PENYAKIT INFEKSI

advertisement
SESI 7a
PENYAKIT INFEKSI
1
DESKRIPSI
Mata ajar ini membahas tentang kewaspadaan
terhadap faktor-faktor mata rantai penyakit menular,
diagnosis, pengendalian penyakit infeksi menular,
dan implikasi spesial nosokomial bagi para fisioterapis
2
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Mampu memahami proses penyakit infeksi,
faktor- faktor mata rantai transmisi penyakit
infeksi menular di institusi kesehatan dan
masyarakat, diagnosis, cara pencegahan dan
pengontrolannya, serta implikasi spesial
infeksi nosokomial bagi para fisioterapi
(Nosocomial = refering to hospital)
3
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
& POKOK BAHASAN
Menjelaskan:
Proses penyakit infeksi, mata rantai
transmisi
Tanda dan simtoma penyakit infeksi
Berbagai infeksi penyebab umum demam
pasien rumah sakit
Infeksi nosokomial
Line of Defense
Diagnosis penyakit menular
Implikasi spesial infeksi nosokomial bagi para
fisioterapi
4
PENYAKIT INFEKSI
(Catherine C. Goodman)
• Setiap personel asuhan kesehatan harus senantiasa
mempertahankan sikap kewaspadaan terhadap
pencegahan penyakit infeksi
• Untuk itu perlu tahu tentang:
Proses penyakit infeksi
Mata rantai transmisi
Pemeliharaan aspek kontrol.
Di ruang rawat/operasi rumah sakit, kuman
ditularkan melalui:
instrumen
tangan dokter dan tenaga medis-kesehatan lain
udara
pasiennya sendiri
5
SIMTOMA & TANDA-2 PENYAKIT INFEKSI
(Thompson et. Al 1993)
• Sangat bergantung pada:
Etiologi (tipe orgnisme penyebab)
Sistem organ tubuh yang terkena
(CNS, GI, GU, Resp. dst)
Simtoma sistemik di antaranya:
Fever (demam),
chills (dingin-menggigil),
sweating (keringat banyak/dingin),
malaise (lemah),
nausea & vomiting (mual dan muntah).
Darah: komposisi jumlah sel berubah (leukosit)
Manula, bisa timbul: confusion (bingung),
memory lost (hilang memori), sulit konsentrasi.
6
SIMTOMA & TANDA-2 PENYAKIT INFEKSI (Lanutan)
• Perubahan suhu badan:
(Ini bisa juga terjadi pada yang non-infeksi.
Contoh: - neoplasma,
- inflamasi non-infeksi,
- imunologikal)
Ada pasien (> manula, saat masuk rumah sakit 
nosokomial)  yang sakitnya dimulai dengan:
tachypnoe (frekuensi napas pendek),
confused,
hypotension sebelum fever timbul.
7
Simtoma & Tanda-2 Penyakit Infesksi (Lanjutan-1)
• Inflamasi dan Eksudat bisa:
tetap terlokalisasi di satu site
menembus jaringan  menyebar ke sekitarnya
menyebar luas melalui aliran darah & limfe
menuju ke seluruh tubuh.
• Infeksi lokal bisa menjadi abses (eksudat purulent)
Leukosit membentuk dinding mengelilingi kuman/
organisme >> banyak yang mati, >> jaringan nekrotik
atau dilarutkan  bisa autolysed dan diresorbsi 
infeksi dan inflamasi mengurang.
Bila abses rupture dan mengalir ke lokasi lain =
penyebaran infeksi ke bagian lain.
8
Simtoma & Tanda-2 Penyakit Infesksi (Lanjutan-2)
Contoh:
• Infeksi abdominal,
• Spondilitis TB,
• Divertikulosis/appendicitis,
• PID,
• Osteomyelitis vertebrae,
• Arthritis septic (sacro-iliac) dan
• Tumor paha
 abses di antara posterior peritoneum, poas dan fascia
iliaca  bisa saja turun sampai ke daerah pinggul
(pantat) dan bagian atas paha.
9
Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-2)
• Skin Rash & Fever
Bisa timbul akibat:
infeksi lokal pada kulit atau
tidak ada hubungan dengan site kulit.
Contoh Penyakit dengan tanda Ujud Kelainan Kulit:
- Maculopapular (scarlet fever, streptococcal)
- Nodular lesion (measle, rubella, roseola, viral)
- Diffuse erythema
(streptococcal, pseudomonas)
- Vesicobullous eruption
(varcilla, herpes zooster)
- Ptechial purpuric eruption (cytomegaloviral)
10
Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-3)
• Red Streaks
Kemerahan yang menyebar (Radiating) dari site infeksi
ke arah limfo nodi regional.
Lymphangitis (streptococ. haemolyticus,
staphylococcal atau kedua-duanya) pada limfo-nodi
daerah: submandibular, cervical, inguinal, axillary nodes.
• Inflamed Lymph Nodes
Ini bisa timbul akibat gangguan lain.
Mudah dipalpasi di daerah leher, ketiak, inguinal.
Spasm otot, kulit erytematous dan panas. Bila panasnya
unilateral, sakit, membesar dan fluctuant disertai fever
 bisa diikuti pyogenic infection. Pembesaran limfe nodi
> 4 minggu  periksa lebih lanjut.
11
Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-4)
• Joint Effusion
Monoarticular arthritis
bisa akibat infeksi: TB, fungi dan viral.
streptococcus  suppurating arthritis.
• Lansia (Aging) & Penyakit Infeksi
Banyak infeksi bisa menyerang manula.
Ada kalanya gejala fever timbul tidak nyata,
padahal infeksinya parah.
Ini akibat thermoregulator yang sudah usang, atau
sedang dalam terapi obat (aspirin, antipyretika
lain-lain) atau kortikosteroid.
