BULETIN DISEASE EDISI V (15 NOVEMBER-14 DESEMBER 2014) PENYAKIT TROPIS & ENDEMIK DI KOTA PALU CHICKEN POX DEFINISI merupakan Chickenpox atau varicella atau yang biasa dikenal dengan cacar air adalah infeksi penyakit yang sangat primer Varicella-zoster-virus (VZV) yang dapat menyerang siapa saja umumnya anakmenular anak dan mereka yang belum mendapatkan imunisasi. EPIDEMIOLOG I Cacar air (varicella) merupakan penyakit yang mendunia dan sangat menular. Varicella dapat mengenai semua kelompok umur termasuk neonatus, tetapi hampir 90% kasus mengenai anak dibawah umur 10 tahun dan terbanyak pada umur 5-9 tahun. Insidensi varicella di Amerika diperkirakan 3,13,5 juta setiap tahun. Di Indonesia, tidak banyak data yang mencatat kasus varicella atau cacar air secara nasional. ETIOLOGI Chickenpox disebabkan oleh Herpesvirus varicellae atau Human (alpha) herpes virus-3 (HHV3), Varicella-zoster virus (VZV) yang merupakan salah satu dari 8 jenis herpes virus dari famili herpesviridae yang merupakan virus DNA alfa herpesvirus. PATOGENESIS VZV dapat menyebabkan infeksi primer, laten, dan rekuren. Infeksi primer bermanifestasi sebagai varicela (chickenpox); reaktivasi dari infeksi laten menyebabkan herpes zoster (shingles). Reaktivasi laten dari VZV umumnya terjadi pada dekade ke enam dengan munculnya shingles yang berkarakteristik sebagai lesi vesikular terbatas pada dermatom tertentu dan disertai rasa sakit yang hebat. Pendpro HMPD VZV merupakan virus yang menular selama 1-2 hari sebelum lesi kulit muncul, dapat ditularkan melalui jalur respirasi, dan menimbulkan lesi pada orofaring, lesi inilah yang memfasilitasi penyebaran virus melalui jalur traktus respiratorium. Chickenpox ditularkan melalui batuk dan bersin dan melalui sentuhan langsung dengan cairan dalam lecetan ruam. Masa inkubasi berlangsung sekitar 14 hari, dimana virus akan menyebar ke kelenjar limfe, kemudian menuju ke hepar dan sel-sel mononuklear. VZV yang ada dalam sel mononuklear mulai menghilang 24 jam sebelum terjadinya ruam kulit; pada penderita imunokompromise, virus menghilang lebih lambat yaitu 24-72 jam setelah timbulnya ruam kulit. Virus-virus ini bermigrasi dan bereplikasi dari kapiler menuju ke jaringan kulit dan menyebabkan lesi makulopapular, vesikuler, dan krusta. Infeksi ini menyebabkan timbulnya fusi dari sel epitel membentuk sel multinukleus yang ditandai dengan adanya inklusi eosinofilik intranuklear. Perkembangan vesikel berhubungan dengan peristiwa “ballooning”, yakni degenerasi sel epitel akan menyebabkan timbulnya ruangan yang berisi oleh cairan. Penyebaran lesi di kulit diketahui disebabkan oleh adanya protein ORF47 kinase yang berguna pada proses replikasi virus. VZV dapat menyebabkan terjadinya infeksi diseminata yang biasanya berhubungan dengan rendahnya sistem imun dari penderita. Infeksi VZV pada ganglion dorsalis merupakan akibat penjalaran lesi mukokutan melalui akson sel neuron pada infeksi primer atau disebabkan oleh penularan dari sel mononuklear terinfeksi sebelum terjadinya ruam-ruam pada kulit. Reaktivasi VZV simptomatik dapat menyebabkan timbulnya lesi vesikular pada kulit yang terdistribusi hanya pada dermatom tertentu mengikuti saraf sensori tertentu. Terjadi proses inflamasi, nekrosis, dan disrupsi morfologi dari sel neuron dan non-neuron menyebabkan myelitis, defisit fungsi motorik, dan postherpetik neuralgia (PHN). SYMPTOM & SIGN Meskipun gejala klinis varisela tidak berat namun pada remaja, orang dewasa dan anak dengan status imunitas menurun dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian. Orang dewasa yang terkena infeksi cacar air biasanya mengalami gejala-gejala lebih parah. Infeksi cacar air selama kehamilan