MODUL 5 PROSES KOMUNIKASI DAN DASAR-DASAR PERILAKU KONSUMEN Tujuan Komunikasi Membangkitkan Keinginan terhadap Kategori Produk Setiap organisasi pemasaran bertujuan untuk meraih konsumen agar memilih produknya dan bukan produk pesaingnya. Konsumen harus memiliki keinginan terhadap suatu kategori produk terlebih dulu, misalnya menyukai kopi sebelum memilih merek tertentu, misalnya nescafe, dalam kategori tersebut. Inilah yang dimaksud dengan membangkitkan keinginan akan suatu kategori produk, yang juga disebut sebagai usaha menciptakan permintaan primer. Setiap pengenalan produk baru membawa konsekuensi akan tanggung jawab dari sang inovator untuk membangkitkan keinginan konsumen. Menciptakan kesadaran merek, mendorong sikap positif dan mempengaruhi niat membeli Setelah keinginan akan suatu kategori produk tercipta, para pemasar bersaing satu sama lain untuk mendapatkan ’bagian’ dari total pengeluaran konsumen. Setiap pemasar berusaha menciptakan permintaan sekunder untuk merek tertentu. Pemasar perlu mengarahkan usaha mereka pada penciptaan kesadaran merek dan mempengaruhi sikap serta niat positif atas merek tersebut. Misalnya saja merek-merek dalam kategori produk minuman bersoda dan air mineral bersaing untuk menarik konsumen dan menggunakan kampanye iklan yang berorientasi pada citra sebagai upaya ’menarik’ loyalitas konsumen. Kesadaran (awareness) merupakan upaya untuk membuat konsumen familier terhadap suatu merek, melalui iklan, promosi penjualan, dan komunikasi pemasaran lainnya, untuk memberikan informasi kepada khalayak tentang ciri khusus dan manfaatnya serta menunjukkan perbedaannya dari merek pesaing, atau menginformasikan bahwa merek yang ditawarkan lebih baik, ditinjau dari sisi fungsional mau pun simbolisnya. Jika komunikator berhasil menciptakan kesadaran konsumen akan mereknya, konsumen dapat membentuk sikap positif terhadap merek tersebut dan diharapkan akan muncul niat untuk membeli merek tersebut jika suatu saat nanti timbul keinginan untuk membeli suatu produk. Memfasilitasi Pembelian Apakah keputusan konsumen untuk membeli merek yang dipasarkan tergantung pada usaha komunikasi pemasaran dalam memfasilitasi pembelian tersebut? Iklan dapat menciptakan kesadaran merek dan membanagun sikap positif, namun jika sebuah merek baru tidak tersedia di tempat-tempat pembelian atau jika konsumen menganggapnya terlalu mahal dibandingkan merek lain, maka kemungkinan merek tersebut akan dibeli menjadi makin kecil. Namun jika usaha komunikasi pemasaran sebuah perusahaan benar-benar efektif, konsumen akan memahami mengapa haarga merek tersebut lebih tinggi dan mungkin akan dianggap lebih menarik dengan harga premiumnya tersebut. Iklan yang efektif, display yang menarik di toko, serta variabel komunikasi pemasaran lainnya berfungsi untuk memfasilitasi pembelian dan memberikan solusi atas masalah yang ditimbulkan oleh variabel bauran pemasaran nonpromosi (produk, harga, dan distribusi). Untuk mencapai berbagai tujuan komunikasi tersebut di atasmembutuhkan usaha untuk meningkatkan ekuitas merek dan meningkatkan konsep merek secara cermat, sepanjang siklus hisup merek tersebut. Program yang paling berpengaruh adalah program pemasaran dan komunikasi pemasaran yang mampu membentuk asosiasi yang disukai, kuat dan unik antara merek dengan ciri-ciri dan manfaatnya. Konsep atau arti merek yang mendukung perlu terus dikelola dengan cermat sepanjang siklus hidup merek. Konsep merek ini dicapai dengan mempromosikan sebuah merek