BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Perkembangan informasi dewasa ini, membawa dampak terhadap kebutuhan komunikasi yang semakin baik dan berkembang. Komunikasi yang baik dan lancar akan menghasilkan arus informasi yang berguna untuk kebutuhan para manajer dan bawahan untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu kebutuhan akan komunikasi sangat penting bagi kehidupan perusahaan. Setiap organisasi perusahaan bertujuan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu memaksimalkan laba yang nantinya akan dipergunakan untuk kesejahteraan pegawai dan kelangsungan hidup perusahaan. Bila mana sasaran atau tujuan perusahaan tercapai, diharapkan perusahaan mampu memberikan rangsangan kepada pegawai guna meningkatkan prestasi kerja dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Melihat beranekaragamnya permasalahan-permasalahan dibidang ketenaga kerjaan yang terjadi didalam suatu organisasi perusahaan. Dapat dikatakan bahwa komunikasi mempunyai peranan yang cukup dominan dan pontensial dalam usaha pencapaiansasaran atau tujuan perusahaan. Tetapi yang menjadi persoalan sebenarnya bukan apakah manajer berkomunikasi atau tidak, karena komunikasi merupakan bagian dari organisasi. Dengan kata lain, komunikasi sendiri tidak dapat dielakkan dalam setiap fungsi 1 organisasi, bahkan komunikasi itu mungkin tidak efektif. Setiap manajer harus bias menjadi seorang komunikator. Sebelum menjadi seorang komunikator, terlebih dahulu manajer harus mengetahui keinginan dan kemauan seorang bawahan. Kenyataan di lapangan menyatakan bahwa banyak pegawai lebih menyukai komunikasi satu arah saja. Ini biasanya terjadi pada perusahaaan yang sangat rapi, dimana permasalahan yang dihadapi adalah masalah rutin. Komunikasi mempunyai kaitan yang erat denga fungsi kepemimpinan dalam organisasi perusahaan. Fungsi kepemimpinan yang dimaksud adalah berkomunikasi secara efektif sehinggah menciptakan koordinasi yang baik diantara semua unit serta individu dalam perusahaan. Mengingat bahwa organisasi perusahaan terdiri dari atas beberapa departemen, dimana masing-masing departemen mempunyai tujuan dan tanggung jawab yang berbeda dengan departemen lainnya, maka dibutuhkan komunikasi yang baik antara unit departemen dalam pencapaian tujuan perusahaan bersama. Selanjutnya sumber daya manusia yang didalam organisasi perusahaan terdiri dari individu–individu yang berbeda sehinggah pemimpin harus mampu mengarahkan perilaku masing-masing individu untuk mencapai tujuan perusahaan. Pada realita kehidupan organisasi sering kali bawahan dengan sengaja menahan informasi yang menurut mareka kurang menyengkan atau akan tidak menyengkan atasannya. Disamping itu dapat terjadi pemutarbalikan dan sikap menutup-nutupi fakta sebenarnya karene bawahan tidak mau dianggap kurang 2 kompoten oleh atasannya. Jadi kepercayaan antara bawahan dengan atasan sangat perlu dijalin, karena berdampak pada prestasi kerja pegawai. Dapat dibayangkan hal yang akan menimpah suatu perusahaan apabila kepercayaan antara bawahan dengan atasan tidak terjali dengan baik, maka prestasi kerja pegawai akan menurun dan tujuan organiasi tidak dapat tercapai. Oleh karena itu kepercayaan yang terjalin antara bawahan dan atasan akan menyebabkan terjadinya komunikasi yang efektif. Komunikasi yang baik juga merupakan suatu langkah strategis bagi pencapaian tujuan organisasi secara menyeluruh, dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan yang mendapat kepercayaan masyarakat. Selain itu pemimpin juga harus mampu mengorganisasikan sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya secara efektif dan efisien dengan mengarahkan, mengkoordinasikan dan memotivasi serta keinginan untuk memberikan kontribusi dan mengendalikan prestasi. Dengan alasan tersebut, maka penulis menyajikan sebagai objek penelitian berjudul: Hubungan Komunikasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Kantor Direksi PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa. B. Rumusan Masalah Masalah adalah kesenjangan antara sesuatu yang diharapkan (das sollen) dengan kenyataan (das sein). Setiap perusahaan dalam pencapaian tujuan dan target 3 yang telah ditetapkan sering menghadapi berbagai masalah. Salah satu permasalahan yang timbul adalah prestasi karyawan yang kurang baik, dimana disebabkan oleh komunikasi yang kurang lancar di dalam perusahaan. Adapun perumusan masalah yang disimpulkan oleh penulis adalah sebagai berikut:“Apakah komunikasi Berhubungan Positif dan Signifikan dengan prestasi kerja Karyawan Pada PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang? ”. C. Hipotesis Terjadinya suatu masalah tentunya disebabkan oleh pengaruh variabelvariabel tertentu. Untuk mengetahui dan menganalisis penyebab masalah tersebut dibutuhkan suatu rumusan hipotesa. Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.1 Berdasarkan hasil rumusan masalah diatas, penulis mencoba mengemukakan hipotesa sebagai berikut: “Komunikasi memberikan Pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja pegawai ”. D. Luas Dan Tujuan Penelitian Luas penelitian: 1 Mudrajad Kuncoro, Ph, D. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2009. Hal. 59. 4 Luas ruang lingkup penelitian pada bidang komunikasi yang sangat luas dan kompleks, maka dalam pembahasan perlu diadakan pembatasan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran terhadap masalah yang diteliti ruang lingkup penelitian dibatasi hanya mengenai pengaruh komunikasi terhadap prestasi kerja pegawai pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Sawit Seberang. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana usaha pimpinan dan karyawan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif sehingga tercapai prestasi kerja pegawai yang baik 2. Untuk mengetahui bentuk dan pola komunikasi yang digunakan perusahaan 3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dialami perusahaan dalam berkomunikasi 4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh komunikasi terhadap prestasi kerja pegawai. 5. Untuk mengetahui tugas dan melengkapi persyaratan menyelesaikan studi dalam memperoleh gelar strata satu (S1) Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas HKBP Nommensen Medan. E. Metode Penelitian Dan Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan, digunakan dua macam penelitian yaitu : 5 1. Penelitian Kepusatakaan (Library Research) Yaitu suatu cara untuk mendapatkan data melalui sumber-sumber terbitan tertentu yang berhubungan dengan objek penelitian yang dapat dipergunakan sebagai bahan pembanding dalam penelitian skripsi seperti buku- buku, majalah, dan tulisan ilmah. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian lapangan ini dilakukan secara langsung pada objek yang dipilih, data yang didapat ini adalah merupakan data primer, dan data sekunder, seperti struktur organisasi, jumlah karyawan, bentuk komunikasi, pola komunikasi, media komunikasi, rencana dan realisasi produksi. 3. Populasi dan Sampel Populasi adalah “ himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas dan tidak terbatas”. Sampel adalah “sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dalam menentukan “jumlah sampel”, penulis menggunakan rumus yaitu” n Dimana : N N (d ) 2 1 n = sampel N = populasi d = derajat kebebasan (0.1) Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan untuk memproleh data dan bahan dilakukan dengan cara : 1. Observasi ( Pengamatan Langsung) 6 Yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. 2. Wawancara (Interview) Yaitu Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. 3. Angket (kuesioner) Yaitu daftar pertanyaan atau pertanyaan yang dikirim kepada responden, baik secara langsung atau tidak langsung ( melalui pos atau prantara). F. Metode Analisa Dalam mengadakan analisa, penulis menggunakan metode analisa deduktif dan metode analisa deskriptif : 1. Metode Deskriptif Yaitu menyusun data, mengelompokkan, kemudian menganalisis dan menginterprestasi sehingga di peroleh gambaran yang sebenarnya tentang masalah yang diteliti. 2. Metode Deduktif Yaitu mengadakan analisa dengan menarik kesimpulan khusus dan teori yang berlaku umum mengenai fakta yang dihadapi. Dengan kedua metode tersebut, dibandingkanlah praktek yang diterapkan perusahaan dengan kedua metode tersebut dan pada akhirnya ditarik beberapa 7 kesimpulan akhir, serta diberikan saran yang diharapkan berguna bagi perusahaan sebagai jalan keluar atas pemecahan masalah yang dihadapi. 3. Metode Analisa Regresi Regresi atau peramalan adalah proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Persamaan regresi dirumuskan: Yˆ = a + bX Dimana: Yˆ = (baca Y topi) Subjek variabel yang terikat yang diproyeksi X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a = nilai konstanta harga Y jika X = 0 b = nilai arah sebagai penentu ramalan yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y. 4. Skala Likert Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian 8 gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti variabel-variabel penelitian. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variable, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indicator-indikator yang terukur yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pertanyaan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut : Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat setuju (SS) =5 Sangat setuju (SS) =5 Setuju (S) =4 Setuju (S) =4 Netral (N) =3 Netral (N) =3 Tidak setuju (TS) =2 Tidak setuju (TS) =2 Sangat tidak setuju (STS) = 1 Sangat tidak setuju (STS) = 1 ● Sangat puas (5) ● Sangat baik (5) ● Puas ● Baik (4) ● Cukup Puas (3) ● Sedang (3) ● Kurang Puas (2) ● Buruk (2) ● Tidak puas (1) ● Buruk sekali ( (4) 9 BAB II URAIAN TEORITIS A. Pengertian dan Proses Komunikasi 10 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan kepada pihak lain . Dalam organisasi atau perusahaan, komunikasi memiliki peran penting, terutama dalam membentuk organisasi atau perusahaan. Menurut Mohammad A. Ghani “Komunikasi adalah proses penyampaian pesan, ide, lambang dari komunikator (sumber komunikasi) kepada komunikasi (yang hendak dituju) baik melalui bahasa ucapan/verbal, isyarat, sikap, maupun bahasa gerak (body language)”.2 Menurut Griffin, Riscky mendefinisikan bahwa “Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dari satu orang ke orang lain”.3 Miftah Thoha mengemukakan bahwa “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita atau informasi dari seseorang ke orang lain”.4 Menurut Himstreet dan Baty dalam Business Communication: Principles and Methods, Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antarindividu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan sistem simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan.5 Menurut Richard L. Daft bahwa “Komunikasi adalah proses dimana informasi ditukar dan dipahami oleh dua orang atau lebih, biasanya dengan maksud untuk memotivasi atau mempengaruhi perilaku”.6 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu jembatan arti di antara orang-orang sehingga mereka dapat berbagi hal-hal yang 2 Mohammad A. Ghani, Sumber Daya Manusia Perkebunan Dalam Perseptif, Cetakan pertama. Galia Indonesia, Jakarta. 2003. Hal 96 3 Griffin, Riscky, Manajemen.Edisi ketujuh, jilid dua. Erlangga, Jakarta.2004. Hal 105 4 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Edisi Pertama : Raja Grafindo Persada, Jakarta 2007, hal. 167. 5 Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, Edisi Ketiga : Erlangga, Jakarta, 2006, hal. 3. 6 Richard L. Daft, Manajemen, Jilid Kedua, Edisi Keenam: Salembah Emapt, Jakarta 2006, hal. 414. 11 mereka rasakan dan ketahui. Dengan jembatan ini, sesorang dapat menyeberangi suatu kesalahpahaman yang sedang terjadi. Hal yang paling penting tentang komunikasi adalah bahwa ia paling sedikit harus melibatkan dua orang, yaitu pengirim (sender) dan penerima (receiver). 2. Proses Komunikasi Sebelum komunikasi berlangsung, kita memerlukan tujuan, yang dinyatakan sebagai pesan yang harus disampaikan. Pesan itu disampaikan dari sumber (pengirim) ke penerima. Pesan itu dikodekan (diubah ke dalam bentuk simbolik) dan diteruskan melalui sejumlah medium (saluran) ke penerima, yang menerjemahkan ulang (decoding) pesan yang dimulai oleh pengirim. Hasilnya adalah pentransferan makna dari satu orang ke orang lain. Model Proses terdiri dari tujuh bagian: “a. Sumber Komunikasi b. Pengkodean c. Pesan, d. Saluran e. Decoding f. Penerima g. Umpan balik”.7 Sumber mengawali pesan dengan mengkodekan pikiran. Pesan adalah produk fisik aktual dari sumber yang melakukan pengkodean. Bila kita berbicara, pembicaraan itu adalah pesan. Bila kita menulis, tulisan itulah pesan. Ketika kita melakukan gerakan isyarat, gerakan tangan dan ekspresi wajah kita itu merupakan pesan. Saluran adalah 7 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Cetakan Ketiga : Indeks, Jakarta, 2008, hal. 393. 