1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar
pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian
sasaran inflasi yang telah ditetapkan (konsistensi). Respon kebijakan moneter
dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate.
Perubahan (kenaikan atau penurunan) BI Rate dilakukan secara konsisten dan
bertahap. BI Rate adalah suku bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia yang
ditetapkan pada RDG triwulan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu
triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang
sama. Dengan demikian, rate rata-rata tertimbang hasil lelang SBI pada setiap
kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal
kebijakan moneter Bank Indonesia. BI Rate diumumkan ke publik segera
setelah ditetapkan dalam RDG sebagai sinyal stance kebijakan moneter (yang
lebih jelas dan tegas) dalam merespon prospek pencapaian sasaran inflasi ke
depan. BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi
pengendalian moneter untuk mengarahkan agar Rata-Rata Tertimbang Suku
Bunga SBI 1 bulan hasil lelang OPT (suku bunga instrumen liquidity
adjustment) berada di sekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1 bulan
diharapkan mempengaruhi suku bunga PUAB dan suku bunga jangka yang
lebih panjang. Perubahan dalam BI rate pada dasarnya menunjukkan respon
kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke
depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
1
2
Dengan adanya perubahan kebijakan BI rate juga dapat mempengaruhi faktorfaktor fundamental seperti cadangan devisa, pasar keuangan, suku bunga
perbankan, kurs, pasar modal, pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Salah satu faktor fundamental yang paling berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia ialah nilai tukar yang lazim disebut kurs. Kurs
mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya stabilitas moneter dan
dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk
terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha.
Secara garis besar, sejak tahun 1970, Indonesia telah menerapkan tiga sistem
nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap mulai tahun 1970 sampai tahun 1978,
sistem nilai tukar mengambang terkendali sejak tahun 1978, dan sistem nilai
tukar mengambang bebas (free floating exchange rate system) sejak 14
Agustus 1997. Dengan diberlakukannya sistem yang terakhir ini, nilai tukar
rupiah sepenuhnya ditentukan oleh pasar sehingga kurs yang berlaku adalah
benar-benar pencerminan keseimbangan antara kekuatan penawaran dan
permintaan. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia pada waktuwaktu tertentu melakukan sterilisasi di pasar valuta asing, khususnya pada saat
terjadi gejolak kurs yang berlebihan. Kestabilan nilai kurs rupiah sangat
penting dan perlu dijaga, tidak hanya untuk mendukung pencapaian sasaran
inflasi, tetapi juga untuk menumbuhkan kepastian usaha yang diperlukan bagi
sehatnya kegiatan perekonomian (Boks: Tantangan Kebijakan Moneter dalam
“Small Open Economy”).
Perkembangan indeks yang membaik didukung oleh faktor domestik
dan faktor eksternal yang kondusif dan perkembangan berbagai indikator
makroekonomi yang semakin membaik, seperti inflasi yang terkendali,
3
cadangan devisa yang meningkat, nilai tukar rupiah yang stabil, dan kinerja
ekonomi yang membaik membuat investor asing yakin terhadap pengelolaan
ekonomi Indonesia. Dari sisi fundamental, PDB yang meningkat, NPI yang
surplus disertai dengan terjaganya daya tarik investasi rupiah merupakan
faktor penarik aliran modal masuk ke Indonesia. Perubahan BI rate di pasar
saham dan terjaganya kestabilan makroekonomi berkontribusi positif
mendorong IHSG. Kondusifnya penanaman pada instrumen investasi
keuangan domestik dan tingginya likuiditas global mendorong pelaku asing
masuk pasar saham. Minat investor asing ke pasar modal Indonesia menjadi
semakin besar seiring dengan kecenderungan penguatan nilai tukar rupiah.
Anggapan bahwa fluktuasi yang besar pada nilai tukar sebagai faktor utama
yang mampu menjelaskan fluktuasi besar pada pasar modal menunjukkan
bahwa fluktuasi yang terlalu besar pada pasar modal Indonesia pada saat krisis
ekonomi bukan disebabkan oleh faktor fundamental semata. Faktor
fundamental merupakan salah satu faktor yang dipergunakan dalam
menganalisis harga suatu saham. Melalui analisis fundamental seorang
investor dapat memperkirakan nilai intrinsik suatu saham, melalui intrinsik ini
selanjutnya investor akan memperkirakan expected return dan risiko yang
sesuai dengan preferensi tersebut. Para investor asing tentunya akan
mengharapkan return atas investasinya dalam dua (2) hal, yaitu: harga saham
dan valuta asing. Hal tersebut merupakan bagian dari diversifikasi
internasional portofolio investasi investor asing. Para investor asing ini
cenderung lebih menyukai jika nilai tukar rupiah menguat terhadap mata uang
negara lain. Karena dengan menguatnya nilai tukar rupiah mereka akan
mendapatkan keuntungan besar.
4
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan adanya kebijakan BI
rate mengenai kebijakan nilai tukar terutama untuk mengendalikan tekanan
apabila terjadi pergerakan nilai tukar rupiah yang fluktuatif dari arus modal
asing jangka pendek dan atau transaksi valas yang tidak mempunyai transaksi
ekonomi yang mendasarinya, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
“Pengaruh Fluktuasi Mata Uang Asing terhadap Harga Saham”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut: bagaimana pengaruh fluktuasi mata uang asing terhadap harga saham?
1.3
Batasan Masalah
Penelitian ini menggunakan data nilai tukar Rupiah terhadap mata
uang Dollar, mata uang Euro, dan mata uang Yen selama 5 tahun (Januari
2002 – Desember 2006) yang diperoleh dari website Bank Indonesia
www.bi.go.id.
Penelitian ini menggunakan data indeks harga saham gabungan (IHSG)
harian yang diperoleh dari buletin JSX.
Penelitian ini melihat bagaimana pengaruh fluktuasi mata uang asing
terhadap harga saham di tahun 2002 sampai dengan 2006 dengan adanya
perubahan tingkat suku bunga oleh Bank Indonesia.
5
1.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah yang ada maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fluktuasi mata uang
asing terhadap harga saham.
1.5
Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini akan bermanfaat bagi:
ƒ
Investor
Dapat digunakan sebagai pedoman dalam memilih investasi di berbagai
mata uang asing manakah yang lebih menguntungkan dan membantu
investor dalam mengambil keputusan secara cepat dan tepat.
ƒ
Pemerintah
Dengan tulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pemerintah sebagai pertimbangan dalam mengambil dan menentukan
kebijaksanaan perekonomian khususnya investasi dalam pasar uang.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian penyusunan skripsi dibagi dalam 5 bab
yaitu sebagai berikut:
BAB I:
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II:
LANDASAN TEORI
6
Landasan teori berisi konsep teoritis sebagai dasar untuk
menganalisis yang merupakan hasil studi pustaka, penelitian
terdahulu, dan pengembangan hipotesis.
BAB III: MODEL PENELITIAN
Bab ini berisi jenis dan sumber data, metode pengambilan sampel,
model penelitian, definisi operasional variabel dan pengukurannya,
serta metoda analisis data.
BAB IV: HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan
pembahasan.
BAB V:
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran yang merupakan hasil
dari analisis data.
Download