
• Autoimunitas:
Uveitis (radang jaringan uvea) – (iris , choroid, and/or
ciliary body) apabila tidak disebabkan infeksi bisa akibat
dasar autoimune.
Ini sering terjadi pada orang dengan ankylosing
spondylitis dan sarcoidois.
77
GANGGUAN MATA (Lanjutan -5)
• Degeneration:
Macular degeneration of the retina
Ini umum pada manula.
Bisa mengakibatkan kehilangan pengelihatan walau
bagian ketajaman pengelihatan samping masih baik.
• Cataract juga umum pada manula, walau kausa
tak jelas, diduga suatu proses degenerasi.
78
Gangguan Mata Lain-Lain:
• Glaucoma = tekanan mata yang diperlukan untuk
mempertahankan bentuk mata meningkat.
Bila tidak diobati  kehilangan visus.
Retinal detachment: retina mengelupas dari dasarnya.
Ametropia adalah istilah umum yang berarti retractive
error (eror dalam pengfokusan vision): bisa
myopia (rabun dekat);
hyperopia (rabun jauh) dan
astigmatism atau anisometropia.
Ini timbul akibat adanya variasi dalam bentuk dan
kemampuan pemfokusan gambar oleh mata.
79
Gangguan Mata Lain-Lain (Lanjutan -1)
Presbyopia adalah kemunduran/hilang akomodasi
yang progresif pada mata lansia.
Amblyopia (ketajaman pengelihatan yang menurun
pada satu mata tanpa ada gangguan struktur yang
nyata),
Terjadi akibat toksin alkohol atau tembakau, atau
gangguan sitsemik DM, gagal ginjal, seringnya akibat
strabismus.
• Pemeriksaan: ophthalmoscopy slit lamp. Fotografi retina
dan fluorescein angiography.
80
Gangguan Mata Lain-Lain: (Lanjutan-2)
• Buta warna: Biasanya adalah suatu gangguan genetik
terkait-seks yang disebabkan oleh defisiensi satu dari
ketiga fotopigmen.
Pengidap buta warna hanya melihat warna-warna
yang terbentuk oleh aktivitas relatif dua jenis sel
kerucut (sel mata) lainnya.
Buta warna diwariskan melalui kromosom X sehingga
biasanya mengena pria.
Pada kasus yang ekstrim, dapat terjadi defisiensi lebih
dari satu sel kerucut warna.
81
Gangguan Mata Lain-Lain: (Lanjutan-3)
Lansia:
Seiring dengan pertambahan usia, sebagian
besar orang mengalami penurunan pengelihatan
warna akibat menguningnya lensa.
• Papiledema: Pembengkakan diskus optikus tempat
saraf optikus meninggalakn mata dan masuk ke otak.
Bisa terjadi pada semua keadaan yang menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial yang hebat, bisa
tumor, infeksi, atau cedera. Papiledema merupakan
penunjuk diagnostik patologi otak yang parah.
82
INVESTIGASI MATA
• Struktur transparan mata memudahkan
pemeriksaan.
• Banyak proses-2 penyakit yang berpengaruh pada mata
dapat dilihat langsung dengan ophthalmoscope
atau slitlamp.
• Photography retina dan angiography fluorescein bisa
digunakan untuk mempelajari aliran/pembuluh darah
di dalam mata.
• Pemeriksaan mata dimulai pada bagian luar mata,
kelopak dan jaringan kulit sekitarnya.
• Pemeriksaan terhadap buta warna (ischihara)
83
INVESTIGASI MATA (Lanjutan)
• Gerak mata juga perlu diperiksa (pada strabismus).
• Pemeriksaan visus dengan Bagan Snellen’s, disusul
pemeriksaan luas medan pengelihatan..
• Tonometry untuk pemeriksaan tekanan bola mata
(glaukoma).
• Pemeriksaan mata dilakukan untuk menentukan kausa
gangguan pengelihatan atau adanya simtoma lain,
serta untuk memastikan apakah seorang perlu
memakai kacamata.
• Gangguan mata glaukoma pada stadium dini bisa
saja tanpa gejala, dan hanya bisa ditemukan
melalui pemeriksaan khusus.
84
PENDENGARAN
• Pendengaran terjadi sewaktu gelombang suara
masuk ke telinga dan merangsang sel-sel reseptor
yang kemudian melepaskan potensial aksi.
• Potensial aksi disalurkan ke otak melalui saraf
akustikus (saraf kranilais VIII).
Telinga memiliki tiga kompartemen: luar, tengah
dandalam, yang memungkinakan transmisi dan
interpretasi suara.
85
Gangguan Pendengaran Lansia
• LANSIA:
Secara umum, ketajaman pendengaran menurun
seiring dengan usia. Penyebabnya antara lain adalah
aterosklerosis dan penurunan aliran darah, kekakuan
struktur telinga tengah dan dalam, dan berkurangnya
sel reseptor.
Terjadi penimbunan serumen (kotoran telinga) yang
menurunkan transmisi suara.