• Cardiovascular:
Ptechial lesions
Tachycardia, hipotensi, perubahan kecepatan nadi
(bisa menurun atau meningkat tergantung jenis
infeksi)
12
Simtoma dan Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-5)
• CNS:
Perubahan kesadaran, confusion, convulsions
Sakit kepala, fotofobia, kehilangan memori, kaku
kuduk, myalgia.
• Gastrointestinal:
Nausea, vomiting, diare.
• Genitiurinary:
Dysuria, flank pain, hematuria, oliguria, urgency,
frekuensi
• Saluran napas:
Batuk, parau, sore throat, nasal drainage, sputum
production.
13
Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-6)
Terbukti 36% manula dengan FUO (fever of unknown
origen)  ternyata terserang endokarditis, intraabdominal abses, atau TB.
Manula umumnya dalam status imun deregulation.
Ada involusi thymus, T-cell-mediated imunitas yang
berubah, akibat herpes zoster, TB.
Kematian akibat influenza setelah usia 65 tahun
meninggi sedangkan response pertahanan tubuh
terhadap vaksin flu sangat menurun.
14
Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-6a)
Proses di tingkat jaringan manula 
rentan terhadap infeksi akibat:
- atropi kulit
- achlorhydria
- penurunan reflex batuk
- penurunan elastisitas bronkial
- penurunan mucocilliary
15
Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-7)
Keadaan yang berpengaruh pada infeksi manula adalah:
Mental & physical disability,
Status nutrisi
Adanya sakit/kronis gangguan renal, cardiac
atau periferal vascular insufficiency
Faktor lingkungan,
Hygiene perorangan
Kekurangan gerak, vision dsb.
16
Simtoma & Tanda-2 Infeksi (Lanjutan-8)
Kemampuan mikroorganisme menimbulkan
infeksi dibedakan atas dasar sifat kekhususan
masing-2 kuman:
bentuk, size, struktur,
komposisi kimiawi,
make-up genetik,
keperluan pertumbuhan,
kemampuan menghasilkan toksin,
viability yang mantap walau ada yang
sekarat, juga atas dasar
kemampuan penyesuaian diri terhadap
lingkungan.
17
PENYEBAB UMUM DEMAM PASIEN RUMAH SAKIT
•
•
•
•
•
•
•
Atelectasis
Catheter-related infection
Surgical wound infection
Urinary tract infection
Drugs
Pulmonary emboli
Infected pressure ulcers.
(Andreoli TE, Bennett JC, Carpenter CCJ, et al (eds): Cecil
Essentials of Medicine, ed 3. Philadelphia, WB
Saunders, 1993, p. 691)
18
PENYEBAB UMUM DEMAM PASIEN RUMAH SAKIT (Lanjutan)
Suhu tidak di atas 102 derajat F (39 derajat C) umumnya
disertai:
arthralgia umum,
myalgia dengan keluhan sakit terbatas, atau
demam dengan gejala lokal:
sakit tenggorokan,
batuk,
sakit kuadrant kanan dada (banyak terjadi
pada infeksi bakterial).
19
Penyebab Demam yang durasinya lama
• Kondisi yang tidak melebihi suhu 39 derajat C
Bakteriuria terkait kateter
- Myocardial infarction
Atelectasis
- Uncomplicated wound infection
Any malignancy
Pulmonary emboli
- Cytomegalovirus
Dehydration
- Hepatitis
Pancreatitis
- Infectious mononucleosis
Subacute bacterial endocarditis(Epstein-Barr virus)
TB
20
Penyebab Demam yang durasinya lama (Lanjutan-1)
• Suhu lebih tinggi dari 39 derajat C, bisa menimbulkan
delirium dan kejang, utamanya pada kanak-2.
Suhu yang terlampau tinggi bisa merusak sel secara
ireversibel.
Suhu di atas 39 derajat C:
Malignant hyperthermia (secondary to anesthesia)
Transfusion reactions .
Intravenous (IV) line sepsis.
Urosepsis
21
Penyebab Demam yang durasinya lama (Lanjutan-2)
• -
-
Prosthetic valve endocarditis
Intra-abdominal or pelvic peritonitis or abscess
Clostridium difficile colitis
Procedures-related bacteremia. Nosocomial
pneumonia.
Drug fever. Heat stroke
HIV infection.
Acute bacterial endocarditis
TB (umumnya disseminated atau extrapulmonary)
Metastasizing carcinoma ke hati dan sistem CNS
22
CHAIN of TRANSMISSION of INFECTION DISEASE
(Grimes, 1993) TRANSMISSION FACTORS CHAIN
Patogen or  Virus, mycoplasmata, bacteria,
rikettsiae, chlamydiae agent protozoa, fungsi
Reservoir
Human (Clinical cases, subclinical cases, &
carriers)
Animal, arthropod, plant, soil, food, organic
substance
Portal of exit  Genitourinary, gastrointestinal &
respiratory tracts, oral cavity, open lesion,
blood, vaginal secretions, semen, tears,
excretions (urine, feces)
23
CHAIN of TRANSMISSION of INFECTION DISEASE (Lanjutan)
TRANSMISSION Chain FACTORS
Trasmission
Direct: person to person (fecal-oral,
sexual,
bites, contact with discharge from an ulcer,
open-sore,or respiratory mucous droplets)
Indirect: through a vehicle (animate: animal or vector
such as mosquito or tick bite; inanimate: food, water,
soil, milk, air, intravenous therapy, or catheters)
Modes of entry  Ingestion, inhalation, percutaneous
injection, transplacental entry, mucous membranes
Susceptible host  Specific immune reactions
Nonspecific body defenses
Host characteristics: age, sex, ethnic group,
heredity, behaviors
Environmental and general health status.
24
NOSOCOMIAL INFECTIONS
• Infeksi yang didapat saat dirawat di rumah sakit atau
institusi pelayanan kesehatan lain
• Seringnya transmisi infeksi ini adalah kontak direk.
Yang kurang umum adalah melalui inhalasi, kontak
dengan peralatan dan cairan.
