ISSN 0215 - 8250 56 KOMPETENSI GURU SOSIOLOGI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI KABUPATEN BULELENG oleh I Wayan Rai Jurusan Penjaskesrek Fakultas Pendidikan Ilmu Keolahragaan, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru-guru pengajar sosiologi SMA Negeri di kabupaten Buleleng. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian deskriptif yang melibatkan 23 orang guru pengajar mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri di kabupaten Buleleng. Subjek penelitian diperoleh dengan mengambil sejumlah guru mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri pada sembilan kecamatan di kabupaten Buleleng. Aspek yang dipilih dalam mengukur kompetensi guru sosiologi adalah (a) kompetensi wawasan kependidikan, (b) kompetensi pengelolaan pembelajaran, (c) kompetensi akademik dan (d) kompetensi pengembangan profesi guru. Pengumpulan data dilakukan dengan tes, kuesioner, dan observasi. Instrumen tes digunakan untuk mengukur data mengenai wawasan kependidikan dan kemampuan akademik guru, kuesioner digunakan untuk mengukur variabel kompetensi pengembangan profesi guru, sedangkan observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran di kelas. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, dengan hasil bahwa kompetensi guru pada aspek-aspek wawasan kependidikan, kemampuan mengelola pembelajaran, kompetensi akademik dan kompetensi guru sosiologi pada umumnya adalah cukup baik. Pada aspek pengembangan profesi guru berada pada kategori kurang. Simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa kompetensi guru-guru sosiologi SMA Negeri di kabupaten Buleleng masih baik, walaupun pada aspek pengembangan profesi keguruannya kurang. Kata kunci: kompetensi guru sosiologi ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 57 ABSTRACT The purpose of this study was to detect the level of competence of the teachers of sociology at the Senior High School in Buleleng. It was a qualitative descriptive study involving 23 different teachers from nine district areas in Buleleng, whose main jobs were to teach sociology at Senior High Schools. The following indicators were used to measure the level of the teachers’ competence, like : (a) the competence of concept of education, (b) the competence of classroom menagement, (c) academic competence, as well as (d) teachers’ professional development competence. All the data were obtained by using test, questioners and observation. The test was used to measure the teachers’ educational concept, as well as their academic achievement, while the questioners were used to know the variable of teacher professional development competence. Observation was conducted to know the teachers’ability in the classroom management. All data were analysed by using descriptive statistic supported by SPSS 10 for windows. The result showed that some aspects like the teachers’ educational perspective, their ability in the classroom management, academic achievement and their competence in the teaching of sociology could be classified as “fairly good”. While the aspect of teachers’ professional development was very “poor”. The conclusion indicated that the competence of the sociology teachers of Senior High School was fairly good, however the aspect of teacher professional development was found very poor. Key words: competence of sociology teachers. 1. Pendahuluan Berbicara masalah pendidikan (formal), perhatian kita tidak akan dapat dilepaskan dari sekolah sebagai institusi yang secara resmi ditugasi untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak bangsa. Sekolah merupakan harapan bagi banyak pihak untuk mampu membentuk generasi bangsa yang handal dan berkualitas, sehingga diperlukan adanya kemantapan sistem dan ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 58 manajemen pendidikan yang profesional untuk menciptakan sekolah yang efektif, yang mampu melaksanakan misinya secara optimal. Pentingnya lembaga sekolah dalam pembentukan generasi penerus bangsa yang handal, tidak lain karena sekolah berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam arti menumbuhkan, memotivasi dan mengembangkan nilai-nilai budaya, yang mencakup etika, logika, estetika, dan praktik (Sumidjo, 2001). Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan pendidikan yang efektif, efisien, dan berkualitas. Selanjutnya, Gunawan (2000) mengatakan, bahwa tugas sekolah dalam mempersiapkan tenaga-tenaga pembangunan adalah (a) sekolah memberikan bekal dan pengetahuan, (b) sekolah merupakan persemaian kader-kader karyawan sampai pemimpin, (c) sekolah merupakan tempat untuk mengantisipasi mobilitas sosial, (d) sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial, (e) sekolah merupakan agen penerus dan pengembang kebudayaan dan (f) sekolah dapat membantu kesejahtraan keluarga. Karena demikian pentingnya fungsi dan tugas lembaga sekolah bagi pembinaan dan pembentukan generasi penerus bangsa dalam mengantisipasi pengaruh globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sudah selayaknya perhatian yang lebih seksama diberikan kepada sekolah (pendidikan) sehingga mampu melaksanakan peranannya secara optimal. Hal ini dikemukakan, mengingat kondisi dunia pendidikan nasional kita masih banyak mengalami permasalahanpermasalahan, baik menyangkut sistem, manajemen, mutu, relevansi maupun efektivitas dan efisiensinya. Sidi (2001), mengemukakan permasalahan yang melanda dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini, khususnya pada pendidikan dasar dan menengah, meliputi (a) masalah pemerataan dan perluasan kesempatan belajar, (b) mutu pendidikan yang masih rendah, (c) relevansi pendidikan, dan (d) efisiensi pendidikan. ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 59 Terkait dengan mutu pendidikan di Indonesia, sampai saat ini belum ada hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil Ujian Akhir Nasional tahun ajaran 2002 / 2003, yang tingkat kelulusan pada masingmasing tingkat sekolah secara nasional seperti berikut (a). Sekolah Menengah Umum (SMU): 7,75 % dari 900.000 peserta, (b). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK): 9,54 % dari 500.000 peserta dan (c). Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP): 8, 33 % dari dua juta peserta ujian. Syarifuddin (2000) mengatakan bahwa faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan terletak pada unsur-unsur dari sistem pendidikan itu sendiri, yakni kurikulum, sumber daya ketenagaan, sarana dan fasilitas, menajemen sekolah, pembiayaan pendidikan, kepemimpinan dan faktor eksternal berupa partisipasi politik yang rendah, ekonomi tidak berpihak pada pendidikan, sosioal budaya serta rendahnya pemanfaatan sains dan teknologi . Pendapat lain mengatakan bahwa yang menjadi hambatan dalam dunia pendidikan kita adalah hambatan yang berkaitan dengan regulasi, manajemen sekolah, kualifikasi guru, angka partisipasi, kualitas proses pembelajaran, sarana dan dana pendidikan (Sidi, 2001). Masalah kualifikasi guru sesuai dengan data dari Balitbang Departemen Pendidikan Nasional tahun 2000, terlihat bahwa guru Sekolah Dasar yang berjumlah 1.141.161 orang, 53% diantaranya berkualifikasi Diploma 2 (D2) atau lebih rendah; guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 441.174 orang, 36,9% diantaranya berkualifikasi Diploma 2 atau lebih rendah dan 24,4% berijasah Diploma 3, sedangkan untuk guru Sekolah Menengah dari 346.743 orang guru, 32,1% di antaranya berkualifikasi Diploma 3 atau lebih rendah . Kondisi ini ditambah lagi dengan beban tugas mengajar yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Hal ini tentu akan dapat mempengaruhi profesionalitas guru dalam melaksanakan tugasnya . Dalam proses pendidikan, sosok seorang guru sangat berperanan dalam keberhasilan pendidikan.Guru sebagai ujung tombak pendidikan ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 60 diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran dengan efektif dan menyenangkan, sehingga menghasilkan siswa yang cerdas, terampil, dan berkepribadian yang baik. Dewan Riset Nasional (2003) mengungkapkan bahwa penyebab rendahnya daya serap pendidikan adalah guru yang kurang professional (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, nomor 10, Februari 2003). Nasanius (Hasan, 2003), mengatakan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum, tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Demikian juga Purwanto (2003) menyatakan mutu pendidikan nasional yang rendah salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang rendah. Di bidang keilmuannya, masih banyak guru yang mengajarkan mata pelajaran yang bukan bidangnya atau kompetensinya, seperti