Penelitian Tindakan Kelas A. Pengertian dan Tujuan PTK Dalam hal pembelajaran, guru dituntut untuk dapat membelajarkan peserta didik secara aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (paikem). Untuk mewujudkan hal itu, maka guru perlu melakukan pengkajian terhadap tugas-tugasnya. Pengkajian terhadap pekerjaan agar dapat menyajikan pembelajaran yang lebih baik dilakukan melalui kegiatan yang disebut penulisan karya tulis ilmiah (KTI) yang salah satunya terbentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Apa yang dimaksud dengan PTK itu? Bertolak dari pengertian yang umum, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), merupakan penelitian tindakan yang umum dilakukan guru guna memperbaiki mutu praktik pembelajarannya di dalam kelas. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajarmengajar yang terjadi di kelas, dan tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas. Dengan kata lain PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencoba hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Tujuan PTK tak lain adalah memperbaiki cara-cara mengajarnya melalui penerapan metode baru atau tindakan baru yang dia temukan dan diyakini karena metode baru itu telah teruji ternyata efektif meningkatkan hasil pembelajaran seperti diharapkan. Pada akhirnya melalui PTK akan menghasilkan peningkatan baik kualitas proses maupun hasil belajar siswa. Dengan senantiasa memperbaiki cara-cara mengajarnya itu, guru diharapkan dapat memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Disamping hal di atas, melalui PTK guru tidak sekedar bertujuan untuk memecahkan masalah, melainkan juga mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Berbagai tujuan dapat dicapai melalui PTK, di antaranya dipaparkan sebagai berikut. Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatakan masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya Penelitian Tindakan Kelas berbeda jika dibandingkan dengan penelitian lainnya yang lebih menekankan pada aspek substansi keilmuan. Desain PTK mirip dengan penelitian eksperimen, namun mempunyai penekanan yang berbeda. Penelitian eksperimen melihat bagaimana efektivitas perlakukan, sedangkan PTK melihat keterlaksanaan dan kelancaran proses tindakan. Oleh karena itu yang dipentingkan dalam PTK adalah proses, sedangkan hasil tindakan merupakan konsekuensi logis dari ampuhnya tindakan. B. Karakteristik dan Manfaat PTK Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan namanya, ciri utamanya adalah tindakan atau action yang nyata. Tindakan dalam PTK berbeda dengan tindakan pada penelitian eksperimen yang harus taat azas, ketat dengan aturan dan pengawasan terhadapa perlakuan yang diberikan. Hasilnya pun belum tentu dapat langsung diaplikasikan di lapangan. Tindakan dalam PTK dilakukan pada situasi alamiah, artinya dalam suasana kelas seperti biasa, bukan dalam suasana laboratorium seperti halnya dalam penelitian eksperimen. Hal itu dilakukan karena hasil PTK khusus ditujukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan praktis di kelas. Tindakan dalam konteks ini merupakan sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Pada penelitian tindakan kelas, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan. PTK terdiri dari rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan utama, yaitu: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan guru karena adanya permasalahan yang dirasakan oleh guru dan permasalahan tersebut perlu segera dipecahkan. Dengan kata lain, guru sebagai pelaku PTK mempunyai maslah dengan aktivitas pengajarannya, dan masalah tersebut akan dipecahkan agar pelaksanaan pengajarannya berjalan lebih efektif seperti yang diharapkan. Untuk memecahkan permasalahan guru tersebut, maka harus dibuat rencana kegiatan atau tindakan yang akan dilakukan. Tindakan yang akan dilakukan itu, tentunya adalah tindakan yang diyakini oleh guru (pelaku PTK) bahwa tindakan itu adalah efektif untuk mengatasi permasalahan yang akan dipecahkan. Sebelum kegiatan PTK dimulai tentunya disusun rencana penelitian yang akan dilakukan. Rencana kegiatan itu secara umum berisikan: – masalah apa yang akan dipecahkan; – tindakan atau kegiatan apa yang akan dilakukan; – bagaimana cara melakukan tindakan; – bagaimana cara mengumpulkan data yang diperlukan; dan – bagaimana cara menganalisis datanya guna mengukur keberhasilan atas tindakan yang telah dilakukan. Alasan utama mengapa guru dianjurkan melakukan PTK, bukan penelitian pada umumnya, karena PTK mempunyai kemanfaatan yang langsung dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajarannya. Karena itu banyak manfaat dapat diperoleh guru dalam kaitan dengan PTK. Diantaranya adalah: 1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah. 2. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung profesionalisme dan karir guru. 3. Mampu mewujudkan kerja sama, kolaborasi, dan atau sinergi antar guru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran. 4. Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa. 5. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikkan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkatkan. 6. Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh. C. Prosedur PTK Prosedur pengembangan inovasi pembelajaran melalui PTk tersebut dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sbb: (a) mengidentifikasi masalah pembelajaran; (b) menganalisis dan merumuskan masalah pembelajaran; (c) merencanakan tindakan berdasarkan rumusan masalah; (d) melaksanakan tindakan, observasi, dan asesmen; (e) menganalisis data hasil observasi dan asesmen serta interpretasi; (f) melakukan refleksi dan merencanakan tindak lanjut untuk siklus berikutnya. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut berikut ini. a. Identifikasi Masalah pembelajaran Identifikasi masalah pembelajaran diawali dengan menulusuri dan merasakan adanya masalah yang dihadapi oleh guru dan peserta didik. Masalah yang dihadapi hendaknya berangkat dari permasalahan nyata yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Untuk itu guru perlu melatih diri guna menumbuhkan kepekaan terhadap adanya masalah pembelajaran. Hal itu karena sikap peka dan kemauan memecahkan masalah sangat diperlukan untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran. Salah satu cara untuk merasakan adanya masalah itu dengan cara bertanya pada diri sendiri mengenai kualitas pembelajaran yang dilakukan selama ini seperi bagaimana proses PBM yang telah dilakukan, bagaimana hasil yang dicapai, bagaimana suasana pembelajaran yang terjadi, bagaimana sikap siswa dalam belajar, bagaimana daya serap siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Setelah merasakan adanya masalah, selanjutnya perlu diidentifikasi dan disusun skala prioritas pemecahannya. Masalah mana yang layak dipecahkan terlebih dahulu dan masalah mana pula yang dapat dipecahkan kemudian. Pada tahap ini yang penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan actual yang alami dalam pembelajaran atau masalah yang terkait dengan manajemen kelas, iklim belajar, proses belajar mengajar, sumber belajar, dan perkembangan personal. Permasalahan actual tersebut kemudian dijabarkan kedalam topic-topik yang lebih operasional. Adapun cara melakukan identifikasi masalah secara berurutan adalah sebagai berikut; (1) Menulis semua hal yang terkait dengan pembelajaran, dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan aspek mana yang dirasakan perlu memperoleh perhatian untuk menghindari dampak yang tidak diharapkan (2) Memilah dan mengklasifikasikan masalah sesuai dengan jenisnya, mencatat jumlah peserta didik yang mengalaminya, dan mengidentifikasikan frekuensi timbulnya masalah; (3) Mengurutkan masalah sesuai dengan tingkat urgensinya untuk ditindaklanjuti (kemudahannya, keseringannya, dan jumlah mahasiswa yang mengalaminya); (4) Tim peneliti kemudian secara bersama-sama memilih permasalahan yang urgen untuk dipecahakan; (5) Selanjutnya masalah-masalah tersebut dikaji kelayakan, signifikasi, dan konstribusinya b. Menganalisis dan Merumuskan Masalah Pembelajaran Setelah guru memperoleh sejumlah permasalahan melalui proses identifikasi, dilanjutkan dengan analisis terhadap permasalahan. Analisis terhadap masalah pembelajaran dimaksudkan untuk menentukan urgensi dan prioritas permasalahan yang harus dipecahkan dan dicarikan jalan keluarnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis masalah pembelajaran yaitu: 1. Masalah tersebut adalah masalah pembelajaran factual benar-benar ada dalam proses pembelajaran di kelas 2. Masalah tersebut harus dapat dikenali dengan mengidentifikasi factor penyebabnya. Factor penyebab tersebut menjadi dasar untuk menentukan alternative tindakan yang akan diberikan 3. Ada alternative tindakan yang dipilih untuk dilakukan penelitian 4. Masalah perlu dipecahkan agar peningkatan atau perbaikan proses dari hasil pembelajaran dapat ditingkatkan. Selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan telah dianalisis, kemudian dirumuskan secara jelas, spesifik dan operasional. Perumusan masalah yang jelas memungkinkan peneliti untuk memilih tindakan yang tepat. Dalam merumuskan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut: (1) aspek substansi; (2) aspek orisinalitas (tindakan); (3) aspek formulasi dan (4) aspek teknis. c. Merencanakan Tindakan Berdasarkan Rumusan