• Program kontrol infeksi nosokomial rumah sakit meliputi
surveillance, prevensi dan edukasi. (Umumnya
dibentuk Panitia Nosokomial Rumah Sakit)
• Laju infeksi nosokomial: 5-7% pasien.
25
NOSOCOMIAL INFECTIONS (Lanjutan)
• Problem saat kini akan diperparah akibat > pasien
lansia, dan lebih rentan terhadap infeksi,
mikroorganisme lebih virulen dan lebih resisten
terhadap antibiotika.
• Peningkatan penggunaan dan tindakan invasive, obatobat imunosupresan, penggunaan antibiotika yang
irasional, dan kurangnya cuci tangan/hygiene pasien
predisposisi terhadap infeksi atau superinfeksi.
• Dalam waktu yang bersamaan, makin banyaknya jumlah
kontak person dengan pasien, mengakibatkan pajanan
yang lebih banyak.
26
LINE OF DEFENSE
• Kerentanan terhadap infeksi juga terpengaruh oleh
pertahanan anatomik dan fisiologik (Thompson et al.
1993).
• Line pertahanan Pertama:
adalah eksternal (kulit, selaput lendir, sehat, minyak
dan keringat kulit, cilia saluran napas, reflex gag dan
batuk, peristaltik usus, air mata, saliva, mukus).
Lini pertama mencegah kuman masuk tubuh,
menghalaunya sebelum berkesempatan menyerang
tubuh.
Sekresi tubuh (air mata, keringat, pH saliva, sekret
vagina, urine, asam lambung) dapat mencegah
pertumbuhan kuman. Apabila salah satu dari mereka
ada yang lemah  memungkinan inang terkait terserang
invasi kuman.
27
LINE OF DEFENSE (Lanjutan-1)
Faktor lain lini pertama adalah:
flora normal (mikroorganisme) kulit dan selaput
mukus di mulut,
gastro-intestinal,
vagina.
Mereka simbiose dengan inang. Melalui mekanisme
“Microbal antagonism” mengontrol replika kuman yang
potensial patogen.
Ini bisa terganggu dengan adanya antibiotika yang
dikonsumsi pasien  tumbuh jamur (kandidiasis).
28
Line of Defense (Lanjutan-2)
• Lini pertahanan Sekunder (Kedua) Ini adalah
respons inflamasi.
Ini ditujukan untuk menghambat/mencegah invasi
kuman dengan cara membuat benteng pertahanan,
menghancurkan atau menetralisir mikroorganisme
penyerang.
Respons inflamasi adalah memproteksi tubuh,
leukositosis, namun bila berlanjut bisa menjurus kronik,
penghancuran jaringan dan akhirnya ke pembentukan
granuloma. Keadaan Inflamasi kronik memungkinkan
invasi dari kuman lain-2.
Lini pertama dan lini kedua ini adalah: pertahanan nonspesifik.
29
LINE OF DEFENSE (Lanjutan-3)
• Lini pertahanan tertier (Ketiga)  Respons Imun
tubuh.
Ini melalui berbagai aktivitas: sistem limfe, leukosit, dan
berbagai zat kimiawi, protein, ensima yang semuanya
memfasilitasi pertahanan dalam tubuh.
Lini pertahanan repons imun adalah spedifik terhadap
antigen kuman. Antigen umumnya adalah: protein,
polysachrida besar, komplek lipoprotein besar yang
merangsang respons imun.
Imun respons terpicu saat benda asing di area inflamasi
telah dibersihkan.
30
DIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR
• Ada 5 (lima) dasar teknik pemeriksaan laboratoris:
1.
2.
3.
4.
5.
Melihat dan mengamati langsung organisme
penyebab.
Mendeteksi antigen kuman penyebab infeksi.
Mencari jawaban respon imunitas inang terhadap
kuman penyebab infeksi.
Mendeteksi sekuens nucleotide mikroba khusus.
Mengisolasi mikroba melalui kultur kuman.
Masing teknik memiliki kegunaan khsusus, kelemahan dan
kelebihan.
31
DIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR (Lanjutan)
Banyak kuman dapat ditemukan melalui cairan jaringan,
sputum, urine, pus, cairan pleural, peritoneal, feces,
cairan serebro-spinal dsb.
Antigen bisa ditemukan pada meningitis, hepatitis B,
infeksi alat pernapasan, dan genitourinaria.
Histopatologis  menjawab respons inflamasi tubuh,
gambaran sel akibat infeksi virus (Cytologis).
Saat ini mendeteksi sekuens DNA/RNA mikrobial, isolasi
kuman penyebab (Koch Postulats)
32
Special Implicatios for the Therapist: Penyakit Infeksi
(Baca kopi dari Buku Pathology, Implication for the Physica Therapist)
Control of Transmission:
•
Pedoman standard harus ditaati apapun jenis
infeksinya.
Semua darah dan cairan jaringan pasien potensial
infeksius dan harus ditangani sesuai protokol
pelayanan/perawatan, walau pasien bisa saja
asimtomatik. Masing rumah sakit umumnya memiliki
peraturan isolasi pasien infeksius, in harus diterapkan
dan ditaati.
Terapist harus memelihara daya tahan tubuhnya
terhadap infeksi (Contoh: imunisasi terhadap hepatitis
B, morbili, mumps, rubella, polio, tetanus, diphtheria
dan varicela)
33
Special Implicatios for the Therapist: Penyakit Infeksi (Lanjutan-)
• Ikuti prosedur kontrol infeksi yang baku,
Ikutilah teknik isolasi pasien.
Cuci tangan sesuai protokol.
Perhatikan gejala/tanda infeksi pasien.
Bila dirinya sedang rentan jangan menangani
`
pasien infeksi
Hati-2 terhadap pasien dengan paralatan medis
(kateter, ventilator, IV, post operasi dll)
34
Fisio-terapi Infeksi Nosokomial
Protokol Hydrotherapy
• Dulu peralatan hidroterapi diperiksa melalui prosedur
kultur kuman  ini ternyata kurang efisien.
