MODUL HUMAN RELATIONS PERILAKU KELOMPOK Fakultas Program Studi ILMU KOMUNIKASI PUBLIC RELATIONS Tatap Muka 09 Kode MK Disusun Oleh 42012 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Abstract Kompetensi Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda dan itu akan memengaruhui pada kelompoknya. Kemampuan untuk bermain peran, mengatasi konflik dan kohesivitas kelompok menjadi bagian penting dalam menciptakan kelompok yang solid. Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan: 1. Memahami pengertian kelompok. 2. Latar belakang terjadinya kelompok. 3. Karakteristik kelompok 4. Tipe-tipe kelompok 5. Dinamika kelompok MODUL 08 PERILAKU KELOMPOK A. PENGANTAR Manusia dari “sono” nya ditakdirkan sebagai makhluk sosial alias Zoon Politicon. Artinya, manusia dibekali naluri untuk hidup bersama atau berkelompok dalam upaya mempertahankan hidupnya. Berdasarkan beberapa hasil penelitian sosiologis menegaskan penyebab manusia hidup berkelompok adalah sebagai berikut: 1. Naluri (fitrah), yaitu suatu kehendak pada manusia yang menggerakkan dan timbul dengan sendirinya dari kemanusiaannya teristimewa pada saat-saat bahaya. Antara lain adanya naluri untuk menghindar dari bahaya, naluri mempertahankn diri, dan sebagainya. Naluri tersebut timbul begitu saja dari dalam diri manusia dan di luar jangkauan akal. 2. Karena adanya perasaan badan seperti panas, dingin, lapar, haus dan sebagainya yang menyebabkan manusia memerlukan pihak lain yang mungkin dapat membantu mengatasi perasaan dan penderitaannya tersebut. 3. Karena adanya usaha mencari keuntungan yang biasanya lebih banyak dalam aspek ekonomis. Manusia mengadakan interaksi dengan orang lain agar ia memperoleh keuntungan (Slamet, 1994:15). Manusia melakukan kehidupan berkelompok bisa dalam lingkup yang informal, tetapi juga bisa dalam bentuk formal. Ketika setiap individu antara satu sama lain membentuk kelompok atau mengorganisasikan dirinya dalam sebuah kelompok, maka mereka pada dasarnya telah membentuk ikatan kelompok yang formal. Ikatan tersebut misalnya dapat tercermin dari “kelompok” perusahaan. Di mana di dalamnya terhimpun sejumlah orang yang saling bekerjasama, saling ketergantungan satu sama lain dalam mencapai tujuan pereusahaan yang telah digariskan. ‘13 2 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tulisan ini selanjutnya akan membahas mengenai kelompok dalam berbagai karakteristiknya terutama dalam lingkup perusahaan. Lebih jauh pembahasan ini akan ditujukan kepada kelompok dalam berbagai aktivitasnya untuk menunjang kinerja sebuah perusahaan. B. PENGERTIAN KELOMPOK A. Pengertian Kelompok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, diantaranya sebagai berikut: 1. Kelompok merupakan kumpulan atau himpunan orang-orang (Badudu-Zain, 1994:651). 2. Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama (Soekanto, 1994:125). 3. Kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kelompok adalah satu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat degan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi (Santosa, 1992:8). 4. kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih anggota yang terlibat pada suatu waktu, dan berinteraksi satu sama lainnya .Dalam kelompok kerja, interaksi ini sering terjadi dalam bentuk tatap muka. 5. Anggota-anggotanya adalah saling bergantung satu sama lainnya. Dalam mengejar tujuannya, tiap anggota menyadari kebutuhan untuk saling melengkapi. Dalam konteks pekerjaan, individu sadar bahwa tugas keseluruhan tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan orang lain. 6. Anggota kelompok menerima kepuasaan dari asosiasi mereka, kalau tidak mereka akan lepas dari kelompok. Dalam situasi pekerjaan, mereka meminta untuk ditransfer ke departemen lain atau mengundurkan diri. ‘13 3 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 7. Kelompok adalah satu unit sosial yang terdiri dari 2 atau lebih individu yang saling tergantung dan berinteraksi yang berusaha untuk mendapatkan tujuannya. Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas, maka pada dasarnya kelompok dibangun atas beberapa prinsip utama, yaitu: 1. Merupakan kumpulan orang-orang 2. Hidup dalam dan untuk keperluan bersama 3. Memiliki kesatuan persepsi 4. Saling berinteraksi 5. Saling melengkapi 6. saling ketergantungan B. LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA KELOMPOK Kelompok dalam arti yang disadari (pembentukannya direncanakan) dipicu oleh beberapa latar belakang. Pertama, tidak dapat disangkal bahwa manusia pada hakekatnya memiliki kebutuhan yang dalam pemenuhannya tidak dapat dilakukan sendiri. Oleh karena itu, manusia mengelompkkan diri untuk memenuhi kebutuhannya. Prinsip ini disebut prinsip “escapims”, artinya salah satu bentuk pelarian diri dengan mengorbankan pribadinya dan mempercayaka kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Contoh yang paling mudah dalam hal ini adalah regu kerja (tim erja) dan tim belajar (Santosa, 1992:8). Kedua, kuatnya motivasi untuk memenuhi tujuan sebagaimana yang dipikirkannya. Pada umumnya oprang percaya bahwa dengan melakukan kerjasama dalam kelompok dapat mempermudah dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga motivasi untuk hidup berkelompok semakin kuat. Misalnya, orang memasuki kelompok karyawan dan bekerja dalam sebuah perusahaan atau jawatan, atau organisasi kekaryaan lainnya dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhan hidupnya (Effendy, 1993:62). ‘13 4 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kebutuhan manusia pada dasarnya tercakup dalam dua hal, yaitu kebutuhan pokok (primer) dan kebutuhan sampingan (sekunder). Misalnya, ketika seseorang bekerja pada sebuah departemen luar negeri, disamping memiliki tujuan pokok untuk mendapatkan upah (gaji) juga adanya dorongan atau kebutuhan untuk melancong ke luar negeri. Mendapatkan upah (gaji) adalah kebutuhan pokok, sedangkan melancong ke luar negeri adalah kebutuhan sampingan. Dalam sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 500 orang karyawan untuk menggali apa yang mereka butuhkan, ternyata mereka bukan saja menginginkan terpenuhinya kebutuhan pokok tetapi juga terpenuhinya kebutuhan sampingan. Pada dasarnya yang mereka inginkan terdapat dalam kisaran sebagai berikut: 1. Kami ingin pimpinan yang baik, karena kami tergantung dari kepemimpinan. 2. Kami ingin mendapat penerangan. Kami ingin mengetahui tujuan yang akan dicapai, dipihak mana kami berada, dan kekuatan-kekuatan apa yang mempengaruhi lingkungan kerja kami. 3. Kami ingin diperlakukan sebagai manusia terhormat. Kami adalah manusia yang m,asing-masing mempunyai masalah dan kebutuhan yang berlainan. 4. Kami ingin perangsang dan kesempatan untuk maju. Kami mengharapkan adanya usaha dan kompetisi dengan mereka yang sedang mengalami kemajuan. 5. Kami ingin kebebasan dalam sikap kami sehubungan dengan persoalan kami. 6. Kami ingin hidup bermasyarakat dan ingin penghormatan dari orang lain. Kami adalah manusia bermasyarakat. Kami ingin mencegah pertentangan pribadi. 7. Kami ingin jaminan keamanan. Kami menantang perubahan. 8. Kami ingin kondisi dan kesenangan bekerja sejauh kemungkinan yang bisa diberikan kepada kami. Ini termasuk upah. ‘13 5 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 9. Kami ingin melaksanakan pekerjaan yang bermanfaat. Kami ingin berprestasi dalam pekerjaan sebagai sumbangan terhadap kebutuhan masyarakat. Partisipasi akan membantu kami dalam mencapai sukses. 10. Kami ingin diperlakukan scara jujur. Ini adalah keadilan yang berarti menyebabkan kegiatan kami akan tetap terus sesuai dengan keadaan. Sepuluh keinginan sampingan (sekunder) sebagaimana diungkapkan di atas, secara teoretik memeilikimkorelasi kuat dengan teori hirarki kebutuhan yang dikemuakanoleh Abraham Maslow, atau teori tiga kebutuhan yang dikemukakan oleh David McCleland. Maslow mengelompokkan kebutuhan manusia secara hirarkis sebagai berikut: 1. Kebutuhan fisiologis 2. Kebutuhan kemanan 3. Kebutuhan sosial 4. Kebutuhan esteem (harga diri) 5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri Sedangkan David McCleland menyebut tiga kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah: 1. Kebutuhan berprestasi (need for achievment) 2. Kebutuhan berkuasa (need for power) 3. Kebutuhan berafiliasi (need for affiliation) Pada dasarnya setiap orang (individu) memikiki kebutuhan yang