SESI 14a GANGGUAN PENGELIHATAN, PENDENGARAN, PENGECAPKAN & PENCIUMAN Disusun oleh dr. Mayang Anggraini Naga U-EU (Revisi 2014) 1 DESKRIPSI Mata ajar ini membahas tentang gangguan indra pengelihatan, pendengaran dan pengecapan penciuman, hiposmia & hipogeusia 2 KOMPETENSI Mampu memahami tentang berbagai bentuk gangguan penglihatan, pendengaran dan rasa pengecapan, penciuman, sensasi hiposmia dan hipogeusia, berserta cara pemeriksaannya 3 POKOK BAHASAN Menjelaskan: - Berbagai jenis penyakit mata dan gangguan ketajaman pengelihatan - Berbagai jenis penyakit telingan dan gangguan pendengaran - Gangguan indra pengecapkan. - Gangguan indra penciuman - HIPOSMIA & HIPOGEUSIA - Cara pemeriksaan masing organ indera terkait 4 PENGELIHATAN • Pengelihatan timbul dari pengaktivan reseptorreseptor peka-cahaya di mata, yang disebut fotoreseptor. • Penyampaian sinyal dari fotoreseptor menjadi semakin rumit sewaktu informasi disalurkan dari mata ke otak. • Sinyal-sinyal diinterpretasikan di otak berdasarkan kompleksitas pola, frekuensi lepasan muatan, dan kode-kode warnanya. 5 LANSIA Bagian tengah lensa mata tidak mendapat aliran darah kapiler secara langsung seiring dengan penuaan, sel-sel di bagian tengah lensa adalah bagian yang paling tua dan paling sedikit mendapat O2. Apabila sel-sel tersebut mati, mereka tidak diganti dengan yang baru menyebabkan lensa menjadi kaku dan kurang transparan. 6 LANSIA (Lanjutan) Lensa menjadi kurang mampu mengubah bentuknya untuk memfokuskan suatu obyek ke retina obyek tampak kabur. Pada lansia kualitas pengelihatan sering berkurang. Prebyopia (presbiopia) adalah kehilanangan kemampuan akomodasi yang progresif untuk pengelihatan jarak dekat. Terjadi setelah usia > 65th. 7 GANGGUAN MATA • Gangguan mata umumnya minor, namun demikian bisa menjurus ke komplikasi yang serius kecuali ditangani dengan cermat. • Defek kongenital: Strabismus (squint, malalignment of the eyes) = juling, seringnya kongenital. Cataract (opacity of the lens of the eye) bisa timbul pada bayi bila ibu saat hamil terinfeksi rubella. 8 GANGGUAN MATA (Lanjutan-1) Microphthalmos (abnormally small eye). Ini jarang, terjadi pada satu atau kedua mata ketajaman pengelihatan (vision) sangat jelek. Nystagmus (rapid uncontrolled movement in the eyes) (gerak cepat mata yang tidak terkontrol) bisa kongenital. Retinoblastoma merupakan tumor ganas retina yang timbul pada usia dini dan dapat menyerang satu atau kedua mata, 9 GANGGUAN MATA (Lanjutan -2) Gangguan kongenital lain menyerang mata termasuk: albinism dan abnormalities of development of the cornea and retina. • Infeksi: Conjunctivitis, gangguan terumum dan jarang mempengaruhi vision (visus, pengelihatan). Pada stadium akhir bila tidak terobati (ditelantarkan) ump: trachoma mengakibatkan gangguan visus. 10 GANGGUAN MATA (Lanjutan -3) Infeksi kornea: ini lebih serius dan dapat menimbulkan pengelihatan kabur atau cornea perforation. Endophthalmitis (infeksi di dalam mata) kadang sampai harus dioperasi pengangkatan bola mata, ini bisa timbul akibat cedera tusuk, post ulcerasi, pada kasus yang jarang post operasi (besar) mata, atau akibat infeksi di tempat lain. 11 GANGGUAN MATA (Lanjutan -4) • Gangguan Suplei Darah: - penyempitan, - blokade, - inflamasi atau - lain-lain abnormalitas pembuluh darah retina bisa menimbulkan gangguan visus: partial atau total. 12 GANGGUAN MATA (Lanjutan -5) • Tumor: Malignant melanoma dari choroid (lapisan tengah mata) adalah primer. Gejala bisa timbul penurunan visus. • Gangguan nutrisional: Defisiensi berbagai vitamin (utamanya vit. A) dapat menimbulkan gangguan pada mata. Xerophthalmia, buta senja, keratomalacia ini bisa mengakibatkan destruksi dan hilangnya pengelihatan total. 13 GANGGUAN MATA (Lanjutan -6) • Autoimunitas: Uveitis (radang jaringan uvea) – (iris , choroid, and/or ciliary body) apabila tidak disebabkan infeksi bisa akibat dasar autoimune. Ini sering terjadi pada orang dengan: ankylosing spondylitis dan sarcoidois. 14 GANGGUAN MATA (Lanjutan -7) • Degeneration: Macular degeneration of the retina: ini umum pada manula. Bisa mengakibatkan kehilangan pengelihatan walau bagian ketajaman pengelihatan samping masih baik. • Cataract juga umum pada manula, walau kausa tak jelas, diduga suatu proses degenerasi. 15 Gangguan mata (Lanjutan -8) • Gangguan lain-2: Glaucoma = tekanan mata yang diperlukan untuk mempertahankan bentuk mata meningkat. Bila tidak diobati kehilangan visus. Galauma bisa primer, sekunder dan jga bisa kongenital Retinal detachment: retina mengelupas dari dasarnya. 