semenarik mungkin bagi salah saatu dari tiga kategori kebutuhan dasar konsumen (fungsional, simbolik, dan experiental) dan tetap konsisten dengan daya tarik tersebut. Proses Komunikasi Komunikasi merupakan proses menciptakan suatu kesamaan (bahasa Latin: communis; bahasa Inggris: common; commonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima. Kunci utama dari definisi ini adalah diperlukan kesamaan pemikiran yang dikembangkan antara pengirim dan penerima jika diharapkan Daru 09/KomPas/Modul 2 terjadi komunikasi. Kesamaan pemikiran ini membutuhkan adanya hubungan saling berbagi (sharing) antara pengirim (misalnya pengiklan) dengan penerima (konsumen). Bayangkanlah situasi di mana seorang dosen memberikan kuliah di depan para mahasiswa, yang sepertinya mendengarkan apa yang disampaikan dosen, tapi sebenarnya ia sedang memikirkan persoalan pribadinya atau masalah lain, yang tidak terkait dengan topik yang sedang dibahas. Bertolak belakang dari apa yang mungkin dilihat oleh seseorang yang mengamati kejadian tersebut, di situ tidak terjadi komunikasi karena tidak ada saling berbagi pemikiran. Alasan kurangnya komunikasi dalam kasus ini, tentunya adalah perhatian yang tidak diberikan oleh pihak yang harusnya menjadi penerima. Walaupun gelombang suara melintas di gendang telinganya, ia tidak menerimanya secara aktif dan tidak berpikir mengenai apa yang disampaikan oleh dosen. Analogi lain, misalnya antara manusia dengan pesawat televisi. Pesawat televisi secara terus menerus dibombardir oleh gelombang elektromagnetik dari stasiun yang berbeda; namun ia hanya menerima stasiun televisi yang salurannya dipilih. Manusia juga dibombardir oleh stimulus dari berbagai sumber, dan seperti halnya pada pesawat televisi, manusia juga selektif dalam memilih informasi yang ingin mereka proses. Kedua pihak, yakni pengirim dan penerima harus menjadi partisipan yang aktif dalam hubungan komunikatif yang sama, agar dapat saling berbagi pemikiran. Komunikasi adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dengan orang lain, bukan sesuatu yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Unsur-unsur Komunikasi 1. Sumber (source) atau pengirim (sender), yaitu orang atau kelompok orang yang memiliki pemikiran (ide rencana penjualan, dan lain-lain) untuk disampaikan kepada orang lain atau kelompok lain dalam bentuk sebuah pesan. 2. Penterjemahan (encoding), yaitu proses menterjemahkan pemikiran ke dalam bentuk-bentuk simbolik (verbal atau non verbal) menjadi sebuah pesan sehingga dapat disampaikan dengan efektif kepada khalayak sasaran. 3. Pesan (message) adalah ekspresi simbolik dari pemikiran sang pengirim. Dalam komunikasi pemasaran, pesan dapat berbentuk sebuah iklan, presentasi penjualan, disain kemasan, dan sebagainya. 4. Saluran (channel) adalah suatu saluran yang dilalui pesan dari pihak pengirim untuk disampaikan kepada pihak penerima. Perusahaan menggunakan media Daru 09/KomPas/Modul 3 elektronik dan media cetak sebagai saluran untuk menyampaikan pesan iklan kepada pelanggan dan calon pelanggan. Pesan juga dapat disampaikan secara langsung melaui para wiraniaga, melalui telepon, surat penawaran langsung, display di tempat pembelian, dan secara tidak langsung melalui berita dari mulut ke mulut. 5. Penerima (receiver) adalah orang atau sekelompok orang yang menerima pesan dari pengirim. Dalam komunikasi pemasaran, penerima adalah pelanggan atau calon pelanggan suatu perusahaan. 