LAPORAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN bulan September

advertisement
LAPORAN
PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN
bulan September
2017
Table
of Isi:
Contents
Daftar

Perkembangan Ekonomi Global
Perkembangan
Ekonomi Global
Global Competitiveness Report 2017-2018;
World Bank: Indonesia Economic Quarterly;
1
World Development Report 2018; Voice of
Asia, Deloitte, September 2017
World Economic Outlook (WEO) April 2017;
International Monetary Fund (IMF) Spring
Meeting 2017;
ASEAN Summit ke-30
Perkembangan
Domestik
Harga Minyak Indonesia dan Lifting Migas
September 2017; Perkembangan Pasar Keuangan
dan Sektor Riil; Realisasi APBNP 2017 s.d Agustus
2017
pengadaan pemerintah. Namun demikian, WEF mencatat
bahwa Indonesia masih perlu meningkatkan efisiensi di
pasar tenaga kerja. Pada sektor ini, Indonesia berada di
peringkat 96, karena redundansi biaya yang berlebihan,
fleksibilitas penguasaan upah yang terbatas, dan
representasi perempuan yang terbatas dalam angkatan
kerja.
Perkembangan
Ekonomi Global
Global Competitiveness Report 20172018, yang dirilis oleh World
Economic Forum (WEF) pada 26
September
2017,
Indonesia
menempati urutan ke-36 secara keseluruhan, naik dari
peringkat ke-41 tahun lalu dan naik 14 peringkat dari
posisi lima tahun lalu. Indonesia dinilai mampu
memperbaiki 10 dari 12 kategori, termasuk kesehatan,
pendidikan dasar, dan infrastruktur.
Sementara itu, Vietnam naik menjadi peringkat
ke-55, naik 5 peringkat dari tahun lalu dan 20 peringkat
dari lima tahun yang lalu. Vietnam dinilai membuat
perbaikan signifikan dalam kesiapan teknologi dan
efisiensi pasar kerja. Perdagangan merupakan faktor besar
lain yang mendorong Vietnam naik peringkat. Meskipun
pengunduran diri Amerika Serikat dari Kemitraan Trans
Pasifik berpotensi menghilangkan beberapa peluang
perdagangan Vietnam di masa depan, namun laporan
tersebut mengatakan bahwa pertumbuhan negara
tersebut tetap diproyeksikan tetap kuat dengan didorong
ekspor yang kuat.
Kenaikan periangkat Indonesia sebagian besar didorong
oleh pertumbuhan ekonomi dan fundamental makro
ekonomi yang kuat. Laporan tersebut mengakui Indonesia
sebagai salah satu inovator teratas di antara negaranegara berkembang, khususnya dalam teknologi
2
Negara Asia lainnya seperti Singapura berada di urutan ke3, Malaysia di urutan ke-23, Tiongkok di urutan ke-27,
Thailand di urutan ke-32, dan Filipina di urutan ke-56.
Bank Dunia merevisi ke bawah outlook
pertumbuhan ekonomi Indonesia
menjadi 5,1% pada tahun 2017 dalam
rilis Indonesia Economic Quarterly edisi
Oktober 2017. Dalam laporan ini, Bank Dunia menilai
fundamental ekonomi makro Indonesia baik dan telah
meningkat, karena Pemerintah menerapkan reformasi
struktural secara berkesinambungan. Pertumbuhan
investasi naik ke tingkat tertinggi sejak triwulan ke-4 tahun
2015, terutama didorong oleh investasi di sektor
konstruksi.
Namun di tengah kondisi perekonomian yang kondusif,
pertumbuhan konsumsi swasta tidak mengalami
peningkatan yang signifikan dan pertumbuhan ekspor
melemah sehingga berkontribusi pada pelebaran defisit
transaksi berjalan. Revisi Anggaran tahun 2017 dan
pemotongan suku bunga Bank Indonesia dinilai
memberikan
beberapa
stimulus.
Bank
Dunia
memperkirakan pertumbuhan PDB riil tahun 2017 sebesar
5,1 persen.
