PENELITIAN TINDAKAN KELAS Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Rohandi, Ph.D. A. Pendahuluan “Kalau mau hasilnya bagus, ya silahkan kerjakan sendiri”. Ungkapan ini mungkin terdengar sebagai ungkapan dari seseorang yang kurang mau menerima saran atau permintaan untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Akan tetapi, di dalam ungkapan tersebut juga terkandung kebenaran. Ungkapan tersebut tidak hanya berlaku bagi persoalan-persoalan yang sangat praktis akan tetapi juga berlaku untuk persoalan yang mengandung unsur teoretis dan konseptual. Ungkapan tersebut juga tidak hanya berlaku pada individu secara independen akan tetapi juga berlaku bagi sebuah organisasi yang besar. Di dalam dunia yang serba saling tergantung, di mana efektivitas atau ukuran baik-buruknya suatu tindakan seringkali dinilai dalam konteksnya yang nyata, Penelitian Tindakan membantu seseorang atau sekelompok orang untuk menemukan ‘cara terbaik’ yang dapat diterapkan di dalam konteksnya. Hal tersebut juga berlaku di dalam dunia pendidikan. Secara agak ekstrem dapat dikatakan bahwa setiap pembelajaran adalah unik. Unik dalam arti bahwa pembelajaran selalu melibatkan guru dengan berbagai kompetensi dan keterbatasannya, sekelompok murid tertentu dengan berbagai karakternya yang melekat, di dalam sebuah sekolah yang memiliki lingkungan fisik, sosial, kultur, serta fasilitas tertentu pula. Variabel-variabel tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran tidak berada di dalam ruang hampa melainkan melekat pada konteks tertentu. Kenyataan inilah yang membangun kesadaran bahwa peningkatan kualitas atau upaya melakukan perbaikan pembelajaran yang paling tepat adalah perbaikan yang dilakukan di dalam konteks nyata oleh pelakunya sendiri di dalam praktek kesehariannya melalui upaya sistematis dan terdokumentasi secara terusmenerus yang tidak lain adalah melalui Penelitian Tindakan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bukanlah hal yang baru, sudah berkembang sejak tahun 1970-an atau bahkan sebelumnya. Akan tetapi di dalam dunia pendidikan di Indonesia PTK baru menarik perhatian banyak pengambil kebijakan dan pelaku pendidikan dalam dua dasa warsa terakhir. Perhatian yang besar pada PTK didasari oleh keyakinan bahwa upaya perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan oleh pelaku pembelajaran itu sendiri yang dalam hal ini adalah guru. Di dalam tulisan ini akan dibahas konsep dasar Penelitian Tindakan Kelas serta gambaran tentang implementasinya di sekolah. Tulisan ini dibuat dengan maksud pertama-tama sebagai acuan yang dapat dipergunakan oleh para guru untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajarannya, dan bukan kajian akademis teoretis. B. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Untuk memulai mendalami pengertian PTK, baiklah disajikan beberapa kutipan yang lazim dipakai sebagai acuan untuk merumuskan pengertian penelitian tindakan (PT) atau action research . 1 Action research is the systematic collection of information that is designed to bring about social change (Bogdan & Biklen, 1992) p. 223 Bogdan dan Biklen (1996) merumuskan penelitian tindakan sebagai suatu aktivitas pengumpulan informasi secara sistematis yang dirancang untuk membawa/menghasilkan perubahan (h.223). Rumusan yang singkat itu menyatakan dua dimensi penting dari suatu penelitian tindakan, yaitu pengumpulan informasi secara sistematis dan pengumpulan informasi itu dimaksudkan untuk melakukan perubahan. Salah satu aktivitas pokok dari penelitian adalah pengumpulan informasi. Pengumpulan informasi maksudnya suatu pengumpulan informasi mengenai situasi yang ada sebelum dilakukan tindakan apapun, pengumpulan informasi juga dilakukan setelah suatu kegiatan atau aktivitas yang dirancang dan dilaksanakan secara terarah, terencana, dan menyeluruh. Yang dimaksud dengan pengumpulan informasi yang terarah adalah pengumpulan informasi dari perencanaan sampai pelaksanaannya dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah metodologis yang dapat dipertangungjawabkan. Hal kedua yang ditekankan di dalam definisi yang dinyatakan oleh Bogdan dan Biklen sebagaimana dikutip di atas adalah tujuan pengumpulan informasi itu adalah untuk melakukan perubahan. Hal ini merupakan salah satu inti dari penelitian tindakan dan sekaligus merupakan kekhasan penelitian tindakan dibandingkan dengan penelitian lain. Kalau penelitian lain lebih dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman atau pengetahuan atas fenomena tertentu, PT dimaksudkan untuk melakukan perubahan. Ukuran keberhasilan penelitian tindakan bukan pertama-tama dihasilkannya teori atau pengetahuan baru melainkan terjadinya perubahan ke arah perbaikan di dalam praktek di mana penelitian itu dilakukan. Selanjutnya mari kita lihat rumusan lain tentang penelitian tindakan yang dinyatakan oleh Stephen Corey (1953) Action Research is the process by which practitioners attempt to study their problems scientifically in order to guide, correct, and evaluate their decisions and actions, Stephen Corey (1953). Corey (1953), sebagaimana dinyatakan di dalam kutipan di atas menunjukkan dimensi lain dari PT. Pertama dinyatakan secara eksplisit bahwa PT dilakukan oleh praktisi (practitioner). Berbeda dengan penelitian pada umumnya yang seringkali dilakukan oleh ilmuwan, PT dilakukan oleh praktisi. Hal ini konsisten dengan pernyataan bahwa PT dimaksudkan untuk mengevaluasi dan menuntun praktisi pada keputusan yang tepat. Hal ini sejalan dengan kalimat pertama yang diungkapkan pada tulisan ini. Kedua, Corey juga secara eksplisit menyatakan bahwa kajian atas permasalahan nyata yang dihadapi oleh para praktisi tersebut dilakukan secara ilmiah. Hal ketiga yang dinyatakan oleh Corey yang juga sejalan dengan pernyataan Bogdan dan Biklen (1996) sebagaimana dikutip terdahulu, adalah penelitian tindakan dipergunakan untuk menjadi pedoman atau panduan, melakukan koreksi atau melakukan koreksi atas tindakan yang telah dilakukan. Dua kutipan yang diambil di muka telah membantu kita memahami hakekat penelitian tindakan dalam arti yang umum yang dapat dirangkum sebagai berikut. 2 Penelitian tindakan menurut Corey (1953): Dilaksanakan oleh praktisi Dilakukan secara ilmiah Hasilnya dimaksudkan untuk menjadi pedoman, melakukan koreksi atau evaluasi atas tindakan/aksi Dua karakter penting penelitian tindakan menurut Bogdan dan Biklen (1996): Pengumpulan informasi secara sistematis Bertujuan untuk melakukan perubahan Selanjutnya marilah kita pelajari pengertian penelitian tindakan di dalam lingkup yang lebih spesifik yaitu di dalam bidang pendidikan. Carl Glickman (1992) memberikan gambaran yang lebih spesifik tentang penelitian tindakan yang dilakukan di dalam seting sekolah yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (instruction). Action Research in education is study conducted by colleagues in a school setting of the results of their activities to improve instruction, Carl Glickman (1992) Rumusan yang dikemukakan oleh Carl Glickman di atas membantu kita untuk memperoleh gambaran yang lebih konkrit tentang penelitian tindakan di lingkungan pendidikan. Secara spesifik Glickman menyebutkan bahwa penelitian tindakan di dalam lingkungan pendidikan merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam seting lingkungan sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian Tindakan yang dilakukan di dalam seting sekolah dan lebih spesifik lagi di dalam kelas dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pembelajaran inilah yang dikenal sebagai Penelitian Tindkan Kelas (PTK). Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa PTK merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan. Kekhususan dari PTK dari penelitian tindakan pada umumnya adalah seting penelitian tindakan kelas adalah kelas atau pembelajaran di mana arah perbaikan yang dituju adalah perbaikan mutu pembelajaran. Setelah mempelajari beberapa kutipan tentang pengertian mulai dari penelitian tindakan secara umum dan mengerucut ke Penelitian Tindakan Kelas kita sekarang bisa memperoleh gambaran yang agak lengkap tentang makna PTK. Untuk menutup diskusi tentang pengertian tentang Penelitian Tindakan Kelas ini baiklah penulis kutipkan pengertian dari salah seorang tokoh dalam bidang Penelitian Tindakan Kelas yaitu Kemmis. Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participants in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, 3 (b) their understanding of these practices, and (c) the situation in which the practices are carried out. It is most rationally empowering when undertaken by individuals, and sometimes in cooperation with 'outsiders'. In education, action research has been employed in school-based curriculum development, school improvement programs, and system planning and policy development (Kemmis, 1983) p.162. Dari rumusan-rumusan pengertian di atas terlihat dengan jelas bahwa PTK tidak sama dengan penelitian formal pada umumnya yang memiliki kaidah-kaidah sangat ketat. Perbedaan itu tidak hanya terletak pada metodologinya tetapi juga pada tujuannya. Bahkan bisa disebutkan karena tujuannya berbeda maka karakteristik PTK berbeda dengan penelitian pada umumnya. Berikut disajikan tabel perbedaan antara penelitian formal pada umumnya dengan PTK. Perbedaan antara Penelitian Tindakan dengan Penelitian Formal (http://mypage.iusb.edu/~gmetteta/Classroom_Action_Research.html) Aspek Penelitian Penelitian Tindakan Keahlian yang Mandiri atau dengan diperlukan oleh Sangat mahir konsultasi Peneliti Tujuan Penelitian Pengetahuan yang dapat digeneralisasi Pengetahuan untuk diaplikasikan di dalam situasi lokal Metode yang dipergunakan untuk mengidentifikasi persoalan Review/kajian penelitian terdahulu Persoalan atau tujuan yang saat ini dihadapi Prosedur untuk kajian pustaka Sangat dalam, menggunakan sumber primer Menggunakan sumber sekunder Pendekatan sampling Acak atau sampling representatif Siswa atau klien di mana kita berkarya Desain penelitian Prosedur lebih longgar, dapat berubah dalam Kontrol yang ketat dan perjalanan waktu, dalam kerangka waktu yang dilaksanakan dalam panjang kerangka waktu yang relatif singkat, kontrol melalui triangulasi Prosedur pengukuran Ukuran-ukuran untuk mengevaluasi dan pretest Alat ukur yang cocok dan tes terstandarisasi Analisis data Analisis statistik, teknikteknik kualitatif Fokus pada segi praktek, bukan signifikansi statistik, menggunakan data mentah Penerapan hasil Penekanan pada kemanfaatan teoretis Penekanan pda kemanfaatan praktis 4 C. Proses atau Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas Sesuai dengan tujuannya yaitu menghasilkan suatu perbaikan atau perubahan khususnya pada proses pembelajaran, proses pelaksanaan PTK adalah khas, berbeda dengan penelitian pada umumnya yang bertujuan menghasilkan ilmu pengetahuan baru yang dapat digeneralisasi. Proses tersebut digambarkan secara skematis oleh Kemmis seperti ditunjukkan di bawah ini. Gambar 1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Kemmis, 1983) Gambar di atas menunjukkan bahwa PTK terdiri dari empat tahap besar yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Selain menunjukkan empat tahap besar tersebut, diagram di atas juga menunjukkan bahwa PTK tidak sekali jalan kemudian selesai melainkan menunjukkan adanya siklus atau pengulangan. Dengan demikian terdapat dua hal yang perlu dibahas di sini, pertama adalah tahap-tahap dan kedua adalah siklus. Pertama kita akan bahas tahap-tahap terlebih dahulu. Gerald Susman (1983) mengelaborasi tahap-tahap dalam satu siklus ke dalam tahap-tahap yang lebih terperinci yang terdiri dari: 1. Diagnosis Pada tahap ini peneliti (mandiri atau bersama partnernya) mengumpulkan berbagai data terkait dengan praktek yang akan diperbaiki. Dalam hal ini fokus kita pada pembelajaran. Data yang terkait dengan pembelajaran dapat berupa: nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran tertentu dan mata pelajaran lainnya, fasilitas pembelajaran yang tersedia, karakteristik kelas/keterlibatan siswa dalam pembelajaran berdasarkan pengamatan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, termasuk kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran tertentu, dan kemampuan guru dalam mengggunakan media tertentu, serta informasi lainnya yang terkait dengan pembelajaran. 5 Berdasarkan data tersebut peneliti mulai melakukan diagnosa dan membuat perkiraan, apa yang menjadi sebab utama atau sumber persoalan yang dihadapi saat itu. Proses diagnosa dan perumusan hipotesis atas sumber masalah ini merupakan hal yang penting karena akan menuntun peneliti dalam pengambilan keputusan pada langkah berikutnya. Apabila perkiraan sumber masalah yang dirumuskan oleh peneliti berbeda dengan sumber masalah yang sesungguhnya maka tindakan yang dilaksanakan tidak akan menyelesaikan masalah. Pada tahap ini perlu diperjelas perbedaan antara prestasi belajar siswa dengan persoalan pembelajaran. Yang akan dilakukan melalui PTK adalah pemecahan masalah pembelajaran, bukan pertama-tama menaikkan prestasi siswa. Penyelesaian masalah yang dihadapi dalam pembelajaran seharusnya berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu peningkatan hasil belajar merupakan dampak dari diselesaikannya atau dipecahkannya persoalan. Tidak jarang PTK diarahkan semata-mata untuk menaikkan prestasi belajar siswa tanpa didahului kajian apa yang menjadi penyebab rendahnya prestasi siswa selama ini dan masa yang lampau. Apabila PTK terlalu terarah pada peningkatan prestasi belajar murid tanpa didahului analisis penyebabnya maka bisa terjadi pada saat PTK dilakukan prestasi murid meningkat akan tetapi setelah itu prestasi menjadi turun lagi karena sumber persoalan yang menjadi penyebab rendahnya prestasi tidak diketahui apalagi tidak diatasi. Analisis sumber permasalahan harus dilakukan secara mendalam supaya diperoleh rumusan sumber masalah yang mendasar dan tepat, bukan hanya fenomenanya melainkan inti persoalannya. Identifikasi masalah harus mampu ‘menjamin’ bahwa apabila inti persoalan tersebut diselesaikan maka kualitas pembelajaran akan meningkat dan pada akhirnya prestasi siswa juga meningkat. Salah satu contoh persoalan mendasar adalah kemampuan belajar siswa. Kemampuan belajar bisa terdiri dari bermacam-macam komponen misalnya kemampuan mencari informasi dan merumuskannya secara benar, kemampuan mengungkapkan atau mempresentasikan informasi atau gagasan, kemampuan berdiskusi, kemampuan menyelesaikan persoalan secara sistematis. Bisa saja fenomena yang langsung terlihat adalah nilai siswa rendah. Akan tetapi nilai yang diperoleh siswa hanya merupakan akibat dari suatu proses panjang yang harus dicari sebabnya. Salah satu sebabnya bisa saja rendahnya kemampuan belajar siswa atau juga kurangnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Kesimpulan tentang rendahnya kemampuan belajar murid atau kurangnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran tidak boleh diambil secara serampangan atau gegabah, melainkan harus didasarkan pada data yang tersedia. Tanpa data maka diagnosa atas persoalan dan dugaan atas sumber persoalannya tidak akan tepat. Inilah pentingnya partner dalam PTK, yaitu untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan sumber persoalan. Partner juga dapat diajak berdiskusi perlu atau tidaknya suatu data tertentu untuk mendukung suatu dugaan atas sumber persoalan. 