Penyakit sistemik penyerta yang lain, seperti diabetes
mellitus juga dapat mempengaruhi pendengaran.
86
GANGGUAN TELINGA
(DISORDER OF THE EAR)
• Telinga bisa terserang berbagai macam gangguan
yang mungkin saja mengakibatkan hilangnya
pendengaran (tuli)
• Vertigo hasil gangguan telinga tidak umum,
walau demikian ini bisa timbul akibat gangguan
pada telinga tengah.
87
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-1)
• Defek kongenital
Bayi lahir dengan saluran telinga luar sempit
(jarang terjadi), terkadang tulang-tulang kecil
telinga tengah deformasi atau absen.
Juga ditemukan pinna (daun telinga luar)
tidak tumbuh atau distorsi.
Rubella (Campak Jerman, German measle)
menyerang bumil pada bulan pertama kehamilan
 kerusakan pendengaran bayi  tuli.
88
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-2))
• Infeksi:
Penyebab paling umum menyerang telinga
 otitis eksterna atau otitis media
 bisa perforasi membran timpani.
Infeksi telinga tengah bisa meluas bisa sampai
mastoiditis, atau abses otak, komplikasi ini sudah
jarang terjadi sejak penemuan antibiotika.
Infeksi virus telinga dalam dapat menimbulkan
labyrinthitis dengan gejala vertigo dan/atau kehilangan
pendengaran yang mendadak.
89
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan -3)
Cedera (injury)
Bentuk daun telinga Cauliflower umumnya akibat
cedera berulang-ulang.
Cedera saluran telinga luar dan perforasi genderang
bisa hasil pemasukan benda asing ke saluran telinga
bisa juga (walau jarang) terpukul atau suara keras.
Terpajan suara keras untuk waktu lama atau suara
ledakan bisa menimbulkan gangguan tinnitis
(berdenging) atau tuli.
Perubahan tekanan (penyelam scuba atau aktivitas
terbang) bisa menimbulkan cedera dan sakit.
90
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan -4)
• Tumors
Tumor dalam telinga sangat jarang, kadang
carcinoma basal sel yang juga bisa menyerang
saluran telinga.
Kanker telinga tengah dan dalam jarang ditemukan.
Acustic neuroma adalah benign, pertumbuhannya
lambat tumor saraf acustic bisa menekan struktur
dalam telinga  tuli, tinnitis dan imbalance.
Cholesteatoma terjadi dari kumpulan sel kulit dan
sisa-sisanya, dan bukan satu tumor, walau demikian
bisa bahaya.
91
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan -5)
• Obstruksi:
Obstruksi saluran telinga utamanya karena kotoran
telinga yang mengeras, bisa juga akibat otitis eksterna.
Pada kanak-2, sebab yang sering terjadi adalah
memasukan benda asing (corpus alienum) ke saluran.
• Degenerasi:
Tuli pada manula akibat presbycusis, deteriorasi
rambut getar di dalam cochlea.
92
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan -6)
• Keracunan dan Obat-Obat:
Telinga bagian tengah sangat sensitif terhadap
kerusakan akibat obat-2 tertentu.
Yang terpenting adalah:
aminoglucocide dan
antibiotika, termasuk streptomysin, dan
gentamicin.
Obat-obat ini menimbulkan kerusakan pada rambut
getar cochlea, terutama bila digunakan dalam dosis
tinggi (biasanya pada yang disertai penyakit ginjal,
yang akan memperlambat pengeluaran dari tubuh).
Obat-obat lain: quinine, aspirin dan diuretika
(furosemide) ethacrynic acid dan bumetanide.
93
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-7)
• Gangguan-gangguan lain:
-
Otosclerosis adalah suatu kondisi kongenital.
Dasar dari satu tulang kecil yang ada di dalam
telinga tengah menjadi kaku  tuli.
-
Menier’s disease adalah tidak terlalu umum,
pada ini ada gejala tuli, vertigo dan tinitis
sebagai hasil akumulasi cairan di dalam
labyrinth telinga bagian dalam.
94
INVESTIGASI TELINGA
• Pemeriksaan terdiri dari:
1. Pemeriksaan fungsi pendengaran dengan:
garpu tala
AUDIOMETRIX HEARING TEST
menghasilkan tipe dan tingkatan gangguan
pendengaran.
2.
Pemeriksaan telinga bagian luar dan gendrang
tympani bisa dengan teknik otoscopic dan
mikroskopik.
95
INVESTIGASI TELINGA (Lanjutan)
3.
Pemeriksaan fungsi mekanisme pengatur
keseimbangan badan bisa dengan pengawasan
nystagmus yang ditimbulkan dengan mengalirkan
dengan lembut cairan suhu panas dan
dingin ke dalam saluran telinga (Caloric test)
Test ini bisa dipertegas dan direkam secara
teknik electronystagmography.
96
GANGGUAN PENDENGARAN
KONDUKTIF
• Menurunnya pendengaran akibat hambatan hantaran
gelombang suara di telinga luar atau tengah, dapat
terjadi apabila terdapat benda asing menyumbat di
telinga, atau penimbunan serumen atau cairan di
telinga luar atau tengah.
