1 Deskripsi Masalah dalam PTK dan Alternatif Solusinya*) Oleh H. M. Syakur Sf.**) e-mail: [email protected] Pendahuluan Menurut Peraturan Menteri Pendidikan nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, kemampuan menulis karya tulis ilmiah bagi para guru merupakan salah satu dari kompetensi yang dituntut oleh BSNP. Artinya, guru harus mampu melakukan penelitian terutama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan professionalisme. Kecuali itu, guru juga dituntut mampu mengkomunikasikan hasilhasil innovasi pembelajaran kepada komunitas profesinya. PTK merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/ atau meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara professional1. Sementara menurut Kemmis dan Taggart, PTK merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pesertapesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan yang diselaraskan dengan kondisi di mana praktik itu dilakukan. Memahami Masalah dalam PTK Setiap penelitian termasuk PTK harus berangkat dari masalah. Oleh karena itu dalam penelitian masalah merupakan komponen yang paling utama dan pertama (prime component) yang harus dirumuskan. Menurut Sugiyono, bila dalam penelitian telah dirumuskan masalah dengan jelas dan menggambarkan masalah *) Makalah disampaikan dalam Workshop Penulisan PTK yang diselenggarakan oleh FAI Universitas Wahid Hasyim Semarang, 18 sd 20 Desember 2015 di Muria Hotel Semarang. **) Dosen Fakultas Agama Islâm Unwahas Semarang, sedang menjabat Wakil Rektor III. Suyanto, Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (Dirjen P dan K Depdikbud Bagian Proyek Pendidikan Tenaga Akademik IKIP Yogyakarta, 1997), h. 4. 1 2 yang sebenarnya maka peneliti telah menyelesaikan 50% pekerjaan penelitian2. Masalah berfungsi sebagai kompas penunjuk arah dalam penelitian. Semua komponen penelitian berlandaskan kepada rumusan masalah. Jadi, langkah pertama melakukan penelitian adalah mengkaji masalah dan merumuskannya dengan baik. MASALAH adalah “sebuah kesenjangan di antara harapan atau keharusan dengan kenyataan”. Masalah adalah kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sugiyono, masalah adalah “penympangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi antar teori dengan praktik, antara aturan dengan pelaksanaan, dan antara rencana dengan pelaksanaan”3. Teori pada dasarnya merefleksikan kondisi ideal. Kondisi yang sesungguhnya sering berbeda dengan teori. Jika realita dibandingkan teori biasanya muncul perbedaan. Masalah yang mucul dari hasil perbandingan itu adalah bagaimana agar kondisi nyata dapat mendekati kondisi yang diharapkan. Kalau seorang pendidik menemukan penyimpangan-penyimpangan pada area tersebut maka dipastikan terdapat masalah. Data hasil observasi pendahuluan yang telah diolah selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk merumukan masalah dan mencari solusi alternatif untuk melakukan perbaikan mutu. Contoh Masalah PTK Beberapa contoh masalah dalam PTK dapat diperhatikan sebagai berikut: 1. Bagaimana membelajarkan siswa materi tertentu agar siswa mau dan mampu belajar? 2. Bagaimana meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas? 3. Bagaimana meningkatkan keterampilan siswa bertanya kreatif? 4. Bagaimana meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar? 2 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: penerbit Alfabeta. 2010), h. 32. 3 Ibid., h. 32. 3 5. Bagaimana mengajak siswa agar mereka benar-benar aktif belajar (aktif secara mental maupun fisik, aktif berpikir)? 6. Bagaimana menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan kehidupan siswa sehari-hari agar mereka dapat menggunakan pengetahuan dan pemahamannya mengenai materi itu dalam kehidupan sehari-hari? 7. Bagaimana memilih strategi pembelajaran yang paling tepat untuk materi .....? 8. Bagaimana menggunakan alat peraga pembelajaran yang paling tepat untuk membelajarkan siswa pada materi...? 9. Bagaimana melaksanakan pembelajaran koperatif? 10. Bagaimana melaksanakan pembelajaran kompetitif? 