12 medium tempat pesan dihantarkan. Saluran itu diseleksi oleh sumber, yang harus menentukan apakah menggunakan saluran formal atau informal. Saluran formal dibangun oleh organisasi dan berfungsi mengirimkan pesan yang berhubungan dengan kegiatan profesional para anggota. Saluran-saluran formal secara tradisional mengikuti rantai komando dalam organisasi. Bentuk-bentuk pesan lain, seperti yang bersifat pribadi atau sosial, mengikuti saluran informal dalam organisasi. Penerimaan adalah objek yang menjadi tujuan penyampaian pesan. Tetapi sebelum pesan dapat diterima, simbol-simbol di dalamnya harus diterjemahkan ke dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh penerima. Langkah ini adalah pengkodean (decoding) pesan. Kaitan terakhir dalam proses komunikasi adalah lingkaran umpan balik. Umpan balik merupakan pengecekan mengenai seberapa sukses kita menyampaikan pesan seperti dimaksudkan semula. Umpan balik menentukan apakah pesan itu telah dipahami atau tidak. Gambar 2.1 Model Proses Komunikasi Pesan sumber Pesan pengkodean Pesan saluran Pesan decordin gg penerimaan Umpan Balik Sumber : Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Cetakan Ketiga : Indeks, Jakarta, 2008, hal. 393. 13 Menurut Djoko purwanto, komunikasi memiliki enam tahapan yaitu : 1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan. 2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan. 3. Pengirim menyampaikan pesan. 4. Penerima menerima pesan. 5. Penerima menafsirkan pesan. 6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.8 Keenam tahapan dalam proses komunikasi tersebut dapat digambarkan dalam sebuah diagram menurut Djoko Purwanto yaitu : Gambar 2.2 Tahapan Dalam Proses Komunikasi Tahap 1 Pengirim mempunyai gagasan Tahap 6 Penerima mengirim ide pesan Saluran dan Media Tahap 2 Pengirim mengubah ide menjadi pesan Sumber : Djo Tahap 3 Tahap 5 Penerima menafsirkan pesan Tahap 4 Pengirim mengirim pesan Penerima menerima pesan Sumber : Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, hal 12. Tahap Pertama : Pengirim Mempunyai Suatu Ide/Gagasan 8 Djoko Purwanto, M.B.A. Komunikasi Bisnis, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta, 2006, hal 11 14 Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas di hadapan kita. Dunia ini penuh berbagai macam informasi baik yang dapat dilihat, didengar, dibaui, dikecap, maupun diraba. Ide-ide yang ada dalam benak disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada dalam jaringan otak, yang merupakan gambaran persepsi kita terhadap kenyataan. Tahap Kedua : Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Proses komunikasi dimulai dengan adanya ide dalam pikiran, yang lalu diubah ke dalam bentuk pesan-pesan seperti dalam bentuk katakata, ekspresi wajah, dan sejenisnya, untuk kemudian disampaikan kepada orang lain. Agar ide dapat diterima dan, dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens , gaya personal, dan latar belakang pesan. Tahap Ketiga : Pengirim Menyampaikan Pesan Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, tetapi ada juga yang cukup panjang. Disamping itu, dalam menyampaikan suatu pesan, berbagai media komunikasi, media tulisan maupun lisan dapat digunakan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan disampaikan. 15 Tahap Keempat : Penerima Menerima Pesan Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim (komunikator) mengirimkan suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima pesan tersebut. Jika seseorang menyampaikan sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin bila penerima surat telah membaca dan memahami isinya. Jika seseorang menyampaikan pidato di hadapan umum, para pendengar sebagai audiens harus dapat mendengar apa yang dikatakan dan memahami pesanpesan yang disampaikan. Tahap Kelima : Penerima Menafsirkan Pesan. Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan harus dapat ditafsirkan secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan. Tahap Keenam : Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke Pengirim. Umpan balik adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setelah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka macam, 16 dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikap murung, cemburut, memberi komentar sekilas (singkat) , anggukan sebagai pembenaran, atau pesan sacara tertulis. B. Fungsi dan Bentuk Komunikasi 1. Fungsi Komunikasi Menurut Stephen P. Robbins komunikasi menjalankan empat fungsi utama di dalam kelompok atau organisasi: “pengendalian, memotivasi, pengungkapan emosi, dan informasi”.9 Komunikasi berfungsi mengendalikan perilaku anggota dengan beberapa cara. Setiap organisasi mempunyai hierarki wewenang dan garis paduan formal yang harus dipatuhi oleh karyawan. Komunikasi memperkuat motivasi dengan menjelaskan ke para karyawan apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka bekerja, dan apa yang dikerjakan untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar.Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok merupakan mekanisme fundamental dimana para anggota menunjukkan kekecewaan dan kepuasan. 9 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Cetakan Ketiga : Indeks, Jakarta, 2008, hal. 392. 17 Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan melalui penyampaian data guna mengenali dan mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif. 2. Bentuk Komunikasi Pada dasarnya, ada dua bentuk dasar komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis, yaitu “komunikasi verbal dan nonverbal”.10 a. Komunikasi Verbal Merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lazim digunakan dalam dunia bisnis untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain baik secara tertulis maupun lisan. Bentuk komunikasi verbal ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik, sehingga tujuan penyampaian pesan-pesan bisnis dapat tercapai dengan baik. Jenis-jenis komunikasi verbal ada empat, yaitu menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan. Pada umumnya, untuk mengirim pesan-pesan yang lebih senang berbicara daripada menulis. Alasannya, karena lebih praktis. Meskipun demikian, bukan berarti penyampaian melalui tulisan tidak penting, karena tidak semua hal bisa disampaikan secara lisan. Pesan yang sangat penting dan kompleks lebih tepat disampaikan dengan menggunakan tulisan, misalnya memo, laporan, surat, dan sebagainya. Untuk mendapatkan informasi orang-orang memerlukan keterampilan mendengar dan membaca. Meskipun mendengar dan membaca adalah hal yang berbeda, keduanya memerlukan pendekatan serupa. Langkah pertama adalah 10 Djoko Purwanto, M.B.A. Komunikasi Bisnis, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta, 2006, hal.5 18 mencatat informasi, yang berarti seseorang harus memusatkan perhatian pada pembicaraan yang sedang berlangsung atau bahan yang sedang dibacanya. Selanjutnya adalah menafsirkan dan menilai informasi. b. Komunikasi Nonverbal Merupakan bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis. Menurut teori antropologi, sebelum manusia menggunakan kata-kata mereka telah menggunakan gerakan-gerakan tubuh, bahasa tubuh sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam komunikasi nonverbal orang dapat mengambil suatu kesimpulan tentang berbagai macam perasaan orang lain, benci, cinta, rindu, dan berbagai macam perasaan lainnya. Komunikasi nonverbal mememiliki sifat yang kurang terstruktur sehingga sulit dipelajari. Adapun beberapa jenis komunikasi nonverbal seperti arti suatu warna dan gerakan-isyarat tertentu, yang akan bervariasi dari suatu waktu ke waktu. Pada komunikasi nonverbal disampaikan secara spontan, komunikasi ini sering tidak terencana, namun memiliki pengaruh yang besar. Salah satu kebaikan komunikasi nonverbal adalah keabsahannya hal ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Dengan komunikasi ini seseorang dapat mendeteksi atau menegaskan kejujuran pembicaraan. 19 Komunikasi nonverbal penting artinya bagi pengirim dan penerima pesan, karena sifatnya yang efisien. Suatu pesan nonverbal dapat disampaikan tanpa harus berpikir panjang, dan pihak audiens juga dapat menangkap artinya dengan cepat. Menurut John V. Thill dan Courtland Bovee dalam Excellence In Business Kommunication, komunikasi verbal mempunyai 6 tujuan yaitu: “1. Memberikan informasi 2. Mengatur alur suatu percakapan 3. Mengekspresikan emosi 4.Memberi sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangakan pesan-pesan verbal. 5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain 6. Mempermudah tugas-tugas khusus” 11 C. Komunikasi Yang Efektif Dan Komunikasi Yang Efesien Unsur-unsur pokok dalam komunikasi mencakup pengirim, yang bertanggung jawab untuk mengkodekan pesan yang dimaksud kedalam simbol-simbol yang bermakna, baik verbal maupun non verbal. Pesan dikirim melalui saluran tertulis atau lisan pada penerimaan, yang selanjutnya mengkodekan kembali atau menginterprestasikan maknanya, yang sesuai atau tidak dengan maksud pengirim. 11 Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, Edisi Ketiga : Erlangga, Jakarta, 2006, hal. 10. 