16 Gangguan mata (Lanjutan -9) Ametropia adalah istilah umum yang berarti retractive error (eror dalam pengfokusan vision): bisa - myopia (rabun dekat); (kaca mata -) - hyperopia (rabun jauh) (kaca mata +) dan - astigmatism (silindris) atau - anisometropia. Ini timbul akibat adanya variasi dalam bentuk dan kemampuan pemfokusan gambar oleh mata. 17 Gangguan mata (Lanjutan -10) Presbyopia adalah kemunduran/hilang akomodasi yang progresif pada mata lansia. Amblyopia (ketajaman pengelihatan yang menurun pada satu mata tanpa ada gangguan struktur yang nyata). Terjadi akibat: toksin alkohol atau tembakau, atau gangguan sistemik DM, gagal ginjal, amblyopia seringnya akibat strabismus. 18 Gangguan mata (Lanjutan -11) Pemeriksaan: - Ophthalmoscopy slit lamp. - Fotografi retina dan - Fluorescein angiography. 19 Gangguan Mata (Lanjutan-8) • Buta warna: Biasanya adalah suatu gangguan genetik terkait-seks yang disebabkan oleh defisiensi satu dari ketiga fotopigmen. Pengidap buta warna hanya melihat warna-warna yang terbentuk oleh aktivitas relatif dua jenis sel kerucut (sel mata) lainnya. Buta warna diwariskan melalui kromosom X sehingga biasanya mengena pria. Pada kasus yang ekstrim, dapat terjadi defisiensi lebih dari satu sel kerucut warna. 20 Gangguan Mata (Lanjutan-9) Lansia: Seiring dengan pertambahan usia, sebagian besar orang mengalami penurunan pengelihatan warna akibat menguningnya lensa. Papiledema: Pembengkakan diskus optikus empat saraf optikus meninggalkan mata dan masuk ke otak. Bisa terjadi pada semua keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang hebat, bisa tumor, infeksi, atau cedera. Papiledema merupakan penunjuk diagnostik patologi otak yang parah. 21 INVESTIGASI MATA • Struktur transparan mata memudahkan pemeriksaan. • Banyak proses-proses penyakit yang berpengaruh pada mata dapat dilihat langsung dengan ophthalmoscope atau slitlamp. • Photography retina dan angiography fluorescein bisa digunakan untuk mempelajari aliran/pembuluh darah di dalam mata. 22 INVESTIGASI MATA (Lanjutan-1) • Pemeriksaan mata dimulai pada bagian luar mata, kelopak dan jaringan kulit sekitarnya. • Pemeriksaan terhadap buta warna (tes Ischihara) • Gerak mata juga perlu diperiksa (pada strabismus). • Pemeriksaan visus dengan Bagan Snellen’s, disusul pemeriksaan luas medan pengelihatan. 23 INVESTIGASI MATA (Lanjutan-2) • Tonometry untuk pemeriksaan tekanan bola mata (glaukoma). • Pemeriksaan mata dilakukan untuk menentukan kausa gangguan pengelihatan atau adanya simtoma lain, serta untuk memastikan apakah seorang perlu memakai kacamata. • Gangguan mata glaukoma pada stadium dini bisa saja tanpa gejala, dan hanya bisa ditemukan melalui pemeriksaan khusus. 24 PENDENGARAN Pendengaran terjadi sewaktu gelombang suara masuk ke telinga dan merangsang sel-sel reseptor yang kemudian melepaskan potensial aksi. Potensial aksi disalurkan ke otak melalui saraf akustikus (saraf kranialis VIII). 25 PENDENGARAN (Lanjutan-1) Telinga memiliki tiga kompartemen: luar (externa) tengah (media) dan dalam (interna) yang memungkinakan transmisi dan interpretasi suara. 26 PENDENGARAN (Lanjutan-2) • LANSIA: Secara umum, ketajaman pendengaran menurun seiring dengan usia. Penyebabnya antara lain adalah aterosklerosis dan penurunan aliran darah, kekakuan struktur telinga tengah dan dalam, dan berkurangnya sel reseptor. Terjadi penimbunan serumen (kotoran telinga) yang menurunkan transmisi suara. Penyakit-penyakit sistemik penyerta yang lain, seperti diabetes mellitus juga dapat mempengaruhi pendengaran. 27 GANGGUAN TELINGA (DISORDER OF THE EAR) • Telinga bisa terserang berbagai gangguan yang mungkin saja mengakibatkan hilangnya pendengaran (tuli) Vertigo hasil gangguan telinga tidak umum, walau demikian ini bisa timbul akibat gangguan pada telinga tengah. 28 GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-1) • Defek kongenital Bayi lahir dengan saluran telinga luar sempit (jarang terjadi), terkadang tulang-tulang kecil telinga tengah deformasi atau absen. Juga ditemukan pinna (daun telinga luar) tidak tumbuh atau distorsi. Rubella (Campak Jerman, German measle) menyerang bumil pada bulan pertama kehamilan kerusakan pendengaran bayi tuli. 29 GANGGUAN... (Lanjutan-2) INFEKSI Penyebab paling umum menyerang telinga otitis eksterna atau otitis media bisa perforasi membran timpani. Infeksi telinga tengah bisa meluas bisa sampai mastoiditis, atau abses otak, komplikasi ini sudah jarang terjadi sejak penemuan antibiotika. Infeksi virus telinga dalam dapat menimbulkan labyrinthitis dengan gejala vertigo dan/atau kehilangan pendengaran yang mendadak. 30 GANGGUAN ... (Lanjutan -2) CEDERA (INJURY) Bentuk daun telinga Cauliflower umumnya akibat cedera berulang-ulang. Cedera saluran telinga luar dan perforasi genderang bisa hasil pemasukan benda asing ke saluran telinga bisa juga (walau jarang) terpukul atau suara keras. Terpajan suara keras untuk waktu lama atau suara ledakan bisa menimbulkan gangguan tinnitis (berdenging) atau tuli. Perubahan tekanan (penyelam scuba atau aktivitas terbang) bisa menimbulkan cedera (barotrauma) dan sakit. 