6. Interpretasi (decoding) adalah aktivitas pihak penerima dalam menginterpretasi atau mengartikan pesan. 7. Gangguan (noise) adalah gangguan atau distorsi, yang dapat terjadi dalam tahap mana pun, misalnya sebuah pesan yang melintas dalam saluran pesan dipengaruhi oleh stimulus eksternal yang mengganggu. Atau dalam tahap encoding, pengirim mungkin belum merasa jelas akan pesan yang ingin disampaikan, sehingga pesan tidak bisa terintegrasi dengan baik. Noise juga bisa terjadi dalam saluran misal saluran televisi yang tidak baik, atau dalam tahap decoding misalnya pemirsa televisi tidak memperhatikan tayangan iklan, atau penerima tidak memiliki dasar pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami pesan promosi secara utuh. 8. Umpan balik (feedback) memungkinkan sumber pesan memonitor seberapa akurat pesan yang disampaikan dapat diterima. Umpan balik memungkinkan sumber untuk menentukan apakah pesan sampai pada terget secara akurat atau apakah pesan itu perlu diubah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas di benak penerima. Maka dari itu, mekanisme umpan balik memberi kepada sumber suatu kendali ukuran dalam proses komunikasi. Pengiklan seringkali menemukan bahwa target pasar mereka tidak menginterpretasikan tema kampanye seperti yang mereka inginkan. Dengan melakukan penelitian yang menggunakan umpan balik pasar, manajemen dapat melakukan pengujian ulang dan seringkali dapat memperbaiki pesan iklan yang tidak efektif dan salah arah. Penggunaan Tanda dan Simbol dalam Komunikasi Pemasaran Sebuah tanda merupakan unsur dasar dalam studi mengenai arti. Tanda (sign) adalah suatu bentuk fisik yang dapat dirasakan oleh panca indra yang Daru 09/KomPas/Modul 4 merepresentasikan atau menunjukkan sesuatu kepada seseorang dalam suatu konteks. Misalkan sebuah truk pickup sebagai obyek konsumsi. Arti primer atau eksplisit dari truk pickup adalah kendaraan dengan bagian depan tertutup diperuntukkan para penumpang, serta bagian belakang terbuka untuk mengangkut berbagai barang. Arti sekunder dan implisit, atau arti konotatif dari truk pickup terdiri atas berbagai definisi yang berbeda. Sebuah truk pickup dapat diartikan sebagai pilihan yang bagus, tapi bagi sebagian orang bisa saja diartikan sebagai gaya hidup yang kasar dan tidak berkelas. Komunikasi dikatakan efektif jika tanda-tanda dipahami dengan baik berdasarkan pengalaman si pengirim pesan maupun si penerima. Walaupun kita menggunakan tanda untuk saling memberikan arti kepada pihak lain, namun dua istilah tersebut (tanda dan arti) bukanlah dua hal yang sama. Tanda hanyalah merupakan stimulus yang digunakan untuk menunjukkan arti yang dimaksudkan kepada orang lain. Namun katakata atau pun tanda non verbal sendiri sejatinya tidak memiliki arti, sebaliknya manusialah yang memberikan arti kepada tanda-tanda tersebut. Arti merupakan respon internal yang dimiliki manusia atas stimulus eksternal. Seringkali manusia mengartikan berbeda untuk kata-kata yang sama. Jika tanda tidak memiliki arti, maka arti tidak dapat disampaikan, dan hanya pesan yang disampaikan, dan arti tidak berada dalam pesan, melainkan pada pengguna pesan. Komunikator yang handal perlu berhati-hati dalam menggunakan tanda untuk menyampaikan arti yang dimaksudkan kepada calon pembeli. Seringkali perusahaan mengkomunikasikan penawaran produk dalam istilah yang familiar bagi diri mereka sendiri, dan bukan familiar bagi calon pelanggan. Arti dapat dianggap sebagai persepsi (pemikiran) dan reaksi afektif (perasaan) atas stimulus yang timbul dalam diri