Tuhan Adalah Raja

advertisement
http://sumut.kemenag.go.id/
Tuhan Adalah Raja
Oleh : Josafat Marbun, S.PAK
Puaskah Anda dengan apa yang terjadi seluruh dunia ini atau secara lebih spesifik
di Indonesia?” Apakah yang yang terjadi selama satu tahun ini membuat Anda sanggup
berkata, “Ya, saya puas? Mari kita pertajam pertanyaaannya, “Berapa banyak hal yang
Anda harapkan terjadi di tahun ini – keberhasilan dan kesuksesan – tetapi ternyata malah
tidak terjadi? Sebaliknya, berapa banyak hal yang tidak Anda harapkan kehadirannya –
penyakit, masalah, pergumulan – ternyata malah terjadi? Banyak atau sedikitkah?
Kalau jawaban kita, “Banyak”, berarti dengan jujur kita harus mengakui bahwa
apa yang terjadi sepanjang tahun ini ternyata tidak memuaskan hati kita, tidak
mengembirakan hidup kita, tidak bisa membuat kita tersenyum lebar, melainkan hanya
bisa membuat kita tersenyum kecut dan tegang.
Sebenarnya rasa tidak puas itu alamiah dan manusiawi. Namun rasa tidak puas itu
juga seperti pisau dengan dua sisi yang sama tajamnya. Di satu sisi, karena tidak puas,
orang akan berusaha lebih baik, menciptakan teknologi yang lebih baik, bekerja dan
berusaha lebih keras. Di sisi yang lain, rasa tidak puas sering menjadi alasan orang untuk
bertindak semaunya sendiri.. Suami yang berkata “tidak puas” kepada istrinya akan
seperti layang-layang terbang dan beredar ke mana saja. Istri yang berkata ”tidak puas”
kepada suaminya juga akan seperti layang-layang yang terbang kemana saja. Anak-anak
yang tidak puas dengan keadaan orangtuanya akhirnya melarikan diri kedalam kehidupan
seks bebas, minum-minuman keras, dan obat-obatan terlarang. Ketika ditanya kita akan
berkata, “Saya tidak puas, Pak. Saya butuh tempat pelarian. Seandainya keluarga saya
memuaskan saya, seandainya istri saya memuaskan saya, saya tidak akan berselingkuh,”
“Seandainya suami saya memuaskan saya, baik dalam kebutuhan jashmani maupun
rohani, saya tidak mungkin jatuh ke pelukan orang lain.” Anak-anak pun berkata,
“Seandainya papa dan mama saya memenuhi kebutuhan kasih di dalam hidup saya, hidup
saya tidak mungkin hancur berantakan seperti ini.”
Berbicara tentang rasa puas dan tidak puas dalam hidup manusia, sesungguhnya
pada Pribadi yang paling berhak untuk merasa tidak puas dengan apa yang terjadi pada
http://sumut.kemenag.go.id/
hidup Anda dan dunia ini. Pribadi itu adalah Tuhan yang menciptakan manusia. Kalau
Dia melihat dunia ini, Dia boleh berkata dalam hati-Nya, “Tidak Puas!” Karena firman
Tuhan berkata, “Dia menciptakan segala sesuatunya begitu baik.” Namun, ketika Tuhan
mempercayakan pengelolaan dunia ini kepada manusia, ketika kebebasan mengatur dunia
ini dianugerahkan kepada manusia, pada saat itulah manusia memberontak melawan
Tuhan, melawan kehendak Tuhan Sang Raja itu, dengan hidup menurut hawa nafsu dan
keinginannya. Ketika Tuhan, Sang Raja itu, berfirman kepada adam dan Hawa untuk
mengelola dunia ini, Adam dan Hawa ingin seperti Tuhan. Mereka membrontak dan
melawan Tuhan. Akibatnya, keturunan mereka, kain membunuh Habel. Ketika Tuhan
menyerahkan dunia ini untuk dikelola oleh manusia, ternyata manusia malah tidak tahu
berterima kasih. Ternyata manusia penuh dengan kemarahan dan membrontak melawan
Tuhan, Sang Raja itu.