Masalah Sebelum menyusun perencanaan tindakan lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan gagas pendapat mengenai tindakan apa saja yang dapa membantu guru dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Melalui gagas pendapat ini akan dihasilkan banyak alternatef tindakan yang dipilih. Guru perlu membahas bentuk dan macam tindakan (atau tindakan-tindakan) apa yang kira-kira paling tepat dilaksanakan dalam kelas. Dalam mempersiapkan tindakan ada beberapa hal yang perlu dilakukan guru, yaitu: 1) membuat skenario tindakan, 2) memperhatikan sarana pembelajaran, 3) mempersiapkan instrument penelitian, 4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan. Berikut diuraikan satu persatu. 1) Membuat skenario tindakan Bagaimana tindakan tersebut akan dilaksanakan dalam PTK di sekolah, perlu direncanakan dengan cermat, perncanaan itu dituangkan dalam bentuk skenario pembelajaran atau rencana pembelajaran (RP). Di dalam skenario pembelajaran, guru menetapkan langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam pembelajaran, serta kegiatan apa saja yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam rangka mengimplementasikan tindakan perbaikan yang telah direncanakan. 2) Mempersiapkan sarana pembelajaran Guru perlu mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung pelaksanaan pembelajaran yaitu hal-hal yang diperlukan dalam melaksanakan pembelajaran. Persiapan tersebut dapat berupa perangkat pembelajaran, media, serta instrument asesmen. 3) Mempersiapkan instrument Instrument yang diperlukan dalam PTK haruslah mampu mengukur keberhasilan tindakan yang dapat dilihat dari sisi input, proses, dan outpot. (a) Instrumen untuk input Dapat dikembangkan dari hal-hal yang menjadi akar masalah beserta pendukungnya, misalnya: akar masalah adalah bekal awal/prestasi tertentu pihak peserta didik yang dianggap kurang. Dalam hal ini tes awal dapat menjadi instrument yang tepat. Disamping itu, mungkin diperlukan pula instrument mendukung yang mengarah pada pemberdayaan tindakan yang akan dilakukan, misalnya: format peta kelas dalam kondisi awal, dst. (b) Instrument untuk proses Instrument yang digunakan pada saat proses berlangsung berkaitan erat dengan tindakan yang dipilih untuk dilakukan. Banyak format yang banyak digunakan. Akan tetapi, format yang digunakan hendaknya sesuai dengan tindakan yang dipilih. Beberapa contohnya instrument yang dikembangkan oleh Reed dan Bergermann (1992) sebagai berikut: 1) Instrumen Pengamatan Guru Pengamatan merupakan alat yang terbukti efektif untuk mempelajari metode dan strategi yang diimplementasikan di kelas, misalnya, tentang organisasi kelas, respon siswa terhadap lingkungan kelas, dsb. Salah satu bentuk instrument pengamatan catatan anecdotal (anecdotal record). 2) Instrumen Pengamatan Kelas Catatan anecdotal dapat dilengkapi sambil melakukan pengamatan terhadap segala kejadian yang terjadi di kelas. Pengamatan ini sangat bermanfaat karena dapat mengungkapkan praktik-praktik pembelajaran yang menarik di kelas. Di samping itu, dapat menunjukan strategi yang digunakan guru dalam menangani kendala dan hambatan pembelajaran yang terjadi di kelas. Catatan anecdotal kelas meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya, dan managemen kelas. 3) Instrumen pengamatan terhadap Peserta Didik Pengamatan terhadap tingkah laku peserta didik dapat mengungkapkan berbagai hal yang menarik. Masing-masing individu peserta didik dapat diamati secara individual atau berkelompok sebelum, saat berlangsung, dan sesudahusai pembelajaran. Perubahan pada setiap individu juga dapat diamati, dalam kurun waktu tertentu, mulai dari sebelum dilakukan tindakan, saat tindakan diimplementasikan, dan sesuai tindakan. 4) Pedoman Pengamatan Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas (cf. Mills, 2004: 19). Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya, perilaku, aktivitas, dan proses lainnya. Catatan lapangan sebagai salah satu wujud dari pengamatan dapat digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa, atau untuk melukiskan suatu proses. 5) Pedoman Wawancara Untuk memperoleh data dan/atau informasi yang lebih rinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, tim peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah, dan fasilitator yang berkolaborasi. Wawancara digunakan untuk mengungkapkan data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan. Wawancara dapat dilakukan secara bebas atau terstruktur. Wawancara hendaknya dapat dilakukan dalam situasi informal, wajar, dan peneliti berperan sebagai mitra. Wawancara hendaknya dikukan dengan mempergunakan pedoman wawancara agar semua informasi dapat diperoleh secara lengkap. Jika dianggap masih ada yang kurang, wawancara dapat pula dilakukan secara bebas. Guru yang berkolaborasi dapat berperan pula sebagai pewawancara terhadap siswanya, namun, harus dapat dijaga agar hasilnya memiliki objektivitas yang tinggi. 