• Saat ini, berdasarkan outcome falsafah manajemen
bahwa terbukti kontrol infeksi adalah berbiaya
tingggi, maka selama outcome sesuai harapan dan
tidak ada penyimpangan, cukup dengan
menjalankan dan memonitor dilaksanakannya
desinfeksi dan pembersihan paralatan sesuai
protokol yang baku.
35
Fisio-terapi Infeksi Nosokomial (Lanjutan)
• Berbagai jenis kuman hadir di-mana-2, apabila tidak ada
yang terinfeksi oleh kuman yang hadir, maka kuman
terkait tidak dianggap sebagai masalah yang
mengganggu fungsi.
• Bila ada yang terkena infeksi, baru ditelusuri asal dari
causa timbulnya dan diupayakan dihilangkan dan
dicegah penyebarannya.
36
Fisio-terapi Infeksi nosokomial Home-Care
HOME HEALTH CARE
Terapist harus memberi petunjuk kepada perawat
di rumah sakit atau personel lain yang akan melayani
pasien.
• Mencuci tangan* adalah esensial
• Pakai baju khsusus saat di dalam kamar pasien.
• Peralatan medis yang diperlukan (stetoskop, termometer
dll) tidak dibawa ke luar kamar pasien (bila sudah tidak
diperlukan  didesinfeksi sesuai protokol).
* (Prosedur mencuci tangan  baca Schaffer et al, 1996)
37
HOME HEALTH CARE (Lanjutan-1)
• Sediakan masker, sarung tangan, celemek plastik
disposable dll, serta ajarkan keluarga pasien cara
merawatnyta.
• Paper towel disposible bisa digunakan
(perhatikan cara membuangnya)
• Rencanakan kegiatan secermat mungkin sebelum
masuk ke dalam kamar pasien.
• Usahakan mengurangi efek negatif pada keluarga
pasien akibat pelaksanaan tindakan isolasi.
38
Home care (lanjutan-2)
• Bila pasien menderita feces-born disease  beri
petunjuk pada keluarga cara membuang feces dll.
• Selalu mengingatkan keluarga dan anda sendiri untuk
mencuci tangan setelah merawat pasien.
• Bila pasien menderita hepatitis A, salmonellosis.,
ingatkan keluarga untuk tidak menyajikan makanan
mentah (Lalap, salad dsb.) bagi anggota keluarga lain.
39
Home Health Care (Lanjutan-3)
• Merawat pasien penderita blood-born disease: bila
pasien luka dsb., linen harus didesinfectan, alat
pencukur jambang, sikat gigi dsb.  jangan digunakan
secara bersama orang lain.
• Terapist harus senantiasa menjaga diri dengan cermat.
Bila ragu konsultasikan dengan atasan atau teman
sejawat.
• Stetoskop mudah menyebarkan stafilokokus, hati-2 bila
pasien ada luka (luka bakar = BURN). Stetoskop bisa
dirawat dengan alkohol atau ditergent non-toxic lain.
Mencuci dengan sabun antiseptic hanya 75% efektif.
40
41
42
SESI 7b
CARA
PENYAKIT INFEKSI MENULAR,
43
DESKRIPSI
Pembahasan materi meliput cara penyakit
infeksi menular, gejala patologis beberapa
penyakit infeksi communicable
44
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Mampu memahami cara penularan penyakit infeksi
menular (communicable) akibat bakterial, di antaranya
TBC, Leprosy, Diphtheria, bacterial meningitis dan akibat
viral, di antaranya influenza, haemophillus influenza,
pertusis,
45
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
& POKOK BAHASAN
Menjelaskan:
Cara penyakit infeksi menyebar
Cara bakteri & virus menimbulkan sakit
Infeksi TBC, Leprosy, Diphtheria, bacterial
meningitis
Infeksi viral influenza, haemophillus influenza dan
pertusis,
Arti “communicable diseases”
46
CARA PENYAKIT INFEKSI MENYEBAR
1.
2.
Cara langsung (Direct)
Cara tidak langsung (Indirect)
1. Penyebaran direk
Pada ini infeksi ditransmisi dari seorang ke orang
lain tanpa stadium perantara
(1) Transmisi melalui DROPLETS
Batuk, bersin, meludah
 EPIDEMI bisa timbul karena penduduk padat
tinggal berkumpul.
Contoh, di antaranya:
Measle (morbili). Smallpox (cacar). Common cold
(selesma). Streptococcal tonsillitis. Diphtheria.
Whooping cough (batuk rejan, Pertusis). Meningitis.
47
Cara penyakit infeksi menyebar (Lanjutan-1)
(2) Transmisi melalui kontak kulit/hubungan seksual
Contoh, di antaranya:
Scabies
Leprosy
Veneral diseases: Syphilis (Lues), GO.
(3) Transmisi melalui rute Fecal  Oral
Agen infeksi ada di feces, muntah  masuk ke
orang melalui: - direk atau
- inderek lewat makanan, minuman dan lalat
 EPIDEMI akibat sanitasi yang kurang baik/jelek.
Contoh, di antaranya:
Cholera. Dysentry. Amoebic dysentry.
Poliomyelitis.
Keracunan makanan (yang tercemar kuman).
48
Cara penyakit infeksi menyebar (Lanjutan-2)
2.
Penyebaran INDIREK
Pada ini penularan tidak langsung oleh si sakit,
melainkan:
(A)
Melalui perantara: Hewan. Insekta.
(B)
Parasit bertelur di tubuh si sakit  telur ke
luar lewat feces/muntah si sakit  infektif 
ke orang lain.
(1) Transmisi oleh parasit: Ascariasis (oral)
Ankylostomiasis (kulit)
(2) Transmisi oleh insekta:
Malaria (nyamuk).
