BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Strategi
Purnomo (2007: 4) mengatakan bahwa kata strategi berasal dari bahasa
Yunani strategos, yang berasal dari kata stratos yang berarti militer dan ag yang
berarti memimpin. Strategi dalam konteks awal diartikan sebagai generalship atau
sesuatu yang dikerjakan para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukkan
musuh dan memenangkan perang. David (2010: 18) mengartikan strategi sebagai
sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai, yang mencakup
ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,
pengetatan, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan atau joint venture. Sedangkan
Chandler menyatakan bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,
serta prioritas alokasi sumber daya (Umar, 2010: 16).
Selain itu Stephanie K. Marrus, seperti dikutip Umar (2010: 16)
mendefinisikan strategi sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Dalam hal ini
Porter menegaskan strategi sebagai alat yang sangat penting untuk mencapai
keunggulan bersaing (Rangkuti, 2009: 4). Senada dengan pendapat-pendapat yang
dinyatakan di depan, Hamel dan Prahalad mengartikan strategi sebagai tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat), terus menerus, dan dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa
depan (Rangkuti, 2009: 4). Sedangkan menurut Pearce dan Robinson (2008: 6)
strategi adalah rencana berskala besar, bertujuan ke masa depan untuk berinteraksi
dengan kondisi persaingan demi mencapai tujuan perusahaan.
Sehingga dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi
adalah alat yang digunakan oleh seseorang atau peruasahaan, yang merupakan proses
14
15
tindakan penyusunan suatu rencana untuk mencapai tujuan jangka panjang dan
keungggulan bersaing.
2.1.2 Pengertian Bisnis
Menurut Griffin dan Ebert (2007: 4) bisnis adalah organisasi yang
menyediakan barang atau jasa untuk dijual dengan maksud untuk mendapatkan laba.
Hughes dan Kapoor menyebutkan, “Bisnis sebagai suatu kegiatan usaha individu
terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapat
keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat” (Sugiyono, 2003: 20).
Sedangkan Brown dan Petrello mengatakan, “Bisnis adalah suatu lembaga yang
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat” (Sugiyono, 2003:
20).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara berkelompok maupun dengan cara
individu dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan memasarkan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.1.3 Pengertian Strategi Bisnis
Joewono (2012: 3) mengatakan bahwa strategi bisnis adalah strategi
mencapai tujuan yang sering dianalogikan dengan strategi catur, yang dimana
sistematika berfikir, penyusunan rencana, kesigapan melangkah, keberanian
mengambil resiko dan gairah untuk memenangkan pertandingan merupakan
beberapa karakteristik permainan catur yang relevan dengan praktek pengelolaan
bisnis. Menurut Craig dan Grant (2003: 127) strategi bisnis adalah kebijakan dan
pedoman yang menetapkan bagaimana sebuah perusahaan bersaing dalam sebuah
industri, khususnya basis yang menjadi landasan di mana dia berusaha untuk
membangun satu keuntungan bersaing. Sementara itu, Jatmiko (2004: 135)
menyatakan bahwa strategi bisnis merupakan serangkaian komitmen dan tindakan
yang terintegrasi dan terkoordinasi yang dirancang untuk menyediakan nilai bagi
pelanggan dan dirancang untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan
mengeksplorasi kompetensi inti dari pasar produk tunggal atau produk individual dan
spesifik.
16
Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi
bisnis merupakan strategi untuk mencapai tujuan dalam pengelolaan bisnis yang
merupakan pedoman untuk rencana strategi suatu perusahaan yang dimaksudkan
untuk membangun dan memperkuat posisi bersaing produk atau jasa perusahaan
dalam industri.
2.1.4 Pengertian Manajemen
Menurut Solihin (2009: 4), manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Robbins dan Coulter
(2007: 7) menyebutkan manajemen adalah proses pengordinasian kegiatan-kegiatan
pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan efisien dan
melalui orang lain. Sedangkan menurut Wijayanto (2012:10) manajemen merupakan
ilmu dan seni. Manajemen sebagai ilmu disusun melalui proses pengkajian yang
panjang oleh para ilmuwan bidang manajemen dengan pendekatan ilmiah. Dalam
aplikasinya, manajemen merupakan seni, yaitu seni mengelola sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan yang ingin diraih.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan ilmu dan seni
proses
pengordinasian
kegiatan-kegiatan
pekerjaan
yang
terdiri
dari
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian dari berbagai sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
2.1.4.1 Fungsi Manajemen
Menurut Solihin (2009: 4), fungsi pertama dari manajemen adalah planning
(perencanaan), yaitu suatu proses mengembangkan tujuan-tujuan perusahaan serta
memilih serangkaian tindakan (strategi) untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan.
Fungsi kedua adalah organizing (pengorganisasian), yaitu suatu proses dimana
karyawan dan pekerjaannya saling dihubungkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Fungsi ketiga adalah staffing (pengisian staff), yaitu suatu proses untuk memastikan
bahwa karyawan yang kompeten dapat dipilih, dikembangkan dan diberi imbalan
untuk mencapai tujuan perusahaan. Fungsi keempat adalah leading (memimpin),
yaitu suatu proses memotivasi individu atau kelompok dalam suatu aktivitas
hubungan kerja agar mereka dapat bekerja dengan sukarela dan harmonis dalam
17
mencapai tujuan perusahaan. Fungsi kelima adalah controlling (pengendalian), yaitu
merupakan suatu proses untuk memastikan adanya kinerja yang efisien dalam
pencapaian tujuan perusahaan.