31 GANGGUAN ... (Lanjutan -3) TUMORS Tumor dalam telinga sangat jarang, kadang carcinoma basal sel yang juga bisa menyerang saluran telinga. Kanker telinga tengah dan dalam jarang ditemukan. Acustic neuroma adalah benign, pertumbuhannya lambat tumor saraf acustic bisa menekan struktur dalam telinga tuli, tinnitis dan imbalance. Cholesteatoma terjadi dari kumpulan sel kulit dan sisa-sisanya, dan bukan satu tumor, walau demikian bisa bahaya. 32 GANGGUAN TELINGA (Lanjutan -4) • Obstruksi: Obstruksi saluran telinga utamanya karena kotoran telinga yang mengeras, bisa juga akibat otitis eksterna. Pada kanak-kanak, sebab yang sering terjadi adalah memasukkan benda asing ke saluran. • Degenerasi: Tuli pada manula akibat presbycusis, deteriorasi rambut getar di dalam cochlea. 33 GANGGUAN TELINGA Keracunan dan Obat-Obat Telinga bagian tengah sangat sensitif terhadap kerusakan akibat obat-obat tertentu. Yang terpenting adalah aminoglucocide dan antibiotika, termasuk streptomysin, dan gentamicin. Obat-obat ini menimbulkan kerusakan pada rambut getar cochlea, terutama bila digunakan dalam dosis tinggi (biasanya pada yang disertai penyakit ginjal, yang akan memperlambat pengeluaran dari tubuh). 34 GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-5) Obat-Obat lain: quinine, aspirin dan diuretika (furosemide) ethacrynic acid dan bumetanide. 35 GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-6) • Gangguan-Gangguan lain: - Otosclerosis adalah suatu kondisi kongenital. Dasar dari satu tulang kecil yang ada di dalam telinga tengah menjadi kaku tuli. - Menier’s disease adalah tidak terlalu umum, pada ini ada gejala tuli, vertigo dan tinitus sebagai hasil akumulasi cairan di dalam labyrinth telinga bagian dalam. 36 “Ear piercing”: • Ini adalah tindakan tindik telinga. Tindakan sederhana yang harus dipastikan jangan menularkan penyakit infeksi menular melalui jarum suntik/tusuk yang dipakai berulang-ulang (sekarang menggunakan alat khsus: ear-piercing gun. Penusuk yang ditembakan terbuat dari emas atau berlapis emas agar tidak menimbulkan dermatitis. Selama 6 minggu penusuk dibersikan secara regular dengan H2O2 atau alkohol, diputar-putar agar lubang tidak menutup) 37 INVESTIGASI TELINGA • Pemeriksaan terdiri dari: 1. Pemeriksaan fungsi pendengaran dengan: garpu tala AUDIOMETRIX HEARING TEST menghasilkan tipe dan tingkatan gangguan pendengaran. 2. Pemeriksaan telinga bagian luar dan gendang tympani bisa dengan teknik otoscopic dan mikroskopik. 38 INVESTIGASI TELINGA (Lanjutan) 3. Pemeriksaan fungsi mekanisme pengatur keseimbangan badan bisa dengan pengawasan nystagmus yang ditimbulkan dengan mengalirkan dengan lembut cairan suhu panas dan dingin ke dalam saluran telinga (Caloric test) Test ini bisa dipertegas dan direkam secara teknik electronystagmography. 39 GANGGUAN PENDENGARAN KONDUKTIF • Menurunnya pendengaran akibat hambatan hantaran gelombang suara di telinga luar atau tengah, dapat terjadi apabila terdapat benda asing menyumbat di telinga, atau penimbunan serumen atau cairan di telinga luar atau tengah. OM (otitis media) dapat menyebabkan gangguan ini. Alat bantu “hearing aid” mungkin memberi perbaikan. 40 GANGGUAN KONDUKTIF (Lanjutan) Anak: yang berulang-ulang sakit OM dapat mengalami defisiensi bicara apabila terjadi gangguan pendengaran selama periode kritis pembentukan bahasa. Infeksi berulang Jaringan sikatrik pada gendang telinga hilangnya pendengaran. 41 GANGGUAN PENDENGARAN (Lanjutan-1) SENSORINEURAL Penurunan pendengaran akibat disfungsi: organ Corti, saraf auditorius, atau otak. Organ Corti rusak bisa akibat terus menerus terpajan suara bising, atau setelah minum obat-obat ototoksik, gentamisin, neomisin, dan streptomisin, analgetika (aspirin) tembakau, alkohol, juga penyakit sistemik DM dan lues. 42 GANGGUAN SENSORINEURAL (Lanjutan-2) Kanak-kanak: Gangguan sensorineural kongenital dapat terjadi akibat janin: terpajan ke rubela atau obat yang dimakan/diminum bumil (termasuk aminoglikosida). Gangguan pendengaran sensorineural juga dapat herediteri. 43 Gangguan Pendengaran (Lanjutan-3) Lansia: Pada lansia membran basilaris koklea mengeras seiring dengan pertambahan usia, sehingga timbul gangguan pendengaran sensorineural yang disebut presbikusis. Sel-sel rambut reseptor rusak dan tidak diganti. Hilangnya reseptor-reseptor di rentang frekuensitinggi terjadi. Akibat perubahan-perubahan tersebut, pada lansia lebih mampu mendengar suara bernada berat dibandingkan yang melengking. 44 PENGECAPAN Tast buds ada di lidah dan melepaskan potensial aksi sebagai respons terhadap rangsangan kimiawi. Terdapat papil-papil pengecap khusus untuk berbagai sensasi rasa, yang belum semuanya teridentifikasi. 