Demam typhus (tifus) (kutu)
Yellow fever (nyamuk)
Bubonic plague (Lalat)
Dengue Hemorrhagin Fever (nyamuk) 49
Cara penyakit infeksi menyebar (Lanjutan-3)
(3).
Transmisi melalui hewan dengan stadium
tertentu di hewan lain.
Contoh:- Cacing pita (daging sapi, babi yang
tidak dimasak)
- Keong air,
- Cyclop (cacing)
50
TRANSMISI PENYAKIT DIARE lewat cara FECAL
ORAL
MANUSIA
Fecal/Vomit
Causa:
- Virus, bakteri
- Makanan tercemar
- Obat-obat
- Gizi jelek
- Hygiene rendah
- Sanitasi jelek
Flies, Filth,
Finger
(lalat) (sampah) (jari kotor)
Food &
Water
(Makanan) (Sanitasilingkungan)
MANUSIA
51
CARA BAKTERI & VIRUS MENIMBULKAN SAKIT
• BAKTERI
Sesuai bentuk tubuhnya dibagi menjadi:
1. Koki (Cocci) bentuk bulat-lonjong (spheris)
Contoh: pneumonia, tonsillitis, endocarditis bakterial,
meningitis, toxic shock syndrome, dan
berbagai infeksi kulit.
2. Baksili (Bacilli) bentuk batang (rod-shape)
Contoh: leprosy, TB, dysentery (typhoid, shigellosis,
campylobacter, samonellosis, batuk rejan
(whooping cough), tetanus, diphtheria,
legionaires disease, botulism).
3. Spiral (Spirilla) bentuk kumparan (spiral-shaped) ini
ukuran yang terkecil.
Contoh: syphilis, yaws, leptospirosis, Lyme disease.52
GERAK DAN REPRODUKSI
Bakteri yang berkolonisasi di tubuh manusia gemar
hidup di suasana hangat dan lembab.
Terbagi 2 (dua) grup:
Aerobic (>> di permukaan, kulit dan alat
pernapasan) dan
An-aerobic (> di jaringan dalam, colon, luka).
Umumnya dalam bentuk statis, bergerak karena
aliran udara atau cairan tubuh.
Grup salmonella memiliki flagela maka sangat motile.
53
GERAK DAN REPRODUKSI (Lanjutan)
Memperbanyak diri dengan cara membelah jadi 2,
bila suhu sesuai, dan nutrisi cukup bagi semua sel,
pembelahan terjadi setiap 20 menit (laju reproduksi
yang sangat cepat) (setelah 6 jam, satu bakteri bisa
mencapai ¼ juta, walau ini jarang terjadi akibat
hadirnya daya imunitas tubuh sebagai penghalang.
Sebagian bakteri (clostridia) bisa membentuk spora
(keturunan bakteri terkait) sehingga tahan lama di
lingkungan yang kurang menyenangkan baginya,
panas, kering dan kurang nutrisi)
54
CARA BAKTERI MASUK TUBUH
Paru: melalui droplets yang keluar bersama sputum
tersebar lewat udara, batuk dan bersin dari orang yang
sedang sakit (Contoh: TB. Diphtheria, dan Pertusis).
Saluran pencernaan: melalui tangan dan makanan
yang tercemar, atau melalui latat.
Sistem genito-urinaria: termasuk yang lewat kontak
seksual
Kulit: menembus melalui luka, abrasi
(Contoh: erisepelas), folikel rambut (contoh:
carbuncle), luka dalam (contoh: tetanus)
55
CARA BAKTERI MASUK TUBUH (Lanjutan-1)
• CARA BAKTERI MENIMBULKAN SAKIT
Bakteri menghasilkan racun (toksin-toxin) yang
membahayakan sel inang.
Apabila kadar cukup dan tubuh tidak kebal  sakit
timbul.
Toksin ada yang jenis:
endotoksin ( demam, hemorrhage dan shock),
ada yang
eksotoksin ( diphtheria, tetanus dan toxic shock
syndrome).
56
RESISTENSI TUBUH
Bakteri yang dapat menembus lini pertama pertahanan
tubuh  akan diserang/fagositosis kelompok sel darah
putih neutrophil dan dinetralisir antibodi produk
kelompok B-limfosit.
Post infeksi antibodi tetap ada, dan dapat bertahan
lama, sehingga bisa menahan serangan antigen
sejenis berikutnya (variola, rubella, typhoid, scarlet fever)
atau bisa juga serangan hanya menimbulkan gejala
ringan.
57
Bakteri (Lanjutan-2)
• TERAPI
Imunitas tubuh yang memadai biasanya cukup bagi
tubuh untuk bisa menyembuhkan sendiri infeksinya.
Pada beberapa kasus memang harus dibantu dengan
terapi medis, yakni: antibiotica atau antimikroba melalui
oral atau parenteral (suntikan).
Contoh:
Penisilin bisa membunuh bakteri.
Tetrasiklin bisa menahan multiplikasi bakteri
sehingga memberi kesempatan sistem imun
tubuh mempersiapkan diri untuk memerangi
kumannya.
58
Bakteri (Lanjutan-3)
Pada kasus tertentu, di antaranya:
diphtheria,
tetanus,
botulism dan
gas gangrene
harus diatasi dengan suntikan antiserum
(= pasif imunisasi)
Luka superfisial (di permukaan kulit) dapat
diatasi dengan larutan antiseptik.
59
PENCEGAHAN (Prevention)
Imunisasi aktif berhasil mencegah infeksi:
diphtheria, typhoid, pertusis, tetanus) (ini yang
diberikan pada bayi).
Pasien yang sedang terinfeksi harus menjaga penularan:
jangan pergi di tempat yang padat (mencegah penularan
droplets), pakai sapu tangan penutup hidung/mulut bila
batuk atau bersin.
Penjaja makanan harus memperhatikan kesehatan dan
hygiene dirinya agar tidak menularkan ke orang lain.
