G. Ayat-ayat tentang Qadha dan Qadar (Surah al-Takwir Ayat 29) 1. Teks Ayat dan Terjemahannya ◆⧫ ⧫⧫◼ ⧫◆ ✓☺◼➔ ◆ “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” 2. Penafsiran Ayat Tafsir al-Misbah Ayat terakhir surah ini menggambarkan dua kehendak. Kehendak manusia dan kehendak Allah. Ayat ini menetapkan bahwa manusia memiliki apa yang dinamai oleh al-Qur’an kasb/usahaI, tetapi usaha itu sama sekali tidak mengutangi kuasa dan kehendak Allah. Ayat ini hendak menekankan bahwa Allah adalah pelaku yang bebas atas alam raya dan penghuni-penghuninya, Dia Pelaksana yang dapat memaksakan kehendak-Nya. Dia Maha Mengetahui hati manusia apakah mengarah kepada-Nya atau tidak. Namun itu bukan berarti bahwa Dia memaksa manusia atau manusia tidakl memiliki keterlibatan dan upaya-upayanya. Harus diingat bahwa Allah mengaugerahkan manusia kemampua untuk mengetahui yang haq dan yang batil. Pengetahuan itu ditanamkan Allah pada diri manusia yang berupa potendi untuk mengenal-Nya serta mengetnal pengutusan para rasul, penurunan al-Qur’an dan lainlain. Allah menuntut dari manusia agar menghendaki-Nya buat mereka. Jika kehendak itu diwujudkannya maka Allah akan menghantarnya patuh dan taat, tetapi jika Yang Maha Mengetahui tidak menemukan dalam hati manusia kehendak itu, maka Allah tidak memudahkan jalannya, sehingga ia tidak memperoleh kemampuan untuk melakukan kebaikan. Ayat diatas ditutup dengan menyifati Allah dengan Rabb al-Alamin/Tuhan semesta alam. Ini untuk mengisyaratkan keterkaitan antara kehendak manusia dengan dengan kehendak Allah selaku Tuhan Pengadilan alam raya. Dialah Yang menganugerahkan kepada mereka aneka potensi serta berbagai sarana termasuk menjadikan al-Qur’an sebagai peringatan sehingga jika mereka menggunakannya dengan baik tentulah akan dapat berkehendak, dan pada saat itu Allah pun berkehandak (baca QS. al-Insan :30) Ayat surah al-Insan tersebut mengandung pesan serupa diakhiri dengan menekankan sifat Allah sebagai Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Itu untuk mengisyaratkan bah Dia Maha Mengetahui detik-detik keinginan dan arah jiwa manusia dan atas dasar pengetahuan-Nya itulah sehingga Dia menetapkan kehendak-Nya terhadap masing-masing manusia. Sayyid Quthub mengomentari ayat diatas antara lain bahwa ayat ini menegaskan demikian, agar manusia tidak memahami bahwa kehendak mereka terpisah dari kehendak Allah, yang kepada-Nya kembali segala sesuatu. Penganugerahan kebebasan memilih, kemudahan memperoleh petunjuk, semua itu kembali kepada kehendak-Nya, yang meliputi segala sesuatu yang lalu dan kini serta yang akan datang. Demikian Sayyid Quthub.1 1 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Tanggerang: Lentera Hati, 2006), h.97-98