3
Laporan ini juga secara khusus menyoroti topik partisipasi
sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur. Peran
investasi sektor swasta dapat membantu Pemerintah
dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur yang
diperkirakan sebesar US$1,5 triliun.
transparansi dan efisiensi badan usaha milik negara yang
mendominasi sektor infrastruktur, serta; (4) kedalaman
pasar perbankan lokal dan pasar modal.
Bank Dunia merilis World Development
Report 2018: ‘Learning to Realize
Education’s Promise’ pada September
2017 berpendapat bahwa tanpa proses
pembelajaran, pendidikan akan gagal menghapus
kemiskinan dan menciptakan kesempatan dan
kemakmuran untuk semua orang. Jutaan siswa di negara
berpenghasilan rendah dan menengah menghadapi
prospek kehilangan kesempatan dan upah yang lebih
rendah di kemudian hari karena sekolah dasar dan
menengah mereka gagal mendidik mereka untuk sukses
dalam kehidupan.
Namun demikian, peningkatan partisipasi sektor swasta
memerlukan adanya perbaikan dalam: (1) hukum dan
peraturan yang kompleks bagi kemitraan pemerintahswasta;
(2) perencanaan proyek, proses penilaian dan seleksi; (3)
Bank Dunia memberi peringatan akan adanya 'krisis
pembelajaran' dalam pendidikan global. Di berbagai
negara, jutaan anak masih tidak dapat membaca, menulis
atau melakukan matematika dasar bahkan setelah
4
beberapa tahun bersekolah. Krisis belajar ini memperlebar
kesenjangan sosial dan bukannya mempersempitnya.
positif pada keterampilan guru atau pembelajaran siswa.
Menaikan gaji menarik kandidat yang lebih baik untuk
menjadi guru dan meningkatkan kepuasan guru, namun
tidak berpengaruh pada kinerja guru yang ada.
Di beberapa bagian dalam laporan tersebut, Indonesia
dinilai telah membuat kemajuan yang cukup besar,
terlepas dari tantangan untuk mereformasi sistem
pendidikan yang besar dan terdesentralisasi. Anggaran
pendidikan telah ditingkatkan hingga 20 persen dari APBN
setiap tahun, dan 95 persen masyarakat Indonesia dapat
membaca dan menulis pada tahun 2015. Bank Dunia juga
mengapresiasi program prasekolah (Pendidikan Anak Usia
Dini/PAUD) untuk anak 3-6 tahun di Indonesia yang
memberikan manfaat substansial dalam mengembangkan
keterampilan
bahasa,
kognitif,
motorik,
dan
sosioemosional anak berkat interaksi mereka dengan
pendidik, meskipun dengan investasi infrasturuktur yang
minimal.
Indonesia
disebutkan
akan
mendapatkan keuntungan dari
"bonus
demografi"
dalam
beberapa dasawarsa mendatang, yang mana angka
harapan hidup dan tingkat kelahiran yang meningkat
menghasilkan peningkatan populasi usia kerja dan
tanggungan yang relatif lebih sedikit daripada generasi
sebelumnya (Voice of Asia, Deloitte, September 2017).
Proporsi orang dewasa usia kerja diperkirakan relatif stabil
pada sekitar dua pertiga dari total populasi, atau lebih
tinggi dari negara-negara Asia Tenggara lain, seperti
Thailand atau Singapura. Bonus demografi Indonesia
dinilai
akan
mendorong
pertumbuhan
(1) Konsumsi, termasuk sektor pariwisata, hiburan,
perhotelan,
manufaktur,
dan
pendidikan;
(2) Konstruksi, utilitas, dan transportasi; serta
(3) Manufaktur.