6 2. Perencanaan tindakan Langkah berikutnya yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan identifikasi sumber persoalan dalam pembelajaran adalah merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Pada tahap ini peneliti membuat perencanaan tindakan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi persoalan yang telah dirumuskan pada langkah pertama. Tindakan yang akan dilakukan harus cocok dengan persoalan yang akan dipecahkan. Tindakan yang direncanakan untuk dilaksanakan adalah tindakan yang mengarah pada pemecahan masalah sebagaimana telah dirumuskan pada tahap yang terdahulu. Sebagai contoh, bila persoalannya adalah persoalan kemampuan guru dalam mengembangkan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, maka tindakan yang dilakukan adalah tindakan-tindakan yang melatih kemampuan guru dalam melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran melalui pemilihan metode-metode pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode yang tepat dapat ‘memaksa’ guru untuk melibatkan siswa secara aktif sehingga secara bertahap kemampuan guru dalam melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran akan meningkat. Di dalam proses perencanaan tersebut peneliti mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait dengan rencana tindakan yang akan dilaksanakan. Aspekaspek terebut diantaranya: a. Topik pembelajaran di mana tindakan akan dilaksanakan b. Waktu pelaksanaan tindakan c. Ketersediaan fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan d. Kemampuan guru untuk menerapkan metode tertentu atau menggunakan media tertentu dalam topik yang akan diajarkan e. Langkah-langkah secara detail tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan. Untuk hal ini peneliti membuat RPP secara detail yang di dalamnya termuat tindakan penelitian yang akan dilakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran Selain aspek-aspek tersebut di atas, hal lain yang tidak kalah pentingnya dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan tindakan adalah menentukan ukuran keberhasilan tindakan dan membuat instrumen untuk mengukur keberhasilan itu. Ukuran keberhasilan harus sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan, demikian pula instrumen yang dipergunakan harus cocok dengan ukuran untuk mengukur keberhasilan. Ukuran-ukuran keberhasilan itu tidak hanya prestasi siswa karena prestasi siswa hanya merupakan akibat dari proses pembelajaran. Instrumen untuk mengukur keberhasilan dapat berupa tes, kuesioner, atau lembar observasi. Pada langkah ini, selain dibuat instrumen untuk memperoleh data, harus pula dibuat metode analisis data. Dengan demikian dari tahap kedua ini dihasilkan dokumen rencana pembelajaran yang di dalamnya sudah memuat tindakan yang akan dilaksanakan dan instrumen untuk mengumpulkan data yang akan dipergunakan untuk mengukur keberhasilan tindakan, ukuran atau kriteria keberhasilan, serta metode analisis data. Oleh karena itu dapat dibayangkan 7 bahwa pada akhir tahap kedua peneliti bersama partnertnya sudah memiliki gambaran secara detail tentang apa yang akan dilakukan oleh masing-masing pihak. 3. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan bersifat lebih teknis dalam arti hanya melaksanakan rencana yang telah disusun pada langkah kedua. Harus diupayakan sedapat mungkin agar pelaksanaan penelitian sesuai dengan rencana. Pada tahap ini partner peneliti biasanya hadir di kelas melakukan observasi. Kehadiran partner peneliti sangat penting untuk memberikan umpan balik kepada peneliti. Ketika partner peneliti berada di dalam kelas, ia sudah siap dengan catatan untuk mencatat kejadian atau informasi penting yang perlu dicatat. 4. Evaluasi dan refleksi Langkah ini diawali dengan pengumpulan seluruh data yang dilanjutkan dengan analisis atas data tersebut. Analisis dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat pada langkah kedua. Hasil dari analisis tersebut seharusnya memberi informasi apakah indikator keberhasilan tercapai atau tidak. Kalau indikator keberhasilan tercapai berarti masalah telah terpecahkan. Selain menggunakan data kuantitatif, pada tahap ini juga dipergunakan data kualitatif misalnya catatan pengamatan partner peneliti. Pada tahap ini peneliti dan partner berdiskusi apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana. Apakah cara pelaksanaannya baik menurut ukuran yang telah ditetapkan, bagaimana rekasi para murid, dan sebagainya. Puncak dari tahap ini adalah peneliti beserta partner melakukan refleksi, menemukan makna dari semua pengalamannya itu dalam kerangka profesi keguruan. Dari tahap ini bisa diperoleh bahwa ternyata dengan tindakan yang telah dilakukan itu, masalah langsung terpecahkan. Akan tetapi dapat pula pembelajaran sudah menunjukkan perbaikan akan tetapi belum mencapai tingkat keberhasilan yang ditentukan. Hasil evaluasi dan refleksi ini menuntun peneliti mempersiapkanlangkah berikutnya. Apabila dengan satu siklus persoalan langsung teratasi, biasanya tindakan yang sama diulangi pada siklus yang kedua untuk meyakinkan atau mengkonfirmasi bahwa tindakan itu memang telah mampu menyelesaikan masalah. Akan tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka harus dilakukan siklus kedua dengan perubahan-perubahan tertentu agar indikator keberhasilan tercapai 5. Identifikasi temuan umum Pada tahap ini peneliti bersama partner mengidentifikasi, pengalaman belajar apa yang telah diperoleh melalui tindakan satu siklus ini. Hal ini merupakan salah satu inti PTK, yang tidak lain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peneliti. Maka identifikasi pengalaman belajar ini menjadi penting dilakukan secara cermat. Pada tahap ini juga dilakukan persiapan untuk tindakan pada siklus berikutnya dengan tahap-tahap seperti yang telah diuraikan pada tahap kedua. 