KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT JENDERAL BIRO KOMUNIKASI DAN LAYANAN INFORMASI Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1 Jakarta 10710 Telepon (021) 3449230 ext. 6347/48; Fax: (021) 3500847 Website:www.kemenkeu.go.id; email: [email protected] Nomor : 02 /KLI/2014 Tanggal : 5 Januari 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBNP 2013 1. Realisasi APBNP tahun 2013 dapat dipertahankan terjaga dalam tingkat yang aman. Pencapaian kinerja ini tidak terlepas dari upaya pengelolaan kondisi ekonomi makro dan langkah-langkah kebijakan fiskal yang prudent yang ditempuh secara konsisten selama pelaksanaan APBN 2013, walaupun menghadapi tantangan dari perekonomian global dan nasional. Secara umum, kondisi ekonomi makro selama tahun 2013 menunjukkan perkembangan sebagai berikut. a. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,7%, lebih rendah dari asumsi pertumbuhan ekonomi pada APBNP 2013 sebesar 6,3%. Perkiraan tersebut berdasarkan pada realisasi pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III tahun 2013 yang mencapai 5,83% dan perkiraan perutumbuhan ekonomi di triwulan IV yang masih melambat. Lebih rendahnya perkiraan laju pertumbuhan ekonomi tersebut terutama dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian global sepanjang tahun 2013, termasuk penurunan harga komoditas ekspor. b. Tingkat inflasi sepanjang tahun 2013 dapat dikendalikan pada kisaran 8,38%, yang masih lebih tinggi dari asumsi inflasi dalam APBNP 2013 sebesar 7,2%. Lebih tingginya laju inflasi pada tahun 2013 terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM bersubsidi serta pelemahan nilai tukar Rupiah beserta dampak ikutannya terhadap harga komoditas di dalam negeri. c. Realisasi rata-rata Suku Bunga SPN-3 bulan pada tahun 2013 mencapai 4,5%, atau di bawah asumsi yang direncanakan dalam APBNP 2013 sebesar 5,0%. Relatif rendahnya realisasi suku bunga SPN 3 bulan tersebut sejalan dengan masih tingginya permintaan akan surat berharga negara. d. Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah dalam tahun 2013 mencapai Rp10.452/US$, yang mengalami pelemahan dibandingkan dengan asumsi yang direncanakan dalam APBNP sebesar rata-rata Rp9.600/US$. Depresiasi nilai tukar rupiah antara lain dipengaruhi oleh rencana tapering off bank Sentral Amerika Serikat, serta perkembangan perekonomian global dan nasional. e. Realisasi harga minyak mentah Indonesia rata-rata mencapai US$106/barel, lebih rendah dari asumsinya dalam APBNP 2013 sebesar US$108/barel. Relatif stabilnya harga minyak mentah dunia pada tahun 2013 antara lain dipengaruhi oleh masih lemahnya permintaan dunia di tengah pasokan minyak dunia yang cukup memadai, serta terjaganya stabilitas geopolitik terutama di negara-negara produsen minyak mentah dunia. f. Realisasi rata-rata lifting minyak mentah dan gas Indonesia dalam periode Desember 2012 sampai dengan November 2013 masing-masing mencapai 825 ribu barel per hari dan 1.213 ribu barel setara minyak per hari. Realisasi tersebut masih di bawah target yang direncanakan 1/3 dalam APBNP 2013, masing-masing sebesar 840 ribu barel per hari dan 1.240 ribu barel setara minyak per hari. 2. Berdasarkan outlook indikator ekonomi makro tahun 2013 tersebut di atas, serta langkah-langkah kebijakan fiskal yang ditempuh selama tahun 2013, kinerja realisasi APBNP tahun 2013 dapat tetap dijaga pada tingkat yang aman. a. Realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.429,5 triliun. Jumlah ini berarti sekitar 95,2 persen dari rencana yang ditetapkan dalam APBNP 2013 sebesar Rp1.502,0 triliun. - Dari jumlah realisasi pendapatan negara tersebut, realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp1.072,1 triliun, lebih rendah Rp76,3 triliun dari target yang ditetapkan dalam APBNP 2013 sebesar Rp1.148,4 triliun (realisasi 