Namun demikian, Bank Dunia menilai upaya Indonesia
untuk meningkatkan kualitas guru melalui sertifikasi dan
kenaikan gaji guru kurang berhasil. Pengeluaran anggaran
yang jauh lebih besar untuk gaji, dinilai tidak berpengaruh
5
Indonesia juga disebutkan mengalami laju urbanisasi
tercepat di Asia, namun dianggap kurang berinvestasi di
kota-kotanya. Banyak masyarakat perkotaan memiliki
kekurangan akses terhadap air bersih, sistem saluran
pembuangan, dan transportasi umum, diiringi tingkat
kemacetan, polusi, dan risiko bencana yang berpotensi
menghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Perkembangan
Domestik
HARGA MINYAK MENTAH DAN
LIFTING MIGAS
Selain itu, Indonesia memiliki tingkat ketimpangan
pendapatan dan kekayaan yang cukup tinggi, dengan
peningkatan konsentrasi kekayaan meningkat lebih cepat
daripada negara lain. Tren ini kemungkinan akan memiliki
memperburuk ketidaksetaraan ekonomi dan kelompok
orang terkaya di Indonesia cenderung memperoleh porsi
keuntungan lebih besar dari pertumbuhan ekonomi yang
tinggi yang dihasilkan oleh keseluruhan penduduk.
Harga minyak mentah Indonesia (ICP)
mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada
bulan September 2017
ICP naik sebesar US$4,04 per barel dari US$48,43 pada
bulan Agustus menjadi US$52,47 per barel pada bulan
September sehingga rata-rata ICP s.d Septmber 2017
mencapai $48,9/barel. Kenaikan ICP tersebut sejalan
dengan kenaikan harga minyak mentah utama dunia,
seperti WTI dan Brent yang diperkirakan akan terus naik
6
hingga US$60 per barel. Kenaikan harga minyak mentah
dunia pada bulan September 2017 terutama didorong
oleh kerusakan kilang minyak Amerika Serikat akibat Badai
Harvey yang menyebabkan berkurangnya produksi minyak
AS. Referendum kurdis untuk memisahkan diri dari Irak
juga diperkirakan akan mempengaruhi gejolak politik di
Timur Tengah yang akan berpengaruh besar terhadap
harga minyak dunia.
harga minyak dunia di samping perbaikan perekonomian
global yang tengah terjadi.
Kenakan juga terjadi pada lifting migas Indonesia. Lifting
minyak Indonesia pada bulan Agustus mencapai 803,3 ribu
barel per hari atau lebih tinggi dibandingkan bulan Juli
yang mencapai 740,4 ribu barel per hari. Dengan
demikian, rata-rata lifting minyak bumi tahun 2017
(Januari-Agustus) mencapai 794,2 ribu barel per hari atau
masih lebih rendah dibandingkan target dalam APBNP
2017 yang mencapai 815 ribu barel per hari. Sementara
Selain itu, tingkat kepatuhan negara OPEC dan Non OPEC
atas kebijakan pembatasan produksi minyak yang
meningkat juga berpengaruh besar terhadap peningkatan
7
itu, lifting gas pada bulan Agustus juga meningkat
dibandingkan bulan sebelumnya dan mencapai 1.163,5
ribu barel setara minyak per hari (rbsmph) sehingga
sampai dengan bulan Agutus 2017, rata-rata lifting gas
mencapai 1.112,84 rbsmph atau masih lebih rendah
dibandingkan target dalam APBNP 2017 yang mencapai
1.150 rbsmph..
makanan mengalami deflasi sebesar 0,53 persen yang
terutama disumbang oleh turunnya harga bawang merah
dan putih serta daging ayam. Sementara itu, berdasarkan
komponen, kelompok inti menjadi penyumbang terbesar
inflasi bulan September 2017 yaitu mencapai 0,35 persen
(mtm) diikuti oleh komponen administered price sebesar
0,15 persen (mtm) dan komponen volatile food yang
mengalami defalsi sebesar 0,67 persen (mtm).