Senada dengan itu, David (2010: 190) menyatakan bahwa fungsi manajemen
terdiri atas lima aktivitas pokok yaitu, perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian,
penempatan staf, dan pengontrolan.
2.1.5 Pengertian Manajemen Strategis
Menurut David (2010: 5) manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai
seni
dan
pengetahuan
dalam
merumuskan,
mengimplementasikan,
serta
mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah
organisasi mencapai tujuannya. Hubeis dan Najib (2008: 18) menegaskan pengertian
manajemen strategis sebagai seperangkat keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategis
didefinisikan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang merupakan hasil dari
rumusan dan implementasi pada rencana yang dibuat untuk mencapai tujuan
perusahaan serta bagaimana mengevaluasi dan melaksanakan tindakan tersebut demi
tercapainya tujuan organisasi, yang mencakup perumusan, implementasi dan
evaluasi rencana strategi. Sedangkan Wheelen dan Hunger seperti dikutip Umar
(2010: 16) berpendapat bahwa manajemen strategik adalah serangkaian keputusan
dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.
Manajemen strategik meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi
(perencanaan strategik atau perencanaan jangka panjang), evaluasi dan pengendalian.
Sementara itu, Dewanti (2008: 30) menyataka bahwa manajemen strategis
merupakan suatu proses yang digunakan dan dimplementasikan oleh suatu organisasi
dalam menyediakan nilai yang tertinggi kepada pelanggan dengan tujuan untuk dapat
mencapai visi organisasi.
Maka, berdasarkan adanya beberapa pendapat yang dijelaskan diatas dapat
disimpulkan bahwa manajemen strategis adalah suatu proses yang digunakan
perusahaan yang terdiri dari serangkain keputusan dan tindakan manjerial dalam
merumuskan, mengimplementasikan, mengevaluasi, serta pengendalian pada rencana
yang dibuat untuk menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang dan
memampukan organisasi dalam mencapi tujuannya.
18
2.1.6 Konsep Manajemen Strategis
2.1.6.1 Model Manajemen Strategi Komperhensif
Melakukan
Audit
Eksternal
Mengembang
kan
Pernyataan
Visi dan Misi
Menetapkan
Tujuantujuan Jangka
Panjang
Menciptakan,
Mengevaluasi
dan Memilih
Strategi
Mengimple
mentasikan
Strategi─Isu
-isu
Manajemen
Mengimple
mentasikan
Strategi─Pe
masaran,
Keuangan,
Akuntansi,
Litbang, dan
Isu MIS
Mengukur
dan
Mengevaluasi
Kinerja
Melakukan
Audit
Internal
Perumusan
Strategi
Penerapan
Strategi
Penilaian
Strategi
Sumber: David (2010: 21).
Gambar 2.1 Model Manajemen Strategis Komprehensif
2.1.6.2 Tahapan dalam Manajemen Strategis
Menurut David, Fred R. (2010: 6-8) proses manajemen strategi terdiri atas
tiga tahap: perumusan strategi, penerapan strategi, dan penilaian strategi.
a.
Perumusan Strategi (Strategy Formulation)
Perumusan strategi merupakan tahap awal dalam manajemen strategi yang
terdiri ndari cara atau langkah-langkah untuk menentukan strategi tertentu yang
terbaik untu mecapai sebuah tujuan.
Perumusan strategi tersebut mencakup:
a. Pengembangan visi dan misi
b. Identifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi
19
c. Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal
d. Penetapan tujuan jangka panjang
e. Pencarian strategi-strategi alternatif
f. Pemilihan strategi-strategi tertentu untuk mencapai tujuan
Isu-isu perumusan strategi mencakup penentuan bisnis apa yang akan
dimasuki, bisnis apa yang tidak akan dijalankan, bagaimana mengalokasikan sumber
daya, perlukah perusahaan terjun ke pasar internasional, perlukah merger atau
penggabungan usaha dibuat, dan bagaimana menghindari pengambilalihan yang
merugikan.
b. Penerapan Strategi (Strategy Implementation)
Penerapan strategi merupakan tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan strategi
untuk menetapkan tujuan tahunan perusahaan dengan membuat kebijakan,
memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya, sehingga strategi-strategi
yang telah dirumuskan dapat dijalankan.
Implementasi strategi tersebut mencakup:
a. Pengembangan budaya yang suportif pada strategi.
b. Penciptaan struktur organisasional yang efektif.
c. Pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran.
d. Penyiapan anggaran.
e. Pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi.
f. Pengaitan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.
Penerapan strategi sering kali disebut “tahap aksi” dari manajemen strategis.
Menerapkan
strategi
berarti
memobilisasi
karyawan
dan
manajer
untuk
melaksanakan strategi yang telah dirumuskan. Sering kali dianggap sebagai tahap
yang paling sulit dalam manajemen strategis, penerapan atau implementasi strategi
membutuhkan disiplin, komitmen, dan pengorbanan personal. Penerapan strategi
yang berhasil bergantung pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan,
yang lebih merupakan seni daripada pengetahuan. Strategi tersebut dirumuskan,
namun bila tidak diterapkan tidak ada gunanya.