relatif sama, baik orang Indonesia maupun orang , baik kulit putih maupun sawo matang. Manusia memiliki dimensi yang sama, yaitu jasmani dan rohani. Oleh karena itu, dimanapun manusia berada pasti memiliki kebutuhan yang relatif ‘13 6 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sama. Namun demikian, setiap orang dalam memenuhi kebutuhannya memiliki cara serta prioritas yang berbeda-beda. C. MACAM SERTA KARAKTERISTIK KELOMPOK 1. Macam-Macam Kelompok Dalam kajian sosiologi, begitu banyak macam dan tipe kelompok yang tersebar dalam kehidupan masyarakat beserta dengan cara-cara terjadinya kelompok tersebut. Ada yang dinamakan in-group dan out-group, primary group dan secondery group, paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (Gesellschaft), formal group dan informal group, membership dan reference group, kelompok okupasional dan volonter, kelompok besar dan kelompok kecil, dan sebagainya (Soekanto, 1994:134-176). Untuk keperluan dalam pembahasan ini, akan dibahas dua kleompok penting saja, yakni kelompok yang terbangun karena situasi kebersamaan dan kelompok sosial yang terbangun karea adanya nteraksi sosial yang mendalam di antara sesama anggota kelompok. Pertama, kelompok yang terbangun karena adanya situasi kebersamaan. Artinya, suatu situsai di mana berkumpul sekumpulan individu secara bersamasama. Situasi ini menimbulkan kebersamaan, yaki suatu kempompok individu yang berkumpul pada suatu ruang dan waktu yang sama tumbuh dan mengarahkan tingkah laku secara spontan. Ciri-ciri atau karakteristik umum dari kelompok ini adalah: 1. Bertanggung jawab dalam waktu yang relatif pendek. 2. Para pesertanya berhubungan secara fisik (misal: berdesak-desakan). 3. Kurang adanya aturan yang terorganisir. 4. Interaksinya bersifat spontan. ‘13 7 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kedua, kelompok sosial, yaitu sesuatu situasi di mana terdapat dua individu atau lebih yang telah mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain. Pada konteks ini, terjadinya kelompok sosial telah melalui perencanaan yang matang, tidak terjadi secara kebetulan. Orang-orang di dalamnya secara sengaja mengelompokkan diri serta memiliki visi, misi uang relatif sama. Adapun ciri-ciri dari kelompok sosial ini adalah: 1. Bagi anggota kelompok , sutau tujuan yang realistis, sederhana dan memiliki nilai keuntungan bagi pribadi. 2. Masalah kepemimpinan dalam kelompok cukup berperan dalam menentukan kekuatan ikatan antar anggota. 3. Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik dalam membina kesatuan dan persatuan anggota (Santosa, 1992:4546). 2. Karakteristik Kelompok Sosial Terdapat sejumlah karakteristik yang melekat pada kelompok sosial yang dikemukakan oleh beberapa pakar, diantaranya: a. Menurut Muzafer Sherif Ciri atau karakteristik kelompok sosial adalah: 1) Adanya dorongan atau motif yang sama pada setiap individu, sehingga terjadi interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama. 2) Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu dengan yang lain, akibat terjadinya interaksi sosial. ‘13 8 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3) Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari peranan dan kedudukan yang berkembang degan sendirinya di dalam rangka mencapai tujuan bersama. 4) Adanya penegasan dan peneguhan nrma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasi tujuan kelompok. b. Menurut George Simmel Ciri atau karakteristik kelompok sosial adalah: 1) Besar kecilnya jumlah anggota kelompok sosial. 2) Derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial tersebut. 3) Kepentingan dan wilayah. 4) Berlangsungnya satu kepentingan. 5) Derajat organisasi. c. Soerjono Soekanto 1) Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan. 2) Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya. 3) Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain. 4) Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku. ‘13 9 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5) Bersistem dan berproses. D. TIPE-TIPE KELOMPOK 1. Kelompok Fungsional Kelompok fungsional terdiri dari individu-indivdu yang melakukan pekerjaan yang sama. Di dalam perusahaan manufaktur, contohnya, adalah hal yang mudah kita temui seperti bagian marketing, produksi, keuangan dan lain-lain. Kelompok fungsional dibentuk oleh perusahaan dengan maksud untuk mempromosikan efisiensi internal. 