Setiap luka terbuka hendaknya dicucihamakan dengan
antiseptik dan ditutup dengan kasa steril (kering).
60
CONTOH BEBERAPA PENYAKIT INFEKSI
• TUBERCULOSIS
Penyebab: Mycobacterium tuberculosis
Transmisi: melalui airborn-droplets (Batuk, bersin)
dan susu sapi  masuk ke paru dan menetap
dan memperbanyak diri membentuk focus
infeksi.
Pada individu yang sistem imunnya baik bisa
mengatasi infeksi dan sembuh dengan jaringan
parut (fibrosis) pada paru.
61
TB (Lanjutan-1)
Pada 5% kasus infeksi primer tidak menyembuh 
menyebar melalui aliran limfe  limfadenitis TB (> leher)
ada yang masuk aliran darah  menyebar ke usus,
tulang dan organ lain ke seluruh tubuh = miliary TB,
ini bisa fatal.
Pada sebagian kasus bakteri menyebar di jaringan paru,
jaringan lain dan baru setelah beberapa tahun kemudian
kuman menjadi aktif kembali, bisa sampai mengakibatkan terjadinya cavietas (lubang) di paru.
62
TB (Lanjutan-2)
Pada pertengahan abad 19, di Europa TB menduduki
laju ¼ dari total kematian, dan dapat diatasi dengan
baik, namun sampai saat ini TB masih menjadi masalah
kesehatan di negara berkembang.
Di USA ditemukan 10 kasus baru/100.000
populasi/tahun (>20.000 kasus baru/tahun).
TB banyak menyerang kasus imunodefisiensi, DM,
alkoholis dan yang kontak dengan pasien TB (aktif).
Ada sekitar 30 juta kasus infektif di dunia dengan laju
kematian 3 juta/tahun.
63
TB (Lanjutan-3)
TB merupakan penyakit infeksi sebab kematian yang
masih tinggi di Indonesia. Resistensi rendah terhadapnya terjadi pada malnutrisi dan penyakit-2 lain.
Sifat kuman: bentuk batang (baksil), tahan asam, tidak
berkapsul, t.d. protein, lilin, lemak dan polysacharida,
tidak tahan terhadap sinar matahari, tahan terhadap
pengeringan, mati pada Proses Pasteurilisasi
60 derajat C/30 menit, mendidih selama 2 menit.
Tansmisi:
Manusia
Droplets
Droplets
Manusia
Pintu masuk droplets: saluran napas, mulut atau direk
inokulasi.
Inkubasi: beberapa minggu sampai beberapa tahun.
64
TB (Lanjutan-5)
Simtoma:
Berat badan turun,
batuk kronik,
sesak napas,
sakit dada.
demam, suhu naik > sore/malam.
malnutrisi (anak).
Diagnosis: Ro foto, Tuberkulin test. Kultur kuman.
Direk mikroskopik dan Pemeriksaan jaringan
histologik (bronkoskopik-biopsi).
65
TB (lanjutan-6)
Komplikasi: di paru  Pleural efusi. Pneumotorak.
di otak  meningitis TB
di sendi  arthritis, spondilitis TB
di kulit  skrofuloderma
di kelenjar limfe  limfadenitis TB , dst.
Pencegahan: sanitasi yang baik. Vaksinasi (BCG). Obat
anti TB (untuk kontak person).
Tracing (menemukan carrier)
Faktor-2 yang mempengaruhi:
1. usia, sek
2. hygiene rendah
3. daya tahan tubuh rendah
4. tidak diturunkan.
66
TB (Lanjutan-7)
• Patogenesis:
Infeksi bergantung pada virulensi/jumlah kuman,
daya tahan/imunitas, pada yang kebal aktif bisa
lambat, reaksi hipersensitivitas timbul pada minggu
ke 4-6 bulan (bulan ke 2) setelah invasi.
• Patologi:
Infiltrat inflamasi  eksudasi
caseasi mencair cavernae jaringan nekrosis,
menyebarke: Bronkus, ureter, salphinx dan lain-2 .
Penyebaran bisa langsung, bisa melalui darah
(hematogin) atau limfe (limfogen)
Akibat eksudasi berhenti  resolusi (perbaikan)
fibrosis = sembuh
caseasi terbungkus kapsul (terlihat sebagai
lobang di paru, melalui foto Ro paru)
67
TB (Lanjutan-8)
Tuberculosis Paru
(TB Pulmonum) (Koch Pulmonum)
-
-
Manifestasi TB yang terbanyak.
Infeksi menyerang jaringan parenchym paru,
bronkus, pleura, nodi limfatik dari site
bronkopulmonair.
Karena TB adalah infeksi menular, maka perlu:
diagnosis dini (keluhan sering tidak mendapat
perhatian)
maka perlu KIE yang lebih ekstensif dan
intensif.
68
TB (Lanjutan-9)
Hal yang perlu diperhatikan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Cari kontak person
Tuberkulin test - Mantoux test (1-3 hari)
- Heave gun (1-6 hari) Jarum
(1-7 hari)
Sputum test.
Ro toraks/tulang.
Biopsi kelenjar (Histologik).
Darah: LED (laju endap darah), spektrum leukosit
(Leukositosis batang naik pada kasus berat,
monisitosis pada fase granuloma terbentuk)
69
TB (KP) (Lanjutan-10)
Keluhan Koch Pulmonum:
-
Batuk kronik (berminggu-minggu, berbulan-bulan)
Sputum kekuningan, berdarah
(heamaptoe/hemaptysis).
Nafsu makan jelek, BB (berat badan) turun.
Kadang tanpa gejala  carrier.
Erithema nodusum pada kulit.
Demam, sakit dada.
Sputum: BTA +  > menular
Bila di keluarga ada yang BTA + 
anggota keluarga lain harus diperiksa teliti.
70
TB (KP) (Lanjutan-11)
Bentuk Khusus Infeksi TB:
1.
2.