guru Biologi mengajar Kimia atau Fisika, guru IPS mengajar Bahasa Indonesia ( Hasan, 2003 ). Secara kuantitatif jumlah tenaga guru memang telah cukup memadai, tetapi mutu serta profesionalismenya belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya tidak berkualitas dan menyampaikan materi pelajaran yang keliru, sehingga kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benarbenar berkualitas ( Dahrin, 2000 ). Hal senada dikemukakan oleh Bastian (2003 ) yang mengatakan bahwa ketidak sesuaian antara kemampuan guru dengan apa yang diajarkannya membuat para siswa tidak mencapai prestasi yang gemilang. Dari berbagai permasalahan yang dihadapi guru, maka perhatian serius dari pihak- pihak pengambil kebijakan sudah selayaknya ditujukan pada usaha-usaha mencari solusi terhadap hal tersebut. Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang seksama dengan menelusuri faktor internal dan eksternalnya, sehingga mampu menunjukkan jati dirinya, berwibawa dan dihargai oleh siswa dan masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 61 pembinaan profesionalisme guru hendaknya menjadi perhatian, disamping hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraannya. Dalam lingkup pendidikan di kabupaten Buleleng, masih banyak terdapat guru-guru yang mengajar mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, baik sebagai akibat kekurangan guru untuk mata pelajaran tersebut maupun karena tidak adanya guru yang mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai . Kondisi ini tidak terlepas pula terjadi pada guru-guru sosiologi di kabupaten Buleleng, sehingga diperlukan informasi atau penelitian mengenai kompetensi guru-guru tersebut dengan meneliti aspek-aspek kompetensi guru, yang meliputi (a). kompetensi wawasan kependidikan, (b). kompetensi pengelolaan pembelajaran, (c). kompetensi akademik dan (d). kompetensi pengembangan profesi guru. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti mengadakan penelitian dengan mengambil objek penelitian mengenai kompetensi guru sosiologi, dengan subyek dan lokasi penelitian pada guru-guru pengajar sosiologi Sekolah Menengah Atas Negeri di kabupaten Buleleng. 2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi atau sensus, dengan meneliti seluruh subjek yang menjadi anggota populasi. Penelitian sensus ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui semua karakteristik dari populasi. Di samping itu, penelitian ini berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan secara objektif data tentang kompetensi guru sosiologi, dengan tidak memberikan perlakuan khusus, seperti yang dilakukan dalam penelitian eksperimen. Terkait dengan penelitian ini, populasi penelitian adalah sejumlah guru sosiologi SMA Negeri di sembilan kecamatan yang ada di kabupaten Buleleng. ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 62 Dalam penelitian ini obyek atau aspek-aspek yang diteliti adalah : (a) kompetensi wawasan kependidikan, (b) kompetensi pengelolaan pembelajaran (c) kompetensi akademik dan (d) kompetensi pengembangan profesi guru-guru pengajar sosiologi . Untuk mengetahui kadar kompetensi guru sosiologi yang meliputi kompetensi wawasan kependidikan, kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi akademik, kompetensi pengembangan profesi dan kompetensi guru sosiologi pada umumnya, data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, dengan mencari skor rata-rata (mean) ideal dan simpangan baku (standar deviasi) idealnya, untuk selanjutnya dibuatkan nilai konversi kualifikasi kompetensi guru sosiologi . Rumusnya adalah Mi = ½ X (skor maksimal ideal + skor minimum ideal) Sdi = 1/6 X (skor maksimal ideal - skor minimal ideal) Berdasarkan hasil perhitungan tersebut selanjutnya disusun tabel nilai konversi seperti berikut. KONVERSI Mi+1 SDi sampai Mi + 3SDi KRITERIA Kompetensi baik Mi-1 SDi sampai < Mi + 1SDi Kompetensi sedang Mi-3SDi Kompetensi kurang sampai< Mi - 1SDi 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan, berikut ini akan disajikan hasil penelitian dimaksud. ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 63 3.1.1 Kompetensi Wawasan Kependidikan Berdasarkan penghitungan hasil pengukuran mengenai kompetensi wawasan kependidikan guru dengan menggunakan bantuan jasa komputer SPSS 10 for Windows, diperoleh hasil bahwa skor rata-ratanya (mean) sebesar 11,0 dan simpangan bakunya sebesar 2,41. Selanjutnya, untuk mengetahui kadar kompetensi wawasan kependidikan guru, dibuat tabel konversi kualifikasi kompetensi dengan menggunakan norma pada tabel 09. Berdasarkan norma di atas, didapatkan norma kualifikasi kompetensi wawasan kependidikan guru berikut ini. INTERVAL KRITERIA 13 - 20 Kompetensi baik 7 - 12 Kompetensi cukup baik 1 - 6 Kompetensi kurang Berdasarkan norma di atas, dapat dijelaskan bahwa dari 23 responden, sebanyak 6 orang (26%) berkompetensi baik, 16 orang (70%) berkompetensi cukup baik dan 1 orang (4%) berkompetensi kurang. Secara keseluruhan dengan skor rata-rata sebesar 11,0, dapat disimpulkan kompetensi wawasan kependidikan guru-guru sosiologi SMA di kabupaten Buleleng berada pada kategori cukup baik 3.1.2 Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan penghitungan hasil pengukuran mengenai kompetensi pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan bantuan jasa komputer SPSS 10 for Windows, diperoleh hasil bahwa skor rata-ratanya (mean) sebesar 51,26 dan simpangan bakunya sebesar 12,30. Selanjutnya untuk mengetahui kadar kompetensi pengelolaan pembelajaran, dibuat tabel ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 64 konversi kualifikasi kompetensi dengan menggunakan norma di atas (tabel 09). Berdasarkan penghitungan, didapatkan norma kualifikasi kompetensi pengelolaan pembelajaran berikut ini. INTERVAL KRITERIA 66 - 88 Kompetensi baik 44 - 65 Kompetensi cukup baik 22 - 43 Kompetensi kurang Berdasarkan norma di atas, dapat dijelaskan bahwa dari 23 responden, sebanyak 3 orang (13%) berkompetensi baik, 13 orang (57%) berkompetensi cukup baik dan 7 orang (30%) berkompetensi kurang. Secara keseluruhan, dengan skor rata-rata sebesar 51, 26, dapat disimpulkan kompetensi pengelolaan pembelajaran guru-guru sosiologi SMA di kabupaten Buleleng berada pada kategori cukup baik 3.1.3 Kompetensi Akademik Berdasarkan penghitungan hasil pengukuran mengenai kompetensi akademik dengan menggunakan bantuan jasa komputer SPSS 10 for Windows, diperoleh hasil bahwa skor rata-ratanya (mean) sebesar 32,0 dan simpangan bakunya sebesar 6,86. Selanjutnya, untuk mengetahui kadar kompetensi akademik, dibuat tabel konversi kualifikasi kompetensi dengan menggunakan norma di atas ( tabel 09 ). Berdasarkan penghitungan, maka didapatkan norma kualifikasi kompetensi akademik guru, sebagai berikut. INTERVAL KRITERIA 33 - 50 Kompetensi baik 17 - 32 Kompetensi cukup baik 1 - 16 Kompetensi kurang ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 65 Berdasarkan norma di atas, dapat dijelaskan bahwa dari 23 responden, sebanyak 13 orang (57%) berkompetensi baik, 9 orang (39%) berkompetensi cukup baik dan 1 orang (4%) berkompetensi kurang. Secara keseluruhan dengan skor rata-rata sebesar 32,0, dapat disimpulkan kompetensi akademik guru-guru sosiologi SMA di kabupaten Buleleng berada pada kategori cukup baik. 3.1.4 Kompetensi Pengembangan Profesi Berdasarkan penghitungan hasil pengukuran mengenai kompetensi pengembangan profesi dengan menggunakan bantuan jasa komputer SPSS 10 for Windows, diperoleh hasil bahwa skor rata-ratanya (mean) sebesar 2,48 dan simpangan bakunya sebesar 2,25. Selanjutnya, untuk mengetahui kadar kompetensi pengembangan profesi guru, dibuat tabel konversi kualifikasi kompetensi dengan menggunakan norma di atas ( tabel 09 ). Berdasarkan penghitungan, didapatkan norma kualifikasi kompetensi pengembangan profesi guru berikut ini. INTERVAL KRITERIA 7 - 10 Kompetensi baik 3 - 6 Kompetensi cukup baik 0 - 2 Kompetensi kurang Berdasarkan norma di atas dapat dijelaskan bahwa dari 23 responden, sebanyak 2 orang (9%) berkompetensi baik, 5 orang (22%) berkompetensi cukup baik dan 16 orang (69%) berkompetensi kurang. Secara keseluruhan, dengan skor rata-rata sebesar 2,48, dapat disimpulkan kompetensi pengembangan profesi guru-guru sosiologi SMA di kabupaten Buleleng berada pada kategori kurang. ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 66 3.1.5 Kompetensi Guru Sosiologi pada Umumnya Berdasarkan penghitungan hasil pengukuran mengenai kompetensi guru sosiologi pada umumnya dengan menggunakan bantuan jasa komputer SPSS 10 for Windows, diperoleh hasil bahwa skor rata-ratanya (mean) sebesar 96,73 dan simpangan bakunya sebesar 19,75. Selanjutnya untuk mengetahui kadar kompetensi guru sosiologi pada umumnya, dibuat tabel konversi kualifikasi kompetensi dengan menggunakan norma di atas ( tabel 09 ). Berdasarkan perhitungan, maka didapatkan norma kualifikasi kompetensi guru sosiologi pada umumnya, sebagai berikut. INTERVAL KRITERIA 119 - 168 Kompetensi baik 71 - 118 Kompetensi cukup baik 1 - 70 Kompetensi kurang Berdasarkan norma di atas, dapat dijelaskan bahwa dari 23 responden, sebanyak 4 orang (18%) berkompetensi baik, 17 orang (73%) berkompetensi cukup baik dan 2 orang (9%) berkompetensi kurang. Secara keseluruhan, dengan skor rata-rata sebesar 96, 73, dapat disimpulkan kompetensi guru-guru sosiologi SMA di kabupaten Buleleng pada umumnya berada pada kategori cukup baik. 3.2 Pembahasan 3.2.1 Kompetensi Wawasan Kependidikan Guru Seperti telah disajikan di atas, rata-rata kompetensi wawasan kependidikan guru-guru sosiologi SMA Negeri di kabupaten Buleleng berada pada ketegori cukup baik. Ini berarti bahwa sebagian besar guruguru sosiologi telah memiliki pengetahuan wawasan kependidikan yang merupakan salah satu aspek yang sangat besar pengaruhnya bagi ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 67 keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Dengan pengetahuan yang memadai mengenai landasan kependidikan, psikologi pendidikan , metode pembelajaran, media pembelajaran dan pengetahuan lainnya yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar, diharapkan guru dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik, percaya diri dan memiliki kewibawaan dihadapan siswa. Mengingat begitu pentingnya pengetahuan ini, pengetahuan guru sosiologi tentang wawasan kependidikan masih perlu ditingkatkan, agar memilki pengetahuan yang lebih luas untuk menunjang efektivitas pembelajaran. 3.2.2 Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kompetensi pengelolaan pembelajaran guru-guru sosiologi SMA Negeri di kabupaten Buleleng berada pada kategori cukup baik. Hal ini berarti, bahwa sebagian besar guru-guru sosiologi telah mampu mengelola pembelajaran dengan cukup baik. Hal ini, kemungkinan disebabkan oleh pengalaman mengajar guru-guru sosiologi sebagian besar sudah lebih dari lima tahun, sehingga dilihat dari rentang waktu pengelolaan pembelajarannya, sudah selayaknya keterampilannya dalam mengelola pembelajaran sudah cukup baik. Walaupun demikian, mengingat perkembangan-perkembangan dalam teknologi pembelajaran, keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran masih perlu secara terus menerus ditingkatkan agar mampu mengikuti perkembangan dimaksud dan dapat mengelola pembelajaran dengan lebih professional, efektif dan efisien. 3.2.3 Kompetensi Akademik Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kompetensi akademik guru-guru sosiologi SMA Negeri di kabupaten Buleleng berada pada kategori cukup baik. Hal ini berarti bahwa sebagian besar guru-guru ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 68 sosiologi telah memiliki atau menguasai materi pembelajaran sosiologi dengan cukup baik. Hal ini, kemungkinan disebabkan oleh guru-guru sosiologi di sekolah negeri cenderung jarang mengalami pergantian (jarang terjadi pergantian guru mata pelajaran), sehingga penguasaan materi pelajaran yang diajarkan dalam waktu yang cukup lama dapat dikuasai dengan baik. Namun, mengingat perkembangan dan perubahan masyarakat dan ilmu pengetahuan yang terus terjadi, maka kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pembinaan dan pemantapan penguasaan materi pembelajaran dan pengelolaannya masih sangat perlu dilakukan. 3.2.4 Kompetensi Pengembangan Profesi Dari hasil penelitian ini, didapatkan hasil bahwa pengembangan profesi guru pada guru-guru sosiologi SMA Negeri di kabupaten Buleleng masih kurang. Sebagian besar pengembangan profesi ini masih berada pada tataran melakukan kegiatan di Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP ), seperti penyusunan perangkat pembelajaran, silabus dan penyusunan instrumen evaluasi, sedangkan kegiatan-kegiatan pengembangan profesi yang sifatnya mandiri seperti menyusun buku pelajaran, modul, penemuan teknologi pembelajaran, karya ilmiah dan penelitian masih sangat kurang. Kondisi ini sudah tentu menjadi keprihatinan, mengingat pengembangan profesi ini menjadi tuntutan yang cukup penting bagi guru dalam meningkatkan kualitas dirinya maupun terkait dengan kenaikan pangkat guru. Mengingat kompetensi pengembangan profesi guru ini masih kurang, diperlukan usaha-usaha pembinaan dan pelatihan yang relevan untuk pengembangan aspek ini sehinga dari segi kualitas dan peningkatan karier guru dapat ditingkatkan. 