11. Bagaimana kemampuan peserta didik dalam menemukan informasi rinci dari teks? Adalah merupakan masalah jika setelah siswa belajar membaca demikian lama dan berlatih menemukan informasi dari teks sesuai dengan target dalam kompetensi dasar maka seharusnya pesereta didik menguasai kemampuan menemukan informasi rinci dari teks secar memadai tetapi kenyataannya tidak. Ditinjau dari segi tujuan, PTK bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Tentu saja tidak sekadar bertujuan untuk memecahkan masalah tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan. Oleh karena itu, PTK terkait erat dengan persoalan (masalah) praktik pembelaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Sebagai contoh jika guru menghadapi persoalan “rendahnya minat baca” siswa, sehingga kondisi ini sangat menghambat pencapaian tujuan kurikuler, maka guru dapat melakukan PTK agar “minat baca” siswa dapat ditingkatkan. Dengan PTK guru dapat mencoba berbagai tindakan yang berupa program pembelajaran tertentu seperti mencoba menggunakan bahan bacaan yang lebih memiliki gambar dan cerita yang lebih menarik, memanfa’atkan cerita-cerita lokal, menggunakan buku yang berisi ceritacerita lucu, dan sebagainya. Dengan program pembelajaran yang dirancang sebagai bentuk PTK guru dapat memperbaiki masalah “rendahnya minat baca” para siswanya. Sebaliknya, 4 jika sebenarnya siswa telah memiliki “minat baca” yang tinggi, akan tetapi tidak dapat memanfaatkan bahan bacaan secara tepat guru juga dapat melakukan PTK untuk mencari dan memilih terapi yang tepat terhadap kesalahan siswa dalam memanfa’atkan bahan bacaan yang kurang fungsional. Pada prinsipnya, tindakan yang direncanakan hendaknya bertujuan untuk: 1. membantu guru dalam hal: a. mengatasi kendala pembelajaran kelas, b. bertindak secara lebih tepat guna dalam kelas, dan c. meningkatkan keberhasilan pembelajaran kelas; 2. membantu guru menyadari potensi baru untuk melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja. Menentukan Masalah Menentukan masalah untuk PTK sebenranya tidak sulit karena masalah yang harus diangkat terkait dengan hal-hal praktik sederhana dan akrab dialami oleh guru setiap hari dalam pembelajaran, jika seorang guru paham dan peduli terhadap pembelajaran. Kecuali itu masalah dalam PTK hanya berpangkal pada dua hal, yaitu proses pembelajaran dan hasil belajar. Jadi, ketika mencari masalah untuk diangkat dalam PTK maka dua pertanyaan besar yang harus diajukan, yaitu Apakah proses pembelajaran sudah baik?; dan Apakah hasil belajar sudah baik? Apabila jawabannya tidak atau belum maka di situlah terdapat masalah. Sumber Masalah Dua pangkal masalah tersebut terlalu besar untuk dijadakan sumber masalah PTK. Oleh karena itu keduanya harus diurai ke dalam sumber-sumber masalah yang spesifik. Salah satu pendekatan untuk mengurai pangkal masalah tersebut adalah dengan melakukan empat kegiatan, yaitu: mengevaluasi, 5 mengamati, merasakan dan meninjau atau mengkaji proses dan hasil belajar. Pendekatan ini dapat digambarkan dalam peta konsep di bawah ini: Peta konsep di atas menggambarkan bahwa sumber masalah untuk PTK ternyata sangat banyak, yaitu: Pertama, masalah dapat diperoleh dengan cara melakukan evaluasi. Mengevaluasi berarti membandingkan hasil belajar dengan tujuan pembelajaran. Secara garis besar mengevaluasi hasil belajar dapat dilakuakn dalam bentuk formtif, sumatif, dan ujian akhir satuan pendidikan dalam bentuk UN dan UAS/M BAN. Melalui evaluasi formtif dapat diperoleh data apakah KKM KD sudah tercapai, Melalui evaluasi sumatif dapat diperoleh informasi apakah KKM SK tercapai, dan Melalui UN dan UAS/M BAN akan diperoleh informasi apakah SKL sudah tercapai. Apabila ketiga kirteria ketuntasan tersebut belum tercapai maka ada masalah. 6 Kedua, masalah dalam PTK dapat diketahui melalui pengamatan terhadap proses. