RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT MENULAR VARISELA (CACAR AIR

advertisement
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT MENULAR
VARISELA (CACAR AIR)
A. Riwayat Alamiah Penyakit Varisela
Varisela atau cacar air merupakan suatu penyakit infeksi akut primer menular, yang
disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), yang menyerang kulit dan mukosa, dengan
ditandai oleh adanya vesikel-vesikel. Virus varicella zoster berasal dari keluarga herpes
virus. Virus ini mempunyai amplop, bentuk ikosahedral dan memiliki DNA berantai ganda
yang mengkode lebih dari 70 macam protein. Manusia adalah satu-satunya reservoir dari
virus ini. Virus vricella-zoster dapat menyebabkan infeksi primer, laten dan rekuren. Infeksi
primer bermanifestasi sebagai varicela (chickenpox). Reaktivasi dari infeksi laten
menyebabkan herpes zoster. (Kurniawan, 2009)
Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Heberden pada tahun 1767, dan pada
tahun 1953 Willer menemukan bahwa virus varisela identik dengan virus zoster. Varisela
terutama menyerang anak-anak kurang dari 10 tahun dengan angka serangan tertinggi pada
usia 2 sampai 6 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa serta bayi baru lahir.
Varisela dapat menular melalui percikan ludah, kontak langsung, barang yang dipakai
penderita dan udara. (Laurents, 1997)
Riwayat alamiah penyakit atau natural history of disease
merupakan proses
perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi manusia (campur tangan medis)
dengan sengaja, atau perkembangan penyakit mulai dari sehat, sakit sampai akhir
perjalanan penyakit (sembuh, kronik, cacad, mati). Perjalanan alamiah penyakit meliputi,
tahap prepatogenesis, tahap subklinis, tahap klinis, tahap penyakit lanjut dan tahap
terminal. Setiap jenis penyakit baik penyakit menular maupun tidak menular mempunyai
perjalanan alamiah penyakit, seperti penyakit menular Varisela atau cacar air. Perjalanan
alamiah penyakit varisela meliputi:
A.1 Tahap Peka/ Rentan/ Prepatogenesis (Stage of Susceptibility)
Pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara bibit penyakit (Varicella
Zoster Virus)-pejamu-lingkungan, tetapi interaksi ini masih diluar tubuh, dalam arti virus
cacar belum masuk kedalam tubuh pejamu. Pejamu sudah terancam terkena varisela atau
cacar namun daya tahan tubuh masih kuat. Varisela ditularkan melalui kontak langsung dan
droplet. Suatu laporan KLB menyatakan bahwa adanya penyebaran melalui udara. Virus
menempel pada debu atau partikel droplet yang terbawa udara. Penularan melalui kontak
serumah sangat tinggi. Seperti yang kita ketahui bahwa prepatogenesis meliputi orangorang sehat tetapi mempunyai faktor risiko untuk terkena penyakit. Faktor risiko pada
penderita varisela meliputi usia, iklim, dan lingkungan.
Pada faktor resiko usia, sekitar 90% kasus terjadi pada anak – anak usia kurang dari
10 tahun dan bisa juga terkena pada bayi baru lahir yang di tularkan dari sang ibu yang
mempunyai virus varisela melalui plasentanya. kemudin factor rsiko iklim, infeksi varisela
sering terjadi pada saat pergantian musim. Di negara maju terjadi pada musim dingin dan
awal musim semi. Sedangkan di Indonesia, varisela di duga terjadi pada saat pergantian
musim hujan ke musim panas atau sebaliknya. Kemudian faktor resiko lingkungan, virus
varisela menular melalui udara atau debu. Lingkungan yang kotor dan penuh debu lebih
beresiko tertular virus varisela.