45 PENGECAPAN (Lanjutan-1) Reseptor-reseptor yang telah diketahui: - Reseptor berespons terhadap rasa manis, pahit, asam, atau asin. Pengaktivan reseptor yang berbeda-beda dengan tingkatan yang berlainan oleh zat-zat yang terdapat di makanan rasa yang beragam. Indera pengecapan mengawali pencernaan dan menimbulkan rangsangan untuk makan. 46 PENGECAPAN (Lanjutan-2) Depolarisasi papil-papil pengecap menyebabkan pengaktivan saraf kranialis: V, VII, IX dan X. Saraf-saraf ini mengirim informasi ke thalamus dan kortek serebri tempat sensasi diidentifikasi. Dapat terjadi adaptasi (penurunan pelepasan pontensial aksi) papil pengecap apabila rangsangan oleh suatu bahan kimia yang terjadi terus menerus. 47 PENCIUMAN • Sensasi bau dihasilkan sel-sel receptor yang disebut: sel-sel olfactorius yang melapisi membran mukosa hidung. Sel olfaktorius mengandung silia yang mengalami depolarisasi apabila diikat oleh zat-zat kimia tertentu yang sesuai dengan bau tertentu di udara. 48 PENCIUMAN (Lanjutan-1) Beberapa jenis silia mengalami hyperpolarisasi sebagai respons terhadap bau tertentu. Reseptor olfaktorius cepat beradaptasi terhadap rangsangan yang kontinue. Sel olfactorius sebenarnya adalah sel-sel susunan saraf pusat. Depolarisasi sel-sel ini membentuk potensial aksi di lobus olfactorius otak. 49 PENCIUMAN (Lanjutan-2) Lansia: akibat ketajaman penciuman dan pengecapan berkurang, menurunkan nafsu makan makanan ditambah garam. Persepsi rasa manis tidak berkurang bisa meningkatkan berat badan pada sebagian lansia. 50 HIPOSMIA & HIPOGEUSIA HIPOSMIA • Penurunan sensasi bau, dapat bersifat bilateral atau unilateral. Kelainan ini bisa mengena semua bau-bau. Penyebab yang sering adalah tersumbatnya saluran hidung. Hiposmia bau tertentu mengisyaratkan kerusakan jaringan saraf. Orang yang mengalami cedera lobus frontalis sering menderita hiposmia. 51 HIPOGEUSIA Penurunan sensasi pengecapan. Dapat mengena semua rasa atau rasa tertentu saja. Ini mengidentifikasikan kemungkinan adanya kerusakan salah satu saraf kranialis yang mempersarafi lidah atau palatum. Kadangkadang rasa yang sebelumnya dinikmati, tibatiba dipersepsikan sebagai rasa tidak enak. Fenomena ini disebut parageusia yang bisa akibat obat-obat kemoterapi, dsb. atau disfungsi hati. Pada lansia hipogeusia kadang timbul spontan. 52 Penyakit Infeksi Khusus berkaitan dengan Implikasi Spesial bagi Para Fisioterapis Disusun oleh dr. Mayang Anggraini Naga U-IEU (Revisi-2009) 53 DESKRIPSI Pembahasan materi meliput berbagai penyakit infeksi khusus berkaitan dengan implikasi spesial bagi para fisioterapis 54 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Mampu memahami kekhususan berbagai penyakit infeksi, infeksi pengguna protheses, Lyme’s disease, infeksi otak dan selaput otak, dan implikasi spesial bagi para fisioterapis. 55 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS & POKOK BAHASAN Menjelaskan Penyakit infeksi bakterial, streptokokal, gas gangren Penyakit pseudomonas, Penyakit cytomegaloviral Penyakit mononucleosus Infeksi pengguna prothesis Lyme’s disease Infeksi CNS, Meningitis, abses otak, ensefalitis & implikasi spesial bagi para fisioterapis 56 PENYAKIT INFEKSI KHUSUS INFEKSI BAKTERIAL • Infeksi Stafilokokal Stafilokokus aureus adalah bakteri terumum yang ada di kulit dan mudah masuk ke dalam jaringan dan menimbulkan supurasi. Penyebab timbulnya endocarditis. Penyebaran melalui kontak direk dari kulit sisakit. Kuman ini juga dapat hidup di atas permukaan benda mati. 57 Infeksi Stafilokokal (Lanjutan-1) Luka bakar dan luka operasi sering terkena infeksi ini. Bayi dan manula, malnutrisi, DM dan pasien obesitas mudah terkena infeksi kuman ini. Ia menjadi ½ penyebab kasus septik arthritis (>> 50-70 tahun) . Rheumatoid arthritis dan terapi kortikosteroid adalah predisposisi terserang keadaan ini. 58 Infeksi Stafilikokal (Lanjutan-2) Stafilokokus masuk lewat luka, di dalam tubuh ia jadi virulent patogen, mengsekresi sedikitnya 5 (lima) jenis ensima perusak membran serta toksin perusak jaringan inang, eritrosit, leukosit dan trombosit, fiberoblast dan sel lain. 59 Infeksi Stafilikokal (Lanjutan-3) Gejala klinis: Bergantung site terkena dan tipe infeksinya antaranya bisa sebagai furunkul, paronychia, felon (di telapak ujung jari tangan), carbunkul, osteomyelitis, infeksi luka bakar atau luka operasi, infeksi saluran napas, bakterial arthritis, septicemia, bakterial endokarditis, toxic shock syndrome, keracunan makanan. Gejala: demam menggigil serta gangguan pada site infeksi. 60 Special Implication for The Therapist: Terapi: kadang perlu drainage abses antibiotika dan suportif terapi. • Organisme sulit dihilangkan melalui menyikat atau mencuci tangan. • Mencuci dengan sabun hijau, sabun antimikrobial. Tujuan: menjaga pengurangan jumlah kuman, dan menjaga jumlah minimal, serta secara mekanik menghilangkan kuman transient lain. (Pseudomonas, E.coli, salmonellae dan shigella) 61 Infeksi Streptokokal • Streptokokal grup A Streptokokal Pyogenes: Streptokokal faringitis: - Demam rematik - Scarlet fever - Erysipelas - Impetigo (streptokokal pyoderma) - Streptokokal gangrene (necrotizing faciitis) - Streptokokal myositis. 