Keterampilan interpersonal sangat penting bagi penerapan strategi yang
berhasil. Aktivitas penerapan strategi memengaruhi semua karyawan dan manajer
dalam sebuah organisasi. Setiap divisi dan bagian mesti memutuskan jawaban untuk
20
pertanyaan-pertanyaan, seperti “Apa yang harus kita lakukan untuk menjalankan
bagian kita dalam strategi organisasi?” dan “Bagaimana kita dapat melaksakan tugas
ini sebaik-baiknya?” Tantangan penerapan strategi adalah merangsang manajer dan
karyawan di segenap organisasi untuk bekerja dengan rasa bangga dan antusias demi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c.
Penilaian Strategi (Strategy Evaluation)
Penilaian strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen strategis. Manajer
mesti tahu kapan ketika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik; penilaian atau
evaluasi strategi merupakan cara utama untuk memperoleh informasi semacam ini.
Semua strategi terbuka untuk dimodifikasi di masa yang akan datang karena berbagai
faktor eksternal dan internal terus-menerus berubah.
Tiga aktivitas penilaian strategi yang mendasar terdiri dari:
1. Peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi
landasan bagi strategi saat ini.
2. Pengukuran kinerja.
3. Pengambilan langkah korektif.
Penilaian strategi diperlukan karena apa yang berhasil saat ini tidak selalu
berhasil nanti. Keberhasilan senantiasa menciptakan persoalan baru dan berbeda;
organisasi yang mudah berpuas diri akan mengalami kegagalan.
Menurut Pearce dan Robinson terdapat sembilan tugas penting dalam
menerapkan proses manajemen strategik, yaitu (Solihin, 2012: 71):
1.
Menyusun misi perusahaan, termasuk di dalamnya pernyataan mengenai maksud
pendirian perusahaan, filosofi perusahaan dan tujuan perusahaan.
2.
Melakukan analisis untuk mengetahui kondisi internal dan kemampuan
perusahaan.
3.
Melakukan penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan yang mencakup
di dalamnya penilaian terhadap situasi persaingan dan konteks usaha secara
umum yang akan memengaruhi efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan.
4.
Melakukan analisis terhadap alternatif pilihan strategi perusahaan dengan
membandingkan kesesuaian antara sumber daya yang dimiliki perusahaan
dengan lingkungan yang dihadapi perusahaan.
21
5.
Melakukan identifikasi terhadap alternatif pilihan strategi yang diinginkan
melalui evaluasi masing-masing pilihan strategi disesuaikan dengan misi dan
tujuan perusahaan.
6.
Memilih sekumpulan tujuan jangka panjang berikut strategi utama (grand
strategy) yang paling memungkinkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
7.
Membuat tujuan tahunan (annual objectives) dan strategi jangka pendek yang
mendukung pencapaian tujuan jangka panjang dan strategi utama.
8.
Melakukan implementasi strategi terpilih melalui anggaran alokasi sumber daya
yang dibutuhkan, di mana dalam alokasi sumber daya ini terdapat penekanan
pentingnya keselarasan antara tugas, manusia, struktur organisasi, teknologi
yang digunakan serta sistem imbalan (reward system) yang diterapkan.
9.
Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan penerapan strategi sebagai input yang
akan digunakan dalam pembuatan keputusan di masa mendatang.
2.1.7 Perencanaan Strategis
Menurut Siavashan dan Khari (2012: 67) dalam jurnal nya menyatakan
bahwa perencanaan strategis adalah perencanaan yang dapat :
1. Menempatkan organisasi dalam posisi yang lebih tinggi dibandingkan
pesaingnya.
2. Menegakkan orang untuk mengoperasikan dan memberikan laporan.
3. Mengaktifkan kekuatan kreatif karyawan dan menarik komitmen mereka.
4. Memiliki dampak yang besar pada pasar.
Jenis-jenis perencanaan strategis terdiri dari:
1. Strategic Planning: Dalam perencanaan ini tujuan dan garis besar misi
organisasi ditentukan agar organisasi bias berjalan lama (berkelanjutan).
2. Tactical Planning: Proses di mana manajer merencanakan serangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan strategi.
3. Operational planning: Merupakan jenis perencanaan tujuan jangka
pendek dan menentukan tujuan sehari-hari dari organisasi.
22
2.1.8 Tahap Perumusan Strategi Bisnis
2.1.8.1 Visi dan Misi
Menurut David (2010: 16) pernyataan visi adalah untuk menjawab pertanyaan
tentang “kita ingin menjadi seperti apa?” Mengembangkan pernyataan visi sering
kali dipandang sebagai langkah pertama dari perencanaan strategis, bahkan
mendahului pembuatan pernyataan misi. Pernyataan misi adalah “pernyataan tujuan
yang secara jelas membedakan satu bisnis dari perusahaan-perusahaan lain yang
sejenis. Sebuah pernyataan misi menunjukkan cakupan operasi perusahaan dalam hal
produk dan pasar.” Ia menjawab pertanyaan dasar yang dihadapi oleh semua
penyusun strategi: “apakah bisnis kita ini?” Pernyataan misi yang jelas melukiskan
nilai dan prioritas dari sebuah organisasi. Mengembangkan sebuah pernyataan misi
memaksa para penyusun strategi untuk berpikir mengenai hakikat dan cakupan
organisasi saat ini dan menilai potensi pasar dan aktivitas di masa yang akan datang.