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai karakter dan perilaku siswa seperti motivasi, minat, kedisiplinan, gaya belajar, tingkat ketertarikan terhadap mata pelajaran, kesulitan belajar dan sejenisnya. Untuk mendeteksi masalah para pendidik juga harus melakukan observasi untuk mengetahui apakah para peserta didik senang dengan penampilan pribadi pendidik. Ada kalanya seorang pendidik harus mengundang kawan untuk mengamati proses pembelajaran dan meminta pendapat tentang kelebihan dan kekurangannya. Dengan cara itu pendidik akan dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang sebenarnya terjadi. Apabila hasil pengamatan diperoleh informasi bahwa kurang bergairanh belajar, mengalami kesulitan belajar, malas, kurang disiplin dan sejenisnya maka dapat dinyatakan bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran. Ketiga, masalah PTK dapat diperoleh melalui kegiatan merasakan. Dalam pembelajaran sumber masalah tidak hanya muncul dari hasil pengamatan terhadap siswa dan lingkungan pembelajaran melainkan juga dapat timbul dari aspek psikologis pendidik, misalnya rasa senang, rasa aman dan rasa nyaman yang dialami pendidik. Aspek ini tentu tidak dapt diabaikan karena merupakan salah satu factor penentu keberhasilan pembelajaran. Untuk mengetahuinya adalah dengan cara merasakannya. Ketika melakukan pembelajaran maka rasakan apakah pendidik merasa bergairah, dapat menikmati, aman, dan nyaman? Kalau tidak, pasti ada masalah. Keempat, mendeteksi masalah untuk PTK dapat dilakukan dengan cara maninjau proses dan hasil pembelajaran dari berbagai segi misalnya dari segi teori, dari segi kriteria, dari segi standar. Meninjau pembelajaran dari segi teori bisa dilakukan dengan cara membaca referensi atau diskusi lalu bandingkan dengan praktek pembelajaran sehari apakah sudah sesuai 7 dengan teori. Misalnya dalam pembelajaran Fisika, berdasarkan teori model pembelajaran utama yang harus digunakan adalah model pembelajaran inquiri kemudian bandingkan dengan pembelajaran seharihari apakah sudag menerapkan model inquiri sebagai model utama? Pembelajaran dapat juga ditinjau dari segi SKL yang terdiri dari SKL satuan pendidikan, SKL kelompok mata pelajaran, dan SKL mata pelajaran. SKL selain dari gambaran mengenai kompetensi yang harus dikuasai pesera didik juga menggambarkan aspek yang harus dikuasai. Dalam SKL Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI, misalnya, terdapat pernyatan “peserta didik harus menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/ pendidik”. Pertanyaan yang harus diajukan: Apakah pembelajaran sudah mencakup aspek tersebut? Jika belum, maka pembelajaran mempunyai masalah. Contoh lain, misalnya dalam SKL mata pelajaran bahasa, terdapat empat aspek yang harus dikuasai yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Setelah mengkaji maksud dari aspek yang ada dalam SKL, lalu bandingkan apakah pembelajaran sudah mencakup keempat aspek tersebut secara proporsional. Kriteria Dalam Penentuan Masalah Penentuan masalah harus memperhatikan beberapa criteria sebagai berikut: a. Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program; b. Masalahnya hendaknya dalam jangkauan penanganan. Jangan sampai memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak para penelitinya dan waktunya terlalu lama; 8 c. Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab (factor), sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini daripada berdasarkan fenomena dangkal. Fokus Penelitian Dalam penelitian terdapat variabel. Yaitu besaran yang nilainya berubahubah. Dalam sebuah masalah penelitian terdapat variabel. Misalnya pada contoh masalah di atas variabel yang akan diukur adalah “kemampuan menangkap informasi rinci dari teks”. Menurut Rochiyati Wiraatmaja, dalam PTK hanya digunakan istilah Fokus Masalah atau Fokus Penelitian sebagai pengganti istilah variabel pada umumnya4. Setelah diketemukan masalah dalam pembelajaran dan menentukannya maka menjadikannya sebagai fokus penelitian. Beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai fokus penelitian tindakan adalah: 1. rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis di kalangan siswa; 2. rendahnya ketaatan staf pada perintah atasan; 3. rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Arab; 4. rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guru-siswa-siswa; 5. rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Arab ditinjau dari tujuan mengembangkan keterampilan berkomunikasi; dan 6. rendahnya kemandirian belajar siswa di MA. Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses refleksi dan evaluasi, yang dalam model Kemmis dan Taggart dikenal dikenal dengan terma Reconnaissance, terhadap data pengamatan awal. 4 Rochiyati Wiraatmaja. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dan Dosen. (Bandung, T Remaja Rosdakarya. 2008), h. 79. 9 Masalah “rendahnya kualitas pembelajaran bahasa Arab ditinjau dari tujuan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa” tersebut diidentifikasi berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Setelah ditemukan beberapa masalah dan dan ditentukan sebagai focus penelitian maka peneliti melakukan penelitian tindakan. Ada beberapa langkah yang hendaknya diikuti dalam melakukan penelitian tindakan, yaitu: 1. mengidentifikasi dan merumuskan masalah; 2. menganalisis masalah; 3. merumuskan hipotesis tindakan; 4. membuat rencana tindakan dan pemantauannya; 5. melaksanakan tindakan dan mengamatinya; 6. mengolah dan menafsirkan data; dan 7. membuat laporan PTK Secara alamiah, langkah-langkah tersebut biasanya tidak terjadi dalam alur yang lurus. Apabila terjadi perubahan masalah pada waktu dilakukan analisis masalah, maka diperlukan identifikasi masalah yang baru. Data diperlukan untuk memfokuskan masalahnya dengan mengidentifikasi faktor penyebab, dalam menentukan hipotesis tindakan dalam evaluasi, dsb. Contoh-contoh bidang garapan PTK: 1. metode mengajar, mungkin mengganti metode tradisional dengan metode penemuan; 2. strategi belajar, menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran daripada satu gaya belajar mengajar; 3. prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinyu/ otentik; 4. penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong timbulnya sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan; 5. pengembangan profesional guru misalnya meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri; 10 6. pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi perilaku; dan 7. administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah.5 Setelah menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam kalau perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih sistematis dan atau melakukan kajian pustaka yang relevan, maka perumusan permasalahan yang lebih tajam tersebut dapat dilakukan diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan secara lebih cermat, sehingga terbuka peluang untuk menjajagi alternatif-alternatif tindakan perbaikan yang diperlukan. Alternatif mengatasi permasalahan yang dinilai terbaik, kemudian diterjemahkan menjadi program tindakan perbaikan yang akan dicobakan. Hasil percobaan tindakan perbaikan yang dinilai dan direfleksikan dengan mengacu kepada kreteria-kreteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetapkan sebelumnya. Yaitu mengikuti alur sebagai berikut: 1. Penetapan Fokus/ Masalah Penelitian, yang meliputi: a. Merasakan adanya masalah b. Identifikasi Masalah PTK c. Analisis Masalah d. Perumusan masalah 2. Perencanaan Tindakan, yang meliputi: a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan b. Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan c. Persiapan Tindakan 3. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi a. Pelaksanaan Tindakan b. Observasi dan Interpretasi c. Diskusi balikan (review discussion) 4. Analisis dan Refleksi a. Analisis Data b. Refleksi 5 Cohen, L & Manion, L. Research Methods in Education (London & Canberra: Croom Helm, 1980), h. 181. 11 5. Perencanaan Tindak lanjut a. Prosedur Observasi b. Beberapa Tindakan Identifikasi Masalah Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah pertama dalam penelitian tindakan adalah mengidentifikasi masalah. Langkah ini merupakan langkah yang menentukan. Kegiatan PTK merupakan kegiatan kompleks dan berkesinambungan. Membentuk alur sirkulasi yang diawali dengan kegiatan perencanaan. Alur perencanaan PTK ditandai dengan adanya pengenalan (identifikasi) terhadap masalah yang dialami dalam pemeblajaran. Proses belajar dan mengajar (PBM) di ruang kelas sering dihadapkan pada permasalahan dan kendala tertentu. Masalah maupun kendala tersebut tidak mungkin dibiarkan begitu saja karena akan berpengaruh pada proses maupun hasil belajar siswa. Oleh sebab itu setiap guru perlu mengupayakan alternatif untuk mereduksi masalah tersebut. Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan diidentifikasi oleh peneliti sendiri bersama kolaborator meskipun dapat dengan bantuan seorang fasilitator supaya mereka betul-betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya dapat berupa kekurangan yang dirasakan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, etos kerja, kelancaran komunikasi, kreativitas, atau lainnya. Masalah hendaknya bersifat tematik seperti telah disebutkan di atas dan dapat diidentifikasi dengan pertolongan tabel dua arah model Aristoteles. Misalnya, dalam bidang pendidikan, ada empat sel lajur dan kolom, sehubungan dengan anggapan bahwa ada empat komponen pokok yang ada di dalamnya (Schab, 1969), yaitu: guru, siswa, bidang studi, dan lingkungan. Semua komponen tersebut berinteraksi dalam proses belajar-mengajar, dan oleh karena itu dalam usaha 12 memahami komponen tertentu peneliti perlu memikirkan bubungan di antara komponen-komponen tersebut. Misalnya, dalam kasus PTK untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa Arab, pada tahap refleksi awal guru yang berkolaborasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas, siswa, Kepala Sekolah, dan juga orang tua siswa, diberi kesempatan dan/atau didorong untuk mengungkapkan pandangan dan pendapatnya tentang situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Inggris di sekolah terkait. Hal ini dilakukan untuk mencapai suatu kesepatakan bahwa memang ada kekurangan yang perlu diperbaiki dan kekurangan tersebut perlu diperbaiki dalam konteks yang ada, atau juga disebut kesepakatan tentang latar belakang penelitian. Selanjutnya, diciptakan proses yang sama untuk mencapai kesepakatan tentang masalah-masalah apa yang ada, yaitu Identifikasi masalah, dan tentang masalah apa yang akan menjadi fokus penelitian atau pembatasan masalah penelitian. Kemudian, proses yang sama berlanjut untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau merumuskan hipotesis tindakan yang akan menjadi dasar bagi perencanaan tindakan, yang juga dilaksanakan melalui proses yang melibatkan semua peserta penelitian untuk mengungkapkan pandangan dan pendapat serta gagasan-gagasannya. Proses yang mendorong setiap peserta penelitian untuk mengungkapkan atau menyuarakan pandangan, pendapat, dan gagasannya ini diciptakan sepanjang penelitian berlangsung. Hal ini menggambarkan bahwa pertanyaan baru timbul pada akhir suatu tindakan yang dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan, begitu seterusnya sehingga upaya perbaikan berjalan secara bertahap, berkesinambungan tidak pernah berhenti, mengikuti kedinamisan situasi dan kondisi. Setiap masalah yang dirasakan guru dalam pembelajaran tidak selalu bermakna negatif. Justru sebaliknya, akan memberi kesempatan dan peluang kepada guru untuk menerapkan perannya sebagai peneliti dalam pembelajaran. Peran ini seperti sudah diketahui, akan bermanfaat bagi guru untuk kegiatan 13 pengembangan profesi. Sekaligus menjadi bahan dan bukti fisik untuk pengajuan kenaikan pangkat guru ke tingkat berikutnya. Langkah Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam PTK dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.Mengemukakan semua masalah pembelajaran Guru menyadari ada masalah atau kendala dalam pembelajaran. Tuliskan apa masalah atau kendala tersebut secara detail. Masalah ini biasanya berkaitan dengan strategi, metode,media,lingkungan belajar, penilaian dan pelaksanaan kurikulum dalam mata pelajaran. Tahap ini sering juga disebut sebagai tahap agenda semua masalah. 2.Memilih salah satu masalah yang dianggap paling penting Semua masalah yang dikemukakan tidak mungkin diselesaikan sekaligus. Oleh sebab itu pada tahap ini guru memilih sebuah masalah yang dianggap paling penting, menarik, mendesak untuk segera diatasi, dan paling dikuasai oleh guru untuk dijadikan PTK. 3. Alasan memilih masalah yang dianggap penting Pada bagian ini guru menguraikan sebuah masalah sesuai butir(2). Uraikan mengapa masalah yang dipilih sangat penting dan mendesak untuk dicarikan solusinya. 