62 Infeksi Streptokokal (Lanjutan-1) • Streptokokal grup B Streptokokal agalactiae: Neonatal streptokokal infeksi Adult grup B streptokokal infeksi • Streptokokal grup D Streptokokal pneumoniae: - Pneumokokal pneumonia - Otitis media, Meningitis, Endocarditis 63 Infeksi Streptokokal (Lanjutan-1) • Gas Gangrene: Gangrene = jaringan mati yang umumnya diikuti hilangnya suplei vaskuler (nutrisi, sirkulasi arterial) diikuti invasi bakteri dan putrefaction. Ada 3 tipe gangrene: - (1) kering, - (2) basah yang timbul akibat kehilangan aliran darah akibat banyak penyebab, - (3) ... 64 Infeksi Streptokokal (Lanjutan-1) - (3) sedangkan gas gangrene timbul pada luka terinfeksi bakteri anaerobik menghasilkan gas dan kerusakan jaringan. (Kasus jarang, namun berat, tercetus mengikuti trauma operasi dengan otot dan subkutan terisi gas dan eksudat) kuman cepat menyerang jaringan sekitarnya dan bisa fatal dalam beberapa jam. 65 Infeksi Streptokokal (Lanjutan-3) Terapi: buka luka untuk memberi kesempatan udara masuk (O2) dan drainage. Jaringan mati dibersihkan, dan diberi agen anti-infeksi bila perlu harus amputasi. Prognosis untuk yang di dinding abdomen, uterus dan usus besar sangat jelek. 66 Special Implication for The Physical Therapist Gas Gangrene • Bila menghadapi cedera postoperasi atau posttraumatik perhatikan apakah ada ischemia (kulit dingin, pucat (pallor) atau cyanosis (birupucat), mendadak, sakit sekali, edema mendadak, serta pols tidak teraba pada tungkai. Keseimbangan cairan perlu diatur, perhatikan fungsi paru dan jantung. • Cegah kerusakan jaringan luka post operasi. 67 Special Implication ... (Lanjutan-1) • Bebaskan daerah luka bagi kehidupan clostridia (anaerobic) agar jaringan granulasi bisa tumbuh, perlu debridement untuk mengurangi kondisi yang menguntungkan kuman anaerobik. Beri tahu dokter terkait bila ada jaringan yang mati. Posisi pasien dibuat mempermudah drainage. 68 Special Impliation ... (Lanjutan-2) • Pasien harus disiapkan secara psikologik agar bisa menghadapi kenyataan yang pahit. • Gas sangat berbau. Prosedur steril diperlukan untuk merawat luka. • Pembuangan material drainage dalam kantung plastik ganda incinerator. Setelah pasien dipulangkan tidak perlu tindakan pembersihan khusus. 69 PSEUDOMONAS (Rubin & Farber, 1994) • Penyebab opportunitis patogen yang terumum menimbulkan nosokomial. Kuman menghasilkan pigmen cyanin dan fluorescein warna kebiruan. Mudah hidup di tempat yang lembab (kolam renang, bak mandi, alat-alat respirasi dan dispenser sabun cair). 70 PSEUDOMONAS (Rubin & Farber, 1994) (Lanjutan-1) Kuman ini termasuk yang sangat resisten terhadap antibiotika. Menimbulkan: - infektif endokarditis (IV drug user), - pneumonia (PPOM), - gagal jantung kongestif, - malignansi (sistem hematopoietik: neutropenic, sebagai hasil kemoterapi). 71 Pseudomonas (Rubin & Farber, 1994) (Lanjutan-2) Infeksi CNS (meningitis dan abses otak) (bisa lewat trauma kapitis) - Telinga, mata dan saluran kemih, gastro-intestinal, kulit dan jaringan lunak, infeksi tulang dan persendian (akibat penyebaran hematogen). • Pseudomonas aeruginosa sepsis, septicema (mortalitas tinggi) • Terapi: antibiotika, operasi, terapi paru dan pernapasan & suportif lain-lain.. 72 Special Implication for The Therapist: Pseudomonas infections • Organisme yang transient dan mudah hidup selama 24 jam di kulit dan yang mudah dihilangkan dengan cara mencuci atau menyikat tangan. • Transmisi kuman melalui kontak tangan. • Sampai di site yang menguntungkan pada inang yang rentan infeksi, ia dapat mudah menimbulkan infeksi, walau untuk membuktikan penularnya sulit. 73 Special Implication for The Therapist: Pseudomonas infections (Lanjutan) • Mudah dihilangkan melalui friksi mekanikal dan mencuci dengan air sabun sesuai standard mencuci tangan. • Pada yang immunocompromised harus dicegah jangan sampai terkena infeksi ini. • Perawatan cedera luka harus berdasarkan teknik steril yang ketat. 74 CYTOMEGALOVIRUS • Cytomegalic inclusion disease (CID) banyak timbul pada grup virus herpes. • CMV bisa kongenital peri- maupun postnatal. Tersebar pada pasien imunocompromized dan manula. • 1 % bayi baru lahir terinfeksi, 4 dari 5 orang tua > 35 tahun terinfeksi CMV, umumnya saat kanak-kanak atau sedang menginjak dewasa, biasanya seropositif. 