2. Kelompok Projek Kelompok projek terdiri dari individual yang mempunyai berbagai latar belakang. Tujuan kelompok adalah mendapatkan tujuan dalam waktu, biaya, kualitas yang sudah ditentukan. Mereka bekerja untuk proyek yang kompleks masalahnya seperti mendesain produk baru, membangun jembatan dan lainlain. Latar belakang yang berbeda diharapkan dapat membantu dalam penyelesaian suatu proyek berdasarkan keahlian, pengalaman, dan bakat. 3. Kelompok Persahabatan (Interest-Friendship Group) Kelompok ini dibentuk berdasarkan kepercayaan umum, perhatian, ataupun kegiatan. Dalam pekerjaan, kelompok bisa berasal dari satu bagian atau juga dari bagian yang berbeda. Minat utama mereka pada hobi (umpamanya), tetapi bukannya tidak mungkin ini akan terbawa dalam pekerjaan. Ini sudah biasa menggunakan pertemanan untuk mendapatkan suatu hasil. Jadi, mengapa seseorang menjadi anggota beberapa kelompok menjadi jelas. ‘13 10 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id E. DINAMIKA KELOMPOK 1. Pengertian Orang-orang yang mengorganisasikan dirinya dalam sebuah kelompok memiliki perilaku yang khas, terutama perilaku yang dibimbing oleh norma-norma yang disepakati oleh kelompok tersebut. Sebuah kelompok biasanya melakukan tiga fungsi bagi anggotanya, yaitu: 1. Memenuhi kebutuhan antarpersona; 2. Memberi dukungan bagi konsep diri perorangan; dan 3. Melindungi para ndividu dari kesalahan mereka sendiri. Apa yang dimaksud dinamika kelompok? Pertanyaan ini secara lugas dijawab oleh Pace (2001:318), yaitu interaksi antara kebutuhan-kebutuhan perorangan, tujuan dan perana kelompok. Di sini terjadi agregasi dan adaptasi berbagai kepentingan, yaitu antara kepentingan individu dengan kepentingan kelompok atau organisasi. 2. Persaingan Antar Kelompok Adanya persaingan atau antagonisme antar kelompok adalah sesuatu yang wajar, apalgi terjadi dalam kerangka demokrasi. Beberapa faktor yang seringkali menjadi pemicu konflik antar kelompok adalah: (1) persaingan untuk mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama; (2) atau terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan tertentu, misalnya persoalan politik. Secara teoretik, proses terjadinya konflik antar kelompok dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bila dua kelompok bersaing, maka akan timbul stereotif, 2. Kontak antara kedua kelompok yang bermusuhan tidak akan mengurangi sikap tindak bermushan tersebut, 3. Tujuan yang harus dicapai dengan kerj sama, akan dapat menetralisasikan sikap tindak bermusuhan, ‘13 11 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Di dalam kerja sama mencapai tujuan, stereotif yang semula menjadi positif. Konflik antar kelompok akan semakin meruncing apabila kelompokkelopok yang berkonflik saling menutup diri (defensif). Menutup diri berarti memutuskan komunikasi, padahal komunikasi sangat penting dalam upaya mencari solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi. Pada tahap ini peranan pimpinan kelompok menjadi sangat penting. Pimpinan kelompok diharapkan mampu menjembatani konflik yang terjadi dengan cara melakukan dialog yang saling menguntungkan. Jika situasi ketegangan atau konflik sudah mulai mencair dengan adanya dialog atau komunikasi yang dibangun, maka lambat atau cepat persoalan atau antagonisme yang tadinya meruncing akan berangsur-angsur dapat dikendalikan dan diselesaikan. 3. Persaingasn Individu Dalam Kelompok Persaingan tidak saja terjadi antar kelompok, tetapi juga daat terjadi antar individu yang ada dalam kelompok. Menurut Pace (2001:322), persaingan individu dalam suatu kelompok dapat dipicu oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Bila ada anggota tim memandang dirinya yang paling berperan dalam kelompok. Ia akan mengabaikan atau kurang mendengarkan apa yang dikatakan anggota lainnya. 2. Bila anggota-anggota dalam kelompok tersebut tidak dapat bekerjasama. 3. Adanya anggota yang tiodak tertarik pada prestasi tinggi. 