20 Komunikasi yang efektif terjadi apabila pesan yang dimaksudkan dari sipengirim dan makna yang diinterprestasikan oleh penerima adalah satu dan sama. Komunikasi efektif merupkan proses dua arah yang memerlukan usaha dan keterampilan baik sipengirim maupun sipenerima. Ini harus menjadi tujuan manajer dalam setiap usaha komunikasi, namun hal ini tidak harus tercapai. Komunikasi yang efisien terjadi pada biaya minimum dalam hubungannya dengan sumberdaya yang digunakan. Waktu, secara khusus merupakan sumberdaya yang penting dalam proses komunikasi. Salah satu permasalahan yang dihadapi para manajer yaitu bahwa komunikasi yang efisien tidak selalu efektif. Suatu komunikasi dengan biaya yang rendah dapat menghemat waktu, tetapi tidak selalu membuat setiap orang memperoleh makna yang sama dari pesan itu. Demikian pula dengan sebaliknya, komunikasi yang efektif bisa tidak efisien. Seorang manajer yang mengunjungi setiap karyawan dan menjelaskan prosedur pekerjaan dapat menjadi bahwa karyawannya akan memahami pesan dari komunikasi tersebut. Akan tetapi tindakan itu dapat tidak efisien jika manajer dan karyawan saling berjauhan. Manajer-manajer yang baik harus dapat mengetahui bagaimana cara untuk memaksimalkan keefektifan dari komunikasi mempertahankan efisiensi dalam prosesnya. 21 mereka sementara tetap Beberapa hambatan utama dari komunikasi yang efektif adalah menilai sumber, penyaringan, tekanan waktu, mendengar secara selektif, masalah bahasa, bahasa kelompok, perbedaan kerangka acuan, dan beban komunikasi yang berlebihan. 1. Menilai Sumber Menilai sumber adalah penafsiran atau pemberian arti terhadap suatu pesan yang dipengaruhi oleh orang yang mengirim (komunikator) pesan tersebut. Pengalaman masa lampau komunikator berpengaruh terhadap pandangan dan reaksi penerima terhadap gagasan, pendapat, saran maupun tindakan. 2. Penyaringan Penyaringan berkaitan dengan manipulasi informasi, khususnya informasi yang negatif. Penyaringan ini pada umumnya terjadi pada komunikasi dari bawah ke atas dimana informasi yang tidak menyenangkan atasan kemudian dihilangkan. 3. Tekanan Waktu Keterbatasan waktu merupakan fenomena yang terjadi dalam setiap aspek kehidupan, dan tekanan waktu menciptakan masalah penting dalam proses komunikasi. Manajer seringkali tidak memiliki banyak waktu untuk berkomunikasi dengan setiap bawahannya. 4. Mendengarkan Secara Selektif Mendengarkan permasalahan secara selektif merupakan bagian dari permasalahan besar persepsi selektif, di mana orang cenderung hanya mendengarkan bagian 22 tertentu dari informasi dan mengakibatkan bagian yang lain karena berbagai alasan. Orang hanya mendengar apa yang ingin didengarkannya dan mengabaikan informasi yang tidak diinginkannya. 5. Masalah Bahasa Komunikasi merupakan suatu proses simbolis yang sebagian besar tergantung pada kata-kata yang dimaksudkan mengandung arti tertentu. Seringkali orang berpikir bahwa mereka berbicara dalam bahasa dan pengertian sama, padahal kata-kata yang diucapkannya memiliki arti yang berbeda bagi orang lain. 6. Bahasa Kelompok Pada umumnya kelompok-kelompok profesional mengembangkan istilah-istilah teknis yang hanya dimengerti oleh kelompoknya sendiri. Hal ini dimaksudkan selain untuk mempercepat dan membuat komunikasi lebih efektif juga dimaksudkan untuk menimbulkan perasaan memiliki, kepaduan maupun kebanggaan. 7. Perbedaan Kerangka Acuan Komunikasi yang efektif memerlukan adanya proses penyandian dan penguraian berdasarkan pada pengalaman yang sama. Jika di antara mereka yang berkomunikasi tidak memiliki pengalaman yang sama maka komunikasi dapat terganggu. Orangorang dalam organisasi dari fungsi atau departemen yang berbeda menafsirkan informasi yang sama dengan cara yang berbeda. 