seseorang ketika berhadapan dengan sebuah tanda, misalnya nama merek, dalam sebuah konteks tertentu. Bagi seorang indvidu arti merupakan hal internal, bukan eksternal, dengan kata lain bahwa arti ini bersifat subyektif. Misalnya dua orang sedang duduk di depan pesawat televisi dan menyaksikan iklan sebuah merek produk baru makanan kucing. Bagi salah seorang, iklan itu merepresentasikan hewan-hewan menggemaskan yang mengkonsumsi produk tersebut, sehingga dia akan mempertimbangkan untuk kucingnya sendiri. Sedangkan bagi seorang lainnya, yang bukan pecinta binatang, iklan itu merepresentasikan gambaran yang menjijikkan dari binatang-binatang yang tidak menarik dan sedang makan produk yang tidak enak. Di sini jelas bahwa pesan yang sama memiliki arti berbeda bagi kedua orang tersebut. Daru 09/KomPas/Modul 5 Hubungan Tanda Secara spesifik, suatu obyek merupakan tanda dari sesuatu, jika obyek dan apa yanag dilambangkan oleh obyek tersebut berasal dari konteks kultural yang sama. Suatu tanda memperoleh arti dari hal-hal lain dalam konteksnya, begitu sebaliknya. Sebagai contoh, logo Polo dari Ralph Lauren yang terkenal melambangkan status yang tinggi, kemapanan finansial, dan bahkan kerajaan, karena olah raga tersebut diasosiasikan dengan keluarga kerajaan Inggris. Ralph Lauren sangat menyadari hal ini ketika memilih kata POLO untuk melambangkan produk perusahaannya. Ketika membeli merek Polo, seseorang membeli keseluruhan konteks dari tanda, dan ini membuktikan kebenaran pomeo: ”you are what you own.” Merek seringkali memperoleh arti yang diinginkan dari kekuatan nama yang terdengar asing. Konsumen di Amerika Serikat menganggap nama-nama dari Swiss dan jerman menunjukkan ketelitian pembuatan, nama-nama Italia menggambarkan gaya, dan nama-nama Perancis dianggap mengkomunikasikan ide-ide yang avant-garde. Riset telah menemukan bahwa penggunaan merek Perancis untuk produk cat kuku dan wewangian menunjukkan hasil yang lebih baik, karena dianggap memberikan kesenangan atau hedonik, dibandingkan jika diberi nama-nama Inggris. Perusahaan Jepang suka menggunakan nama-nama Inggris dalam merek untuk menunjukkan arti yang ingin disampaikan kepada para konsumen di Jepang. Hubungan Simbol Sebuah obyek adalah sebuah simbol dari obyek lainnya (referent) ketika sang obyek dan referent-nya tidak memiliki hubungan intrinsik sebelumnya, melainkan dihubungkan secara sembarangan atau dimetaforakan. Penggunaan simbol telah menyebar luas dalam komunikasi pemasaran. Misalnya saja, Prudential Insurance mengiklankan diri sebagai The Rock dan menggambarkan dirinya dalam konteks The Rock of Gibraltar. Metafora ini melambangkan kekuatan dan keamanan, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh eksekuti pemasaran Prudential, yaitu bahwa perusahaan terlihat kuat dan aman. Nike telah menciptakan lambang ’swoosh’ yang terkenal untuk mengidentifikasi mereknya serta melambangkan kecepatan,sebuah manfaat kinerja yang utama, khususnya karena merek ini diperkenalkan pertama kali pada masa keemasan jogging dan road running. Daru 09/KomPas/Modul 6 Ketika menciptakan hubungan simbolik, komunikator pemasaran sering menggunakan bahasa figuratifatau non literal. Bahasa figuratif mencakup pengekspresian sesuatu (misalnya merek) dengan hal yang biasanya digunakan untuk melambangkan hal lain (misalnya suatu ide atau obyek) yang dianggap berkaitan. Bentuk bahasa figuratif yang digunakan para komunikator pemasaran adalah simile, metafora, dan alegori. Simile menggunakan