Inflasi IHK
Tingkat Suku Bunga BI
Pada bulan September 2017 terjadi inflasi
sebesar 0,13 persen (mtm) atau 2,66 persen
(ytd) dan 3,72 persen (yoy)
Bank Indonesia kembali menurunkan suku
bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7day RR Rate) pada bulan September 2017
setelah menurunkannya pada bulan Agustus
2017
Inflasi terjadi ke semua kelompok pengeluaran kecuali
kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi. Inflasi
tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan
olahraga yang mencapai 1,03 persen (mtm) akibat naiknya
uang kuliah akademi/perguruan tinggi disusul oleh
kelompok sandang sebesar 0,52 persen. Kelompok bahan
Berdasarkan hasil rapat dewan gubernur BI pada 20 dan
22 September 2017, BI akhirnya memutuskan untuk
menurunkan tingkat suku bunga BI 7-day RR Rate sebesar
8
25 bps dari 4,50 persen menjadi 4,25 persen, dengan suku
bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 3,50 persen
dan Lending Facility turun 25 bps menjadi 5,00 persen.
Kembali diturunkannya suku bunga acuan BI tersebut
didorong oleh prospek perekonomian Indonesia yang
membaik ditandai dengan terkendalinya tingkat inflasi dan
defisit transaksi berjalan.
September dipengaruhi oleh terjaganya inflasi dalam
negeri dan kembali diturunkannya tingkat suku bunga
acuan BI yang menandakan stabilnya tingkat
perekonomian Indonesia. Di sisi lain, pelemahan nilai
tukar rupiah yang terjadi pada khir perdagangan bulan
September terjadi akibat pengaruh rencana The Fed untuk
kembali menaikkan tingkat suku bunga acuannya pada
akhir tahun. Dengan demikian rata-rata nilai tukar rupiah
sampai dengan September 2017 mencapai Rp13.331/US$
atau masih lebih rendah dibandingkan dengan target
APBNP 2017 sebesar Rp13.400/US$.
Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada bulan
September 2017 bergerak relatif menguat dan
secara rata-rata mencapai Rp13.306/US$ atau
menguat dibandingkan bulan sebelumnya 0,29
persen (mtm)
Indeks Harga Saham Gabungan
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada
bulan September 2017 ditutup lebih tinggi
dibandingkan dengan bulan sebelumnya
Namun, nilai tukar rupiah mengalami tekanan dan ditutup
melemah pada akhir bulan September 2017 dan mencapai
level terendah sepanjang tahun 2017 yaitu sebesar
Rp13.492/US$. Pergerakan rupiah sepanjang bulan
IHSG ditutup pada posisi 5.901 atau menguat 0,36 persen
(mtm) atau 11,41 persen (ytd). Namun, penguatan IHSG
9
tersebut masih dibayangi aksi jual investor asing sehingga
pergerakan IHSG sepanjang bulan September lebih banyak
dipengaruhi oleh investor domestik. Realisasi indikator
ekonomi domestik, seperti inflasi yang terjaga serta
pelonggaran kebijakan oleh Bank Indonesia yang kembali
melakukan penurunan suku bunga acuan menjadi
sentimen positif bagi pelaku pasar saham. Namun,
pergerakan IHSG masih dibayangi risiko keluarnya investor
asing seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik
di Semenanjung Korea dan pengumuman kebijakan Bank
Sentral AS yang akan menaikkan tingkat suku bunganya
pada akhir tahun 2017.
obligasi, net foreign buying asing pada pasar obligasi pada
bulan September tercatat sebesar Rp34,2 T, atau naik
hampir empat kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.
