http://sumut.kemenag.go.id/ 06/04/2015 Upaya Peningkatan Kompetensi Berkomunikasi Oleh Nurhamidah Siregar * ABSTRAK Berkomunikasi adalah fitrah manusia.sebuah bakat yang diberikan untuk mengenal dirinya dan mengenal oranglain.saat seseorang berkomunikasi tanpa disadari seluruh komponen dalam dirinya telah ikut berkomunikasi,kata kata,intonasi gerak tubuh semua ikut terlibat dalam proses berkomunikasi ini. Lawan bicara sebagai orang kedua merespon sesuai dengan pemahaman dan kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi berkomunikasi sangat diperlukan untuk membangun komunikasi yang seimbang dan effektif antara pembicara(komunikator) dan lawan bicara (komunikan).Dalam hal ini seorang komunikator sebagai pengirim pesan harus berupaya semaksimal mungkin untuk mentrnsfer pesan sehingga dapat diterima dan difahami oranglain sebagai penerima pesan.Tak jarang ditemukan kesalahfahaman,kesalahpengertian antara keduanya yang mengakibatkan terjadinya hambatan hambatan berkomunikasi.Oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan kompetensi komunikator agar tercapai tujuan berkomunikasi ataupun interaksi yag direncanakan.Adapun aspek aspek kompetensi komunikasi interpersonal yang dapat dilakukan untuk pencapaian komunikasi yang efektif itu antaralain: Mampu berinisiatif,bersifat terbuka bagi oranglain,bersikap asertif dalam berkomunikasi,mampu memberikan dukungan emosional,dan yang terakhir mampu mengatasi konflik Kata Kunci: Komunikasi,Kompetensi. A.Pendahuluan Dalam peristiwa komunikasi sehari hari, sebagian besar orang mungkin akan melihat proses proses komunikasi sebagai proses yang sangat sederhana yaitu: pesan dikirim,pesan diterima.Ketika pesan komunikasi disampaikan baik secara langsung atau tidak langsung kepada penerima (komunikan) proses komunikasi itu dianggap telah selesai.Hal ini lebih sering terjadi dalam komunikasi langsung secara interpersonal ataupun kelompok baik kelompok kecil ataupun kelompok besar seperti pidato (dakwah) atau seminar seminar. Namun sebahagiaan kecil orang ada yang lebih memaknai komunikasi itu dengan menambah persyaratan proses interaksi itu bukan hanya ,ketika pesan dikirim dan diterima tetapi berlanjut dengan effect atau penerima pesan bertindak sesuai dengan pesan yang dikirimkan.untuk proses memperoleh efek ini komunikator harus lebih berupaya dan berstrategi dalam proses berkomunikasi ini. Sesungguhnya,komunikasi itu sangat rumit karena pada hakikatnya orang orang yang terlibat dalam komunikasi itu ternyata tidak sekedar menyampaikan pesan saja.Menurut Brend L.Ruben&Lea P.Steward(1998),sebenarnya apa yang dapat diamati dalam komunikasi antarmanusia terutama saat komunikasi itu berlangsung,hanyalah pucuk pucuk dari piramida http://sumut.kemenag.go.id/ 06/04/2015 komunikasi saja yakni orang orang yang terlibat dalam proses komunikasi itu sendiri,symbol symbol dan media atau sarana yang digunakan (tangible).Sejumlah mekanisme dan fungsi fungsi yang sangat diperlukan agar komunikasi “BERHASIL” adalah dengan memperhatikan hal-hal yang tidak terlihat(intangible) antara lain meaning (pemaknaan),subjectivity (subjektivitas),culture(budaya),ethics(etica) dll. Oleh karena itu dalam memahami sebuah peristiwa komunikasi terlebih dahulu perlu dikenali karakteristik karakteristik atau aspek aspek yang terlihat(tangible) dan yang tidak terlihat(intangible).Dari prinsip tersebut akan kelihatan bahwa seseorang (komunikator) ketika berbicara sudah berkompeten atau belum berkompeten.Berbicara kompetensi komunikasi bukanlah berbicara tentang ada atau tidak adanya kemampuan berkomunikasi komunikator tetapi kompetensi komunikasi dikaitkan dengan tingkatan level) berkomunikasi komunikator.karena pada hakikatnya manusia diciptakan telah mempunyai kemampuan berkomunikasi baik secara verbal ataupun non verbal.dari sinyalemen ini dapat diambil kesimpulan bahwa untuk meningkatkan kualitas komunikasi komunikator perlu adanya upaya dan strategi berkomunikasi sehingga meningkatkan kompetensi komunikator ketika berkomunikasi dengan komunikan. B.Pembahasan A.Defenisi Kompetensi Komunikasi Dalam kehidupan bersama orang lain, manusia melakukan berbagai jenis komunikasi. Yaitu komunikasi intrapribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi pribadi dan kelompok, komunikasi kelompok dengan kelompok, komunikasi melalui media. Sebagian besar komunikasi antar manusia dilakukan melalui komunikasi antarpersonal. Menurut LARASATI (1992), sekitar 73 persen komunikasi yang dilakukan manusia merupakan komunikasi interpersonal. Individu yang dapat melakukan komunikasi antarpersonal secara efektif disebut memiliki kompetensi interpersonal. SPITZBERG dan CUPACH 9 (DE VITO, 1996) mendefenisikan kompetensi interpersonal adalah kemampuan seseorang individu untuk melakukan komunikasi yang efektif. Komunikasi interpersonal ini terdiri atas kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk membentuk suatu interaksi yang efektif. Kemampuan ini ditandai oleh adanya karakteristik-karakteristik yang dapat mendukung, menciptakan dan membina hubungan antar pribadi yang baik dan memuaskan. Didalamnya termasuk pengetahuan tentang konteks yang ada dalam interaksi, pengetahuan http://sumut.kemenag.go.id/ 06/04/2015 tentang perilaku nonverbal orang lain, kemampuan untuk menyesuaikan komunikasi dengan konteks dari interaksi tengah berlangsung, menyesuaikan dengan orang yang ada dalam interaksi tersebut, dan kemampuan-kemampuan lainnya. B.Upaya Peningkatan Kompetensi berkomunikasi BUHRMESTER,DKK. (1998), menggunakan lima aspek kompetensi interpersonal untuk meningkatkan kualitas hubungan ataupun interaksi pembicara dan lawan bicara. Lebih jauh akan dijelaskan aspek-aspek kompetensi interpersonal. 1. Aspek pertama : Kemampuan berinisiatif, menurut buhrmester dkk (1998), inisiatif adalah usaha untuk memulai suatu bentuk interaksi dan hubungan dengan orang lain atau dengan lingkungan sosial yang lebih besar. Dalam proses penerimaan peserta diklat RIZKIA langsung menyapa peserta yang akan menyelesaikan proses administrasi tanpa ragu ragu dengan mempersilahkan duduk atau sapaan formal atau informal lainnya..inisiatif merupakan usaha pencarian pengalaman baru yang lebih banyak dan luas tentang dunia luar dan tentang dirinya sendiri dengan tujuan untuk mencocokkan atau pun merekatkan hubungan dengan lawan bicara sehingga tujuan atau informasi yang diinginkan dapat diperoleh secara komprehensif. 2. Aspek Kedua: : Kemampuan untuk bersikap terbuka (Self-Disclosure) Kemampuan membuka diri sangat berguna bagi perkenalan yang sudah berlangsung dan berkembang kehubungan yang lebih pribadi dan mendalam. Oleh KARTONO dan GULO (1987) diungkapkan bahwa self-disclosure adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang sehingga dirinya dikenal dan difahami oleh orang lain. Orang melakukan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain (SEARS, DKK, 1991). Dalam pengungkapan diri menurut WRIGHTSMAN dan DEAUX (1981). Seseorang mengungkapkan informasi yang bersifat pribadi mengenai dirinya dan memberi perhatian kepada orang lain, sebagai suatu bentuk penghargaan terhadap lawan bicara yang akan meluas kesempatan terjadinya berbagi informasi (sharing). Disini seorang Pegawai FAHMI mengungkapkan perasaannya sekaligus dapat mendengarkan dengan baik keluhan yang disampaikan sahabatnya. Dengan adanya selfdisclosure ini terkadang seseorang menurunkan pertahanan dirinya dan membiarkan orang mengetahui dirinya secara mendalam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa self-disclosure ini merupakan kemampuan untuk membuka diri, menyampaikan informasi yang bersifat pribadi dan penghargaan terhadap orang lain. http://sumut.kemenag.go.id/ 06/04/2015 3.Aspek Ketiga : Kemampuan Bersikap Asertif Ada sebuah hadist yang sangat terkenal, yaitu qul al-haq wa law kaana murran ( katakanlah yang benar walaupun pahit). Hal ini searah dengan Komunikasi asertif. Dalam konteks komunikasi interpersonal seringkali seseorang harus mampu mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap berbagai macam atau peristiwa yang tidak sesuai dengan alam pikirnya. Itu berarti diperlukan adanya asertivitas dalam diri orang tersebut. Menurut PERLMAN dan COZBY (1983), asertivitas adalah kemampuan dan kesediaan individu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara jelas dan dapat mempetahankan hak-haknya dengan tegas. Sebagai misal, saat seseorang meminjam buku tanpa meminta izin terlebih dahulu maka pegawai yang bernama SAIFUL dengan terus terang menyampaikan bahwa pesan ia tidak menyukai apa yang dilakukan kawannya dan semetinya harus ada izin terlebih dahulu. Diungkapkan oleh CALHOUN dan ACCOCELA (1990) bahwa kemampuan bersikap asertif adalah kemampuan untuk meminta orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan atau menolak untuk melakukan hal yang tak diinginkan. Disini SAIFUL memiliki keberanian untuk