kondisi makroekonomi dan moneter: semakin

advertisement
No.125/BGub/Humas
KONDISI MAKROEKONOMI DAN MONETER: SEMAKIN STABIL
DAN MEMBAIK
Sampai dengan bulan Agustus 2003, perkembangan indikator makroekonomi dan
moneter terus mengindikasikan proses pemulihan ekonomi berjalan sesuai yang
diperkirakan. Didukung dengan membaiknya perekonomian global, ekonomi
Indonesia tahun 2003 diperkirakan akan tetap tumbuh sebagaimana yang
diperkirakan. Hal tersebut tercermin pada pertumbuhan tahunan PDB triwulan II2003 yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Meskipun laju inflasi pada bulan
Agustus 2003 menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan bulan Juli 2003
(0,03%), namun belum mempengaruhi trend penurunan laju inflasi 2003.
Sementara itu, indikator moneter lain juga menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah
tetap relatif stabil, uang primer terkendali dan suku bunga juga semakin kondusif.
Memperhatikan berbagai perkembangan tersebut, Dewan Gubernur memutuskan
bahwa kebijakan moneter tetap diarahkan pada penyerapan likuiditas dengan tetap
menjaga kestabilan suku bunga. Dalam kaitan ini, untuk menjaga stabilitas nilai
tukar dan menjaga kepercayaan pasar, Bank Indonesia akan melakukan
intervensi/sterilisasi valas secara hati-hati dan terukur jika diperlukan. Sementara
itu, untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan, Bank Indonesia akan terus
mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit lebih lanjut dan
meningkatkan penyaluran kredit ke sektor riil. Demikian kesimpulan dalam Rapat
Dewan Gubernur Bulanan – September 2003 yang diselenggarakan hari ini di
Jakarta.
Perkembangan inflasi bulan Agustus mencapai 0,84%, atau secara tahunan sebesar
6,38%. Dengan demikian inflasi dari bulan Januari-Agustus telah mencapai 2,11%.
Inflasi yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya tersebut disebabkan oleh tingginya
kenaikan harga pada kelompok pendidikan, kenaikan tarif dasar listrik, serta akibat
berlangsungnya musim kemarau. Perkembangan nilai tukar relatif stabil selama
bulan Agustus, dengan kecenderungan sedikit menguat 0,29% bila dilihat secara
point to point. Stabilnya kurs rupiah bulan ini disebabkan oleh persepsi pasar atas
membaiknya fundamental ekonomi Indonesia, dan pulihnya kepercayaan pasar
terhadap kondisi di dalam negeri.
Suku bunga SBI masih dalam trend menurun dan sinyal perlambatan penurunan SBI
tersebut telah ditangkap dengan baik oleh pasar. Seiring dengan penurunan suku
bunga instrumen moneter tersebut, suku bunga deposito turun 136 bps dan suku
bunga tabungan turun 79 bps. Pada periode yang sama, suku bunga kredit turun
sekitar 14bps - 53bps. Seiring dengan trend menurunnya suku bunga kredit,
penyaluran kredit perbankan pada bulan Juni 2003 terus memperlihatkan
peningkatan dengan jumlah kredit yang disalurkan perbankan meningkat sebesar
Rp6,1 triliun sehingga menjadi Rp 434,1 triliun, dengan pertumbuhan kredit baru
sejak Desember 2002 sampai dengan akhir Juni 2003 mencapai Rp 41,8 triliun.
Dalam bulan-bulan mendatang, proses pemulihan ekonomi akan terus bergulir,
dengan pertumbuhan PDB diperkirakan tetap dapat mencapai 3,5%-4.0% pada akhir
tahun 2003. Kecenderungan penurunan inflasi masih akan terus berlanjut dan untuk
keseluruhan tahun 2003 diperkirakan lebih rendah dari sasaran yang telah
ditetapkan. Perkiraan ini didukung oleh masih terjaganya ekspektasi inflasi
masyarakat. Namun, Bank Indonesia akan tetap mewaspadai tekanan-tekanan
inflasi, termasuk yang akan mempengaruhi laju inflasi tahun 2004. Sementara itu,
nilai tukar rupiah sampai dengan akhir 2003 diperkirakan tetap relatif stabil dengan
kecenderungan menguat secara terbatas.
Dengan mempertimbangkan (i) perkembangan dan prospek makroekonomi dan
moneter; (ii) masih adanya faktor risiko ke depan yang kemungkinan dapat
menimbulkan gangguan stabilitas di pasar keuangan; (iii) serta perkiraan
meningkatnya tekanan laju inflasi di tahun 2004, maka kebijakan moneter akan
ditempuh dengan mengedepankan penyerapan kelebihan likuiditas dengan tetap
menjaga kestabilan suku bunga, intervensi valas yang dilakukan secara hati-hati dan
terukur guna menjaga kestabilan nilai tukar serta moral suasion kepada perbankan
untuk menurunkan suku bunga kredit lebih lanjut dan meningkatkan penyaluran
kredit ke sektor riil.
Jakarta, 9 September 2003
BIRO KOMUNIKASI
Rizal A. Djaafara
Deputi Kepala Biro
Download