6) Angket dan Kuesioner Indicator untuk angket atau kuesioner dikembangkan dari permasalahan yang digali. 7) Pedoman Pengkajian Data Dokumen Dokumen yang dapat dikaji dapat berupa: daftar hadir, silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya guru, arsip, lembar kerja, dll. Tes dan Asesmen Alternatif Pengambilan data yang berupa informasi mengenal pengetahuan, sikap, bakat, dan lainnya dapat dilakukan dengan ters atau pengukuran bekal awal atau hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen (cf. Tim PGSM, 1999; Sumarno, 1997; Mills, 2004). (c) Instrument untuk output Instrument untuk output berkaitan erat dengan evaluasi pencapaian hasil berdasarkan criteria yang telah ditetapkan. Misalnya: nilai 75 ditetapkan sebagai ambang batas peningkatan (misalnya pada saat dilaksanakan tes bekas awal, nilai peserta didik berkisar pada angka 50), maka pencapaian hasil yang belum sampai pada angka 75 perlu untuk dilakukan tindakan lagi (ada siklus berikutnya). Instrument pada umumnya dikembangkan pada saat penyusunan usulan penelitian. Dengan demikian peneliti telah mempersiapkan diri lebih dini sehingga peneliti dapat lebih cepat mengimplementasikannya di lapangan. 4) Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan Sebelum dilaksanakan tindakan terlebih dulu dilakukan simulasi. Simulasi dilakukan untuk memeriksa keterlaksanaan rancangan. Dapat juga berfngsi sebagai sarana untuk mempertebal rasa percaya diri guru dalam pelaksanaan penelitian yang sebenarnya. Guru perlu dibebaskan dari rasa takut gagal dan takut berbuat kesalahan karena tindakan yang baru sudah dilatihkan terlebih dahulu. (a) Melaksanakan Tindakan, Observasi, dan Assesmen Pelaksanaan tindakan adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang sudah dibuat pada tahap persiapan secara katual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK. Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi dan interpretasi dilakukan secara bersamaan. Penggabungan kegiatan tindakan, observasi dan interpretasi dilakukan dalam suatu proses pembelajaran yang utuh. Dalam melaksanakan tindakan, kegiatan observasi dilakukan untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam pelaksanaan tindakan, perlu dikembangkan sistem dan prosedur observasi yang mudah dan cepat dilakukan. Cara yang perlu dilakukan adalah dengan menggunakan instrument-instrumen yang sudah ditetapkan dalam perencanaan. Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dan observasi, dilakukan pula assesmen yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik sebagai hasil dari pelaksanaan tindakan. Hasil ini juga merupakan data dari penelitian ini. (b) Menganalisis Data Hasil Observasi, Asesmen, dan Interpretasi Jenis data dan/atau informasi yang direkam selama observasi dan pemantauan dapat berupa data kualitatif (bergantung pada dampak) atau hasil keluaran yang diharapkan). Analisis data dapat dilakukan melalui bebrapa tahap, misalnya: display data, reduksi data, paparan data serta interpretasi, dan penyimpulan data analisis. Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar kembali hasil rekaman pembelajaran dengan video tipe recorder guru mengamati kegiatan mengajarnya dan membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian penelitian bersama timnya. Pada proses analisis dibahas apa yang diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudak terjadi seperti yang diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut. Hasil observasi selanjutnya, yaitu member makna atau menggartikan data yang diperoleh. Pemberian makna juga dihubungkan dengan teori yang diacu, pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat dari guru/dosen lain yang menjadi anggota tim. (c) Melakukan Refleksi dan Merencanakan Tindak Lanjut untuk Siklus Berikutnya Refleksi adalah kegiatan mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, mengapa hal tersebut terjadi, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan. Komponenkomponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut. PENGANALISISAN ========> PEMAKSAAN =======> PENJELASAN =========> PENYIMPULAN =========> TINDAK LANJUT Perencanaan tindak lanjut dirancang berdasarkan keterkaitan antara hasil analisa data dengan indicator keberhasilan. Indikator keberhasilan adalah criteria keberhasilan dari tindakan yang dilakukan. Indicator keberhasilan biasanya ditetapkan berdasarkan suatu acuan tertentu yang telah ditetapkan peneliti.