Pernyataan misi secara umum menggambarkan arah masa depan suatu organisasi.
2.1.8.1.1 Proses Mengembangkan Pernyataan Visi dan Misi
Menurut David (2010: 87-88) pernyataan visi dan misi yang jelas dibutuhkan
sebelum strategi-strategi alternatif dapat dirumuskan dan diterapkan. Penting untuk
melibatkan sebanyak mungkin manajer dalam proses pengembangan dua pernyataan
ini, sebab melalui partisipasilah orang menjadi komit terhadap suatu organisasi.
Satu pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan
pernyataan visi dan misi adalah dengan pertama-tama memilih beberapa artikel
mengenai pernyataan ini dan meminta semua manajer untuk membacanya sebagai
informasi latar. Kemudian, mintalah para manajer tersebut untuk membuat sendiri
pernyataan visi dan misi bagi organisasi. Lalu, seorang fasilitator, atau dewan
manajer puncak, menyatukan pernyataan-pernyataan ini ke dalam sebuah dokumen
dan membagikan draf pernyataan kepada semua manajer. Permintaan akan
perubahan, penambahan, dan penghapusan diperlukan setelahnya, saat diadakan
sebuah pertemuan untuk merevisi dokumen tersebut.
Dengan demikian, begitu semua manajer telah memberikan masukan mereka
serta mendukung dokumen final, organisasi dapat dengan lebih mudah memperoleh
dukungan manajer untuk aktivitas perumusan, penerapan, dan pengevaluasian
strategi.
Demikianah,
proses
pengembangan
pernyataan
visi
dan
misi
23
mempresentasikan peluang yang besar bagi para penyusun stategi untuk memperoleh
dukungan yang mereka butuhkan dari semua manajer dalam perusahaan.
2.1.8.2 Penilaian Eksternal
Menurut David (2010: 120) tujuan audit eksternal (external audit) adalah
untuk
mengembangkan
sebuah
daftar
yang
terbatas
dari
peluang
yang
menguntungkan sebuah perusahaan dan ancaman yang harus dihindarinya.
Sebagaimana diisyaratkan dengan istilah terbatas, audit eksternal tidak bertujuan
mengembangkan sebuah daftar lengkap dan menyeluruh dari setiap faktor yang dapat
memengaruhi bisnis, melainkan bertujuan mengidentifikasi variabel-variabel penting
yang menawarkan respons berupa tindakan. Perusahaan harus mampu merespons
entah secara ofensif maupun defensif terhadap berbagai faktor tersebut dengan
merumuskan strategi yang bisa mengambil keuntungan dari peluang eksternal atau
yang meminimalkan dampak dari ancaman potensial.
Kekuatan-kekuatan eksternal (external forces) dapat dibagi menjadi lima
kategori luas yaitu 1) kekuatan ekonomi, 2) kekuatan sosial budaya, demografi, dan
lingkungan, 3) kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum, 4) kekuatan teknologi,
dan 5) kekuatan kompetitif.
2.1.8.2.1 Proses Melakukan Audit Eksternal
Menurut David (2010: 122) proses melakukan audit eksternal harus
melibatkan sebanyak mungkin manajer dan karyawan. Untuk melakukan audit
eksternal, sebuah perusahaan harus terlebih dulu mengumpulkan intelejen kompetitif
dan informasi mengenai pemerintahan, hukum, dan teknologi.
2.1.8.2.2 Kekuatan Kompetitif
Menurut David (2010: 137-140) menurut salah satu bagian penting dari
audit eksternal adalah mengidentifikasi perusahaan pesaing dan menentukan
kekuatan, kelemahan, kapabilitas, peluang, ancaman, tujuan, dan strategi mereka.
Mengumpulkan data dan mengevaluasi informasi tentang pesaing penting bagi
perumusan strategi berhasil. Mengidentifikasi pesaing utama tidak selalu mudah
24
karena banyak peusahaan memiliki divisi-divisi yang bersaing di industri yang
berbeda.
a. Program-program intelijen kompetiif
Menurut David (2010: 140) Intelejen kompetitif, sebagaimana didefinisikan
secara baku oleh Society of Competitive Intellegence Profesionals (SCIP), adalah
sebuah proses yang sitematis dan etis untuk mengumpulkan serta menganalisis
informasi mengenai aktivitas pesaing dan tren bisnis umum untu mencapai tujuan
bisnis sendiri (situs Web SCIP).
b. Kerjasama antarpesaing
Menurut David (2010:143-144) strategi-strategi yang menekankan kerja sama
antarpesaing digunakan kembali. Agar kerjasama antarpesaing sukses, kedua
perusahaan harus menyumbangkan sesuatu yang berbeda, seperti teknologi,
distribusi, riset dasar, atau kapasitas produksi. Akan tetapi, risiko terbesarnya adalah
bahwa transfer keterampilan atau teknologi penting yang tanpa sengaja mungkin
terjadi di tingkat organisasi.
c. Kebersamaan pasar dan kesamaan sumber daya
David (2010: 145) menyatakan bahwa menurut definisinya pesaing adalah
perusahaan yang menawarkan produk dan jasa yang sama di pasar yang sama. Pasar
bisa jadi adalah area atau segmen geografis atau produk. Para peneliti menggunakan
istilah kebersamaan pasar dan kesamaan sumber daya untuk mempelajari persaingan
antarkompetitor. Kebersamaan pasar dapat didefinisikan sebagai jumlah dan
signifikansi pasar di mana sebuah perusahaan bersaing. Kemiripan sumber daya
adalah sejauh mana jenis dan besarnya sumber daya internal sebuah perusahaan
dibandingkan dengan yang dimiliki oleh pesaing. Satu cara untuk menganalisis daya
saing antara dua atau lebih perusahaan adalah dengan menyelidiki isu-isu
kebersamaan pasar dan kesamaan sumber daya di samping mencari area-area
keunggulan kompetitif yang potensial di tiap rantai nilai perusahaan.