8 Demikianlah maka dengan penjelasan di atas satu siklus PTK telah lengkap dilaksanakan. Keseluruhan tahap-tahap tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini Identifikasi Masalah (Refleksi Awal) Tujuan/ Perumusan Masalah Indikator Keberhasilan. Perencanaan Tindakan Kajian Teori dan Empiris Hipotesis Tindakan Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Analisis Data Indikator Keberhasilan Belum Tercapai Refleksi Tercapai STOP atau Pemantapan PENELITIAN TINDAKAN KELAS26 (Sumber: Materi pelatihan PIPS, Dikti) D. Pelaku Pembahasan yang akan dikemukakan pada bagian ini sebetulnya sudah tersirat di dalam pembahasan bagian terdahulu. Di dalam pembahasan tentang pengertian penelitian tindakan di muka telah dijelaskan bahwa penelitian tindakan dilakukan oleh praktisi, dalam hal PTK berarti dilakukan oleh guru. Dalam praktek, seringkali seorang guru yang melakukan PTK memerlukan seorang rekan atau partner untuk membantunya khususnya untuk melakukan observasi ketika guru tersebut melaksanakan pembelajaran dan juga sebagai rekan berdiskusi ketika membahas pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan serta dalam mempertimbangkan tindakan yang akan dilakukan berikutnya. Dengan demikian jelas bahwa pelaku utama PTK adalah guru yang seharihari melaksanakan pembelajaran di kelasnya, bukan orang lain yang tiba-tiba dating ke suatu kelas dan melaksanakan suatu tindakan tertentu. 9 E. Format Proposal Penelitian Tindakan Kelas Berikut in disajikan format Proposal PTK yang Disarikan dari Pedoman PTK, Dikti 2006. Sampul Usulan Penelitian Halaman Pengesahan A. Judul Penelitian B. Mata Pelajaran dan Bidang Kajian C. Pendahuluan D. Rumusan Masalah dan Pemecahannya E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Hasil Penelitian G. Kajian Pustaka H. Prosedur Penelitian I. Jadwal Penelitian J. Biaya Penelitian K. Personalia Penelitian L. Daftar Pustaka M. Lampiran-Lampiran: 1. Instrumen Penelitian 2. Curriculum Vitae semua peneliti 3. Surat Keterangan Ketua Lembaga Penelitian 4. Surat Keterangan Dekan Deskripsi dari tiap-tiap komponen di atas dapat dilihat sebagai berikut. Sampul Usulan Penelitian Cukup jelas. Halaman Pengesahan Halaman pengesahan memuat judul penelitian, mata pelajaran dan bidang kajian, identitias ketua peneliti, nama anggota penelitia, waktu penelitian, biaya penelitian, diketahui Kepala Sekolah. Judul Penelitian Judul hendaknya singkat (maksimal 15 kata); spesifik; cukup jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah, dan tempat penelitian. Mata Pelajaran dan Bidang Kajian Cukup jelas Pendahuluan Pada bagian ini dijelaskan latar belakang atau alasan yang mendorong akan dilakukannya PTK. Karena PTK dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, maka alasan haris dikembangkan berdasarkan data konkret yang ada di kelas. Pada bagian pendahuluan perlu dijelaskan adanya kesenjangan antara harapan atau cita-cita atau standar dengan keadaan saat ini. 10 Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. Masalah PTK bukan dihasilkan dari kajian teoretik. Masalah dapat terinspirasi dari hasil penelitian terdahulu, tetapi harus tetap digali dari permasalahan pembelajaran yang aktual. Masalah yang diteliti digali atau didiagnosis secara kolaboratif dan sistematis dari masalah yang nyata dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah/madrasah. Masalah yang diteliti harus bersifat penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Identifikasi masalah penelitian disertai dengan data pendukung, selanjutnya masalah dianalisis untuk menentukan akar penyebab masalah. Rumusan Masalah dan Pemecahannya 1. Rumusan Masalah Masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk rumusan penelitian tindakan kelas, menggunakan kalimat tanya. Masalah perlu dijelaskan secara operasional dan ditetapkan lingkup penelitiannya. 2. Pemecahan Masalah Alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah perlu diidentifikasi. Argumentasi logis terhadap pilihan tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah (misalnya: karena kesesuaiannya dengan masalah, kemutakhirannya, keberhasilannya dalam penelitian sejenis, dll) perlu disajikan. Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan ketepatannya dalam mengatasi akar penyebab permasalahan dan dirumuskan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah. Hipotesis tindakan dikemukakan bila diperlukan. Indikator keberhasilan tindakan harus realistik (mempertimbangkan kondisi sebelum diberikan tindakan) dan dapat diukur (jelas cara asesmennya). Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan secara singkat dan jelas berdasarkan permasalahan dan cara pemecahan masalah yang dikemukakan. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat hasil penelitian khususnya untuk perbaikan kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran diuraikan secara jelas. Perlu juga dikemukakan manfaatnya bagi siswa, guru, komponen pendidikan terkait di sekolah. Kajian Pustaka Kajian teoretis dan empiris (hasil penelitian terdahulu yang relevan) dikemukakan sebagai landasan pemilihan tindakan. Uraian ini digunakan sebagai dasar penyusunan kerangka berpikir yang menunjukkan keterkaitan antara masalah, teori, hasil penelitian terdahulu yang relevan, dan pilihan tindakan. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan, diagram, uraian argumentatif, atau bentuk penyampaian lainnya. 11 Prosedur Penelitian Subjek penelitian adalah siswa sekolah tempat penelitian. Waktu dan lamanya tindakan dikemukakan secara rinci sesuai dengan banyaknya siklus yang direncanakan. Tempat penelitian dikemukakan secara jelas. Prosedur/langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan diuraikan secara rinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi untuk setiap siklus. 1. Perencanaan tindakan menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan (seperti: penyiapan perangkat pembelajaran berupa skenario pembelajaran, media, bahan dan alat, instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi). 2. Pelaksanaan tindakan berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti maupun siswa dalam pembelajaran. 3. Observasi menggambarkan objek amatan dan cara pengamatannya. 4. Tahap evaluasi menguraikan cara dan hasil asesmennya. Selanjutnya dalam tahap refleksi diuraikan prosedur, alat, pelaku, sumber informasi, dan cara analisisnya. Dalam PTK, satu siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Siklus-siklus kegiatan penelitian dirancang berdasarkan tingkat pencapaian indikator keberhasilan dalam setiap siklus. Untuk memantapkan hasil tindakan, tiap-tiap siklus dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan. Observasi terhadap proses dilakukan secara terusmenerus oleh guru dan dosen selama proses penelitian. Guru dapat saling berganti peran: pada suatu saat dapat sebagai pengajar dan pada saat yang lain sebagai pengamat. Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut. Jadwal Penelitian Jadwal kegiatan penelitian yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan monitoring, seminar dan penyusunan laporan hasil penelitian. Biaya Penelitian Cukup jelas Personalia Penelitian Memuat nama-nama yang terlibat di dalam penelitian Daftar Pustaka Daftar Pustaka dituliskan secara konsisten dan alphabetis sesuai dengan salah satu model baku. Sumber yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka hanya yang benar-benar dirujuk di dalam naskah. Semua sumber yang dirujuk di dalam naskah harus dicantumkan di dalam Daftar Pustaka. 12 Daftar Pustaka dapat bersumber pada buku, jurnal, majalah dan internet. Daftar Pustaka ditulis menurut tata cara sebagai berikut. 1. Buku Nama pengarang. (tahun terbit). judul buku (cetak miring). edisi buku. kota penerbit: nama penerbit. (model American Psychology Association – APA edisi kelima). Contoh: Wiersma, W. (1995). Research Methods in Education: An Introduction. Boston: Allyn and Bacon. 