Risiko global tersebut menyebabkan investor asing
mengalihkan dananya dari pasar saham ke investasi yang
lebih aman, seperti obligasi. Aliran dana asing (net foreign
buying) pada pasar saham yang masuk ke Indonesia
sepanjang bulan September 2017 mencatatkan aliran
keluar atau net outflow yang sebesar Rp11,2 T sehingga
secara kumulatif pada kuartal III 2017 net outflow pada
pasar saham mencapai Rp28,4 T. Sementara itu, dengan
beralihnnya investasi asing dari pasar saham ke pasar
Kembali diturunkannya suku bunga acuan oleh Bank
Indonesia setelah penurunan yang terjadi pada bulan
sebelumnya seiring dengan terjaganya inflasi dan nilai
tukar rupiah mampu menjadi pendorong perdagangan
pasar obligasi. Sementara dari eksternal, pidato pimpinan
Bank Sentral AS (The Fed) terkait hasil rapat FOMC yang
mengisyaratkan akan terjadinya kenaikan suku bunga The
Fed pada akhir tahun 2017 dan kondisi ketegangan di
semenanjung korea dan timur tengah memberikan risiko
Pasar Keuangan
Pasar obligasi dalam negeri pada bulan
September 2017 bergerak positif dengan harga
SUN yang semakin naik dan yield semakin
rendah seiring sentimen positif dari domestik
10
bagi pasar obligasi domestik yang terlihat dari aksi jual
investor asing pada perdagangan pada akhir bulan
September 2017. Secara umum sepanjang bulan
September 2017, yield obligasi tenor 5 tahun (FR0053) dan
tenor 10 tahun (FR0056) rata-rata mengalami penurunan
yield yang cukup besar, diatas 15 persen secara ytd. Yield
FR0053 berada pada posisi 6,06 dan FR0056 pada posisi
6,07.
dibandingkan dengan target dalam APBNP 2017 sebesar
5,3 persen.
Indikator
Nilai Tukar/USD
ytd (%)
mtm (%)
13.492
-0,42
-1,06
Bursa Saham (JCI)
5.901
11,41
0,63
Harga Minyak (US$/brl)
49,88
15,16
3,79
733
-7,28
5,40
NFB Saham (triliun Rp)
-11,22
-208,25
-79,58
NFB SUN (triliun Rp)
34,23
6,06
6,07
251,11
18,53
23,28
256,56
3,07
10,12
Harga CPO (US$ /Metric Ton)
Sejalan dengan perdagangan di pasar SUN, pelelangan
SPN 3 bulan Pemerintah pada bulan September 2017 juga
bergerak pada tren positif. Pada 2 kali pelelanganyang
terjadi pada SPN 3 bulan, tercatat terjadi penawaran yang
masuk sebesar Rp19,96 triliun dengan nominal yang
dimenangkan sebesar sebesar Rp10,0 triliun atau naik
dibandingkan dengan penawaran pada bulan sebelumnya.
Terjadi penurunan suku bunga rata-rata yang
dimenangkan dari 5,00 persen pada bulan Agustus 2017
menjadi 4,72 persen pada bulan Agustus 2017, sehingga
sampai dengan bulan Agustus 2017, rata-rata suku bunga
SPN 3 bulan adalah 5,0 persen atau masih lebih rendah
Posisi Terakhir
Yield FR53 (5th)
Yield FR56 (10th)
Perdagangan Internasional
Nilai ekspor dan impor Indonesia pada bulan
Agustus 2017 kembali mengalami peningkatan
dibandingkan bulan sebelumnya
Nilai ekspor meningkat sebesar 11,73 persen atau
mencapai US$15,21 miliar. Sektor non migas mengalami
11
peningkatan sebesar 11,93 persen (mtm), dengan
peningkatan
terbesar
terjadi
pada
golongan
perhiasan/permata yang mencapai US$734,8 juta atau
107,47 persen. Pada sektor migas, peningkatan ekspor
terjadi pada ekspor minyak mentah yang mencapai
US$409,9 juta atau meningkat 39,56 persen sementara
industri pengolahan hasil minyak mengalami penurunan
ekspor sebesar 33,94 persen dibandingkan bulan
sebelumnya. Secara kumulatif, total ekspor Indonesia
sampai dengan Agustus mencapai US$98,77 miliar atau
naik 19,94 persen (yoy).