2.1.8.2.3 Analisis Kompetitif: Model Lima Kekuatan Porter
Menurut David (2010: 145), model lima kekuatan Porter (Porter’s FiveForces Model) tentang analisis kompetitif adalah pendekatan yang digunakan secara
luas untuk mengembangkan strategi di banyak industri. Intensitas persaingan
antarperusahaan sangat beragam dari satu industri ke industri lain.
25
Menurut Porter, hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat dipandang
sebagai perpaduan dari lima kekuatan, seperti yang dapat dilihat dibawah ini.
Potensi pengembangan
produk-produk pengganti
Daya tawar
pemasok
Persaingan
antarperusahaan
saingan
Daya tawar
kosumen
Potensi masuknya pesaing
baru
Sumber: David (2010: 146).
Gambar 2.2 Model Lima Kekuatan dari Kompetisi menurut Porter
a.
Persaingan Antarperusahaan Saingan
Persaingan antarperusahaan biasanya merupakan yang paling hebat dari lima
kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh sebuah perusahaan dapat berhasil
hanya sejauh ia menghasilkan keunggulan kompetitif atas strategi yang dijalankan
oleh pesaing. Perubahan dalam strategi satu perusahaan bisa jadi ditanggapi dengan
langkah balasan, seperti penurunan harga, peningkatan kualitas, penambahan fitur,
penyediaan layanan, perpanjangan garansi, dan pengintensifan iklan.
b. Potensi Masuknya Pesaing Baru
Bila perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke suatu industri tertentu,
intensitas persaingan antarperusahaan baru dapat mencakup kebutuhan untuk
mencapai skala ekonomi secara cepat, kebutuhan untuk menguasai teknologi dan
trik-trik praktis, kurangnya pengalaman, loyalitas konsumen yang kuat, preferensi
merek yang kuat, persyaratan modal yang besar, kurangnya saluran distribusi yang
memadai, kebijakan regulatif pemerintah, kurangnya akses ke bahan mentah,
kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balik dari
perusahaan yang diam-diam berkubu, dan potensi penyaringan pasar.
26
c.
Potensi Pengembangan Produk Pengganti
Di berbagai industri, perusahaan berkompetisi ketat dengan produsen produk-
produk pengganti di industri lain. Besarnya tekanan kompetitif yang berasal dari
pengembangan produk pengganti biasanya ditunjukkan oleh rencana pesaing untuk
memperluas kapasitas produksi, selain angka penjualan dan pertumbuhan laba.
Tekanan kompetitif yang meningkat dari produk pengganti bertambah ketika
harga relatif produk pengganti turun dan manakala biaya peralihan konsumen juga
turun. Kekuatan kompetitif produk pengganti paling mudah diukur dari seberapa
besar pangsa pasar yang direbutnya dan rencana perusahaan produk pengganti
tersebut untuk meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar.
d. Daya Tawar Pemasok
Daya tawar pemasok memengaruhi intensitas persaingan di suatu industri,
khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika hanya terdapat
sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika biaya peralihan ke bahan
mentah lain sangat tinggi. Akan menguntungkan kepentingan baik pemasok maupun
produsen untuk saling membantu dengan harga yang masuk akal, kualitas yang baik,
pengembangan layanan baru, pengiriman yang tepat waktu, dan biaya persediaan
yang lebih rendah, sehingga meningkatkan profitabilitas jangka panjang dari semua
pihak yang berkepentingan.
Perusahaan mungkin saja mejalankan strategi integrasi mundur untuk
memperoleh konrol atau kepemilikan dari pemasok. Strategi ini sangat efektif
manakala pemasok tidak dapat dipercaya, terlalu mahal, atau tidak sanggup
memenuhi kebutuhan perusahaan secara konsisten. Pada umumnya, perusahaan
dapat menegosiasikan syarat-syarat lebih menguntungkan dengan pemasok ketika
integrasi mundur merupakan sebuah strategi yang lazim digunakan di kalangan
perusahaan yang saling bersaing dalam suatu industri.
e.
Daya Tawar Konsumen
Ketika konsumen berkonsentrasi atau berbelanja atau membeli dalam volume
besar, daya tawar mereka dapat merepresentasikan kekuatan besar yang
memengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Perusahaan pesaing bisa saja
menawarkan garansi yang panjang atau layanan khusus untuk mendapatkan loyalitas
konsumen manakala daya tawar konsumen kuat. Daya tawar konsumen juga lebih
tinggi ketika produk yang dibeli adalah standar atau tidak terdiferensiasi. Jika
27
demikian, konsumen sering kali dapat menegosiasikan harga jual, cakupan garansi,
dan paket-paket aksesori dalam pengertian yang luas.
Daya tawar konsumen dapat menjadi kekuatan penting yang memengaruhi
keunggulan kompetitif. Konsumen memiliki daya tawar yang semakin besar saat:
1. Mereka dapat dengan mudah dan murah beralih ke merek atau pengganti
pesaing.