TB abdomen (peritonitis, limfadenitis TB)
TB sumsum tulang, > spondilitis TB.
Infeksi menyerang tulang vertebrae  nyeri tekan,
nyeri pukul (ketuk) pada tulang yang sakit 
deformitas  paralisis tungkai.
Fisio-terapi
71
Bentuk Khusus Infeksi TB
3.
4.
TB meningitis, > pada kanak-2  lumbar punksi
untuk pemeriksaan cairan lumbal.
Ada gejala kaku kuduk  kesadaran bisa menurun.
TB kulit/kelenjar limfe.
PROGNOSA TB:
1. Bergantung pada proses kerusakan
2. Bergantung pada imunitas tubuh
3. Yang tidak parah  mudah diatasi dengan obat.
4. Kegagalan paru  memburuk (> hemaptoe) 
destroyed lung TB.  breathing exercises
5. Pemberian obat teratur  dapat memberi prognosa
baik.
72
Terapi TB Paru
- Cavietas dapat mengandung 10-100 juta baksil TB.
1 promil baksil dapat resisten terhadap obat anti-TB.
- Dengan kombinasi obat-obat anti-TB memungkinkan
resistensi menurun dengan tajam.
- Terapi intensif pada 3 bulan pertama:
Yang umum: INH + ethambutol + streptomisin atau
rimfampisin.
Kemudian 1s/d 1.5 tahun INH + ethambutol
- Problem timbul: biaya tinggi.
- Operasi: lobektomi (jarang)
Efek samping obat:
- Streptomisin: pendengaran dan fungsi ginjal menurun.
- INH  hati terganggu, dan kesemutan.
- Lain-lain: mengakibatkan gangguan pada mata.
73
LEPROSY (MORBUS HANSEN) (LEPRA)
• Penyakit infeksi kronik oleh kuman Mycobacterium
Leprae. Penularan melalui droplets mukus nasal.
• Pasien infeksius hanya pada stadium pertama penyakit
ini. Hanya orang yang kontak dekat dengan pasien
terkait berisiko tertular.
• Ini terbukti hanya 3% populasi yang susceptible (rentan)
terhadap lepra, maka tidak perlu isolasi.
• Penyakit ini merusak saraf (>tungkai dan muka) dan
menimbulkan kerusakan kulit.
• Yang tidak diterapi dapat timbul komplikasi berat 
kebutaan dan disfigurement (cacat tubuh), walau
tidak terlalu menular.
74
Leprosy (Lanjutan-1)
Insidens: Terbanyak di:
Asia,
Amerika tengah,
Afrika (kira-kira ada 2 juta),
20% bisa akses untuk terapi.
Simtoma dan tanda-tanda:
• Waktu inkubasi lama (3-5 tahun)
• Sebagian besar kerusakan pada saraf adalah akibat
reaksi imunitas tubuh pasien setelah bakteri mati,
bukan oleh pertumbuhan bakteri.
75
Lepra (Lanjutan-2)
• Ada 2 tipe utama:
(1) lepromatous leprosy dengan kerusakan luas,
progresif dan berat.
(2) tuberculoid leprosy yang lebih ringan.
• Tanda pertama ada gangguan pada saraf tepi 
perubahan di kulit  menjadi lebih putih atau merah
kehitaman disertai kurang/hilangnya sensasi (macula
anestesia) dan kurangnya keringat.
• Penyakit yang berlanjut menimbulkan pembengkakan
pada saraf tepi dan rasa sakit.
Tangan, kaki dan muka menjadi baal serta otot paralisis.
76
Lepra (Lanjutan-3)
• Komplikasi termasuk: kehilangan sensasi tangan dan
kaki, sehingga mudah terkena luka bakar atau cedera
(tidak merasa)  menimbulkan jaringan parut yang
berat  deformitas (kehilangan jari dll) akibat paralisis
otot.
• Kerusakan pada saraf muka  mata tidak bisa menutup
 kornea kering  ulcerasi  kebutaan.
• Sebaliknya bila bakteri invasi langsung ke mata akan
menimbulkan inflamasi bola mata  juga kebutaan.
• Komplikasi ini sangat berat bagi pasien.
• Tulang rawan dan tulang hidung bisa terkena  erosi,
juga tulang di bagian lain tubuh.
• Testes bisa atropi  steril.
77
Lepra (Lanjutan-4)
Diagnosis dan Terapi:
• Diagnose dini sangat perlu agar tidak terjadi cacat tubuh.
• Bakteri ditemukan melalui biopsi kulit.
Terapi
• Obat dapsone (dapat membunuh kuman dalam
beberapa hari)
• Kerusakan/cacat tubuh adalah ireversibel.
• Pasien tidak infektif setelah terapi dimulai.
Untuk mencegah kumat kembali, maka obat diminum
selama 2 tahun setelah gejala terakhir nampak.
• Prevensi kerusakan kaki dengan menggunakan alas kaki
yang sesuai dan KIE yang intensif.
78
Lepra (Lanjutan-5)
• Operasi plastik bisa dilakukan untuk muka.
• Transplantasi tendo bisa meningkatkan kemampuan
tungkai.
Umumnya pemerintah menyediakan terapi bagi
penderita lepra.
Outlook:
• Sudah banyak yang resisten terhadap dapsone 
bisa diganti dengan rifampisin dan clofazimine (lebih
mahal).
• Tanpa adanya vaksin, maka perang terhadap lepra
harus mulai dihadapi.
79
DIPHTHERIA
• Penyebab: Corynobacterium Diphtheriae
(bentuk seperti halter)
• Transmisi: (1) direk dan
(2) indirek
• Inkubasi: 1-4 hari (> pada`kanak-2)
• Menyerang selaput lendir mulut, tonsil, nasofaring dan
laring (Nampak selaput putih kotor bila disentuh 
perdarahan) Dapat menimbulkan komplikasi ke:
- jantung,
- saraf,
- hati dan
- ginjal/adrenal
80
Diptheria (Lanjutan)
• Diagnosis: Ditegakkan melalui swap faring
 diperiksa di laboratorium kuman.