8. Beban Komunikasi Berlebihan 23 Jika penerima mendapatkan informasi lebih dari yang mungkin dapat mereka tangani maka mereka akan mengalami beban komunikasi yang berlebihan. Informasi memang sangat dibutuhkan oleh manajer dalam proses pengambilan keputusan, tetapi pesatnya kemajuan teknologi informasi itu menyebabkan manajer kebanjiran informasi yang kemudian mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menanggapi semua informasi yang disampaikan kepadanya. D. Pola dan Hambatan-Hambatan Komunikasi 1. Pola Komunikasi Meskipun semua organisasi harus melakukan dengan berbagai pihak dalam mencapai tujuannya, perlu diketahui bahwa pendekatan dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain dapat bervariasi atau berbeda-beda. Secara umum pola komunikasi dapat dibedakan menjadi saluran komunikasai formal dan saluran komunikasi nonformal. a. Saluran Komunikasi Formal Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks, akan tampak berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai dengan batas tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari manajer kepada bawahan ataupun dari manajer ke karyawan, pola transpormasi informasinya dapat berbentuk komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, komunikasi horizontal, komunikasi diagonal. 24 b. Saluran Komunikasi Informal Bagan organisasi formal akan dapat menggambarkan bagaimana informasi yang ada ditranspormasikan dari satu bagian ke bagian yang lainnya sesuai dengan jalur hierarki yang ada. Namun, dalam praktik tampaknya garis-garis dan kotak-kotak yang tergambar pada struktur organisasi tidak mampu mencegah orang-orang dalam suatu organisasi untuk saling bertukar informasi antara orang yang satu dengan orang yang lain. Hal ini menyebabkan keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu organisasi tidak dapat dielakkan. Biasanya jaringan ini dapat digunakan oleh para manajer untuk memantau karyawannya melakukan tugas pekerjaan. Dalam jaringan komunikasi informal orang-orang yang ada di dalam organisasi tanpa memperdulikan jenjang hierarki, pangkat dan kedudukan (jabatan), dapat berkomunikasi secara leluasa. Meskipun hal-hal yang mereka perbincangkan biasanya bersifat umum, seperti mengobrol tentang humor yang baru di dengar keluarga, anak-anak, dunia, olahraga, dan lain-lain. Kadangkala mereka juga berbicara hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja dalam organisasinya. 2. Hambatan-Hambatan Komunikasi Dalam berkomunikasi tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Ada banyak hambatan yang bias merusak komunikasi. Berikut ini adalah 25 beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator dalam menyampaikan informasi. 1. Penyaringan Penyaringan mengacu kepenngirim yang manipulasi informasi sedemikian rupa sehingga akan tampak lebih menguntunngkan dimata sipenerima. Misalnya bila Manajer memberitahukan atasannya apa yang dia rasa ingin didengar atasannya, berarti dia sedanng menyaring informasi. 2. Persepsi Seleksi Komunikasi secara selektif mellihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar belakang, dan karakteristik personal lainnya. Para penarimajuga menjelaskan minat dan harapan mareka kedalam komunikasi ketika mareka mendekodekannya. 3. Informasi Berlebihan Setiap orang memiliki kapasitas terbatas untuk mengola data.bila informasi yang digunakan berlebihan maka terjadilah informasi berlebihan. 4. Emosi Emosi yang ekstrimseperti sorak kegirangan atau depresi paling mungkin manghambat komunikasi efektif, dan tidak menghiraukan proses pemikiran yang rasionaldan objektif serta menggantikannya dengan penilaian emosional. 26 5. Bahasa Dalam menyampaikan informasi haruslah jelas agar dapat dimengerti, karena pada tiap kata-kata bagi orang berbeda pula. 6. Kegelisahan Komunikasi Hambatan yang paling besar adalah kegelisahan komunikasi atau kecemasan yang melemahkan orang yang mengalami kegelisahan kominikasi mengalami ketegangan dan kecemasan yang tidak pada tempatnya dalam komunikasi lisan, tulisan, atau keduanya. E. Prestasi Kerja dan Penilaian Prestasi Kerja Menurut Dr.A. A. Anwar Prapu Mangkkunegara pengertian Kinerja (Prestasi Kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.12 Penilaian Prestasi Kerja adalah “ menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan ”.13 Menurut T. Hani Handoko penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah “proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan”.14 Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. 12 Dr.A. A. Anwar Prapu Mangkkunegara, Drs., M.Si. Psi. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya. Cetakan kedelapan. Bandung. 2008. Hal.67. 13 Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan , Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi Revisi, Cetakan Ketujuh , Bumi Aksara, Jakarta , 2005, hal. 87. 14 T. Hani Handoko. Manajemen Personalia dan Sumberdaya manusia, edisi 2. cetakan Keenam belas. 2008. Hal. 135 27 Menetapkan kebijaksanaan berarti apakah karyawan akan dipromosikan, didemosikan, dan atau balas jasanya dinaikkan. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan mengatakan bahwa ada beberapa “ tujuan dan kegunaan penilaian prestasi karyawan dapat dirincikan sebagai berikut”15 : 1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa. 2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam pekerjaanya. 3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam perusahaan. 4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja, dan peralatan kerja. 5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang berada dalam organisasi. 6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi bagi karyawan sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik. 7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor managers, administrator) untuk mengobservasi perilaku bawahan (subordinate) supaya diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan bawahannya. 15 Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan , Manajemen Sumberdaya Manusia, Edisi Revisi, Cetakan Ketujuh , Jakarta , 2005, hal. 89 28 8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya. 9. Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penetapan karyawan. 10. Sebagai alat untuk mengidentifikasikan kelemahan-kelemahan personel dan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar bisa diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan. 11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan. 12. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan ( job description ) Pentingnya penilaian prestasi kerja yang rasional dan diterapkan secara obyektif terlihat pada paling sedikit dua kepentingan, yaitu “kepentingan pegawai yang bersangkutan sendiri dan kepentingan organisasi”.16 Bagi para pegawai, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan, kekurangan dan potensinya yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan kariernya. Bagi organisasi, hasil penilaian prestasi kerja para pegawai sangat penting arti dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutmen, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, dan berbagai aspek lain. F. Hubungan Komunikasi dengan Prestasi Kerja 16 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Cetakan Keenam Belas : Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal 223. 29 Suatu organisasi maupun perusahaan tidak mungkin ada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada komunikasi, para karyawan tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan teman sekerjanya, pimpinan tidak dapat menerima masukan informasi, dan para penyelia tidak dapat memberikan instruksi. Koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan, dan organisasi maupun perusahaan akan runtuh karena ketiadaan komunikasi. Kerjasama menjadi sesuatu yang mustahil, karena orang-orang tidak dapat mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan mereka kepada orang lain. Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif diperlukan beberapa persyaratan yaitu : “1.Persepsi 2.Ketepatan 3.Kredibilitas 4.Pengendalian 5.Keharmonisan/Keserasian”17 1. Persepsi Seorang komunikator harus dapat memprediksi apakah pesan-pesan yang akan disampaikannya dapat diterima oleh komunikan atau tidak. 2. Ketepatan 17 Djoko Purwanto, M.B.A. Komunikasi Bisnis, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta, 2006, hal.16 30 Secara umum, audiens mempunyai suatu kerangka berpikir yang jelas. Agar komunikasi yang dilakukan mencapai sasaran, seseorang perlu mengekspresikan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam kerangka berpikir mereka. 3. Kredibilitas Dalam berkomunikasi, komunikator perlu memiliki suatu keyakinan dan optimisme yang tinggi bahwa audiens adalah orang-orang yang dapat dipercaya. Demikian juga, komunikator harus mempunyai suatu keyakinan bahwa substansi atau inti pesan yang ingin disampaikan kepada pihak lain benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. 4. Pengendalian Dalam berkomunikasi, audiens akan memberikan suatu reaksi atau tanggapan terhadap pesan yang disampaikan. Reaksi mereka dapat membuat komunikator tertawa, menangis, bertindak, mengubah pikiran, atau lemah lembut. 5. Keharmonisan/Keserasian Komunikator yang baik tentu akan selalu dapat menjaga hubungan persahabatan yang baik dengan audiens sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dan mencapai tujuannyA 31 32