4. Kurangnya efisiensi dan cenderung kualitasnya menurun. Sama halnya dengan konflik antar kelompok, maka penyelesaian konflik di dalam kelompok tersebut memerlukan pimpinan atau manjer yang bijaksana dan arif. Pemimpin dan kepemimpinan menjadi unsur penting untuk mengatur perilaku anggota kelompok agar tetap bertahan pada ferformanya yang terbaik. ‘13 12 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Proses Penyelesaian Masalah Secara teoretik penyelesaian masalah dalam lingkup organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan tahap-tahap berikut ini: 1. Kenali dan jelaskan masalahnya Yang pertama kali harus diperhatikan dalam memecahkan masalah adalah memperoleh kesepakatan dari anggota tim bahwa mereka mempunyai masalah bersama atau himpunan masalah yang perlu dipikirkan. Anggota kelompok harus membuat kesepakatan/komitmen secara eksplisit atau implisit untuk membahas dan memecahkan masalah. Cara mudah untuk mengenali masalah dalam kelompok dapat menggunakan gambar sebagai berikut: Yang terjadi saat ini Hal-hal yang menghalangi saya untuk melakukan perubahan Cara yang saya inginkan untuk memperoleh sesuatu 2. Menumbuhkan Gagasan Setelah mengenali dan merumuskan masalah secara cermat, langkah dasar selanjutnya dalam pemecahan masalah yaitu menemukan cara untuk menyelesaikan apa yang ingin dilakukan. Tahap proses ini dinamakan “penumbuhan gagasan”. Menumbuhkan gagasan pada dasarnya akan sangat tergantung dari masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, gagasan yang tumbuh untuk berbagai masalah yang berkembang akan sangat berbeda-beda. ‘13 13 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Pemilihan gagasan yang paling bermanfaat Dalam menyelesaikan masalah mungkin akan muncul beragam gagasan dari berbagai pemikiran dan perspektif. Mulailah memilih gagasan yang benarbenar paling bermanfaat (resiko kecil). Pada tahap ini harus dibangun komunikasi yang efektif dan bermanfaat untuk meguji berbagai gagasan yang akan diambil. 4. Membuat Keputusan Puncak pemilihan gagasan terjadi pada saat pengambilan keputusan yang sesungguhnya. Unsur penting dalam hal ini adalah seluruh anggota kelompok harus setuju atas keputusan yang akan diambil. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit. Untuk itu, ada beberapa strategi yang paling banyak digunakan untuk pemilihan keputusan: a. Pengabaian (by passing). Suatu gagasan dilontarkan, tetapi sebelum gagasan itu dapat dibahas atau disajikan ke hadapan kelompok untuk dilaksanakan, gagasan lain diajukan. Gagasan pertama disingkirkan dan gagal dilaksanakan. b. Kekuasaan. Orang yang paling penting, berwibawa, berwenang,atau yang paling berkuasa dalam kelompok secara aktif mendukung suatu gagasan atau tindakan dengan asumsi bahwa semuanya sepakat. Dengan kekuasaan ini, pemiliknya dapat membuat pilihan secara sepihak. c. Penggabungan suara (vocal coalition). Minoritas suara kelompok menciptakan kesan bahwa dapat dikembangkan dukungan untuk suatu gagasan. Karena anggota kelompok yang lainnya gagal mengemukakan keberatan mereka, kekuatan penggabungan suara muncul membuat keputusan. d. Suara mayoritas. Melalui prosedur pemberian suara (mrngacungkan tangan, pemungutan suara, atau pengambilan suara secaradiam-diam), gagasan yang didukung oleh lebih dari separuh anggota kelompok diterima. e. Jumlah terbanyak. Kadang-kadang, meskipun suatu pilihan harus dibuat, mayoritas anggota tidak dapat menyetujui gagasan tertentu. Asas suara ‘13 14 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id terbanyak mengizinkan memilih gagasan yang didukung oleh suara paling banyak sebagai keputusan kelompok. Misalnya, pemilihan suara dalam politik, seringkali ditentukan oleh jumlah suara terbanyakalih-alih pilihan mayoritas. f. Konsensus. Bila komunikasi diantara para anggota kelompok benar-benar terbuka dan bersifat menerima, dan bila setiap orang mampu mengemukakan pendapatnya dan keberatannya dengan cara yang baik, kesepakatan dapat diperoleh bila para anggota bersedia mengambil gagasan tertentu meskipun bisa saja mereka mengajukan syarat tertentu mengenai gagasan tersebut. Konsensus menggambarkan dukungan bagi pendapat mayoritas yang diberikan secara suka relka, dan sebagai konsekuaensi atas pemahaman anggota terhadap pendapat tersebut dan terhadap fakta bahwa mereka ikut berperan dalam proses pembentukannya. g. Kebulatan suara. Kebulatan suara terjadi bila semua anggota kelompok benar-benar sepakat pada pemilihan gagasan atau suatu solusi. Biasanya, keputusan kelompok yang penting diperoleh melalui konsensus; tetapi ada saatnya diperlukan kesepakatan bulat dari semua anggota. 