A.2 Tahap Inkubasi
Pada tahap ini virus varisela sudah tertular dapat melalui percikan ludah , kontak
langsung, barang yang dipakai penderita atau udara dan sudah masuk ke dalam tubuh
pejamu, tetapi gejala dari penyakit ini belum tampak. VZV merupakan virus yang menular
selama 1-2 hari sebelum lesi kulit muncul, dapat ditularkan melalui jalur respirasi dan
menimbulkan lesi pada orofaring. Lesi inilah yang memfasilitasi penyebaran virus melalui
jalur traktus respiratorius. Pada fase ini, penularan terjadi melalui droplet kepada membrane
mukosa orang sehat misalnya konjungtiva. Masa inkubasi berlangsung selama 14 hari,
dimana virus akan menyebar ke kelenjar limfe, kemudian menuju ke hati dan sel-sel
monokuler mulai menghilang 24 jam sebelum timbulnya ruam kulit.
Gambar 1.1 periode inkubasi varisela
A.3 Tahap Klinis
Setelah VZV yang ada pada sel mononuclear mulai menghilang, lalu virus tersebut
bermigrasi dan bereplikasi dari kapiler menuju ke jaringan kulit dan menyebabkan
timbulnya fusi dari sel epitel membentuk sel multinukleus yang ditandai dengan adanya
inklusi eosinofilik intranuklear. Perkembangan vesikel berhubungan dengan peristiwa
“ballooning” yakni degenerasi sel epithelial akan menyebabkan timbulnya ruangan yang
berisi oleh cairan. Penyebaran lesi di kulit diketahui disebabkan oleh adanya protein
ORF47 kinase yang berguna pada proses replikasi virus.
Pada tahap ini kondisi tubuh sudah menimbulkan gejala dan terbagi menjadi dua
stadium perjalanan penyakit varisela, yaitu

Stadium prodromoral yaitu dua minggu setelah infeksi akan timbul demam,
malaise, anoreksia dan nyeri kepala dan sakit abdomen yang berlangsung 24-48 jam
sebelum lesi muncul. Gejala sistemik seperti demam, lelah, anoreksia dapat timbul
bersamaan dengan lesi kulit. Lesi kulit awal mengenai kulit kepala, muka, badan,
biasanya sangat gatal, berupa macula kemerahan, kemudian berubah menjadi lesi
vesikel kecil dan berisi cairan didalamnya seperti tampilan tetesan air mata.

Sedangkan stadium erupsi yaitu pada satu sampai tiga hari kemudian muncul ruam
atau macula kemerahan, papula segera berubah menjadi vesikel yang khas
berbentuk seperti tetesan air. Lesi kulit awal mengenai kulit kepala, muka, badan,
biasanya sangat gatal, berupa macula kemerahan, kemudian berubah menjadi lesi
vesikel kecil dan berisi cairan didalamnya. Vesikel menjadi pustule (cairan jernih
berubah menjadi keruh) yang pecah menjadi krusta dalam waktu sekitar 12 jam.
Vesikel ini mulai muncul di muka atau mukosa yang cepat menyebar ke tubuh dan
anggota gerak dengan menimbulkan gejala gatal.
Gambar 1.2 tahap klinis penyakit varisela
A.4 Tahap Penyakit Lanjut
Pada tahap ini merupakan tahap saat akibat dari penyakit mulai terlihat dan mulai
timbul komplikasi. Pada penderita varisela dapat terjadi suatu keadaan yang ditandai
dengan koagulopati, perdarahan hebat, dan terus munculnya lesi baru. Timbul rasa sakit
yang hebat di daerah abdominal disertai dengan perdarahan pada vesikel. Factor risiko
keaadan ini adalah penderita konginetal dengan imundefisiensi, keganasan, kemoterapi dan
jumlah limfosit <500 sel/mm3. Pada penyakit Varisela kompliksi yang sering timbul adalah
pneumonia, ensefalitis, dan infeksi sekunder pada krusta oleh bakteri.
Komplikasi yang paling sering ditemukan akibat infeksi varisela adlah infeksi
bakteri S. aureus atau Streptococcus pyogenes. Infeksi skunder akibat bakteri biasanya
ditandai dengan munculnya bula atau selulitis, limfadenitis regional dan abses subkutan
dapat muncul. S.pyogenes umumnya menyebabkan varisela gangrenosa yang bersifat
invasive. Manifestasi lain adalah pneumonia, arthritis dan osteomyelitis.