2. Artikel/Bab dalam suatu Buku: Nama pengarang. (tahun terbit). judul artikel. In/dalam nama editor (Ed.). judul buku (cetak miring). Edisi. nama penerbit, kota penerbit, halaman Contoh: Schoenfeld, A.H., (1993). On Mathematics as Sense Making: An Informal Attack on the Unfortunate Divorce of Formal and Informal Mathematics, in J.F. Voss., D.N. Perkins & J.W. Segal (Eds.). Informal Reasoning and Education. Hillsdale. NJ: Erlbaum, pp. 311344. 3. Artikel dari Jurnal Nama pengarang, tahun, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), volume jurnal, halaman. Contoh: Mikusa, M.G. & Lewellen, H., (1999). Now Here is That, Authority on Mathematics Reforms, The Mathematics Teacher, 92: 158-163. 4. Majalah Nama pengarang, tahun, judul artikel, nama majalah (cetak miring) volume terbitan, nomor terbitan, halaman. Contoh: Ross, D., (2001). The Math Wars, Navigator, Vol 4, Number 5, 20-25. 5. Internet Nama pengarang, tahun, judul (cetak miring), alamat website, tanggal akses. Contoh: Wu, H.H., (2002). Basic Skills versus Conceptual Understanding: A Bogus Dichotomy in Mathematics Education. Tersedia pada http://www.aft.org/publications. Diakses pada tanggal 11 Februari 2006. F. Beberapa Bidang Kajian Penelitian Tindakan Kelas 1. Masalah belajar siswa di sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi). 2. Desain dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk dalam tema ini,antara lain:masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran,implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orangtua dalam proses belajar siswa). 3. Alat bantu, media dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat). 13 4. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi). 5. Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya termasuk dalam tema ini antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggungjawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik- peserta didik dan orangtua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik). 6. Masalah kurikulum (termasuk dalam tema ini antara lain: implementasi KBK, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi ajar, dan siswa-lingkungan belajar). G. Rangkuman 1. PTK merupakan bentuk khusus dari penelitian tindakan 2. PTK dilakukan oleh guru dengan tujuan utama untuk melakukan perbaikan kualitas pembelajarannya 3. Secara garis besar PTK terdiri dari 5 langkah yaitu: Diagnosis persoalan, perencanaan pemecahan masalah, pelaksanaan masalah, refleksi dan evaluasi, dan identifikasi temuan umum. Peranan PTK di dalam peningkatan kualitas pembelajaran dapat digambarkan dalam diagram berikut: PTK T e r u s MASALAH DALAM PEMBELAJARAN BUKAN HASIL BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN YANG INOVATIF DAN BERKUALITAS Peningkatan kemampuan Guru m e n e r u s • Memecahkan masalah pembelajaran • Melaksanakan penelitian • Kepribadian dan Keprofesionalan Asumsi : Pembelajaran berdampak pada hasil belajar (Sumber: Materi pelatihan PIPS, Dikti) 14 20 PENULISAN KARYA ILMIAH Karya tulis Ilmiah adalah laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah juga dapat beragam bentuknya. Keragaman bentuk itu antara lain berupa: laporan penelitian, tulisan ilmiah dalam jurnal, tulisan ilmiah populer, buku, diktat dan lain-lain. Dalam tulisan ini lebih khusus dipaparkan gambaran umum penulisan karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Salah satu bentuk karya/tulisan ilmiah adalah berupa tulisan/laporan hasil penelitian yang telah dikemas dalam bentuk yang lebih ringkas, padat, dan jelas yang akan dipublikasikan melalui jurnal. Penyusunan karya tulis seperti ini adalah yang paling memungkinkan untuk guru, apalagi guru dapat melakukan kegiatan PTK dalam karya profesionalnya. Hasil-hasil PTK selain ditulis dalam bentuk laporan penelitian dapat juga dikemas dalam bentuk karya ilmiah yang dimuat dalam sebuah jurnal. Dengan pemuatan karya ilmiah dalam sebuah jurnal, memungkinkan berbagai hasil/temuan dalam sebuah penelitian dapat disebarluaskankan kepada khalayak. Bagaimana format penulisan sebuah karya ilmiah dalam jurnal pada umumnya memuat bagian-bagian sebagai berikut: 1. Judul 2. Nama Pengarang 3. Abstrak 4. Pendahuluan 5. Bahan & Metode 6. Hasil 7. Pembahasan 8. Daftar Pustaka 9. Ucapan Terima Kasih Laporan sebuah penelitian, format dan tata cara penulisannya pada umumnya mengikuti aturan tertentu, bahkan disesuaikan dengan ketentuan pemberi dana penelitian. Maka biasannya sebuah laporan penelitian, format penulisannya belum tentu sepenuhnya sesuai dengan format yang dipersyaratkan oleh suatu jurnal ilmiah. Dalam suatu jurnal ilmiah, biasanya terdapat berbagai ketentuan penulisan bila suatu karya ilmiah ingin diterbitkan dalam jurnal tersebut. Maka langkah pertama sebelum menuliskan laporan penelitian dalam bentuk karya ilmiah yang ingin dipublikasikan adalah menentukan ke jurnal mana karya ilmiah akan dikirimkan dan mengetahui secara pasti format penulisan yang dikehendaki misalnya; jumlah halaman, jumlah salinan, ketentuan pengetikan, dll. Setiap karya ilmiah yang dikirim ke sebuah jurnal akan dilakukan penilaian terhadap kelayakan penerbitan. Pengirim naskah karya ilmiah akan diberitahu hasil penilaiannya, apakah dinyatakan layak untuk diterbitkan atau ditolak untuk diterbitkan dalam jurnal tersebut. Karena ketatnya penilaian dalam sebuah jurnal, maka penulisan hasil/laporan penelitian ke dalam bentuk naskah karya ilmiah yang akan dipublikasin perlu mendapat perhatian. Berikut adalah beberapa gambaran umum bagaimana menulis karya ilmiah yang akan dipublikasikan dalam sebuah jurnal. Secara umum tahapan menulis karya ilmiah adalah: 15 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mulailah dari bagian yang yang paling mudah (penentuan judul mungkin dapat yang paling akhir) “Endapkan”-lah apa yang sudah ditulis dan bacalah ulang. Sebaiknya tulisan disusun dan dipersiapkan sendiri sehingga dapat diedit sendiri manakala ada sesuatu yang perlu ditambahkan atau diperbaiki baik isi atau bahasanya. Cobalah minta seseorang sebagai “first reader” dan minta masukan apakah keseluruhan isi karya ilmiah dapat dipahami dan ada kesesuaian dengan yang penulis ingin sampaikan. Perbaikilah bila diperlukan Mintalah surat pengantar (bila diperlukan) untuk pengiriman ke redaksi sebuah jurnal Kirim ke redaksi, dan nantikan hasil penilaiannya. Beberapa hal terkait bagaimana menyajikan setiap bagian dalam sebuah karya ilmiah, dipaparkan sbb.: Judul Penulisan judul karya ilmiah sebaiknya memuat hal yang positif, dan ditulis secara singkat, spesifik. Judul juga memberikan gambaran indikatif dan kesimpulan terhadap sebuah hasil penelitian. Walaupun judul ditulis singkat namun sebaiknya memuat sebanyak mungkin kata kunci Baris Kredit Bagian ini terkait dengan siapa yang menghasilkan karya ilmiah. Karya ilmiah dapat disusun oleh satu atau lebih penyusun. Dalam hal ini sebaiknya penulisan nama konsisten dengan nama yang ditulis untuk berbagai hal lain. Bila karya ilmiah disusun oleh lebih dari satu, maka siapa yang akan dicantumkan sebagai penulis utama perlu diperjelas sejak awal. Hal ini untuk menghindari sengketa hak kepengarangan. Tuliskan email dan nama lembaga dimana penulis berafiliasi. Abstrak Abstrak merupakan intisari keseluruhan karya ilmuah. Penulisan abstrak menjadi krusial dan penting. Pembaca pada umumnya akan melihat