MODUL PERKULIAHAN TEORI KOMUNIKASI Teori-Teori KAP; Impression Management, Attribution Theory, & Rethociral Sensitivity Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Advertising &MarketingCommunications Tatap Muka 05 Kode MK Disusun Oleh 85004 Sugihantoro, S.Sos, M.Ikom Abstract Kompetensi Modul ini membahas mengenai teori- Setelah mempelajari modul ini teori dalam komunikasi antar pribadi. diharapkan mahasiswa dapat memiliki pemahaman teori-teori dalam komunikasi antar pribadi. Teori Komunikasi Antar Pribadi Berdasarkan uraian yang disampaikan Rohim (2009:69), pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk peristiwa komunikasi dalam masyarakat. Menurut Schramm (1974) di antara manusia yang saling bergaul, ada yang saling membagi informasi, namun ada pula yang membagi gagasan dan sikap. Begitu pula menurut Merril dan Lownstein (1971), bahwa dalam lingkungan pergaulan antar manusia selalu terjadi penyesuaian pikiran, penciptaan simbol yang mengandung pengertian bersama. Theodorson (1969) selanjutnya mengemukakan pula bahwa komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau sekelompok orang dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang atau sekelompok lain. Proses pengalihan informasi tersebut selalu mengandung pengaruh tertentu. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita pahami tetapi hubungan di antara komunikasi menjadi rusak. Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita tidak saja sekunder menyampaikan isi pesan tetapi kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal, bukan saja menentukan ‘content’ tetap juga ‘relasionship.’ Adapun bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi dapat dibedakan atas dua bagian : 1) Komunikasi diadik (dyadic communication) Yaitu komunikasi yang berlangsung antar dua orang. Orang pertama adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi adalah komunikan yang menerima pesan tersebut. Dalam komunikasi ini komunikator selalu memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan seorang tersebut, sehingga ketika dialog terjadi antara keduanya selalu berlangsung serius dan intensif. 2) Komunikasi triadic (triadic communication) Bentuk komunikasi triadic adalah komunikasi antar pribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Jika misalnya A yang menjadi komunikator, maka ia pertama-tama akan menyampaikan komunikasi kepada B, kemudian kalau dijawab atau ditanggapi akan beralih kepada komunikan C secara berdialogis. Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadic, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga seorang komunikator 2016 2 Teori Komunikasi Sugihantoro, S.Sos, M.IKom dapat menguasai frame Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id of reference komunikan sepenuhnya. Selain itu umpan balik yang berlangsung juga terjadi, hal ini disebabkan karekan proses komunikasi yang berlangsung efektif seperti yang telah dijelaskan di atas. Berdasarkan penjelasan Devito, terdapat tiga pendekatan umum dalam komunikasi antar pribadi 1) Komunikasi antar pribadi didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan oleh seseorang dan menerima pesan dari orang lain atau sekelompok kecil orang yang efek langsung. 2) Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi antar dua orang yang memang telah ada hubungan antar keduanya. 3) Komunikasi antar pribadi merupakan bentuk perkembangan atau peningkatan dari komunikasi antar pribadi di satu sisi menjadi komunikasi pribadi. 1.1. Attribution Theory (Teori Atribusi) Berdasarkan uraian Littlejohn & Foss (2009:101), teori atribusi bermula dengan gagasan bahwa setiap individu mencoba untuk memahami perilaku mereka sendiri dan orang lain dengan mengamati bagaimana sesungguhnya setiap individu berperilaku. Sebagai pelaku komunikasi, kita harus berpikir logis kenapa kita berperilaku demikian, dan kadang-kadang kita ingin agar dapat menjelaskan kenapa orang lain juga berperilaku seperti itu. Teori atribusi kemudian berhubungan dengan cara kita menyimpulkan hal yang menyebabkan perilaku tersebut – perilaku kita dan perilaku orang lain. Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori atribusi menjelaskan mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal misalnya sifat, karakter, sikap, dll ataupun eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku individu. Teori atribusi menjelaskan tentang pemahaman akan reaksi seseorang terhadap peristiwa di sekitar mereka, dengan mengetahui alasan-alasan mereka atas kejadian yang dialami. Teori atribusi dijelaskan bahwa terdapat perilaku yang berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa hanya melihat perilakunya akan dapat diketahui sikap atau karakteristik orang tersebut serta dapat juga memprediksi perilaku seseorang dalam menghadapi situasi tertentu. Menurut Dayakisnis (2006:52), atribusi merupakan proses yang dilakukan untuk mencari sebuah jawaban atau pertanyaan mengapa atau apa sebabnya atas suatu perilaku orang lain ataupun diri sendiri. Proses atribusi ini sangat berguna untuk membantu 2016 3 Teori Komunikasi Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pemahaman kita akan penyebab perilaku dan merupakan mediator penting bagi reaksi kita terhadap dunia sosial. Penemu teori atribusi, Fritz Heider, menyebutkan beberapa atribusi kausal yang biasa dibuat setiap orang. Semua ini mencakup penyebab situasional (dipengaruhi oleh lingkungan), pengaruh pribadi (mempengaruhi secara pribadi), kemampuan (dapat melakukan sesuatu), usaha (mencoba melakukan sesuatu), hasrat (keinginan untuk melakukannya), perasaan (merasa menyukainya), keterlibatan (setuju dengan sesuatu), kewajiban (merasa harus), dan perizinan (telah diizinkan). Berapa kali Anda mengatakan sesuatu kepada orang lain dan kemudian bertanya pada diri Anda sendiri, “kenapa saya melakukan itu?” Jawaban Anda mungkin terdengar seperti ini: “Saya tidak dapat menahannya; saya harus mengatakannya,” atau “saya ingin melakukannya ,” “saya merasa menyukainya,” “saya ingin masuk ke dalamnya,” atau “saya berkewajiban untuk melakukannya.” Selanjutnya Littlejohn & Foss (2009:102) menyatakan terlepas dari bagaimana Anda mungkin menjelaskan apa yang Anda katana, mustahil bahwa Anda dapat menemukan satu per satu hubungan antara pernyataan Anda dan penjelasa Anda mengenai hal tersebut. Dengan kata lain mungkin Anda akan menjelaskan alasan Anda mengatakan sesuatu dengan berbagai cara. Sejumlah perilaku mungkin dirasakan seperti sesuatu yang muncul dari satu penyebab saja atau sebaliknya, suatu perilaku mungkin muncul dari beberapa penyebab. Ketika Anda berkomunikasi, Anda sering kali harus mengatasi ambiguitas tersebut dan teori atribusi membantu Anda memahami bagaimana Anda melakukan hal seperti itu. Sebagai contoh katakanlah Anda seorang pengawas pada sebuah perusahaan kecil. Anda melihat bahwa salah satu pegawai Anda tiba-tiba kelihatan rajin dan Anda ingin mengetahui apa yang menajdi penyebabnya. Anda mungkin berpikir bahwa pekerjaannya sedang menumpuk, yang akan mempengaruhi perilaku terhadap lingkungan. Atau Anda mungkin berpikir bahwa pegawa Anda sedang berusaha mendapatkan kenaikan gaji. Atau mungkin saja ia sedang mencari muka di hadapan Anda supaya bisa mendapatkan jabatan manajerial suatu hari nanti. Atau mungkin ia bosa dan ingin menyibukkan diri. Secara alami, mungkin Anda akan menggunakan konteks ini untuk membantu Anda menentukan penyebab dari perilaku pegawa Anda. Anda akan mengamatinya pada saat ia bekerja untuk melihat apa yang dapat Anda pelajari tentang perilaku rajinnya yang tiba-tiba. Persepsi Anda pada situasi ini lebih banyak dipengaruhi oelh faktor dalam perilaku psikologis Anda sendiri. Anda selalu mengartikan apa yang Anda amati dan arti ini sangat penting terhadap apa yang Anda “lihat.” Pemahaman membantu Anda untuk mempersatukan persepsi Anda dan menyusun pengamatan Anda menjadi pola-pola yang membantu Anda memahami dunia. Keterbutuhan Anda terhadap konsistensi, membuat 2016 4 Teori Komunikasi Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Anda