2. Mereka menduduki tempat yang sangat penting bagi penjual.
3. Penjual menghadapi masalah menurunnya permintaan konsumen.
4. Mereka mengarang informasi tentang produk, harga, dan biaya penjual
5. Mereka memegang kendali mengenai apa dan kapan mereka bisa membeli
produk
2.1.8.3 Penilaian Internal
Menurut David (2010: 176), kekuatan atau kelemahan internal ditambah
dengan peluang atau ancaman eksternal dan pernyataan misi yang jelas memberi
landasan untuk menetapkan tujuan dan strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan
dengan tujuan untuk mendayagunakan kekuatan serta mengatasi kelemahan internal.
Kekuatan internal dapat dibagi menjadi enam kategori yaitu kekuatan manajemen,
kekuatan pemasaran, kekuatan keuangan atau akuntansi, kekuatan produksi atau
operasi, kekuatan penelitian dan pengembangan, dan kekuatan sistem informasi
manajemen.
2.1.8.3.1 Proses Melakukan Audit Internal
David (2010: 178) menyatakan bahwa proses melakukan audit internal
(internal audit) sangat mirip dengan proses melakukan audit eksternal. Perwakilan
manajer dan karyawan dari seluruh perusahaan perlu dilibatkan dalam penentuan
kekuatan dan kelemahan perusahaan. Audit internal membutuhkan pengumpulan dan
pemanduan informasi mengenai manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi,
produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan (litbang), serta operasi system
informasi manajemen perusahaan.
28
2.1.8.4 Menetapkan Tujuan Jangka Panjang
Menurut David (2010: 244), tujuan-tujuan jangka panjang (long-term
objectives) merepresentasikan hasil-hasil yang diharapkan dari pelaksanaan strategi
tertentu. Strategi merepresentasikan berbagai tindakan yang perlu diambil untuk
mencapai tujuan jangka panjang. Kerangka waktu bagi tujuan dan strategi harus
konsisten, biasanya berkisar dua sampai lima tahun.
Tujuan harus kuantitatif, dapat diukur, realistis, dapat dimengerti, menantang,
hierarkis, mungkin untuk dicapai, dan kongruen antarunit organisasional. Tiap-tiap
tujuan juga harus terkait dengan garis waktu. Tujuan pada umumnya dinyatakan
dalam pengertian seperti pertumbuhan aset, pertumbuhan penjualan, profitabilitas,
pangsa pasar, tingkat dan hakikat diversifikasi, tingkat dan hakikat integrasi vertikal,
laba per saham, dan tanggung jawab sosial.
2.1.8.5 Kerangka Perumusan Strategi yang Komprehensif
Menurut David (2010: 323), teknik-teknik perumusan strategi yang penting
dapat diintegrasikan ke dalam kerangka pengambilan keputusan tiga tahap seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.3. Alat yang ditampilkan dalam kerangka ini bisa
diterapkan untuk semua ukuran dan jenis organisasi serta dapat membantu para
penyusun strategi mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih strategi.
TAHAP 1 : TAHAP INPUT
Matriks
EFE
Matriks
CPM
Matriks
IFE
TAHAP 2 : TAHAP PENCOCOKAN
Matriks
SWOT
Matriks
SPACE
Matriks
BCG
Matriks
IE
Matriks
Strategi Besar
TAHAP 3 : TAHAP KEPUTUSAN
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)
Sumber: David (2010: 324).
Gambar 2.3 Kerangka Analitis Perumusan Strategi
29
Teknik perumusan strategi yang penting dapat di integrasikan ke dalam
kerangka kerja pengambilan keputusan tiga tahap:
1. Tahap 1 yaitu Tahap Input (Input Stage), terdiri atas Matriks Evaluasi Faktor
Eksternal (External Factor Evaluation—EFE), Matriks Evaluasi Faktor Internal
(Internal Factor Evaluation—IFE), dan Matriks Profil Kompetitif (Competitive
Profile Matrix—CPM). Tahap 1, Tahap Input berisi informasi input dasar yang
dibutuhkan untuk merumuskan strategi.
2. Tahap 2 yaitu Tahap Pencocokan (Matching Stage), berfokus pada penciptaan
strategi alternatif yang masuk akal dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal
dan internal utama. Teknik Tahap 2 meliputi Matriks Kekuatan-Kelemahan
Peluang-Ancaman(Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats—SWOT),
Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (Strategic Position and Action
Evaluation—SPACE), Matriks
Boston Consulting Group (BCG), Matriks
Internal-Eksternal (Internal-External—IE), dan Matriks Strategi Besar (Grand
Strategy Matrix).
3. Tahap 3 yaitu Tahap Keputusan (Decision Stage), melibatkan satu teknik saja,
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning
Matrix—QSPM). QSPM menggunakan informasi input dari Tahap 1 untuk
secara objektif mengevaluasi strategi-strategi alternatif yang diidentifikasi dalam
Tahap 2. QSPM menunjukkan daya tarik relatif berbagai strategi alternatif dan
dengan demikian memberi landasan objektif bagi pemilihan strategi alternatif.
2.1.9 Tingkatan Strategi
Menurut Umar (2012: 17), dalam manajemen strategik perusahaan pada
umumnya mempunyai tiga level atau tingkatan strategi, yaitu:
1.