dapat menyebabkan kelainan serius dalam bayi yang dilahirkan. Infeksi pada ibu yang akan melahirkan dapat mengakibatkan infeksi parah pada bayi yang dilahirkan. Pendpro HMPD Dimulai dengan gejala prodromal timbul pada 2 minggu setelah infeksi seperti demam, malaise, sakit kepala, dan sakit abdomen. Gejala sistemik seperti demam, lelah, dan anoreksia dapat timbul bersamaan dengan lesi kulit. Gejala pada saluran pernafasan dan muntah jarang sekali terjadi. Lesi kulit awal mengenai kulit kepala, muka, badan, biasanya sangat gatal, berupa macula kemerahan, kemudian berubah menjadi lesi vesikel kecil dan berisi cairan di dalamnya. Penyembuhan adalah terbentuknya sel epitel kulit baru yang muncul dari dasar lesi. Hipopigmentasi dapat terjadi akibat penyembuhan lesi. Scar atau bekas luka jarang terjadi akibat infeksi varicella. Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk mendiagnosis pasien yang dicurigai menderita chickenpox atau herpes zoster serta untuk menentukan terapi antivirus yang sesuai. PENGOBATAN Pada penderita dengan daya tahan tubuh baik akan muncul gejala ringan dan sembuh sendiri (self limited). Pengobatan pada anak sehat dengan chickenpox adalah simtomatik, antara lain dengan menggunakan lotion calamine untuk mengurangi gatal dan asetaminofen untuk demam dan rasa sakit. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan agar anak-anak dengan chickenpox tetap tinggal di rumah selama enam hari setelah onset ruam. Neonatus memiliki risiko tinggi terjadinya visceral varicella. Bila ibu hamil menderita varisela pada minggu sebelum kelahiran, dianjurkan pemberian asiklovir pada bayi bila terdapat lesi waktu lahir, bila bayi tidak terdapat lesi, dapat diberikan Varicella Zoster Immune Globuline (V-ZIG) dan bayi dimonitor ketat. Bila chickenpox muncul dalam dua minggu pertama kehidupan, bayi diberikan asiklovir intravena selama lima hari. Pemberian asiklovir intravena pada pasien imunokompromais adalah penting dan dianjurkan diberikan secepatnya, dalam 24 jam setelah timbulnya ruam walaupun jumlah lesi baru sedikit dan tampak sakit ringan. Pasien imunokompromais termasuk leukemia, penyakit keganasan yang mendapatkan pengobatan kortikosteroid, dan status imunitas yang menurun. American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemberian asiklovir per oral pada kelompok dengan risiko tinggi terkena varisela berat atau penyulitnya seperti pasien sehat dan tidak hamil Pendpro HMPD (usia di atas 13 tahun), anak-anak di atas 12 bulan dengan penyakit kulit kronis atau kelainan paru atau menerima terapi salisilat jangka panjang, pengobatan jangka pendek, intermiten atau inhalasi kortikosteroid. Sedangkan asiklovir intravena direkomendasikan pada anak-anak imunokompromais (termasuk yang menerima terapi kortikosteroid dosis tinggi) dan kasus varisela dengan penyulit. Pada pasien imunokompromais, asiklovir terbukti menurunkan morbiditas dan mortalitas bila diberikan dalam 24 jam pertama setelah onset ruam. Pengobatan asiklovir untuk varisela pada pasien sehat berdasarkan kelompok umur, karena derajat keparahan varisela berbeda sesuai dengan umur. PENCEGAHAN Pencegahan yang dapat dilakukan meliputi: a. Mengisolasi penderita b. Meningkatkan gizi ‘kontak’ yang serumah dengan penderita c. Memberikan penyuluhan tentang penyakit d. Imunisasi (saai ini masih mahal) Sumber: Widoyono, 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya Edisi 2. EMS, Jakarta. Departement of Health, 2013. Campak, gondok, rubella dan cacar air (varicella). Victorian Goverment, Melbourne. Theresia, Hadionegoro, S.R.S., 2010. Terapi Asiklovir pada Anak dengan Varisela tanpa Penyulit. Sari Pediatri. 11 (6): 440-447. Pendpro HMPD