93,4 persen). Pencapaian penerimaan perpajakan tersebut, selain disebabkan oleh dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi di tahun 2013 juga disebabkan oleh kebijakan kenaikan PTKP serta melambatnya kegiatan di sektor industri pengolahan, pertambangan, dan keuangan. - Selain itu, pengalihan penerimaan PBB sektor pedesaan dan sektor perkotaan ke daerah turut berkontribusi terhadap pencapaian penerimaan PBB. Kemudian, berhasilnya kebijakan hilirisasi industri CPO juga memberikan pengaruh terhadap pencapaian penerimaan bea keluar. - Di lain sisi, realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dalam tahun 2013 mencapai Rp352,9 triliun, lebih tinggi Rp3,7 triliun dari rencana yang ditetapkan dalam APBNP 2013 sebesar Rp349,2 triliun (realisasi 101,1 persen). Pencapaian tersebut terutama berasal dari realisasi penerimaan PNBP yang bersumber dari penerimaan sumber daya alam (SDA). b. Realisasi belanja negara dalam tahun 2013 mencapai Rp1.639,0 triliun, atau sekitar 94,9 persen dari pagu belanja negara yang ditetapkan dalam APBNP 2013 sebesar Rp1.726,2 triliun. Realisasi belanja negara tersebut dapat dirinci sebagai berikut: - Realisasi belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.125,7 triliun, atau sebesar 94,1 persen dari pagu belanja pemerintah pusat yang ditetapkan dalam APBNP 2013 sebesar Rp1.196,8 triliun. Penyerapan realisasi belanja pemerintah pusat terhadap pagu APBNP 2013 tersebut antara lain dipengaruhi oleh belanja kementerian negara/lembaga (K/L) yang mencapai sekitar 90,1 persen dari pagu APBNP 2013. - Realisasi anggaran transfer ke daerah mencapai Rp513,3 triliun, atau lebih rendah 3,0 persen dari pagu anggaran yang ditetapkan dalam APBNP 2013 sebesar Rp529,4 triliun. c. Dengan realisasi anggaran pendapatan negara sebesar Rp1.429,5 triliun, dan realisasi anggaran belanja negara sebesar Rp1.639,0 triliun, maka realisasi defisit anggaran dalam pelaksanaan APBNP Tahun Anggaran 2013 mencapai Rp209,5 triliun (2,24 persen PDB). Realisasi defisit anggaran ini lebih rendah dari target defisit anggaran yang ditetapkan dalam APBNP 2013 sebesar Rp224,2 triliun (2,38 persen PDB). 2/3 d. Realisasi pembiayaan anggaran dalam tahun 2013 mencapai Rp230,1 triliun. Jumlah ini berarti Rp5,9 triliun (102,6 persen) lebih tinggi dari sasaran yang direncanakan dalam APBNP 2013 sebesar Rp224,2 triliun. Realisasi pembiayaan anggaran tersebut berasal dari pembiayaan dalam negeri sebesar Rp243,4 triliun, dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar negatif Rp13,3 triliun. e. Dengan realisasi defisit anggaran sebesar Rp209,5 triliun, dan realisasi pembiayaan anggaran yang mencapai Rp230,1 triliun, maka dalam pelaksanaan APBN tahun 2013 terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) sekitar Rp20,5 triliun. Realisasi APBNP Tahun 2012 – 2013 (triliun rupiah) 2012 Realisasi APBNP (triliun rupiah) 2013 Realisasi sementara s.d 31 Desember LKPP Audited APBNP PENDAPATAN NEGARA 1.338,1 1.502,0 1.429,5 95,2 I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK II. PENERIMAAN HIBAH 1.332,3 980,5 351,8 5,8 1.497,5 1.148,4 349,2 4,5 1.425,0 1.072,1 352,9 4,5 95,2 93,4 101,1 100,0 BELANJA NEGARA I BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.491,4 1.010,6 1.726,2 1.196,8 1.639,0 1.125,7 94,9 94,1 II. TRANSFER KE DAERAH 1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian KESEIMBANGAN PRIMER SURPLUS DEFISIT ANGGARAN (A - B) % Defisit Terhadap PDB PEMBIAYAAN (I + II) I. PEMBIAYAAN DALAM NEGERI II. PEMBIAYAAN LUAR NEGERI (neto) 480,6 411,3 69,4 (52,8) (153,3) (1,86) 175,2 198,6 (23,5) KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN 21,9 529,4 445,5 83,8 (111,7) (224,2) (2,38) 224,2 241,1 (16,9) 0,0 % thd APBNP 513,3 430,4 82,9 (96,8) (209,5) (2,24) 230,1 243,4 (13,3) 97,0 96,6 98,9 86,6 93,5 102,6 101,0 79,1 20,5 - 3/3