Strategi Korporasi
Strategi ini menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan
mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan dan
manajemen berbagai bisnis dan lini produk untuk mencapai keseimbangan
portofolio produk dan jasa. Sebagai tambahan, strategi perusahaan adalah:
a. Pola keputusan yang berkenan dengan tipe-tipe bisnis yang perusahaan
sebaiknya terlibat
30
b. Arus keuangan dan sumber daya lainnya dari dan ke divisi-divisi yang ada di
perusahaan
c. Hubungan antara perusahaan dan kelompok-kelompok utama dalam
lingkungan perusahaan
2.
Strategi Unit Bisnis
Strategi ini biasanya dikembangkan pada level divisi dan menekankan
pada perbaikan posisi persaingan produk barang atau jasa peusahaan dalam
industrinya atau segmen pasar yang dilayani oleh divisi tersebut. Strategi bisnis
umumnya menekankan pada peningkatan laba produksi dan penjualan. Strategi
bisnis yang diimplementasikan biasanya merupakan salah satu strategi overall
cost leadership, atau diferensiasi.
3.
Strategi Fungsional
Strategi ini menekankan terutama pada pemaksimalan produktivitas
sumber daya. Dalam batasan oleh perusahaan dan strategi bisnis yang berada di
sekitar mereka, departemen fungsional seperti fungsi-fungsi Pemasaran, SDM,
Keuangan, Produksi-Operasi mengembangan strategi untuk mengumpulkan
bersama-sama berbagai aktivitas dana kompetensi mereka guna meningkatkan
kinerja perusahaan.
2.1.10 Jenis-Jenis Strategi
David (2010: 252-273) mengidentifikasi beberapa jenis yang ada dalam suatu
strategi, yaitu antara lain:
1. Strategi Integrasi
Strategi intergrasi terdiri dari tiga macam yatiu integrasi ke depan,
integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal yang dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Integrasi ke Depan
Integrasi ke depan (forward integration) berkaitan dengan usaha untuk
memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau
peritel. Semakin banyak produsen (pemasok) dewasa ini yang menjalankan
strategi integrasi ke depan dengan cara membangun situs web untuk secara
31
langsung menjual produk mereka kepada konsumen. Strategi ini menimbulkan
kegemparan di sejumlah industri.
Enam pedoman tentang integrasi ke depan untuk digunakan sebagai
sebuah strategi yang sangat efektif adalah ketika:
1) Distributor organisasi yang saat ini menjadi sangat mahal, atau tidak dapat
diandalkan, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan distribusi perusahaan.
2) Ketersediaan distributor yang berkualitas begitu terbatas untuk menawarkan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan-perusahaan yang melakukan
integrasi ke depan.
3) Sebuah organisasi berkompetisi di industri yang tengah tumbuh dan
diharapkan akan terus berkembang pesat; ini menjadi sebuah faktor karena
integrasi
ke
depan
mengurangi
kemampuan
organisasi
untuk
mendiversifikasi industri dasarnya.
4) Sebuah organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia yang
dibutuhkan untuk mengelola bisnis baru pendistribusian produk-produknya
sendiri.
5) Keuntungan dari produksi yang stabil sangat tinggi; ini menjadi pertimbangan
karena organisasi dapat meningkatkan kemampuan memprediksi permintaan
untuk outputnya melalui integrasi ke depan.
6) Distributor atau peritel yang ada saat ini memiliki margin laba yang tinggi;
situasi ini menyiratkan bahwa sebuah perusahaan dapat mendistribusikan
produknya sendiri secara menguntungkan dan menetapkan harganya secara
kompetitif melalui integrasi ke depan.
b. Integrasi ke Belakang
Integrasi ke belakang (backward integration) adalah sebuah strategi
yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok
perusahaan. Strategi tersebut sangat tepat ketika pemasok perusahaan yang ada
saat ini tidak bisa diandalkan, terlampau mahal, atau tidak mampu memenuhi
kebutuhan perusahaan.
Tujuh pedoman tentang kapan integrasi ke belakang dapat menjadi
sebuah strategi yang sangat efektif adalah saat:
32
1) Pemasok organisasi saat ini menjadi sangat mahal, atau tidak dapat
diandalkan, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan akan
onderdil, komponen, barang rakitan, atau bahan mentah.
2) Jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing banyak.
3) Industri bersaing di sebuah industri yang berkembang pesat; ini merupakan
faktor karena strategi jenis integratif (ke depan, ke belakang, dan horizontal)
mengurangi kemampuan organisasi untuk melakukan diversifikasi di industri
yang tengah mengalami kemerosotan.
4) Organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia untuk
mengelola bisnis pemasokan bahan mentahnya sendiri yang baru.
5) Keuntungan dari harga yang stabil sangat penting; ini menjadi faktor karena
organisasi dapat menstabilkan biaya bahan mentahnya dan biaya-biaya lain
yang terkait dengan produknya melalui integrasi ke belakang.
6) Pemasok saat ini memiliki margin laba yang tinggi, yang menunjukkan
bahwa bisnis pemasokan produk atau jasa di suatu industri layak untuk
dikembangkan.