5. Efektivitas Kelompok Sosial Ada dua pendapat yang mengemukakan mengenai efektivitas kelompok sosial, yaitu pendapat: a. Menurut Floyd Ruch 1) Suasa Kelompok, yaitu situasi yang mengakibatkan tiap anggota kelompok merasa senang tinggal di dalam kelompok tersebut. Suasana ini menyangkut: a. Keadaan fisik temnpat/kelompok seperti tersedinya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan anggota. b. Rasa aman, menyangkut ketentraman anggota untuk tinggal di dalam kelompoknya, di mana ketentraman ini meliputi: (1) tidak ada ‘13 15 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ancaman, (2)tidak ada saling mencurigai, dan (3) tidak ada saling permusuhan. 2) Kepemimpinan bergilir, artinya ada pemindahan kekuasaan untuk pengendalian dan pengawasan terhadap kelompoknya. Dengan demikian tiap anggota yang diberi kekuasaan akan dapat mengetahui kemampuan mereka masing-masing dan lebih dari itu akan menanamkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap kelompok secara keseluruhan baik pada saat menjadi pimpinan maupun sebagai anggota kelompok. 3) Perumusan tujuan, artinya ada tujuan bersama yang diperjuangkan. Tujua tersebut diperjuangkan bersama, karena tujuan tersebut merupakan integrasi dari tujuan individu masing-masing. 4) Fleksibelitas, yaitu segala sesuatu yang menyangkut kelompok seperti suasana, tujuan, kegiatan, struktur dan sebagainya dapat mengikuti perubahan yang terjadi tanpa adanya pengorbanan. 5) Mufakat, artinya denga mufakat yang ada dalam kelompok, semua perbedaan pendapat dari anggota dapat teratasi sehingga tercapai keputusan yang memuaskan berbagai pihak. 6) Kesadaran berkelompok. Adanya peranan, fungsi dan kegiatan masingmasing anggota dalam kehidupan berkelompok maka tiap-tiap anggota pasti timbul rasa kesadarannya terhadap kelompoknya, terhadap sesama anggota kelompok dan pentingnya untuk berorientasi satu sama lain. 7) Penilaian yang kontinu. Kelompok yang baik seringkali mengadakan penilaian secara kontinu terhadap perencanaan kegiatan, dan pengawasan kelompok, sehingga dapat diketahui tercapai/tidaknya tujuan kelompok. Di samping itu akan dapat diketahui semua motivasi dan hambatan yang dialami anggota dalam rangka mencapai tujuan kelompok. ‘13 16 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b. Menurut Crech dan Crutchfield Kelompok menjadi efektif apabila: 1) Merupakan suatu saluran pemenuhan kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan berkawan, dukungan, dan cinta kasih. 2) Merupakan suatu sarana mengembangkan, memperkaya, serta memantapkan rasa harga diri dan identitasnya. 3) Merupakan saranma pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan sosial. 4) Merupakan sarana memperkuat perasaan aman tentram dan kekuasaan atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama. 5) Merupakan sarana di mana suatu tugas kerja dapat diselesaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab, seperti tugas pemberian informasi, membantu teman yang sakit, dan lain-lain. Sumber: Badudu-Zain, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Santosa, Slamet, 1992. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. Effendy, Onong Uchjana, 1993. Human Relations dan Public Relations. Bandung: Mandar Maju. Soekanto, Soerjono, 1994. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Siagian, Sondang P., 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakatra: Rineka Cipta. ‘13 17 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pace, R., Wayne dan Don F. Faules, 2001. Komunikasi Organisasi (Edisi Bahasa Indonesia). Bandung: Rosdakarya. Curtis, Dan B., James J. Floyd, dan Jerry L Winsor. Komunikasi Bisnis dan Profesional, (Edisi bahasa Indonesia). Bandung: Rosdakarya. ‘13 18 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id