No. 6/ 93 /BGub/Humas BI Tetap Jaga Stabilitas Ekonomi : Tidak Menutup Kemungkinan Suku Bunga Akan Naik Asesmen Bank Indonesia menunjukkan bahwa secara umum kondisi makroekonomi sampai dengan akhir Juli 2004 ditandai oleh peningkatan kegiatan ekonomi. Di sisi permintaan, peningkatan tersebut terutama didorong oleh kegiatan konsumsi seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, tersedianya alternatif sumber pembiayaan, dan suku bunga yang relatif rendah. Sejalan dengan perkembangan tersebut, sektor-sektor yang terkait dengan kegiatan konsumsi domestik seperti sektor bangunan dan industri otomotif mencatat peningkatan cukup tinggi. Peningkatan kegiatan ekonomi tersebut mulai mendorong tekanan terhadap tingkat harga. Peningkatan inflasi juga disebabkan oleh depresiasi nilai tukar dan kenaikan administered prices yang juga telah mendorong meningkatnya ekspektasi inflasi masyarakat. Mengantisipasi perkembangan tekanan inflasi ke depan, Bank Indonesia akan tetap melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat (tight bias) agar sasaran inflasi jangka menengah sebesar 6-7% tetap dapat dipertahankan. Dalam kerangka kebijakan tersebut, Bank Indonesia akan berupaya menyerap kelebihan likuiditas secara optimal, dengan tidak menutup kemungkinan adanya kenaikan suku bunga. Demikian salah satu kesimpulan pokok dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan yang diselenggarakan hari ini di Jakarta. Kegiatan ekonomi terus menunjukkan peningkatan terutama didorong oleh kenaikan konsumsi. Hal ini tercermin pada peningkatan penggunaan kapasitas di sektor-sektor yang terkait dengan konsumsi domestik. Di samping itu, indikasi peningkatan kegiatan ekonomi juga dikonfirmasi oleh peningkatan penggunaan energi oleh sektor industri dan indikasi mulai meningkatnya kegiatan investasi. Dengan situasi makro yang masih kondusif, sektor luar negeri yang masih mendukung (permintaan luar negeri dan nilai tukar rupiah), pertumbuhan ekonomi 2004 diperkirakan akan mencapai batas atas kisaran 4,5%-5,0%. Secara umum seluruh indikator harga menunjukkan trend yang meningkat. Sampai dengan akhir Juli 2004, inflasi IHK secara tahunan tercatat sebesar 7,20% (yoy) dan secara akumulasi telah mencapai 3,69% (ytd). Peningkatan tekanan inflasi terutama karena faktor melemahnya nilai tukar rupiah, meningkatnya administered price dan meningkatnya permintaan agregat. Faktor nilai tukar dan administered price juga mengakselerasi peningkatan tekanan inflasi melalui dampaknya terhadap peningkatan ekspektasi inflasi. Sejalan dengan perkembangan inflasi IHK, inflasi inti juga mulai memperlihatkan perkembangan yang meningkat. Berbagai langkah kebijakan moneter yang telah ditempuh Bank Indonesia dalam bentuk pembatasan volume FASBI overnight, pengaktifan FASBI 7 hari dan penerapan GWM yang baru sampai dengan bulan Juli 2004 telah berhasil menyerap kelebihan likuiditas di perbankan dengan tetap menjaga stabilitas suku bunga instrumen moneter. Kondisi ini mencerminkan likuditas perbankan masih cukup tersedia. Dengan iklim makroekonomi yang kondusif, kondisi perbankan nasional tetap stabil ditandai dengan membaiknya beberapa indikator utama risiko dan kinerja perbankan. Fungsi intermediasi perbankan nasional secara bertahap terus menunjukkan perbaikan. Posisi kredit perbankan meningkat sebesar Rp15,3 triliun menjadi Rp528,7 triliun. Kredit baru yang dikucurkan dalam Juni 2004 tercatat mencapai Rp11,8 dimana 44,4% disalurkan untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM). Secara kumulatif, sampai dengan Juni 2004, total kredit baru perbankan mencapai Rp31,9 triliun. Peningkatan kredit tersebut di sisi penawaran antara lain disebabkan oleh peningkatan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp17,7 triliun (2,0%). Sedangkan di sisi permintaan, kenaikan kredit didorong oleh relatif rendahnya tingkat suku kredit perbankan. Meskipun demikian, dalam bulan Juni 2004 terdapat tambahan undisburse loan yakni sebesar Rp1,7 triliun dan secara keseluruhan sampai dengan Juni 2004 telah mencapai Rp127,6 triliun. Tingginya jumlah undisburse loan tersebut mengindikasikan adanya sejumlah kredit yang telah disetujui bank, namun belum ditarik oleh debitur. Sementara itu, kualitas kredit perbankan menunjukkan perbaikan yang ditunjukkan oleh penurunan rasio non performing loan (NPL) gross maupun NPL net yang masing-masing menurun menjadi 7,6% dan 2,4%. Aspek permodalan industri perbankan masih memadai yakni tercatat sebesar 20,9%. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memonitor inflasi dengan lebih cermat. Tekanan inflasi diperkirakan masih cukup tinggi hingga akhir 2004. Namun, pada tahun 2005, tekanan inflasi tersebut diperkirakan akan berkurang. Mencermati perkembangan ekonomi-moneter di atas, kebijakan moneter Bank Indonesia akan diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka mempertahankan tingkat inflasi yang rendah dalam jangka menengah. Dalam kerangka tersebut, langkah penyerapan likuiditas secara optimal akan dilanjutkan dengan tanpa menutup kemungkinan adanya kenaikan suku bunga. Untuk mengurangi tekanan inflasi yang berasal dari sisi penawaran, Bank Indonesia menghimbau Pemerintah agar penyesuaian administered prices dapat dilakukan secara gradual. Di bidang perbankan, Bank Indonesia akan terus melakukan langkah-langkah pemantauan terhadap pelaksanaan manajemen risiko, rencana bisnis bank, dan kolektibilitas kredit-kredit baru perbankan. Bank Indonesia juga menghimbau perbankan untuk terus memfungsikan pengawasan internal secara intensif dalam rangka peningkatan good governance guna menghindari terulangnya kasus-kasus fraud di perbankan. Jakarta, 10 Agustus 2004 BIRO KOMUNIKASI Rizal A. Djaafara Kepala Biro