75 CYTOMEGALOVIRUS (Lanjutan-1) Bisa menyerang multiple site, termasuk otak, ginjal kelenjar salivarius, hati, paru, pankreas, tiroid, adrenal dan saluran pencernaan. Penularan: kontak dengan plasenta, urine, ASI, feces, darah, seksual ( semen, vaginal dan sekret servik) melalui transfusi darah, transplantasi organ (organ recipients mempunyai risiko tinggi). CMV umum terjadi pada AIDS. 76 CYTOMEGALOVIRUS (Lanjutan-2) Terapi: mencegah komplikasi (ganciclovir atau forscarnet). Prognose pada yang nonkompromized jelek, karena bisa terserang infeksi disseminated infeksi yang fatal. 77 Special Implication for The Therapist Cytomegalovirus • Bumil dan pasien immunosuppressed harus dihindarkan terhadap pajanan CMV walaupun masih suspect infeksi CMV. • Pasien dengan CMV harus mencuci tangan sesering dan sebersih mungkin untuk mencegah penyebarkan penyakit. 78 Special Implication for The Therapist Cytomegalovirus (Lanjutan) • Anak-anak harus dilatih agar gemar mencuci tangan. • Anak sakit tidak boleh mencium orang lain. • Orang/teman harus tidak mencium si-sakit. • Para petugas profesional asuhan rumah sakit harus menjalankan prosedur tetap tentang pembebasan tangan dari kuman sesuai standard internasional. 79 Infectious Mononucleosis • Infeksi akut disebabkan oleh: Epstein-Barr Virus (EBV), anggota grup herpes virus. • Terutama menyerang dewasa muda dan anakkanak, pada anak seringnya ringan dan tidak nampak. • Banyak ditemukan di USA, pada kedua sek sama. Insidens muncul musiman pada mahasiswa dan tidak pada populasi lain. Gangguan ini disebut dengan “Kissing disease”. Bisa juga ditularkan melalui transfusi, post operasi jantung dikenal dengan “Post pump perfusion” syndrome. 80 Infectious Mononucleosis (Lanjutan) • Menimbulkan proliferasi jaringan limfoid darah, nodi limfatik dan lien. -> demam, sore throat, sakit kepala, sakit limfadenopati leher, disfungsi hati, meningkatnya limfosit dan monosit. • Waktu inkubasi: 10 hari pada kanak-kanak, 30-50 hari pada dewasa.Diagnosis: asesment fisik, test laboratoris, heterophil + (Monospot test) Naiknya antibodi terhadap EBV. Imunitas tidak permanent. Virus dapat lama hidup di B limfosit. 81 Special Implication for The Therapist Infectious Mononucleosis • Menular sebelum simtoma timbul sampai suhu membaik serta gejala oral dan faringealnya hilang. • Walau timbul hanya ringan, tetap diwaspadai sebagai penyakit infeksi menular. • Harus mencuci tangan, hindari pemakaian bersama alat makan, untuk menghindari tenaga kesehatan tertular. • Kurangi aktivitas yang berat (menjaga ruptur lien, dan menurunnya resistensi infeksi). 82 Special Implication for The Therapist Infectious Mononucleosis (Lanjutan) • Perlu dikerjakan selama minimum 1 bulan. • Gejala ruptur lien (sakit abdomen atas; Kehr’s sign, sakit bahu mendadak, shock) periksa dokter segera. • Gerak lengan (soft tissue mobilization atau myofascial techniques) untuk kuadrant kiri atas harus perhatikan ada tidaknya pembesaran limpa (lien) gunakan indirect techniques untuk menjauhi lien. 83 INFEKSI LAIN-LAIN Infeksi pada pencandu obat: (Yacobs, 1994), umum terdiri Dari: (1) infeksi kulit (higiene jelek, dan banyak tusukan jarum) infeksi stafilokokus (2) hepatitis (parenteral dan fecal-oral route) (3) aspirasi pneumonia serta komplikasi: abses paru, empyema, abses otak) (4) emboli paru septik (venous thrombi atau endocarditis) (5) sexually transmitted disease (STD) (6) >> pada AIDs bayi akan juga terinfeksi (7) endocarditis infektif. Osteomyelitis vertebrae, sendi sternoclavicular, dan lain-2 sering ditemukan pada pecandu obat (lewat darah), Rasa sakit & demam sebelum perubahan Ro terjadi. 84 Infeksi pada Pengguna Prostheses dan Implants • 1-5% pengguna prostheses terinfeksi. • Bioprostheses, implant saat ini jumlahnya banyak. • Multiple operasi menimbulkan naiknya risiko terinfeksi • Meningkatnya manula, banyak pemanfaatan prostheses arhtrosplastic pinggul, lutut, bahu, siku, pergelangan tangan, dan jari-jari. 85 Infeksi pada Pengguna Prostheses dan Implants (Lanjutan-1) • Faktor risiko: - Yang sudah pernah operasi sebelumnya. - Rheumatoid arthritis - Terapi kortokosteroid. - Status nutrisi jelek - DM. obesitas, manula. - Faktor-2 penghambat proses penyembuhan - Adanya infeksi superfisial (ischemic necrosis) 86 Infeksi pada Pengguna Prostheses dan Implants (Lanjutan-2) Gejala: tanda inflamasi. Terapi: angkat prostheses + debridement jaringan sekitarnya (untuk atasi infeksi dalam) atau oral antibiotika sepanjang hidupnya. Prognosis: bisa fatal. 87 Special Implication for The Therapist Infections with Prostheses and Implants • Infeksi bisa timbul berbulan-bulan, atau bertahun-tahun post operasi. • Adanya simtoma muskuloskeletal yang berlebih periksa ada tidak infeksi (Bisa dibantu melalui anamnese yang rinci). • Adanya infeksi yang terakhir dari gigi, pulmonair, alat pernapasan atas perlu evaluasi medis. 