abstraknya lebih dulu sebelum akhirnya akan memutuskan apakah akan membaca keseluruhan tulisan atau tidak. Maka penulisan abstrak diharapkan dapat mengundang pembaca untuk selanjutnya menelusuri tulisan secara penuh. Abstrak biasanya ditulis ringkas (satu paragraf) dan terditi 200 kata. Walau ditulis secara ringkas, abstrak memberikan gambaran tentang permasalahan, metode, hasil penelitian. Dalam abstrak diharapkan memuat indikator hasil penelitian. Maka dalam abstrak biasanya tidak ada acuan terhadap sebuah pustaka, tabel atau gambar. Pendahuluan Dalam bagian pendahuluan umumnya berisi latar belakang penelitian/gagasan serta tujuan dan hipotesis penelitian. Disamping itu uraian-uraian terhadap butir penting yang terkandung dalam judul sangat diperlukan dalam bagian pendahuluan. Tinjauan Pustaka Kajian pustaka dalam tulisan untuk sebuah jurnal pada umumnya tidak lazim di tulis dalam bagian khusus (sub judul Tinjauan Pustaka), namun 16 ada juga beberapa jurnal yang mengakomodasi kajian pustaka ditulis sebagai bagian khusus. Kajian pustaka dapat dibahas dalam bagian Pendahuluan dan dimaksudkan untuk mendasari alasan penelitian atau kerangka pendekatan penelitian. Kajian pustaka juga dapat dibahas dalam pembahasan hasil-hasil penelitian sebagai bahan argumen dalam mendiskusikan temuan-temuan. Dalam menuliskan kajian pustaka perlu mentaati tata-tata aturan mengutif sumber rujukan. Rujuklah pustaka dengan tepat dan cermat. Kualitas Rujukan Memilih rujukan adalah bagian penting dalam sebuah penelitian yang akan menghasilkan sebuah karya ilmiah. Untuk sebuah karya ilmiah, rujukan dari hasil penelitian terkini dan pustaka lain terkini adalah prioritas. Dengan penelusuran dari sumber yang terkini, maka karya ilmiah yang akan dihasilkannyapun memiliki unsur kekinian juga. Disamping itu pemilihan rujukan harus memiliki relevansi yang tinggi sehingga mampu memberi kerangka kajian yang relevan dan tepat. Rujukan selanjutnya akan menjadi bagian tulisan dalam karya ilmiah dalam bentuk sebuah kutipan. Dalam hal mengutp sebuah rujukan, kutipan sebaiknya dirujuk dari sumber aslinya (primer). Dengan demikian sedapat mungkin untuk menghindari mengutip dari kutipan. Metode Paparan tentang metode penelitian harus terperinci walaupun dalam bentuk yang lebih ringkas. Paparan yang terperinci harus menjamin bahwa bila ada pihak lain yang akan mereplikasi penelitian sejenis dengan sampel akan menjamin keterulangan hasil. Paparan metode dapat berbeda antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya sesuai dengan karakteristik keilmuannya. Hasil Bagian ini memuat hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, maka hanya memaparkan hasil sendiri (bukan hasil penelitian sejenis yang dikerjakan orang lain). Penyajian dilakukan dengan cara yang mudah dilihat dan mudah dicerna. Untuk itu ilustrasi berupa tabel dan gambar akan sangat membantu para pembaca. Pembahasan Penulisan bagian pembahasan dalam karya ilmiah merupakan bagian tersulit. Yang dijadikan pembahasan adalah hasil-hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan dianalisis dengan bantuan alat analisis data (misal SPSS). Hasil-hasil penelitian perlu dibahas dengan memaparkan keterkaitkannya dengan tujuan/hipotesis yang telah dinyatakan. Dengan demikian membahas hasil tidak hanya menarasikan hasil, melainkan dengan membandingkannya dengan temuan penelitian lain dan membuatlah argumen yang logis. Argumentasi penulis sebaiknya dikemas argumen dalam suatiu paragraf. Dalam membangun argumen, maka peranan rujukan pustaka untuk memperkuat argumen menjadi amat penting. Selanjutnya argumentasi penulis dalam sebuah pembahasan hasil penelitian perlu diakhiri dengan suatu kesimpulan. 17 Implikasi Hasil Penelitian Kegiatan penelitian yang hasilnya dibahas oleh peneliti biasanya menyisakan beberapa temuan/persoalan yang tidak termasuk dalam skop masalah yang dikaji. Dalam hal ini hasil penelitan beserta pembahasannya menghasilkan berbagai implikasi. Untuk memaparkan implikasi hasil penelitian maha berikut ini adalah beberapa hal yang terkait dengan implikasi hasil penelitian: Dalam memaparkan implikasi maka paparan yang menggambarkan situasi yang ditemukan sangat diperlukan. Jelaskan tentang kemungkinan penyebab situasi tsb. Identifikasi efek yang mungkin timbul dari situasi itu. Identifikasi tindakan untuk mengatasi situasi buruk atau untuk meningkatkan situasi baik Sebut badan/lembaga atau bidang terkait yang dapat terpengaruhi dan apa yang sebaiknya dilakukan. Simpulan Penulisan kesimpulan adalah penting sehingga hasil-hasil penting dapat terumuskan secara jelas dan tegas. Kesimpulan dirumusan sebagai hasil inferens, deduksi, abstraksi, implikasi, interpretasi, pernyataan umum atau generalisasi dari hasil-hasil kajian dalam penelitian. Kesimpulan dirumuskan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan dibuat berdasar fakta, bukan yang tersirat. Kesimpulan simpulan mungkin hanya berlaku untuk populasi, tempat, atau subjek tertentu dan hal ini harus dinyatakan secara jelas. Saran Kadang kala peneliti berkeinginan untuk merumuskan saran setelah mengkaji suatu masalah dengan melakukan penelitian dan mengkaji hasilhasilnya. Namun demikian saran tidak selalu harus ada dalam karya ilmiah. Bila hendak disusun berbagai saran maka sebaiknya: ditujukan untuk mengatasi masalah yang diselidiki berkait dengan hal-hal yang dibahas saja harus dapat dikerjakan dapat ditujukan kepada orang, lembaga jelas tentang apa-apa saja yang harus dilanjutkan Ucapan Terima Kasih Pada umumnya kegiatan penelitian dilakukan dengan dukungan dana dari sponsor, walau banyak pula yang dilakukan dengan dana dari peneliti sendiri. Disamping itu dalam prosesnya (baik dalam kegiatan penelitian maupun penulisan karya ilmiah) penulis memperoleh bantuan profesional dari ekspertis. Dengan demikian pada umumnya ucapan terimakasih ditujukan kepada dua pihak ini (sponsor dan ekspertis), dan disampaikan secara wajar dan memintakan ijin bila ingin menuliskan nama orang. Daftar Pustaka Penulisan daftar pustaka antara jurnal sau dengan lainnya dapat berbeda. Hal ini dimungkinkan karena terdapat beragam cara penulisan daftar pustaka. Maka langkah yang paling tepat adalah melihat petunjuk bagi penulis jurnal yang dituju atau melihat tulisan yang dimuat dalam jurnal yang akan dituju. 18 Catatan terkait Penerbitan Artikel Sangat diperlukan bagi penyusun karya ilmiah yang hendak dipublikasikan untuk mentaati ketentuan dari jurnal yang dituju, misalnya dalam hal: jumlah halaman, jumlah salinan, ketentuan pengetikan, dll. Bila karya ilmiah telah dinyatakan layak namun perlu perbaikan, maka cepat perbaiki sesuai komentar penelaah. Jangan melakukan perbaikan diluar yang disarankan. Biasanya pengelola jurnal mengharuskan penyusun menyerahkan sejumlah dana agar karya ilmiah dapat diterbitkan. Maka sebaiknya penyusun memenuhinya dan mencari bantuan dana untuk penerbitan (dari lembaga penulis misalnya) Daftar Pustaka Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. (1992). Qualitative reserach for education. An introduction to theory and methods. Boston: Allyn and Bacon. Elliot, J. (1991). Action research for educational change. Milton Keynes: Open University Press. Kemmis, S. (1983). Action Research. In T. Husen & T. Postletwwaite (Eds.), International Encyclopedia of Education: Research and Studies. Oxford: Pergamon. Mettetal, G. Classroom Action Research Overview. http://www.accessexcellence.org/ LC/TL/AR/; diakses 6/1/2005 http://mypage.iusb.edu/~gmetteta/Classroom Action_Research.html O’Brien, R. 2005. An Overview of the Methodological Approach of Action Research.http://www.web.net/~robrien/papers/arfinal.html diakses 06/01/05 Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen. http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/envrnmnt/drugfree/sa3act.htm;diakses 06/01/05 . 