mendefinisikan segala hal dengan cara yang membantu Anda memahami mereka sebagai sebuah hubungan. Sebagai contoh, jika Anda membayangkan memiliki sebuah perusahaan besar, maka Anda mungkin akan memiliki kecenderungan untuk menghubungkan kerja keras pegawai Anda dengan kesetiaan. Cara Anda memutuskan untuk memahami perilaku pegawa Anda mungkin berbeda dengan cara orang lain pada perusahaan seperti itu. Lebih lanjut Littlejohn & Foss (2009:103), Heider menyebut bentuk persepsi individu dengan perceptual styles. Ia menyadari bahwa setiap situasi apapun memunculkan berbagai interpretasi yang masing-masingnya kelihatan nyata bagi orang tersebut, bergantung pada gaya hubungan orang tersebut. Sebagai contoh mungkin Anda sangat optimis dan cenderung menghubungkan perilaku dengan niat yang baik. Jika kasusnya seperti ini, maka Anda mungkin merasa bahwa perilaku pegawai Anda berasal dari keinginannya untuk peningkatan diri. Ketika kita yakin bahwa seseorang melakukan sesuatu dengan maksud tertentu, maka dimensi hubungan mengambil peranannya. Jika Anda berpikir bahwa seseorang melakukan sesuatu dengan maksud tertentu, maka Anda akan mengetahuai dua dasar hubungan; kemampuan dan motivasi. Misalnya, umpamakan seorang rekan Anda tidak dapat menghadiri rapat. Anda akan menebak bahwa (1) ia tidak dapat hadir dengan beberapa alasan: atau (2) ia tidak berusaha menghadiri rapat. Jika Anda berkesimpulan dengan hubungan yang pertama – bahwa ia tidak dapat hadir – hadir Anda pasti berpikir bahwa ada sesuatu yang salah - ia sakit, mengalami kecelakaan, ban mobilnya kempes, atau ada kejadian lain yang mencegahnya untuk menghadiri rapat. Jika Anda memilih asumsi yang kedua – bahwa ia tidak berusaha untuk hadir – Anda akan berpikir jika ia memang tidak mau hadir untuk rapat (sebuah atribusi niat). Kemudian, dalam persepsi Anda akan disimpulkan hal yang menyebabkan perilaku teman Anda menurut keseluruhan pengalaman, pengartian, dan gaya persepsi Anda dalam kaitannya dengan faktor situasi. Atribusi lain yang menarik terjadi ketika Anda berpikir bahwa Anda “harus” melakukan sesuatu. Sebuah kewajiban dipandang bukan sebagai sebuahn tuntutan obyektif dan adil. Hal ini dapat memiliki pemahaman kebenaran yang luar biasa karena semua orang akan setuju. Sebagai contoh, mungkin Anda berkata, “saya harus pergi ke dokter gigi,” atau “saya harus pergi ke tempat olahraga lebih sering.” Akan tetapi, “harus” tidak mesti sesuai dengan nilai-nilai. Mungkin Anda takut untuk pergi ke dokter gigi walaupun Anda pikir itu harus. Karena orang ingin konsisten, mereka akan menyeimbangkan kewajiban dan nilainilai mereka, sehingga apa yang ingin mereka lakukan sesuai dengan apa yang mereka pikir seharusnya mereka lakukan. Teori Heider, walaupun berpengaruh seperti teori atribusi yang asli, bukanlah satusatunya teori dalam perkembangan teori atribusi; teori ini telah diperluas dalam berbagai 2016 5 Teori Komunikasi Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id cara. Dalam bidang komunikasi, Brant Burleson telah melakukan penelitian mengenai bagaiman atribusi dimainkan dalam kehidupan yang sebenarnya. Dalam usaha memahami bagaiman atribusi bekerja dalam praktik sehari-hari. Burleson merekam berbagai percakapan, termasuk sebuah percakapan antara dua asisten pengajar. Pada percakapan ini, salah seorang pengajar, Don, mengeluh pada temannya, Bob, bahwa salah satu muridnya telah gagal ujian sebanyak tiga kali. Don sangat prihatin dan menelusuri alasan kegagalan siswa tersebut. Don dan Bob pertama-tama mendiskusikan kemungkinan bahwa tesnya terlalu sulit, tetapi Don berkata bahwa tes tersebut sama dengan tes yang telah diberikan pada semester sebelumnya dan tidak ada seorangpun yang gagal. Dengan demikian, mereka dapat mengatur tingkat kesulitan ujian sebagai satu penyebab. Kemudian mereka menyimpulkan bahwa kegagalan tersebut pasti berhubungan dengan siswa itu sendiri. Entah ia tidak mampu atau tidak pernah berusaha. Karena ia telah melengkapi tugas-tugasnya dan