88 Special ….. (Lanjutan-1) • Adanya drainage spontaneous dari jaringan parutnya bisa menjadi tanda infeksi dan harus dievaluasi dokter. • Implant silicone payu dara (SBIs): (subcutane atau subpectoral). Infeksi dan trombosis sangat jarang. Gejala gangguan penyakit jaringan ikat dan gangguan imunitas kadang ada. 89 Special ….. (Lanjutan-2) Reaksi autoimun terhadap silicon belum terbukti ada kaitannya. Gejala jaringan ikat yang bisa terjadi: sakit, pembengkakan, kulit rasa kencang, merah, bengkak kelenjar limfe, lelah, tangan kaki bengkak, rambut rontok. Ada sebutan: “human adjuvant disease” untuk menunjukan gangguan muskuloskeletal menyertai implant mammae. 90 Special ….. (Lanjutan-3) • Komplikasi terumum pada SBIs (payu dara) adalah capsule contracture atau contracture jaringan fibrosis sekitar prosthesis, kemungkinan berhubungan dengan infeksi subklinis (S. epidermidis) (Virden et al, 1992). • Komplikasi lain: gel bleed, ruptur implant, perkapuran (calcification) sekeliling implant, kemungkinan gangguan mammography saat diagnosis kanker payu dara (Shiffman, 1994.) 91 Spesialis … (Lanjutan-4) • Sakit dada mirip serangan jantung. Ini tercatat sebagai fibromyalgia Apakah ini hanya timbul pada wanita SBIs masih tanda tanya. • Setiap wanita dengan atau tanpa SBIs mengalami sakit dada atau rasa tidak enak pada dada, adanya perubahan ukuran, warna atau bentuk payu dara, adanya discharge di putting atau simtoma lain yang sulit dijelaskan, sebaiknya konsult ke dokter. 92 LYME DISEASE Penyakit infeksi multisistemik disebabkan oleh bakteri bentuk spiral Borella burgdorferi. Ditularkan melalui kutu kijang (Ixodes damini). Lyme adalah nama kota di Connecticut. gejala arthritis, yang sering dimulai saat musim summer, endemic di US (Massachusetts, Maryland, Wisconsin, Minnesota, California dan Oregon) Insidens: penyakit infeksi yang cepat menyebar setelah AIDS. 93 LYME DISEASE (Lanjutan) Pada tahun 1992 ada 5100 kasus, 1993, 8000 dan 1994 ada 13000. menyerang kedua sek. Ditularkan melalui saliva kutu yang masuk ke aliran darah dan limfe atau dari deposit fecal di atas kulit, menyebar ke bagian kulit lain lesi khusus. nInkubasi 3-32 hari, mungkin bisa hidup lama di tendo/synovia atau menimbulkan inflamasi yang mematikan. 94 LYME DISEASE (Lanjutan-1) Gejala dalam 3 stadium: Stadium pertama terlihat simtoma mirip flu skin rash, gejala hilang diikuti gejala lain. (eryhtema migrans = bull eyes rash), rash makin banyak, conjungtivitis, urticaria. 3-4 minggu bercak merah s/d beberapa minggu. 95 LYME DISEASE (Lanjutan-2) Rasa malaise, lemah, lelah konstan dan intermiten, gejala mirip flu bisa timbul, termasuk sakit kepala, demam menggigil, ngilu-ngilu, limfadenopati regional. Jarang, namun bisa terjadi iritasi meningeal, encephalopathy ringan, rasa sakit muskuloskeletal, dan juga bisa sampai hepatitis. Rasa kering tenggorokan dan batuk-batuk bisa timbul beberapa hari sebelum EM (erythema migrans). 96 Lyme Disease (Lanjutan-3) Setelah beberapa bulan timbul: Stadium kedua: gangguan abnormalitas saraf, dan cardiac. Gejala psykiatrik. Gangguan sensasi kulit, insomnia, gangguan tidur, kehilangan memori, kesulitan konsentrasi, dan pendengaran penurun. 97 Lyme Disease (Lanjutan-4) Stadium ketiga: Berminggu atau tahunan kemudian (timbul pada orang yang belum pernah mendapat terapi pendahulu). Arhtritis rheumatoid, dengan pembengkakan sendi besar kumat-kumat jadi kronik dengan erosi kartilago dan tulang. 10%-20% terjadi arthritis kronik pada pasien yang tidak memperoleh terapi. 98 Lyme disease - - DIAGNOSIS letak geografis, riwayat berpergian penting Serologik test (positif menunjukkan gejala namun belum sebagai bukti adanya infeksinya) Serologik negatif: diagnose bisa dikesampingkan. Simtoma persisten bukan bukti adanya infeksi. 99 Lyme Disease (Lanjutan-5) Test polymerase chain reaction (PCR) - Menggunakan teknik slicing gen untuk deteksi material genetik kuman, ini lebih peka daripada test antibodi. PCR yang persisten tidak membuktikan bahwa infeksi terus berlanjut atau hanya ada kuman yang mati. Masih ada 2 test yang sedang dalam percobaan. 100 Lyme disease (Lanjutan-6) • Terapi: - Oral antibiotika, - Istirahat untuk radang sendi dan bengkak- bengkaknya. - Analgetik untuk menghilangkan rasa sakit. - Arthroscopy. • Prognosis: 15% komplikasi jantung, sendi, saraf pada yang diterapi. Tidak terbentuk imunitas alamiah. Infeksi bumil abortus, stillbirth. 