19 PELAKSANAAN WORKSHOP PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN/PENELITIAN TINDAKAN KELAS Kegiatan Penyusunan Proposal PTK Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu perencanaan kegiatan penelitian sebagaimana yang terdapat dalam diagram berikut: Identifikasi Masalah (Refleksi Awal) Tujuan/ Perumusan Masalah Indikator Keberhasilan. Perencanaan Tindakan Kajian Teori dan Empiris Hipotesis Tindakan Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Analisis Data Indikator Keberhasilan Belum Tercapai Refleksi Tercapai STOP atau Pemantapan PENELITIAN TINDAKAN KELAS26 Untuk dapat menyusun sebuah rencana PTK, langkah-langkah berikut dapat digunakan sebagai salah satu aktivitas yang baik, yakni: a. Menentukan fokus PTK dan Mengidentifikasi Masalah. PTK berawal dari pengalaman pembelajaran yang konkrit di dalam kelas yang dikelola oleh guru (peneliti). Untuk itu refleksi yang mendalam terhadap pengalaman pembelajaran akan membantu guru (peneliti) mengembangkan fokus PTK sehingga dapat diidentifikasi masalah dalam pembelajaran yang dapat dipecahkan melalui PTK. Jadi masalah PTK bukan dihasilkan dari kajian teoretik. Langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah: a. Identifikasi isu-isu atau topik-topik dalam pembelajaran yang menurut anda bermasalah. b. Identifikasi apakah ada kesenjangan kinerja (gap perfomance) antara yang diharapkan terjadi dan yang senyatanya terjadi. c. Nyatakan isu itu sebagai suatu masalah. d. Rumuskan masalah itu dalam bentuk pertanyaan e. Deskripsikan apa yang diharapkan dapat diperoleh (dinyatakan dalam berbagai indikator) dengan meneliti masalah itu. 20 Tugas 1: Berdasarkan pengalaman anda dalam melaksanakan pembelajaran, a. Deskripsikan sebuah isu dalam pembelajaran yang menurut anda bermasalah. b. Rumuskan isu tersebut sebagai sebuah rumusan masalah PTK. c. Deskripsikan tujuan PTK tersebut. d. Identifikasi indikator-indikator keberhasilan bila masalah dapat diatasi b. Mengkaji Literatur untuk mengidentifikasi Alternatif Tindakan. Setelah masalah dirumuskan dengan jelas, guru (peneliti) melakukan kajian terhadap berbagai literatur yang relevan dengan permasalahan yang telah dirumuskan. Sangat mungkin guru (peneliti) telah memiliki berbagai alternatif tindakan untuk mengatasi permasalahan. Namun demikian alternatif tindakan yang akan dipilih akan lebih dipertanggung jawabkan bila bersandar pada suatu kerangka berpikir yang jelas. Untuk meletakkan kerangka berpikir yang jelas dan relevan dengan sebuah rencana tindakan yang dipilih, maka diperlukanlah sebuah kajian literatur yang relevan dengan permasalahan yang akan dipecahkan. Hal ini dilakukan agar PTK yang dilakukan tidak lain adalah sebuah aktivitas keilmuan sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain: a. Identifikasi poin-poin penting yang terkait dengan masalah dan telusuri literatur yang relevan b. Susun hipotesis tindakan, yang mengindikasikan dugaan perbaikan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan. c. Analisis kelayakan hipotesis tindakan agar kesenjangan kinerja dapat dijembatani, daya dukung (fasilitas, guru) dan kondisi siswa memungkinkan untuk melaksanakan tindakan. Tugas 2: Berdasarkan masalah yang telah anda rumuskan a. Identifikasi point-poin penting dalam literatur yang terkait dengan masalah. b. Tentukan satu atau beberapa alternatif tindakan yang akan dilaksanakan c. Analisis kelayakan pelaksanaan tindakan, apakan pilihan tindakan dapat dilaksanakan dengan dukungan sumber daya, dana dan fasilitas yang ada? c. Merencakan Tindakan. Berdasarkan gambaran masalah dan identifikasi poin penting dalam menentukan rencana tindakan, rencanakan suatu tindakan secara lebih terperinci. Dalam PTK Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain: Menyusun sebuah rencana tindakan secara rinci termasuk langkahlangkah yang diperlukan. Hal yang harus dipersiapkan meliputi i. skenario tindakan dengan langkah urutan yang terperinci ii. indikator yang ingin diamati beserta kriteria keberhasilan yang terkait dengan penyelesaian masalah 21 iii. data-data yang harus dikumpulkan untuk menentukan ketercapaian indikator iv. instrumen pengumpul data yang diperlukan v. metode analisis data yang akan dipakai. Pada umumnya PTK melibatkan dua siklus tindakan. Siklus pertama merupakan alternatif tindakan untuk menyelesaikan masalah PTK. Bila dengan satu siklus masalah sudah dapat diatasi, maka siklus kedua merupakan siklus yang serupa untuk menguji apakah masalah memang telah dapat diatasi dengan tindakan yang dirancang. Bila dalam sikuls pertama masalah PTK belum dapat diatasi, maka berdasarkan hasil pada siklus pertama dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, perlu disusun suatu rencana tindakan perbaikan. Tugas 3: Berdasarkan gambaran masalah dan identifikasi poin penting dalam literatur, deskripsikan alternatif tindakan yang akan anda lakukan dalam pembelajaran agar masalah itu teratasi yang meliputi: a. skenario tindakan dengan langkah urutan yang terperinci b. indikator beserta kriteria keberhasilannya c. data-data yang diperlukan d. instrumen yang diperlukan e. metode analisis data yang akan dipakai. Sampai disini, anda telah cukup lengkap mengkaji masalah dan merencanakan tindakan yang akan dilakukan dalam PTK. Selanjutnya tuangkan hal-hal tersebut dalam bentuk Proposal PTK. Format Proposal Penelitian Tindakan Kelas Format Proposal PTK biasanya berisi antara lain: A. Sampul Usulan Penelitian B. Halaman Pengesahan C. Pendahuluan D. Rumusan Masalah dan Pemecahannya E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Hasil Penelitian G. Kajian Pustaka H. Prosedur Penelitian I. Jadwal Penelitian J. Biaya Penelitian K. Personalia Penelitian L. Daftar Pustaka M. Lampiran-Lampiran: 1. Instrumen Penelitian 2. Curriculum Vitae semua peneliti Deskripsi dari tiap-tiap komponen di atas adalah sebagai berikut. A. Sampul Usulan Penelitian Cukup jelas. Biasanya memuat Judul Penelitian, Nama pengusul dan lembaga pengusul. 22 B. Halaman Pengesahan Halaman pengesahan memuat: 1. judul penelitian, 2. mata pelajaran dan bidang kajian, 3. identitias ketua peneliti, 4. nama anggota penelitia, 5. waktu penelitian, 6. biaya penelitian Halaman pengesahan ini ditandatangani oleh Ketua Penelti dan diketahui Kepala Sekolah. C. Judul Penelitian Judul hendaknya singkat (maksimal 20 kata); spesifik; cukup jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah, dan tempat penelitian. D. Pendahuluan Masalah yang diteliti harus bersifat penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Identifikasi masalah penelitian disertai dengan data pendukung, selanjutnya masalah dianalisis untuk menentukan akar penyebab masalah. E. Rumusan Masalah dan Pemecahannya 3. Rumusan Masalah Masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk rumusan penelitian tindakan kelas, menggunakan kalimat tanya. Masalah perlu dijelaskan secara operasional dan ditetapkan lingkup penelitiannya. 