4.Merumuskan mengapa masalah tersebut terjadi Uraikan apa penyebab atau mengapa terjadi masalah yang dipilih. Biasanya setiap masalah pasti ada penyebabnya. Dalam hal ini hukum kausal menjadi dasar untuk merumuskan penyebab timbulnya masalah yang sudah dipilih. 5.Memilih rencana pemecahan masalah 14 Pilih salah satu alternatif pemecahan masalah yang dianggap sesuai dengan masalah yang dihadapi. Terlebih dulu guru harus mengetahui teori dasar mengenai pemecahan masalah. Boleh juga diambil hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Perumusan Masalah Seperti telah disebutkan di atas, masalah penelitian tindakan yang merupakan kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan hendaknya dideskripsikan untuk dapat merumuskannya. Pada intinya, rumusan masalah harus mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Tahapan merumuskan masalah dalam PTK adalah: Merumuskan masalah (membandingkan yang seharusnya menurut teori dengan kondisi nyata yang diperoleh dari kegiatan observasi sehingga diperoleh “masalah nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas serta dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar”. Mengindentifikasi alternatif solusi pemecahan masalah. Memilih alternatif solusi yang memenuhi syarat untuk dikembangkan menjadi masalah PTK. Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat keputusankeputusan selama proses penelitian berlangsung. Wawasan teoretis sangat mendukung proses analisis masalah.Pada akhir tinjauan pustaka, peneliti tindakan dapat mengajukan hipotesis tindakan atau pertanyaan penelitian. Pada tahap ini para peserta menggunakan format yang dikembangkan lebih lanjut dari Format 2 dengan tambahan kolom perumusan masalah. Untuk memudahkan merumuskan masalah, cobalah sekali lagi perhatikan contoh masalah di atas. 15 Selanjutnya merumuskan masalah yang timbul dari hasil observasi yang telah dilakukan dalam contoh format berikut: Deskripsi Masalah Siswa Kondisi Ideal Siswa aktif, Kondisi Nyata Siswa Masalah kreatif, terampil bertanya, Eksploratif, elaboratif, dan konfirmatif berpikir kritis, menghasilkan karya kreatif, Deskripsi Masalah Pengelolaan Kelas Kondisi Ideal Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas hendaknya menjamin siswa dapat belajar, mencegah siswa berprilaku yang mengganggu, berprilaku negatif dan tidak berdisiplin. Guru berperan memperbaiki prilaku siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah dalam kelas dengan cara-cara yang baik dan mendidik. Kondisi Nyata Masalah 16 Kondisi Ideal Pengelolaan Kelas Manajemen kelas menunjang berkembangnya komunikasi yang sehat dan harapan meraih keberhasilan akademik melalui dukungan kelas sebagai lingkungan belajar yang koperatif. Manajemen kelas berkaitan dengan strategi meningkatkan motivasi, disiplin, dan perhatian siswa terhadap kegitan belajar.(http://en.wikipedia.org/ wiki/Classroom_management) Kondisi Nyata Masalah Deskripsi Masalah Guru dalam Kelas Kondisi Ideal Guru yang efektif menyiapkan rencana pembelajaran atas dasar kepentingan siswa. Melaksanakan pembelajaran mencapai tujuan. Guru memiliki rasa percaya diri serta memahami apa yang disajikannya. Guru membangun peluang belajar sehingga siswa dapat mengembangkan potensi dirinya dan merefleksikan hasil belajar dalam hidupnya. (http://www.helium.com/ items/1026915-what-makes-aneffective-teacher) Kondisi Nyata Masalah 17 Deskripsi Masalah Proses Belajar Mengajar Kondisi Ideal Proses Belajar Mengajar Lima faktor berpengaruh terhadap efektivitas guru menangani proses pembelajaran: Mendapat dukungan guru yang menguasai materi pelajaran, bersikap antusias dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan belajar siswa. Aktivitas kelas menunjang keberhasilan belajar. Kondisi Nyata Masalah Penilaian menantang penguatan pengalaman belajar. Umpan balik yang menguatkan proses pembelajaran dalam kelas. Interaksi guru siswa berlandaskan suasana saling menghargai, merangsang penguatan pengalaman belajar siswa. (Philip Gurney http://www.teacherswork. ac.nz/journal/ volume4_ issue2/ gurney.pdf) Analisis Masalah Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui demensi-dimensi masalah yang mungkin ada untuk mengidentifikasikan aspek-aspek pentingnya dan untuk memberikan penekanan yang memadai. 