sebuah istilah komparatif seperti kata like (seperti) atau as (bagaikan) untuk menghubungkan item-item dari class of experience yang berbeda. ”Love is like a rose” menunjukkan penggunaan simile. Metafora menggunakan sebuah kata atau frase untuk sebuah konsep atau obyek yang tidak dinyatakan secara literal, dengan tujuan membuat ide yang abstrak menjadi lebih nyata. Ketika digunakan dalam iklan, metafora menciptakan sebuah gambaran dalam benak konsumen dan memberikan arti yang sama bagi pengiklan mau pun bagi konsumen. Sebagai contoh, Jaguar XJ-S diklaim sebagai ”the stuff of legends,” Chevrolet merupakan “heartbeat of America.” Para pengiklan menggunakan metafora dengan harapan dapat terus mengasosiasikan merek dengan referent yang dikenal luas dan mempunyai arti simbolik, dan arti yang dikandung dalam referent pada akhirnya akan ditransfer pada merek. Alegori merepresentasikan metafora yang lebih luas. Penggunaan alegori menghubungkan obyek dalam narasi tertentu (misalnya sebuah merek yang diiklankan di televisi) dengan arti di luar narasi, artinya, alegori menunjukkan arti dari suatu cerita di balik cerita, di mana terdapat pula sesuaatu yang lain dari apa yang direpresentasikan secara literal. Di samping penggunaan metafora, karakteristik lain yang dimiliki alegori adalah personifikasi. Melaui personifikasi, kualitas abstrak dalam suatu narasi menyerupai karakteristik manusia. Sebagai contoh adalah Mr Clean merupakan personifikasi dari kemampuan daya bersih yang tinggi dari merek ini. Alegori sering digunakan untuk mempromosikan produk yang sulit diiklankan tanpa menyinggung atau membuat marah beberapa kelompok masyarakat. Pengiklan telah menyimpulkan bahwa dengan menggunakan personifikasi, iklan-iklan yang berpotensi menyinggung perasaan orang atau produk-produk yang berisiko akan lebih mudah diterima publik. Para komunikator pemasaran mengarahkan usaha mereka untuk mempengaruhi kepercayaan, sikap, reaksi emosional, dan pilihan-pilihan konsumen yang berhubungan dengan merek. Pada akhirnya tujuan mereka adalah untuk mendorong konsumen Daru 09/KomPas/Modul 7 memilih merek mereka dan bukan merek pesaing.. Untuk mencapai tujuan ini komunikator pemasaran harus merancanag pesan-pesan iklan, kalimaata-kalimat dalam kemasan, nama merek, presentasi penjualan, dan aktivitas komunikasi lainnya. Kita tahu, bahwa perilaku konsumen amat kompleks dan luas untuk diperhitungkan. Konsumen secara terus menerus dibombardir oleh i nformasi yang memiliki potensi yang relevan dalam pem buatan keputusan. Reaksi konsumen terhadap informasi tersebut, bagaimana informasi tersebut diinterpretasikan, dan bagaimana pula dikombinasikan dengan informasi lain, bisa memberikan efek penting pada pilihan konsumen. Maka, keputusan komunikator pemasaran atas jenis informasi yang akan diberikan kepada konsumen, seberapa banyak, dan bagaimana memberikannya, membutuhkan pengetahuan mengenai bagaimana konsumen memproses, menginterpretasi, dan memadukan berbagai informasi dalam menentukan pilihan. Pemrosesan informasi oleh konsumen terdiri atas delapan tahap: 1. Exposure terhadap informasi 2. Atensi yang selektif 3. Pemahaman mengenai informasi yang disampaikan 4. Persetujuan mengenai informasi yang telah dipahami 5. Penyimpanan dalam memori mengenai informasi yang telah diterima 6. Perbaikan informasi dari dalam memori 7. Pembuatan keputusan dari alternatif yang ada 8. Tindakan yang dilakukan berdasarkan keputusan yang telah diambil. Daru 09/KomPas/Modul 8