101 Special Implication for The Therapist Lyme Disease • Chronic arthritis. Tidak menyerang sendi secara bilateral, bisa ber-gantian. Kronik (s/d 1-3 tahun). Ada kerusakan permanent sendi dan tulang rawan ROM dan exercise untuk strengthening tanpa overexertion. • Pasien dengan gejala neurologik perlu terapi perbaikan neuropsiatrik. Pada yang gangguan jantung terapi neuropati 102 yang umum. Special ... (Lanjutan-1) • Multiple sclerosis antibiotika tidak akan berhasil. • Fibromyalgia-like mungkin timbul akibat gangguan tidur. • Setiap pasien fibromyalgia perlu diperiksa lebih lanjut. Apakah betul Lyme disease ? Proses screening bisa melalui wawancara tentang riwayat sakit, riwayat sakit keluarga. • Pastikan apakah gejala yang nampak adalah Lyme atau gangguan lain. 103 INFEKSI SUSUNAN SARAF SENTRAL • Berbagai respons protektif tubuh mampu mencegah akses kuman sampai ke sistem saraf, oleh karenanya infeksi CNS jarang terjadi. • Bakteri disingkirkan dari darah oleh: 1) sistem reticuloendothelial 2) sistem imune 3) mekanisme barier darah otak yang mencegah kuman masuk otak dan CSF. (organisme bisa masuk ke otak & CSF hanya apabila sel endothel di pembuluh darah cerebral terinfeksi) . 104 INFEKSI SUSUNAN SARAF SENTRAL (Lanjutan) • Sekali kuman masuk otak dan CSF, proteksi imunitas akan sangat rendah dibanding bagian lain tubuh. CSF memiliki kira-kira < dari 1/200 jumlah antibodi darah, begitu juga jumlah leukositnya lebih rendah dari darah. Otak memiliki sistem limfe yang rendah untuk memerangi infeksi. • Tanda & gejala infeksi CNS bergantung pada site infeksi. Tipe mikroorganisme penentu utama lama infeksi dan prognoses sequelae neurologik. 105 MENINGITIS • Pada meningitis radang ada di meningen dan corda spinalis. • Ketiga lapisan penutup otak: duramater, arachnoidea dan piamater bisa terkena semua. • Umumnya meningitis adalah komplikasi dari infeksi di tempat lain tubuh. • Organisme penyebab bisa berbagai macam yang masuk melalui darah atau CSF. 106 MENINGITIS (Lanutan-1) • Inflamasi bisa meluas ke lapisan pertama dan kedua cortex cerebri dan corda spinalis, dan memproduksi thrombosis di vena cortical. Dapat menimbulkan infark dan jaringan parut yang menghalangi aliran CSF, khususnya di sekitar basis cranii. • Blokade CSF akan menimbulkan hydrosefalus atau subarachnoide cyst. 107 Meningitis (Lanjutan-2) • CSF bisa terkontaminasi akibat luka tusuk atau luka /tembus meningen pada cedera atau prosedural neurologik. • Gejala klinis: - demam, - sakit kepala, - kaku kuduk dan sakit. - Kernig’s sign dan Brudrinki’s sign (+), kejang dan koma, tanda focal neurologik, cerebral palsy dan tuli. 108 Meningitis (Lanjutan-3) • Diagnosis: Lumbar puncture (LP). Test laboratoris. • Radiografik untuk menyingkirkan fraktur, sinusitis dan mastoiditis. • CT-scan bisa menemukan abses dan infark. Viral meningitis adalah hiperakut bisa terjadi dalam beberapa jam. Abses bakterial bisa dalam 4-24 jam. Fungal infeksi dan TB bisa beberapa hari sampai berminggu-minggu. 109 Meningitis (Lanjutan-4) • LP menentukan kadar sel mononuclear (ratusan) kadar glucose dan peningkatan kadar protein dengan absennya bakteri. • Terapi viral adalah simtomatik (sakit kepala dan muntah) prognosis baik, akan sembuh dalam 1-2 minggu. • Abses pyogenic sering akibat infeksi E. coli, hemophillus influenza.yang tanpa antibiotik bisa menimbulkan/kematian. 110 Meningitis (Lanjutan -5) (LP: kadar glucose < 50% kadar serum darah, leukosit meningkat sampai ribuan dan protein juga meningkat) Terapi: antibiotika spektrum luas yang mampu menembus barier otak dan mencapai konsentrasi cukup di CSF untuk dapat membunuh bakterinya. • Pasien diisolasi paling sedikit 3 hari. Bila ada edem otak beri kortikosteroid. 111 ABSES OTAK • Terjadi akibat infeksi lokal pada otak. Bisa hanya satu areal bisa juga beberapa areal yang terkena. • Site dan ukuran besar daerah terkena akan menentukan simtom inisial yang terjadi. Ada peningkatan tekanan otak. • Orang dengan imunosupresive drug, mudah tekena gangguan ini. 112 ABSES OTAK (Lanjutan-1) Gejala - demam, menggigil dan sakit kepala dan tanda fokal neurologik yang progresif. Onset gejala bisa lambat bisa cepat dan progresif menimbulkan hernia kompresi batang otak kematian. 113 Abses Otak (Lanjutan-2) Kejang, letargia dan confusion meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan intracranial. Bisa parese bila lesi di frontal dan parietal disertai gangguan vision dengan disfungsi lobus ocipital. Prognosis: < 65 – 30% bila terkontrol antibiotika. Hampir ½ dengan gejala sisa neurologik (tanda fokal atau aktivitas meningkat) kejang. 114 ENCEPHALITIS Causa: invasi direk virus atau viral hipersensitivitas. (vektor: nyamuk atau kutu, atau susu kambing, juga herpes virus) • Bisa primer bisa sekunder komplikasi. • Gejala inflamasi dan kerusakan substansia gresia (gray matter) CNS. Edem cerebri bisa mengakibatkna neural death. • Bisa disertai kerusakan sistem vaskular dan radang pada arachnoidea dan piamater. 115 Encephalitis (Lanjutan) • Herpes virus bisa menghasilkan respons inflamasi di lobus temporal. Prognosis: causalis. • Penyembuhan sekitar 10-50% • Herpes simplek: moderat, mortalitas 20% • Sequelae neurologik 50% • Sequelae cerebral permannet banyak terjadi pada bayi. • Waktu penyembuhan balita perlu lebih lama dari dewasa. 116