18 Analisis masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan, bergantung pada kesulitan yang ditunjukkan dalam pertanyaan masalahnya; analisis sebab dan akibat tentang kesulitan yang dihadapi, pemeriksaan asumsi yang dibuat kajian terhadap data penelitian yang tersedia, atau mengamankan data pendahuluan untuk mengklarifikasi persoalan atau untuk mengubah perspektif orang-orang yang terlibat dalam penelitian tentang masalahnya. Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan melalui diskusi di antara para peserta penelitian dan fasilitatornya, juga kajian pustaka yang gayut. Alternatif Solusi Pemecahan Masalah Berdasarkan akar penyebab masalah yang paling mendominasi adalah dari guru. Dari berbagai masalah yang salah satu sumbernya adalah guru, yaitu, misalnya, guru kurang berinovasi dalam mengembangkan pembelajarannya sehingga siswa kurang aktif. Maka, solusi pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif, misalnya, tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan menggunakan media gambar cerita bersambung. Formulasi Hipotesis Tindakan Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) maka kualitas pembelajaran dinyatakan dapat meningkat. Rencana Perbaikan Pembelajaran Setelah ditemukan hipotesis tindakan maka segera menyusun rencana perbaikan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membuat perencanaan pembelajaran yang, misalnya, menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT); 2. Merancang dan mengembangkan skenario pembelajaran sesuai perencanaan. 3. Membuat RPP sesuai skenario pembelajaran yang ada; 19 4. Menyiapkan sumber belajar dan media pembelajaran; dan 5. Membuat alat pengumpul data yakni lembar observasi, angket, dan wawancara. Simpulan Masalah merupakan sentral dari keseluruhan kegiatan dalam PTK. Oleh karena itu Masalah harus diketahui dan diidentifikasi terlebih dahulu sebelum seseorang melaksanakan PTK. Masalah juga dirumuskan secara baik agar ditemukan fokus penelitian sebagai pengganti variabel sebagaimana dijumpai dalam penelitian pada umumnya. Demikian dan semoga bermanfa’at bagi kita semua. Daftar Pustaka Carr, W & Kemmis, S. Becoming Critical: Education, Knowledge, and Action Research. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University, 1983. Chein, I., Cook, S. dan Harding, J. The Field of Action Research. DalamThe Action Research Reader. Victoria: Deakin University, 1982. Cohen, L & Manion, L. Research Methods in Education. London & Canberra: Croom Helm, 1980. Elliot, J. Developing Hypothesis about Classrooms from Teachers Practical Constructs: an Account of the Work of the Ford Teaching Project. Dalam The Action Research Reader. Geelong, Victoria: Deakin University, 1982. Grundy,S. & Kemmis, S. Educational Action Research in Australia: the State of the Art (an overview). Dalam The Action Research Reader.Geelong, Victoria, Australia: Deakin University, 1982. Hodgkinson, H. Action Research: A Critique. Dalam The Action Research Reader, 1982. Kemmis, s. & Mc Taggart, R. The Action Research Planner. 3rd ed. Victoria, Australia: Deakin University, 1988. McTaggart, R. Action Research: A Short Modern History. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University, 1991. Oquist, P. The Epistemology of Action Research. Makalah tak diterbitkan, Simposium Munidal Sobere, Colombia, April 18-24, 1977. Palmer, P. & Jacobson, E. Action Research: A New Style of Polities in Education. Boston: IRE, 1974. 20 Shumsky, A. Cooperation in Action Research. Dalam The Action Research Redear, 1982. Suyanto. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen P dan K Depdikbud Bagian Proyek Pendidikan Tenaga Akademik IKIP Yogyakarta, 1997. Taba, H. & Noes, e. Steps in the Action Research Process. Dalam The Action Research Reader. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University, 1982. Winter R. Learning from Experience: Principles and Practice in Action-Research. London etc.: The Falmer Press, 1989. ---ms2f---