No.6/57/BGub/Humas PROSPEK EKONOMI KE DEPAN TETAP MEMBAIK, BI TIDAK MERUBAH STANCE KEBIJAKAN Selama April 2004, perkembangan indikator makroekonomi menunjukkan bahwa kondisi fundamental makroekonomi masih sesuai dengan perkiraan pada awal tahun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan konsumsi, ekspor, dan investasi dalam PDB triwulan II2004 yang diperkirakan akan meningkat. Secara keseluruhan stabilitas makroekonomi tetap terjaga seperti yang tercermin dari tingkat inflasi yang stabil dan pertumbuhan uang primer yang terkendali, meskipun nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang bersumber dari faktor eksternal. BI optimis kestabilan makroekonomi dalam bulan mendatang masih berlanjut dan prospek ekonomi ke depan masih sejalan dengan perkiraan BI di awal tahun. Sejalan dengan itu, kebijakan moneter yang berhati-hati untuk memelihara kestabilan makroekonomi akan tetap dipertahankan. Terkait dengan hal tersebut, suku bunga SBI akan tetap dipertahankan di sekitar tingkat yang berlaku saat ini agar selaras dengan upaya pencapaian inflasi dalam jangka menengah panjang. Untuk mengantisipasi potensi tekanan terhadap nilai tukar, langkah sterilisasi valas dilaksanakan secara terukur. Di sisi lain, BI akan mengintensifkan monitoring dan pengawasan terhadap transaksi devisa terhadap pelaku utama pasar valas. Demikian salah satu kesimpulan pokok dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan – Bank Indonesia yang diselenggarakan hari ini di Jakarta. Laju inflasi pada April 2004 masih terkendali, walaupun sedikit mengalami peningkatan harga pada kelompok bahan makanan. Di tengah permintaan domestik yang meningkat namun secara umum dapat diimbangi dengan jumlah pasokan yang memadai sehingga membentuk ekspektasi konsumen yang membaik, kecuali untuk beberapa komoditi bahan makanan. Sementara di sisi eksternal, terdapat sedikit tekanan inflasi yang bersumber dari mulai meningkatnya inflasi di beberapa negara mitra dagang dan melemahnya nilai tukar. Sementara itu, kebijakan Pemerintah menaikkan tarif telepon per 1 April 2004 (administered price) belum terlihat memberikan dampak yang cukup berarti. Dengan perkembangan tersebut inflasi IHK sampai dengan bulan April tercatat sebesar 5,92% (yoy). Nilai tukar rupiah selama bulan April 2004 sedikit mengalami tekanan. Tekanan tersebut terutama dipengaruhi oleh dampak rambatan penguatan dolar AS secara global serta sentimen regional atas upaya perlambatan pertumbuhan ekonomi Cina. Meskipun mengalami tekanan, volatilitas nilai tukar rupiah relatif rendah. Hal tersebut antara lain terkat dengan faktor fundamental yang kondusif sebagaimana tercermin dari masih tingginya cadangan devisa, masih kondusifnya country risk, serta langkah intervensi yang dilakukan BI. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah bergerak pada level Rp8.617 per dolar AS atau tetap dalam kisaran perkiraan semula yaitu Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS. Dalam bulan April, seiring dengan terkendalinya laju inflasi, suku bunga SBI 1 dan 3 bln turun sebesar 9 bps sehingga tercatat menjadi 7,33% dan 7,25%, sementara suku bunga FASBI juga turun 25 bps menjadi 7%. Penurunan suku bunga ini telah diikuti dengan menurunnya suku bunga perbankan dalam besaran yang bervariasi dimana penurunan terbesar terjadi pada suku bunga kredit konsumsi. Dengan perkembangan tersebut, spread antara suku bunga deposito dengan kredit mulai sedikit menipis, meski secara umum masih cukup lebar. Sementara itu, perkembangan kinerja perbankan secara keseluruhan menunjukkan kestabilan dan tidak menunjukkan adanya potensi risiko yang dapat membahayakan stabilitas sistem keuangan, meskipun dalam bulan April 2004 terdapat penutupan dua bank yakni Bank Dagang Bali dan Bank Asiatic. Berdasarkan data Maret 2004, beberapa indikator-indikator perbankan memperlihatkan perbaikan. Kualitas kredit secara industri sedikit membaik seperti ditunjukkan oleh NPL gross yang menurun dari 8,3% menjadi 7,8%. Rentabilitas perbankan juga masih memadai seperti yang ditunjukkan oleh ROA yang membaik dari 2,6% menjadi 2,7%. Di sisi permodalan, CAR industri perbankan dalam 3 bulan terakhir menunjukkan kestabilan dan tercatat mencapai 23,5% pada bulan Maret 2004. Sementara itu, kecenderungan penurunan suku bunga yang terus berlangsung tampaknya terus mendorong pengucuran kredit perbankan, yang mencerminkan perbaikan fungsi intermediasi perbankan. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan sedikit meningkatnya rasio LDR dari 42,9% menjadi 43,7%. Jumlah kredit yang diberikan meningkat menjadi Rp485,9 triliun dibandingkan Rp477,3 triliun pada bulan sebelumnya. Kredit baru selama bulan laporan tercatat sebesar Rp2,1 triliun, di mana sebesar Rp1,2 triliun disalurkan ke sektor UMKM. Berdasarkan perkembangan diatas, Bank Indonesia memandang bahwa prospek makroekonomi ke depan baik pertumbuhan ekonomi, inflasi, maupun nilai tukar rupiah pada triwulan II-2004 dan keseluruhan tahun 2004 diperkirakan masih sesuai dengan prakiraan awal tahun. Prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi IHK pada triwulan II-2004 masih sesuai dengan prakiraan semula yaitu masing-masing 4,3% 4,8% (y-o-y) dan 5 - 6%. Namun demikian, beberapa perkembangan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan nilai tukar ke depan, terutama kemungkinan kenaikan suku bunga Fed Fund, akan terus dicermati secara seksama. Dalam bulan mendatang, BI akan tetap mempertahankan kebijakan moneter yang berhati-hati dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang. Dalam kaitan itu, suku bunga SBI akan tetap dipertahankan di sekitar level yang berlaku saat ini, sementara uang primer akan tetap diarahkan pada sasaran indikatifnya disesuaikan dengan pencapaian sasaran inflasi jangka menengah. Sebagai bagian dari upaya memperbaiki struktur suku bunga, mulai bulan Mei 2004 BI telah mengubah anchor dalam penetapan maksimum suku bunga penjaminan deposito dengan menggunakan acuan suku bunga SBI 3 bulan. Dengan digunakannya suku bunga SBI 3 bulan sebagai anchor, gradasi suku bunga pasar dan instrumen moneter akan lebih wajar dan diharapkan dapat mendorong peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Sementara itu, untuk menjaga stabilitas nilai tukar, langkah intervensi/sterilisasi valas akan tetap dilakukan dalam bulan-bulan mendatang. Di samping itu, BI juga akan mengintensifkan monitoring, moral suasion dan pengawasan transaksi devisa pelaku utama di pasar. Di bidang perbankan, BI akan meningkatkan langkah-langkah pengawasan perbankan khususnya dalam mengantisipasi peningkatan risiko dan penurunan kinerja perbankan, antara lain melalui pemantauan pelaksanaan manajemen risiko dan pemantauan atas pelaksanaan rencana bisnis bank yang telah disetujui pada akhir April 2004. Jakarta, 6 Mei 2004 BIRO KOMUNIKASI Rizal A. Djaafara Deputi Kepala Biro