Komplikasi neurologis seperti meningoensefalitis dan serebelar ataxia merupakan
gejala utama yang biasa terjadi. Komplikasi pada susunan saraf pusat biasanya terjadi pada
anak dibawah 5 tahun dan lebih dari usia 20 tahun. Varisela ensefalitis biasanya dapat
hilang degan sendirinya dalam waktu 24 hingga 72 jam. Gejala seperti perdarahan, petekie,
purpura, epistaksis, hematuria, perdarahan gastrointestinal dan DIC disebabkan karena
komplikasi yang berupa trombositopenia, terjadi 1 sampai 2 minggu setelah infeksi
varisela. Dapat juga terjadi arthritis virus, yang disebabkan karena adanya virus varisela di
dalam sendi. Infeksi sendi biasanya sembuh dalam 3 hingga 5 hari, komplikasi lain yang
mungkin pula terjadi, namun jarang sekali ditemukan adalah myocarditis, pericarditis,
pancreatitis dan orkitis.
A.5 Tahap Terminal
Pada tahap ini terdapat 5 pilihan keadaan yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan
cacat fisik, karier, penyakit berlangsung kronik dan berakhir kematian. Pada umumnya
pasien yang terkena penyakit cacar mengalami tahap terminal seperti sembuh sempurna
yaitu tidak terlihat ada bekas ruam akibat cacar, sembuh dengan cacat fisik yaitu sembuh
dengan masih terlihat ada bekas ruam yang menempel di kulit, penyakit berlangsung kronik
yaitu bisa menjadi herpes zoster. Herpes zoster sangat jarang ditemukan pada anak, namun
dapat pula timbul sebagai akibat infeksi varicela pada awal kehidupan anak yang didapat
dari ibu. Vesikel yang timbul juga serupa dengan varisela, yaitu berupa vesikel berisi cairan
dan disertai dengan rasa nyeri neuropatik. Herpes zoster biasanya menyerang dermatom
toraks, sekitar T5 hingga T12. Pada individu yang memiliki system imun baik, dermatom
yang terinfeksi akan sembuh dalam 2 minggu, namun hipersensitivitas kulit dapat
berlangsung hingga 2 bulan. Tahap terminal ini paling fatal bisa berakhir dengan kematian,
dimana dari 11.000 orang yang menderita penyakt cacar dan melakukan perawatan di
rumah sakit sekitar 100 meninggal setiap tahunnya.
B. Pencegahan Penyakit Varisela
Menurut leavell dan Clark dalam bukunya yang berjudul “Preventive for The
Doctor in his Community” membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang
dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha pencegahan tersebut
dapat diterapkan pada penyakit varisela, usaha-usaha pencegahan tersebut adalah:
B.1 Masa sebelum sakit
a. sebelum terjadinya infeksi varisela, dilakukan upaya untuk mempertinggi nilai
kesehatan masyarakat dengan upaya Health Promotion. Usaha ini merupakan
pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya Contohnya:
1. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya
2. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan : penyediaan air bersih,
perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah kepad a
masyarakat
3. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
4. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang
baik
b. memberikan
perlindungan
khusus
terhadap
penyakit
varisela
(specific
protection). Pencegahan pada cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang
yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memilkiki resiko tinggi
mengalami komplikasi bias diberikan Varicella zoster immunoglobulin (VZIG).
VZIG adalah antibodi IgG terhadap virus VZV dengan dosis pemberian satu vial
untuk 10 kg berat badan secara intramuscular. VZIG profilaksi diindikasikan
untuk individu berisiko tinggi, termasuk anak-anak immunodefisiensi, wanita
hamil yang pernah mempunyai kontak langsung dengan penderita varisela, dan
neonatal yang terekspose oleh ibu yang terinfeksi varisela. Kemudian usaha lain
yaitu dengan mengisolasi penderita varisela agar tidak menular kepada orang
lain.
B.2 Masa Sakit
a. mengenali dan mengetahui penyakit varisela pada tingkat awal serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera (early diagnosis and promt treatment).
b. pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan
bekerja yang diakibatkan oleh varisela (disability limitation).
B.3 Rehabilitasi
Merupakan usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya
sendiri dan masyarakat, semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuannya.
Download