(Laboratorium Mikrobiologi)
• Terapi: -
antibiotika (PP dan erythromycin)
antitoksin, dan
isolasi.
• Preventif: imunisasi
- aktif dan
- pasif (Pada kanak-2)
81
HAEMOPHILLUS INFLUENZA
• Penyebab: Bacil influenza (bakteri)
(bisa menjadi pyogenic)
Menduduki peringkat ke-2 setelah viral flu.
• Gangguan berbentuk: - pneumonia,
- meningitis,
- obstructive laryngitis,
- pyarthrosis
• Pada kanak-2: Infeksi ganas  Nasofaringitis 
komplikasi pada: - telinga,
- paranasal sinus,
- laring dan
- paru.
82
PERTUSIS
Batuk Rejan (= Batuk Seratus Hari)
Penyebab: Haemophillus Pertusis
Transmisi melalui droplets/ saluran napas.
Inkubasi: 7-14 hari
Komplikasi: emphysema,
bronchiectasis,
pneumothora,
pneumonia dan
gangguan saraf pusat.
Prevensi: imunisasi.
83
BACTERIAL MENINGITIS
• Penyebab: 1. Beberapa jenis bakteri
2. Penyebaran infeksi tubuh bagian lain 
ke meningen otak.
3. Akibat TB
• Tansmisi: Kuman dari luar, bagian tubuh yang sakit,
carrier  tractus respiratorius  ke meningen otak.
• Terapi:
rawat inap R.S.
lumbar punktur (untuk diagnostik dan terapi)
antibiotika
• Prevensi: - CEGAH EPIDEMI.
- CEGAH TB.
84
INFLUENZA = FLU
• Ini adalah infeksi viral pada saluran pernapasan.
Gejala: - demam, sakit kepala, sakit otot-2 dan rasa
lemah.
• Transmisi melalui droplets (Batuk atau bersin) dari
udara. Umumnya timbul sebagai KLB epidemik setiap
beberapa tahun sekali.
Penyebab: Ada 3 tipe utama: virus A, B dan C
• Seorang yang terkena infeksi salah satu virus terkait
hanya kebal terhadap virus tersebut, tidak kebal
terhadap virus tipe lain. Post infeksi virus C akan kebal
seumur hidup. Virus A dan B sering menumbuhkan
strain baru yang dapat mengela imunitas tubuh inang
yang pernah terinfeksi olehnya  maka dapat timbul
infeksi baru. Virus B lebih stabil namun kadang
menembus resistensi  tumbuh strain baru  KLB.
85
Influenza (Lanjutan-1)
• Virus tipe A: sangat tidak stabil, strain baru terus
bermunculan.
Strain ini yang biasanya menimbulkan pandemi.
Contoh: - Spanish flu (tahun 1918)
- Asian flu (tahun 1957)
- Hongkong flu (tahun 1968) dll.
Simtoma:
• Yang klasik: demam menggigil, sakit kepala, sakit otot-2,
hilang nafsu makan, rasa lelah.
Virus tipe C < B < A
• Umum bisa timbul infeksi bakteri sekunder, >> pada
manula, pada pasien penyakit paru, jantung  bisa fatal:
bronchitis, bronchiolitis, penumonia.
86
Prevensi Influenza
• Anti flu-vaccines: A dan B  hanya berhasil 60-70%
Short lived immunity
Maka harus diulang-ulang setiap tahun (sebelum musim
wabah terjadi). Vaksinasi direkomendasi untuk lansia,
penderita gangguan paru dan jantung.
TERAPI:
• Bed-rest, warm-ventilated room.
• Analgetics, warm fluid, inhaling steam.
• Pada lansia, penderita paru dan jantung  dirawat
dokter.
• Antibiotika perlu untuk mengatasi infeksi sekunder.
87
Influenza (Lanjutan-2)
• Bila demam turun  bangun dari TT 
perlu istirahat  bertahap memulai aktivitas normal.
• Gejala umum (pada dewasa > kanak-2) diikuti batuk
(sakit dada), sakit tenggorokan, hidung meler.
• Setelah 2 hari demam dan gejala lain mulai menghilang.
• Setelah 5 hari semua gejala umumnya hilang.
• Gejala saluran napas tetap ada , yang bersangkutan
akan rasa lemah dan kadang-2 depresi.
• Penyakit umumnya hilang setelah 7 – 10 hari.
88
Influenza (Lanjutan-3)
• Pada kasus tertentu (jarang), bisa menjadi berat, timbul
pneumonia akut yang bisa saja fatal dalam satu atau
dua hari, walaupun kesehatan orang dewasa terkait baik
(Spanish Flu)
• Tipe B pada kanak-2 terkadang mirip apendiksitis
(Reye’s sindrom, = kombinasi antara gangguan ota
dan invasi lemak organ dalam post infeksi virus 
skin rash, muntah-2, confusion, 1 minggu dari sakitnya
timbul  stadium lanjut bisa koma, kejang, apneu)
• Pada bayi, tipe A bisa menimbulkjan demam dengan
kejang-2.
89
COMMUNICABLE DISEASE
• Istilah untuk penyakit yang bisa dibawa oleh
orang/hewan dan dipindahkan/ditularkan ke hewan atau
manusia lain dengan cara langsung atau tidak langsung.
• Kontak direk: tangan terkena cairan yang keluar dari
tubuh (ludah) si sakit
• Kontak indirek: melalui benda lain: gelas, alat main, air,
insekta.
• Pengontrolan harus mengidentifikasi:
organismenya, dan cara penularannya
si sakit diterapi, orang lain dilindungi dari kontak
• Banyak penyakit menular diatur undang-undang untuk
dilaporkan.
• Penyakit kelompok ini disebut: Penyakit menular
(Contagious disease)
90
Download