mengambil tes sebanyak tiga kali, ia nampaknya telah berusaha, sehingga mereka menyimpulkan bahwa ia hanya tidak mampu melalui ujian tersebut. Pada contoh ini, sepertinya Bob dan Don sangat logis dan sistematik dalam mencoba untuk menentukan masalah siswa tersebut, tetapi salah satu penemuan penelitian yang paling umum adalah bahwa manusia sering kali memiliki atribusi yang tidak logis dan samar. Daripada mempertimbangkan semua faktor, manusia cenderung membuat penilaian yang cepat bagi mereka sendiri dan orang lain berdasarkan petunjuk yang ada dan faktor emosi. Penelitian juga menunjukkan bahwa penilaian sebelumnya sulit untuk dicabut, tidak peduli bagaimana mendesak bukti-bukti yang ada. Dengan demikian sekali Anda membuat sebuah atribusi, Anda cenderung untuk berpegang teguh pada hal tersebut. Akan tetapi, ada sebuah asumsi yang kuat dalam teori atribusi bahwa semua orang adalah logis dan sistematik. Bagaimana kita menengahi penemuan penelitianini? Beberapa peneliti telah mengadopsi situasi di mana semua orang dapat mengolah informasi baik dengan cara yang logis maupun tidak logis, bergantung pada keadaan seperti halnya motivasi. Jika motivasi untuk mempromosikan diri tinggi, seperti ketika kita ingin menyelematkan muta dari rasa malu, maka mungkin saja ada sebuah kecenderungan menjadi samar dalam hal pelayanan diri, hubungan situasional. Jika Anda terlambat untuk berkencan, sebagai contohnya, maka Anda mungkin membuat sebuah permintaan maaf. Sebaliknya, ketika seseorang terdorong untuk mengendalikan situasi, mungkin ada kesamaran pada atribusi tanggung jawab pribadi. Jadi, jika atasan Anda memberikan pujian tentang pekerjaan Anda, mungkin Anda mengira bahwa secara pribadi Anda telah melakukan tanggung jawab dengan baik. Contoh ini menggambarkan salah satu penemuan yang kuat dalam penelitian atribusi; the fundamental attribution error. Hal ini merupakan kecenderungan untuk menghubungkan penyebab dari kejadian menjadi sangat pribadi. Hal ini adalah sebuah 2016 6 Teori Komunikasi Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perasaan di mana semua orang secara pribadi bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi pada mereka. Secara umum, kelihatannya kita tidak sensitif dengan banyaknya faktor keadaan yang menyebabkan kejadian saat mengingat perilaku orang lain, tetapi kita sensitif pada keadaan saat mengingat perilaku kita sendiri. Dengan kata lain kita cenderung menyalahkan orang lain untuk apa yang terjadi pada mereka tetapi menyalahkan situasi – segala hal yang di luar kendali kita – atas apa yang terjadi pada kita. Jika teman sekamar Anda gagal dalam ujian, maka Anda cenderung mengatakan bahwa ia tidak belajar dengan cukup keras, tetapi jika Anda gagal ujian, maka Anda akan berkata bahwa ujian tersebut terlalu sulit. Teori penilaian sosial memperluas cakupan pada karya atribusi dengan melihat lebih spesifik pada bagaimana kita menilai pernyataan atau pesan-pesan dari diri kita sendiri dan orang lain. 1.2. Impression Management Berdasarkan uraian Littlejohn (2009:127), Erving Goffman merupakan pakar sosoiologi yang terkenal pada abad 20 menggunakan sebuah metafora dramatis untuk menjelaskan bagaimana para pelaku komunikasi menghadirkan dirinya. Susunan sehari-hari dipandang sebagai sebuah tahapan dan manusia dianggap sebagai para pemain yang menggunakan performa untuk mengesankan penonton. Ketika Anda memasuki situasi apapun, maka Anda menghadirkan sebuah presentasi atau performa – Anda harus memutuskan bagaimana menempatkan diri, apa yang harus dikatakan, dan bagaimana harusnya Anda bertindak. Menurut uraian West & Turnet (2008: 146) impression management (manajemen impresi) didefinisikan sebagai aktivitas seseorang agar terlihat baik bagi orang lain serta dirinya sendiri. Selanjutnya Goffman dalam Anderson and Taylor (2011) menyatakan bahwa impression management is a process by wich people control how others perceive them. Berdasarkan definisi di atas dapat diartikan bahwa impression management atau manajemen impresi adalah proses yang dilakukan seseorang untuk mengontrol bagaimana orang lain akan memandang dia. Manajemen impresi dapat dilihat sebagai jenis dari permainan tipuan. Kita akan selalu berusaha untuk memanipulasi kesan orang lain terhadap kita. Selanjutnya Seiler & Beall (2011:73) menjelaskan bahwa impression management (pengelolaan kesan) atau bisa juga disebut self presentation (presentasi diri) ini merupakan pembentukan citra positif seseorang untuk mempengaruhi persepsi orang lain mengenai dirinya. Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang diterima orang lain. Ia menyebut upaya itu sebagai pengelolaan kesan (impression management), yakni teknik-teknik yang digunakan aktor 2016 7 Teori Komunikasi Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id untuk memupuk kesa-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Goffman kita “mengelola” informasi yang kita berikan kepada orang lain. Kita mengendalikan pengaruh yang akan ditimbulkan busana kita, penampilan kita, dan kebiasaan kita terhadap orang lain supaya orang lain memandang kita sebagai orang yang ingin kita tunjukan. Seperti aktor panggung, aktor sosial membawakan peran, mengasumsikan karakter, dan bermain melalui adegan-adegan ketika terlibat dalam interaksi dengan orang lain. Goffman menjelaskan bahwa dalam kehidupan sosial dibagi menjadi dua wilayah antara lain : 1) Wilayah depan (front region) Wilayah depan adalah tempat atau peristiwa sosial yang memungkinkan individu menampilkan peran formal atau gaya layaknya actor yang berperan. Wilayah ini disebut juga sebagai panggung depan (front stage) yang dintonton oleh khalayak luas. 2) Wilayah belakang (back stage) Wilayah belakang yaitu tempat untuk mempersiapkan peranannya di wilayah depan, disebut juga dengan panggung belakang (back stage) atau kamar ria tempat para pemain sandiwara bersantai mempersiapkan diri atau berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan. Panggung depan merupakan bagian dari performa seseorang yang secara teratur berfungsi dalam aturan umum dan tetap untuk dapat mendefinisikan oleh mereka yang menyaksikannya. Di panggung depan ini terdapat pengaturan (setting) misalnya adalah berupa dekorasi, furniture, tata letak, fisik dan latar belakang panggung. Selain itu setting yang bersifat individual sangat mendukung, diantaranya adalah penampilan (appearance) dan gaya (manner). Sedangkan panggung belakang biasanya ia sudah berada pada posisi yang aman dari pandangan orang lain. Artinya adalah seseorang sudah menjadi dirinya sendiri tanpa harus menampilkan sesuatu yang berlebihan. Seseorang yang berada di panggung belakang ini dapat dikatakan menjadi ia yang sebenarnya dengan kebiasaan atau tampilan yang sesungguhnya. Selanjutnya jenis strategi impression management menurut Jones and Pittman Taxonomy dalam Purnamasari (2013:74) adalah sebagai berikut: 1) Ingratiation (menjilat) Taktik ingratiation memiliki tujuan untuk membuat seseorang lebih disukai dan lebih menarik bagi orang lain. Tugas dan tantangan ingratiator adalah untuk mencari tahu apa membuat seseorang tertarik pada orang lain, kemudian menampilkan hal tersebut kepada orang itu. Taktik dalam ingratiation, yaitu selfenhancement 2016 8 Teori Komunikasi Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (peningkatan diri), other-enhancement (peningkatan orang lain), opinion conformity (kesuaian pendapat) dan favor doing (kelakuan baik) (Schokker, 2007). 2) Self-promotion (promosi diri) Taktik self-promotion mencakup ingratiation serta intimidation. Tapi selfpromotion tidak sama dengan intimidasi karena mungkin lebih baik meyakinkan orang lain dan memberikan gambaran mengenai kompetensi diri tanpa menyebabkan rasa takut kepada target. Taktik yang digunakan adalah performance claims dan performance accounts (Schokker, 2007). 