Realisasi APBN
Realisasi APBN sampai dengan September
2017: Realisasi Pendapatan Negara mencapai
Rp1.099,3 triliun (63,3 persen terhadap APBNP)
lebih baik dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang hanya mencapai
Rp1.082,6 triliun (60,6 persen terhadap APBNP)
Realisasi pendapatan negara terdiri dari penerimaan
perpajakan sebesar 878,9 triliun (59,7 persen terhadap
APBNP) serta PNBP sebesar Rp217,9 triliun (83,7 persen
terhadap APBNP). Sementara itu, realisasi Belanja Negara
mencapai Rp1.375,0 triliun (64,3 persen terhadap APBNP)
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya
mencapai Rp1.306,0 triliun (62,7 persen terhadap APBNP),
terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp808,4 triliun dan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp566,6 triliun.
Dengan demikian terjadi defisit anggaran sebesar Rp275,7
Sementara itu, nilai Impor Indonesia pada bulan Agustus
2017 turun sebesar 2,9 persen dibandingkan bulan Juli
atau mencapai US$13,49 miliar. Penurunan impor
disebabkan oleh turunnya impor sektor nonmigas, antara
lain pada golongan perhiasan dan permata, dan golongan
kendaraan dan bagiannya. Sementara itu, sektor migas
mengalami peningkatan impor pada semua golongan,
kecuali gas. Secara kumulatif, total impor Indonesia
sampai dengan Agustus 2017 mencapai US$99,68 miliar
atau meningkat 14,06 persen (yoy).
12
triliun atau 2,03 persen terhadap PDB. Sementara itu,
realisasi pembiayaan anggaran sebesar Rp362,2 triliun
(90,6 persen terhadap APBNP) sehingga terjadi kelebihan
pembiayaan sebesar 86,5 triliun.
2016
APBN
(triliun Rupiah)
APBNP
2017
Realisasi
% thd
s.d. 30
APBNP
September
APBNP
Realisasi
s.d. 29
September
% thd
APBNP
A. PENDAPATAN NEGARA
I. PENDAPATAN DALAM NEGERI
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
II. PENERIMAAN HIBAH
1.786,2
1.082,6
60,6
1.737,0
1.099,3
63,3
1.784,2
1.539,2
245,1
2,0
1.081,4
896,5
184,9
1,3
60,6
58,2
75,4
64,4
1.733,0
1.472,7
260,2
4,1
1.096,8
878,9
217,9
2,5
63,3
59,7
83,7
61,4
B. BELANJA NEGARA
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT
2.082,9
1.306,0
62,7
2.136,8
1.375,0
64,3
1.306,7
767,9
58,8
1.370,5
808,4
59,0
1. Belanja K/L
767,8
428,6
55,8
802,1
450,2
56,1
2. Belanja Non K/L
538,9
339,3
63,0
568,4
358,2
63,0
776,3
538,1
69,3
766,3
566,6
73,9
729,3
501,4
68,8
706,3
526,9
74,6
47,0
36,8
78,2
60,0
39,6
66,1
D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B)
% Surplus/ (Defisit) Anggaran terhadap PDB
(105,5)
(296,7)
(2,35)
(76,8)
(223,4)
(1,76)
72,8
75,3
(180,6)
(399,8)
(2,94)
(102,9)
(275,7)
(2,03)
57,0
69,0
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN (I + II + III + IV + V)
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
1. Transfer ke Daerah
2. Dana Desa
C. KESEIMBANGAN PRIMER
296,7
393,7
132,7
399,8
362,2
90,6
I. PEMBIAYAAN UTANG
371,6
379,2
102,0
463,9
359,9
77,6
II. PEMBIAYAAN INVESTASI
(94,0)
(7,2)
7,7
(59,7)
(0,4)
0,6
III. PEMBERIAN PINJAMAN
0,5
2,6
570,9
(3,7)
2,4
(65,4)
IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN
(0,7)
0,0
0,0
(1,0)
0,0
0,0
V. PEMBIAYAAN LAINNYA
19,3
19,2
99,2
0,3
0,3
87,6
0,0
170,3
0,0
86,5
KELEBIHAN/(KEKURANGAN) PEMBIAYAAN ANGGARAN
13
Download