4. Pemecahan Masalah Alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah perlu diidentifikasi. Argumentasi logis terhadap pilihan tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah (misalnya: karena kesesuaiannya dengan masalah, kemutakhirannya, keberhasilannya dalam penelitian sejenis, dll) perlu disajikan. Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan ketepatannya dalam mengatasi akar penyebab permasalahan dan dirumuskan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah. Hipotesis tindakan dikemukakan bila diperlukan. Indikator keberhasilan tindakan harus realistik (mempertimbangkan kondisi sebelum diberikan tindakan) dan dapat diukur (jelas cara asesmennya). F. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan secara singkat dan jelas berdasarkan permasalahan dan cara pemecahan masalah yang dikemukakan. G. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat hasil penelitian khususnya untuk perbaikan kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran diuraikan secara jelas. Perlu juga dikemukakan manfaatnya bagi siswa, guru, komponen pendidikan terkait di sekolah. H. Kajian Pustaka Kajian teoretis dan empiris (hasil penelitian terdahulu yang relevan) dikemukakan sebagai landasan pemilihan tindakan. Uraian ini digunakan sebagai dasar penyusunan kerangka berpikir yang menunjukkan 23 I. J. K. L. M. keterkaitan antara masalah, teori, hasil penelitian terdahulu yang relevan, dan pilihan tindakan. Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan, diagram, uraian argumentatif, atau bentuk penyampaian lainnya. Prosedur Penelitian 1. Subjek penelitian ( siswa sekolah tempat penelitian). 2. Waktu dan lamanya tindakan dikemukakan secara rinci sesuai dengan banyaknya siklus yang direncanakan. 3. Tempat penelitian dikemukakan secara jelas. 4. Prosedur/langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan diuraikan secara rinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-refleksi untuk setiap siklus. a. Perencanaan tindakan menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan (seperti: penyiapan perangkat pembelajaran berupa skenario pembelajaran, media, bahan dan alat, instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi). b. Pelaksanaan tindakan berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti maupun siswa dalam pembelajaran. c. Observasi menggambarkan objek amatan, cara pengamatannya dan metode analisis data yang akan untuk mengolah data. d. Tahap evaluasi menguraikan cara dan hasil asesmennya. Selanjutnya dalam tahap refleksi diuraikan prosedur, alat, pelaku, sumber informasi, dan cara analisisnya. Dalam PTK, satu siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Siklus-siklus kegiatan penelitian dirancang berdasarkan tingkat pencapaian indikator keberhasilan dalam setiap siklus. Untuk memantapkan hasil tindakan, tiap-tiap siklus dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan. Observasi terhadap proses dilakukan secara terus-menerus oleh guru dan dosen selama proses penelitian. Guru dapat saling berganti peran: pada suatu saat dapat sebagai pengajar dan pada saat yang lain sebagai pengamat. Dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masingmasing anggota peneliti, sehingga tampak jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut. Jadwal Penelitian Jadwal kegiatan penelitian yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan monitoring, seminar dan penyusunan laporan hasil penelitian. Jadwal penelitian biasanya dalam bentuk Grantt Chart. Biaya Penelitian Cukup jela Personalia Penelitian Memuat nama-nama yang terlibat di dalam penelitian Daftar Pustaka Daftar Pustaka dituliskan secara konsisten dan alphabetis sesuai dengan salah satu model baku. Sumber yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka 24 hanya yang benar-benar dirujuk di dalam naskah. Semua sumber yang dirujuk di dalam naskah harus dicantumkan di dalam Daftar Pustaka. Daftar Pustaka dapat bersumber pada buku, jurnal, majalah dan internet. Daftar Pustaka ditulis menurut tata cara sebagai berikut. 6. Buku Nama pengarang. (tahun terbit). judul buku (cetak miring). edisi buku. kota penerbit: nama penerbit. (model American Psychology Association – APA edisi kelima). Contoh: Wiersma, W. (1995). Research Methods in Education: An Introduction. Boston: Allyn and Bacon. 7. Artikel/Bab dalam suatu Buku: Nama pengarang. (tahun terbit). judul artikel. In/dalam nama editor (Ed.). judul buku (cetak miring). Edisi. nama penerbit, kota penerbit, halaman Contoh: Schoenfeld, A.H., (1993). On Mathematics as Sense Making: An Informal Attack on the Unfortunate Divorce of Formal and Informal Mathematics, in J.F. Voss., D.N. Perkins & J.W. Segal (Eds.). Informal Reasoning and Education. Hillsdale. NJ: Erlbaum, pp. 311-344. 8. Artikel dari Jurnal Nama pengarang, tahun, judul artikel, nama jurnal (cetak miring), volume jurnal, halaman. Contoh: Mikusa, M.G. & Lewellen, H., (1999). Now Here is That, Authority on Mathematics Reforms, The Mathematics Teacher, 92: 158163. 9. Majalah Nama pengarang, tahun, judul artikel, nama majalah (cetak miring) volume terbitan, nomor terbitan, halaman. Contoh: Ross, D., (2001). The Math Wars, Navigator, Vol 4, Number 5, pp. 20-25. 10. Internet Nama pengarang, tahun, judul (cetak miring), alamat website, tanggal akses. Contoh: Wu, H.H., (2002). Basic Skills versus Conceptual Understanding: A Bogus Dichotomy in Mathematics Education. Tersedia pada http://www.aft.org/publications. Diakses pada tanggal 11 Februari 2006. 25 Lampiran : Instrumen Penilaian Proposal Instrumen Penilaian Proposal Penelitian Tindakan/Penelitian Tindakan Kelas Judul Penelitian Pengusul a. Nama Pengusul b. No. Peserta : _______________________________________________ _______________________________________________ _______________________________________________ : _________________________ : _________________________ No Kriteria 1 Judul 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Acuan Skor Maksimum 20 kata, jelas menggambarkan 5 masalah yang diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah, hasil yang diharapkan, dan tempat penelitian Pendahuluan a. Keberadaan masalah nyata, jelas, dan 5 mendesak b. Penyebab masalah jelas 5 c. Masalah dan penyebabnya diidentifikasi 5 secara jelas Perumusan dan a. Rumusan masalah dalam bentuk rumusan 5 Pemecahan masalah PT/PTK masalah b. Bentuk tindakan untuk memecahkan 5 masalah sesuai dengan masalah c. Secara jelas tampak indikator keberhasilan 5 Tujuan Sesuai dengan rumusan masalah 5 Manfaat Jelas manfaat hasil penelitiannya 5 Kajian Pustaka a. Relevan antara poin-poin yang dikaji 5 dengan permasalahan b. Jelas kerangka berpikir penelitiannya 10 Metode Penelitian a. Jelas subyek, tempat, dan waktu (setting) 5 penelitian b. Ada perencanaan rinci langkah-langkah 10 (skenario)PT/PTK c. Jelas dan tepat siklus-siklusnya 5 d. Kriteria keberhasilan 5 Jadwal Penelitian Jelas jadwal penelitiannya dalam bentuk Grantt 5 Chart Daftar Pustaka Penulisan Daftar pustaka sesuai Ketentuan 5 Penggunaan Menggunakan bahasa baku 5 Bahasa Jumlah 100 26 27