mengungkapkan keberatannya kepada kawannya agar kawannya itu menghentikaan kebiasaan kawannya mengambil buku tanpa minta izin terlebih dahulu . Jadi kemapuan bersifat asertif itu adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaanya secara jelas, dapat mempertahankan haknya dengan tegas, meminta orang lain melakukan sesuatu, dan menolak melakukan hal yang tidak diinginkan tanpa melukai perasaan orang lain. Aspek Keempat: Kemampuan Memberikan Dukungan Emosional Kemampuan memberikan dukungan emosional sangat berguna untuk mengoptimalkan komunikasi interpersonal antar pribadi. Menurut BARKER dan LEMRE (Buhrmester dkk, 1998), dukungan emosional mencakup kemampuan untuk menenangkan dan memberi rasa nyaman kepada orang lain ketika orang dalam keadaan tertekan dan bermasalah. Kemampuan ini lahir dari adanya empati dalam diri seseorang. Menurut KARTONO dan GULO (1987), empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Perasaan ini akan diterima orang lain sebagai sikap hangat, dan ini akan menjadi dasar yang penting bagi tumbuhnya sikap menolong. Orang yang memiliki kemampuan untuk berempati tinggi akan memiliki keinginan untuk menolong yang tinggi pula. http://sumut.kemenag.go.id/ 06/04/2015 Dapat disimpulkan bahwa kemampuan untuk memberikan dukungan emosional adalah kemampuan untuk mengekspresikan perhatian,kesabaran,dan simpati seseorang kepada orang lain. Aspek Kelima : Kemampuan Mengatasi Konflik Setiap hubungan antar pribadi mengandung unsure konflik atau perbedaan kepentingan. Oleh JOHNSON (SUPRATIKNYA,2000) dikatakan bahwa konflik merupakan situasi yang ditandai oleh adanya tindakan salah satu pihak yang menghalangi,menghambat,dan mengganggu tindakan pihak lain. Dalam situasi konflik terjadi empat kemungkinan, yaitu memutuskan untuk mengakhiri hubungan, mengharapkan keadaan membaik dengan sendirinya. Menunggu masalah makin memburuk, dan berusaha menyelesaikan permasalahan. (BARON dan BRYNE,2004) apabila melakukan hal yang terakhir ini maka seseorang memiliki kemampuan untuk mengatasi konflik. Termasuk kemampuan mengatasi konflik adalah menyambut atau atau merespon secara positif isyarat penyelesian konflik yang disampaikan orang lain. Sebaliknya bilan seseorang memilih mengakhiri hubungan, secara pasif mengharapkan kebaikan terjadi dengan sendirinya, dan menunggu konflik lebih memburuk. Maka hal itu menunjukkan kemampuan untuk mengelola dan menyelesaikan konflik tidak dimiliki orang yan bersangkutan Kemampuan mengatasi konflik itu diperlukan agar tidak merugikan suatu hubungan yang telah terjalin karena akan memberikan dampak yang negatif, kemampuan mengatasi konflik ini meliputi sikap-sikap untuk menyusun strategi penyelesaian masalah, mempertimbangkan kembali penilaian atas suatu masalah dan mengembangkan konsep harga diri yang baru. E.Penutup Upaya peningkatan kompetensi berkomunikasi baik secara intrapersonal ataupun antarpersonal menjadi sebuah keharusan apabila ingin menciptakan kenyamanan dan keakraban dalam berkomunikasi.Dalam kata lain peningkatan kompetensi berkomunikasi sebuah upaya untuk menciptakan komunikasi yang efektif.Sebuah komunikasi yang tepat sasaran. Starting point dalam upaya ini adalah dengan meningkatkan kompetensi berkomunikasi komunikator terlebih dahulu baik secara verbal dan non verbal. Upaya peningkatan kompetensi berkomunikasi tidak dapat dilepaskan dengan aspek-aspek penting sebagai berikut: (1) Kemampuan berinisiatif, (2) Kemampuan bersikap Terbuka (self http://sumut.kemenag.go.id/ 06/04/2015 disclosure), (3) Kemampuan bersikap asertif (4) Kemampuan memberikan dukungan emosional (5) Kemampuan mengatasi konflik. Dengan memahami dan menerapkan kelima aspek diatas diharapkan seorang komunikator dapat berkomunkasi secara efektif dan membangun hubungan yang harmonis selama berinteraksi dengan lawan bicaranya. DAFTAR PUSTAKA Efendi, Onong Uchjana, 2004. Dinamika Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya Bandung, cet. 6. Bandung. Hamijoyo, Santoso S. 2005. Hand Out Mata Kuliah Perencanaan Komunikasi, Program Pasca Sarjana Unitomo Surabaya Liliweri, Alo,. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Penerbit Mandar Maju Bandung. Cet.1.Bandung. Little John SW. 1996. Theoris of Human Communicaion. Fifth edition. New York. Wadsworth Publishing Company. Muhammad Budyatna,2011.Teori Komunikasi Antarpribadi.Kencana.Jakarta * Penulis adalah Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Medan