Manusia membrontak melawan Tuhan yang memberikan hidup kepadanya.
Manusia menolak pemerintahan Tuhan, firman Tuhan, dan kehendak-Nya di dalam
hidupnya. Dengan sengaja manusia berkata. “Saya tidak mau tau. Saya mau mengikuti
diriku dan keinginanku dan hawa nafsu ku.” Tuhan yang bertakhta di surga, yang
memberikan kepada manusia kebebasan dan kewenangan untuk mengatur dunia ini, bisa
menjadi sangat kecewa dan terluka tatkala melihat manusia saling melukai dan
menghancurkan, tatkala melihat keluarga yang dipercayakan-Nya kepada kita menjadi
berantakan dan dipenuhi kepahitan karena orang-orang didalamnya sudah menolak
pemerintahan Tuhan. Bagian Alkitab yang kita baca di atas menggambarkan betapa
Tuhan memerintah dunia dengan kuasa-Nya. Hanya kepada manusia, Dia menciptakan
yang terbaik. Dia memberikan kehendak bebas supaya manusia bila memiliki untuk
berlutut dan menyembah Tuhan atau lari dan memberontak melawan Tuhan.
Ketika manusia memberontak melawan Tuhan dan kehendak-Nya, maka manusia
haru siap menerima konsekuensi-Nya di dalam hidupnya. Ia harus siap menerima
konsekuensi dari keinginannya menuruti hawa nafsu, dari segala keinginannya untuk
melakukan sesuatu sesuai kehendak-Nya. Manusia harus menerima tanggung jawab itu.
Manusia tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan sendiri. Sering kita tidak
mau bertanggung jawab akibat pemberontakan kita melawan Tuhan dan kehendak-Nya.
Kita selalu mencari orang lain untuk disalahkan. Kita selalu menuding Tuhan untuk
http://sumut.kemenag.go.id/
disalahkan bahwa karena “Engkaulah, hidupku menjadi seperti ini” yang seharusnya
menerima tanggung jawab sebagai pria, sebagai wanita, dan sebagai anak Tuhan.
“permasalahan dalam kehidupan saya adalah akibat kesalahan saya dan pemberontakan
saya melawan Tuhan dan kehenyak-Nya.”
Di malam Natal 2000 tahun yang lalu, Tuhan Sang Raja dunia itu memutuskan
untuk meninggalkan takhtanya. Dia memutuskan untuk meninggalkan segala kemuliaanNya di surga dan takhta-Nya yang luar biasa itu, lalu datang sebagai manusia ke dunia ini
hanya dengan satu tujuan, yakni Dia ingin menduduki takhta di dalam hati kita. Dia ingin
menjadi raja yang menguasai hidup kita sepenuhnya. Dia ingin memuliakan hidup kita
kepada kondisi ketika Dia menciptakan kita dalam keadaan sangat baik. Natal adalah saat
ketika Tuhan tidak puas dan merasa prihatin melihat hidup manusia, saat ketika Dia turun
ke dalam dunia ini bukan untuk menghukum tetapi untuk menduduki takhta-Nya di hati
kita.
Firman Tuhan berkata, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan
damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenaan kepada-Nya.” Bagaimana
manusia bisa berkenaan di hadapan Tuhan? Manusia bisa berkenan ketika ia membiarkan
Tuhan, Sang Raja, Yesus Kristus itu untuk menguasai hatinya. Kitab Wahyu
menggambarkan Tuhan terdiri di muka pintu dan mengetuk. Dia ingin mendapatkan
tempat di dalam hidup kita. Dia ingin mendapatkan tempat yang utama. Dia sudah
merasakan menjadi raja semesta alam, kini Dia ingin merasakan menjadi raja atas hidup
Anda. Akhirnya, kami ucapkan Selamat Natal 2011 dan Selamat Menjelang Tahun Baru
2012, Tuhan Yesus memberkati. (Penulis, Kasi Pelayanan dan Keesaan Gereja).-**
Download