http://sumut.kemenag.go.id/ 08/06/2015 MENGEFEKTIFKAN PROSES PEMBELAJARAN MELALUI PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF Oleh : Marinasari Fithry Hasibuan,S.Ag,M.Pd Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Medan ABSTRAK Salah satu defenisi yang dijelaskan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tentang pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa diantara cara yang dapat dilakukan oleh seorang guru untuk menghasilkan proses pembelajaran yang aktif dan efektif adalah melaksanakan pengelolaan kelas dengan baik. Kata Kunci : Proses Pembelajaran, Pengelolaan Kelas, Efektif I. PENDAHULUAN Berubahnya paradigma pendidikan dari pengajaran menjadi pembelajaran menuntut guru untuk menciptakan suasana belajar yang dapat mengatifkan siswa belajar secara maksimal. Banyak manfaat yang sebenarnya dapat diambil dari keaktifan siswa belajar diantaranya adalah menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar, menimbulkan aktifitas, kreatifitas dan percaya diri Untuk mengaktifkan siswa secara efektif maka dibutuhkan pengelolaan kelas yang baik. Sebaliknya, jika pengelolaan kelas tidak di implementasikan di dalam kegiatan pembelajaran, maka sulit untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif karena : Pertama, letak tempat duduk yang tidak teratur akan mengakibatkan suasana yang kurang nyaman di dalam proses pembelajaran sebab tiap anak memiliki karakter yang berbeda dari berbagai aspek seperti aspek gender, fisik maupun mental. Jadi jika anak tidak ditempatkan sesuai dengan karakteristiknya maka yang terjadi tentu ketidak nyamanan yang pada akhirnya akan mengakibatkan pada kekacauan dan rasa egois. Kedua, siswa hanya memilih teman yang ia anggap sesuai dengan dirinya baik dari aspek kepribadian maupun dari aspek gender meskipun dari sisi pengelolaan kelas belum tentu sesuai. Suasana seperti ini akan mengakibatkan hubungan sosial dan hubungan komunikasi 1 http://sumut.kemenag.go.id/ 08/06/2015 yang kurang baik antar sesama teman karena siswa telah terkotak-kotak sebagaimana yang telah penulis kemukakan di atas. Ketiga, Tanpa pengelolaan kelas yang baik oleh seorang guru, mengakibatkan siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sehingga siswa tidak memiliki sikap percaya diri. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan nilai-nilai karakter bangsa sebagaimana yang saat ini sedang dikembangkan di dalam kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan formal. II. PEMBAHASAN A. Pengertian Pengelolaan Kelas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,Departemen Pendidikan dan Kebudayaan membagi pengertian pengelolaan kelas ke dalam lima defenisi yaitu : 1. Definisi pertama, memandang bahwa pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. 2. Definisi kedua bertolak belakang dengan definisi pertama diatas, yaitu yang didasarkan atas pandangan yang bersifat permisif. Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah. Dengan demikian, definisi kedua dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Meskipun kedua pandangan diatas, pandangan otortatif dan permisif, mempunyai sejumlah pengikut, namun keduanya dianggap kurang efektif bahkan kurang bertanggungjawab. Pandangan otoritatif adalah kurang manusiawi sedangkan pandangan permisif kurang realistik. 2 http://sumut.kemenag.go.id/ 08/06/2015 3. Definisi ketiga didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification). Dalam kaitan ini pengelolaan kelas dipandang sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Peranan guru ialah mengembangkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement). Definisi yang didasarkan pada pandangan ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. 4. Definisi keempat memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif didalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Dengan demikian peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dalam kaitan ini definisi keempat dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif. 5. Definisi kelima bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Definisi kelima dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif. B. Nilai-Nilai Karakter Bangsa Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Tahun 2010 menjelaskan bahwa pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah 3 http://sumut.kemenag.go.id/ 08/06/2015 pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini. 1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. 2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilainilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara. 3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. 4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. 4 http://sumut.kemenag.go.id/ 08/06/2015 C. Efektivitas Pembelajaran Menurut Miarso (dalam Bambang Warsita, 2008: 287), “Pembelajaran yang efektif adalah belajar yang bermanfaat dan bertujuan bagi peserta didik, melalui pemakaian prosedur yang tepat”. Pengertian ini mengandung dua indikator, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan guru. Menurut Dick dan Reiser (dalam Bambang Warsita, 2008: 288), “pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik senang”. Jadi ketika siswa senang dalam belajar, mereka akan mudah menerima ilmu yang diberikan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membuat siswa belajar dengan baik dan memperoleh ilmu pengetahuan dan juga keterampilan melalui suatu prosedur yang tepat. Eggen dan Kauchak (dalam Bambang Triwarsita, 2008: 289) menyebutkan ciri pembelajaran yang efektif sebagai berikut: 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan. 2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran. 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik dalam menganalisis informasi. 5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir. 6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru. 5 http://sumut.kemenag.go.id/ 08/06/2015 III. PENUTUP Pengelolaan kelas sangat diperlukan untuk menghasilkan pembelajaran yang efektif sekaligus membentuk nilai karakter bangsa sebab jika seorang guru dapat mengimplementasikan pengelolaan kelas dengan baik di dalam kegiatan pembelajaran, maka akan menghasilkan suasana pembelajaran sebagai berikut : a. Letak tempat duduk yang teratur akan mengakibatkan suasana yang cukup nyaman di dalam proses pembelajaran sebab tiap anak telah ditempatkan sesuai dengan karaktistiknya. Nilai karakter yang diharapkan dapat tumbuh dari suasana pembelajaran di atas adalah nilai disiplin dan toleransi karena siswa harus dapat mentaati dan menghormati aturan yang telah dibuat oleh guru. b. Terjadi hubungan sosial dan hubungan komunikasi yang baik antar sesama siswa karena siswa selalu bertukar teman secara dinamis. Melalui hubungan sosial dan hubungan komunikasi antar sesama siswa diharapkan dapat terbentuk nilai karakter demokrasi dan bersahabat (Komunikatif). c. Melalui pengelolaan kelas yang baik siswa dapat memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sehingga siswa memiliki sikap percaya diri. Sikap percaya diri dalam nilai karakter diharapkan dapat menghasilkan nilai sikap kreatif pada diri siswa. IV. DAFTAR PUSTAKA 1. Ahmadmuhli.wordpress.com/2011/08/02 2. Bambang Warsita, 2008. Teknologi Pembelajaran. Landasan dan Aplikasinya, Penerbit : Rinneka Cipta, Jakarta. 3. B. Suryosubroto, 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Penerbit : Rinneka Cipta, Jakarta. 6 http://sumut.kemenag.go.id/ 08/06/2015 4. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1982. Buku II: Modul Pengelolaan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi. 5. Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Tahun 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, 6. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran. Penerbit : Kencana, Jakarta 7