OM (otitis media) dapat menyebabkan gangguan ini.
Alat bantu “hearing aid” mungkin memberi perbaikan.
Anak: yang berulang-ulang sakit OM dapat mengalami
defisiensi bicara apabila terjadi gangguan pendengaran
selama periode kritis pembentukan bahasa.
Infeksi berulang  jaringan sikatrik pada gendang
telinga  hilangnya pendengaran.
97
Gangguan Pendengaran (Lanjutan-1)
SENSORINEURAL
Penurunan pendengaran akibat disfungsi
organ Corti, saraf auditorius, atau otak.
Organ Corti rusak bisa akibat terus menerus
terpajan suara bising, atau setelah minum
obat-obat ototoksik:
- gentamisin, neomisin, dan streptomisin,
- analgetika (aspirin)
- tembakau,
- alkohol, juga
- penyakit sistemik DM dan lues.
98
Gangguan Pendengaran (Lanjutan-2)
Kanak-kanak:
Gangguan sensorineural kongenital dapat
terjadi akibat janin terpajan ke rubela atau
obat yang dimakan/diminum bumil (termasuk
aminoglikosida).
Gangguan pendengaran sensorineural juga
dapat herediteri.
99
Gangguan Pendengaran (Lanjutan-3)
Lansia:
Pada lansia membran basilaris koklea mengeras
seiring dengan pertambahan usia, sehingga
timbul gangguan pendengaran sensorineural
yang disebut prebikusis.
Sel-sel rambut reseptor rusak dan tidak diganti.
Hilangnya reseptor-reseptor di rentang frekuensitinggi terjadi.
Akibat perubahan-perubahan tersebut, pada
lansia lebih mampu mendengar suara bernada
berat dibandingkan yang melengking.
100
PENGECAPAN
• Tast buds ada di lidah dan melepaskan potensial
aksi sebagai respons terhadap rangsangan
kimiawi.
Terdapat papil-papil pengecap khusus untuk
berbagai sensasi rasa, yang belum semuanya
teridentifikasi.
Reseptor-reseptor yang telah diketahui:
Reseptor berespons terhadap rasa manis, pahit,
asam, atau asin.
Pengaktivan reseptor yang berbeda-beda dengan
tingkatan yang berlainan oleh zat-zat yang terdapat
di makanan  rasa yang beragam.
101
Pengecapan (Lanjutan-1)
Indera pengecapan mengawali pencernaan
dan menimbulkan rangsangan untuk makan.
Depolarisasi papil-papil pengecap menyebabkan
pengaktivan saraf kranialis: V, VII, IX dan X.
Saraf-saraf ini mengirim informasi ke thalamus
dan kortek serebri  tempat sensasi diidentifikasi.
Dapat terjadi adaptasi (penurunan pelepasan
pontensial aksi) papil pengecap apabila
rangsangan oleh suatu bahan kimia yang
terjadi terus menerus.
102
PENCIUMAN
• Sensasi bau dihasilkan sel-sel receptor yang
disebut: sel-sel olfactorius yang melapisi
membran mukosa hidung.
Sel olfaktorius mengandung silia yang mengalami
depolarisasi apabila diikat oleh zat-zat kimia tertentu
yang sesuai dengan bau tertentu di udara.
Beberapa jenis silia mengalami hiperpolarisasi
sebagai respons terhadap bau tertentu.
Reseptor olfaktorius cepat beradaptasi terhadap
rangsangan yang kontinue.
103
Penciuman (Lanjutan)
Sel olfatorius sebenarnya adalah sel-sel susunan
saraf pusat.
Depolarisasi sel-sel ini  membentuk potensial aksi
di lobus olfatorius otak.
Lansia: akibat ketajaman penciuman dan pengecapan
berkurang,
 menurunkan nafsu makan  makanan
ditambah garam.
Persepsi rasa manis tidak berkurang  bisa
meningkatkan berat badan pada sebagian lansia.
104
HIPOSMIA
Penurunan sensasi bau, dapat bersifat bilateral
atau unilkateral.
Kelainan ini bisa mengena semua bau-bau.
Penyebab yang sering adalah tersumbatnya
saluran hidung.
Hiposmia bau tertentu mengisyaratkan kerusakan
jaras saraf.
Orang yang mengalami cedera lobus frontalis
sering menderita hiposmia.
105
HIPOGEUSIA
Penurunan sensasi pengecapan.
Dapat mengena semua rasa atau rasa
tertentu saja.
Ini mengidentifikasikan kemungkinan adanya
kerusakan salah satu saraf kranialis yang
mempersarafi lidah atau palatum.
Kadang-kadang rasa yang sebelumnya dinikmati,
tiba-tiba dipersepsikan sebagai rasa tidak enak.
Fenomena ini disebut parageusia yang bisa akibat
obat-obat kemoterapi, dsb. Atau disfungsi hati.
Pada lansia hipogeusia kadang timbul spontan.
106
Download