3) Intimidation (intimidasi) Intimidator ingin ditakuti. Intimidator mencoba untuk meyakinkan target bahwa ia berbahaya. Intimidation adalah strategi impression management yang dirancang untuk meningkatkan rasa terancam sehingga pada waktunya mungkin target akan memenuhi tuntutannya. Taktik yang digunakan adalah mengancam, marah, atau mengganggu/merusak (Schokker, 2007). 4) Exemplification (pemberian contoh) Exemplifier ingin dikagumi dan dihormati karena integritas dan kesopanan moral. Dia ingin dilihat sebagai seorang yang disiplin, jujur dan dermawan. Agar strategi ini efektif, individu harus benar-benar menjadi teladan moralitas. Taktik ini juga benarbenar dapat melibatkan strategi pengorbanan diri (Schokker, 2007) 5) Supplication (permohonan) Individu menekankan pada ketergantungan dan kelemahannya untuk mendapatkan bantuan dari orang lain yang lebih kuat. Dengan mempromosikan ketidakmampuannya, dia mencoba untuk menanamkan prinsip tanggung jawab sosial yang mengatakan bahwa setiap orang harus membantu orang lain yang membutuhkan. Taktik yang dilakukan adalah mencela diri, memohon bantuan (Schokker, 2007). 1.3. Rethorical Sensitivity Teori rhetorical sensitivity dikembangkan oleh Roderick Hart dan rekannya. Teori rhetorical sensitivity menjelaskan tipe kepribadian komunikator pada saat berinteraksi cenderung untuk mengadaptasi pesan pada audience (komunikan). Teori ini menemukan bahwa komunikasi yang efektif itu timbul dari perasaan yang sensitif dan memperhatikan, serta mengatur apa yang kita sampaikan kepada pendengar. Rhetorical sensitivity mengacu pada kualitas persepsi yang didasarkan atas kemungkinan-kemungkinan (contingencies). Rhetorically sensitive berarti peka terhadap diri sendiri, peka terhadap situasi, dan terutama peka terhadap orang lain.Teori ini menjelaskan bahwa efektivitas 2016 9 Teori Komunikasi Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunikasi muncul dari sensitivitas dan kepedulian seseorang dalam melakukan penyesuaian terhadap apa yang telah dikatakan kepada pendengar. Terdapat lima karakteristik yang menandai rhetorical sensitivity antara lain sebagai berikut: 1) Dapat menerima kompleksitas pribadi, yaitu dapat memahami bahwa setiap individu merupakan kesatuan dari banyak diri 2) Menghindari sifat kaku atau keras dalam berkomunikasi dengan orang lain. 3) Menyeimbangkan kepentingan pribadi denagn kepentingan orang lain, suatu kepekaan yang disebut kesadaran interaksi. 4) Menyadari kapan harus mengkomuniksikan atau tidak mmengkomunikasikan sesuatu dalam situasi yang berbeda. 5) Menyadari bahwa suatu pesan dapat dikemukakan melalui berbagai cara, dan dia dapat menyesuaikan cara penyampaian pesan kepada poster berkomunikasi dalam situasi tertentu. *** 2016 10 Teori Komunikasi Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Anderson, M.L., Taylor, H.F. 2011. Sociology: The Essentials. USA: Wadsworth Dayakisni, Tri & Hudaniah. 2006. Psikologi Sosial. Yoyakarta: UMM Press. Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya Litteljohn, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi; Theories of Human Communication. Terjemahan oleh Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Salemba Empat. Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi; Perspektif, Ragam, dan Rineka Cipta. Aplikasi. Jakarta: Seiler, William J., & Beall, Melissa L. 2011. Communication: Making Connections 8th ed. United States: Pearson Education. West, R., Turner L.H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi (Ed. 3) Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Jurnal : Ariani,Fany & Wulan Trigartanti. Impression Management Seorang Selebgram sebagai Eksistensi Diri Melalui Sosial Instagram. Jurnal Hubungan Masyarakat. Bidang Kajian PR. Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Islam Bandung. Purnamasari, Dian. 2013. Strategi Impression Management pada Komunikasi Interpersonal Antara Calon Mertua dan Calon Menantu dalam Masa Penyesuaian sebelum Pernikahan. Jurnal E-Komunikasi, Prodi Ilmu Komunikasi. Universitas Kristen Petra Surabaya. VoL I. No.2 Tahun 2013. 2016 11 Teori Komunikasi Sugihantoro, S.Sos, M.IKom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id