3.2.5 Kompetensi Guru Sosiologi pada Umumnya Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa kompetensi guru-guru sosiologi pada umumnya adalah cukup baik. Ini berarti, walaupun latar ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 69 belakang pendidikan guru sosiologi tidak atau kurang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, hal itu tidak berpengaruh negatif terhadap kemampuan guru tersebut dalam mengajarkan dan mengelola pembelajaran sosiologi di kelas. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sebagian besar guru-guru sosiologi di sekolah negeri bersifat lebih ajeg dalam arti jarang mengalami pergantian, disamping ilmu sosiologi merupakan ilmu sosial yang berkaitan erat dengan praktek kehidupan manusia sehari-hari, sehingga lebih mudah untuk dimaknai dan difahami oleh guru untuk selanjutnya ditransfer dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Penutup Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan hal-hal berikut ini. Pertama, kompetensi wawasan kependidikan guru-guru sosiologi SMA Negeri di Kabupataen Buleleng cukup baik. Namum, dengan pesatnya perubahan dan perkembangan iptek, usaha ke arah peningkatan dan perluasan pengetahuan umum mengenai kepandidikan hendaknya terus dilakukan. Kedua, kompetensi pengelolaan pembelajaran guru-guru sosiologi SMA Negeri di kabupataen Buleleng cukup baik. Namun masih memerlukan kegiatan-kegiatan yang mengarah pada peningkatan tentang pengelolaan pembelajaran, mengingat teknologi dan metode-metode pembelajaran terus mengalami perubahan-perubahan dan kemajuankemajuan, sehingga para guru khususnya guru sosiologi tidak mengalami ketertinggalan dalam pengelolaan pembelajaran demi tercapainya pembelajaran yang efektif dan efisien. Ketiga, kompetensi akademik guruguru sosiologi SMA Negeri di Kabupataen Buleleng cukup baik. Namun, mengingat ilmu pengetahuan dan masyarakat yang selalu berkembang, usaha-usaha untuk memperluas dan lebih memantapkan penguasaan materi ajar sosiologi selalu dilakukan, Keempat, kompetensi pengembangan profesi guru-guru sosiologi SMA Negeri di kabupaten Buleleng rendah. Ini ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 70 berarti, kreativitas dan usaha-usaha guru dalam meningkatkan profesionalitasnya perlu ditingkatkan, agar dapat menjadi guru yang professional. Kelima, kompetensi guru-guru sosiologi pada umumnya berada pada kategori cukup baik. Ini berarti, walaupun latar belakang pendidikan guru sosiologi tidak atau kurang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, hal itu tidak berpengaruh negatif terhadap kemampuan guru tersebut dalam mengajar mata pelajaran sosiologi. DAFTAR PUSTAKA Dantes, Nyoman. (tanpa tahun). Cara Pengujian Alat Ukur. Singaraja : Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Umum. 1998/1999. Pembinaan Profesional Guru. Jakarta : Depdiknas. . 2003. ”UU Nomor 20” tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Sosiologi SMU. Jakarta : Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2001. Standar Kompetensi Dasar Guru. Jakarta : Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. Engkoswara. 1992. Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Jurnal Pendidikan Nomor 7. ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005 ISSN 0215 - 8250 71 Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan, Suatu Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Hasan, Ani M. 2004. Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pengetahuan. http/artikel .US/ani hasan html Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas. Sidi, Indra Djati. 2001. Strategi Pendidikan Nasional ( Makalah yang disajikan dalam Simposium dan Musyawarah Nasional 1 Alumni Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. . 2001. Menuju Masyarakat Belajar (Menggagas Paradigma Baru Pendidikan ). Jakarta, Penerbit : Paramadina. Safari, 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Dikdasmen, Direktorat Tenaga Kependidikan. Depdiknas Dirjen ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVIII April 2005