7) Organisasi perlu mengakuisisi atau memperoleh sumber daya yang
dibutuhkannya secara cepat.
c. Integrasi Horizontal
Integrasi horizontal (horizontal integration) mengacu pada strategi yang
mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing
perusahaan. Salah satu tren paling signifikan dalam manajemen strategis dewasa
ini adalah meningkatnya pemakaian integrasi horizontal sebagai strategi
pertumbuhan.
Lima pedoman tentang integrasi horizontal sehingga dapat menjadi
sebuah strategi yang sangat efektif adalah ketika:
1) Organisasi dapat memperoleh karakteristik monopolistik di suatu wilayah
atau kawasan tertentu tanpa bertentangan dengan aturan pemerintah yang
melarang “penguasaan substansial” untuk menghambat persaingan.
2) Organisasi bersaing di sebuah industri yang sedang berkembang.
3) Meningkatnya skala ekonomi memberikan keunggulan kompetitif yang besar.
4) Organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia yang
dibutuhkan untuk mengelola dengan baik organisasi yang berekspansi.
33
5) Pesaing melemah karena kurangnya keterampilan manajerial atau kebutuhan
akan sumber daya tertentu yang dimiliki sebuah organisasi; perhatikan
bahwa integrasi horizontal tidak akan tepat jika pesaing mempunyai kinerja
buruk, sebab dalam kasus ini penjualan industri keseluruhan tengah merosot.
2. Strategi Intensif
Strategi intensif terdiri dari tiga macam yatiu penetrasi pasar,
pengembangan pasar, dan pengembangan produk yang pemahamannya seperti
dijelaskan di bawah ini.
a. Penetrasi Pasar
Penetrasi
pasar
(market
penetration)
adalah
strategi
yang
mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di
pasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih baik. Strategi ini secara
luas digunakan dalam bentuk murni maupun dalam bentuk kombinasi
(gabungan)
dengan
strategi-strategi
lainnya.
Penetrasi
pasar
meliputi
penambahan jumlah tenaga penjualan, peningkatan pengeluaran untuk iklan,
penawaran
produk-produk
promosi
penjualan
secara
ekstensif,
atau
pelipatgandaan upaya-upaya pemasaran.
Lima pedoman tentang kapan penetrasi pasar dapat menjadi sebuah
strategi yang sangat efektif adalah saat:
1) Pasar saat ini belum jenuh dengan produk atau jasa tertentu.
2) Tingkat pemakaian konsumen saat ini dapat dinaikkan secara signifikan.
3) Pangsa pasar pesaing utama menurun sementara total penjualan industri
meningkat.
4) Korelasi antara pengeluaran penjualan euro dan pemasaran euro secara
historis tinggi.
5) Meningkatnya skala ekonomi memberikan keunggulan kompetitif yang
besar.
b. Pengembangan Pasar
Pengembangan pasar (market development) meliputi pengenalan produk
atau jasa saat ini ke wilayah-wilayah geografis yang baru.
Enam pedoman tentang kapan pengembangan pasar dapat menjadi
strategi yang sangat efektif adalah ketika:
34
1) Saluran-saluran distribusi baru yang tersedia dapat diandalkan, tidak mahal,
dan berkualitas baik.
2) Organisasi sangat berhasil dalam bisnis yang dijalankannya.
3) Pasar baru yang belum dikembangkan dan belum jenuh muncul.
4) Organisasi mempunyai modal dan sumber daya manusia yang dibutuhkan
untuk mengelola perluasan operasi.
5) Organisasi memiliki kapasitas produksi yang berlebih.
6) Industri dasar organisasi dengan cepat berkembang menjadi global dalam
cakupannya.
c. Pengembangan Produk
Pengembangan produk (product development) adalah sebuah strategi
yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau
memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini. Pengembangan produk
biasanya membutuhkan pengeluaran yang besar untuk penelitian dan
pengembangan.
Lima pedoman tentang kapan pengembangan produk dapat menjadi
strategi yang sangat efektif adalah waktu:
1) Organisasi memiliki produk-produk berhasil yang berada di tahap
kematangan dari siklus hidup produk; gagasannya di sini adalah menarik
konsumen yang terpuaskan untuk mencoba produk baru (yang lebih baik)
sebagai hasil dari pengalaman positif mereka dengan produk atau jasa
organisasi saat ini.
2) Organisasi berkompetisi di industri yang ditandai oleh perkembangan
teknologi yang cepat.
3) Pesaing utama menawarkan produk berkualitas lebih baik dengan
harga“bagus”.
4) Organisasi bersaing dalam industri dengan tingkat pertumbuhan tinggi.
5) Organisasi memiliki kapabilitas penelitian dan pengembangan yang sangat
kuat.
3. Strategi Diversifikasi
35
Terdapat dua jenis umum strategi diversifikasi yaitu terkait dan tak
terkait. Bisnis dikatakan terkait ketika rantai nilai bisnis memiliki kesesuaian
strategis lintas bisnis yang bernilai secara kompetitif; bisnis dikatakan tak terkait
ketika rantai nilai bisnis sangat tidak mirip sehingga tidak ada hubungan lintas
bisnis yang bernilai secara kompetitif. Berikut ini adalah penjelasan dari kedua
macam strategi diversifikasi tersebut.
a. Diversifikasi Terkait
Diversifikasi terkait adalah menambahkan produk atau jasa yang baru
namun masih berkaitan. Ketika berdiversifikasi dari produk atau jasa yang
dikenal, perusahaaan harus berhati-hati untuk memasuki wilayah-wilayah baru
dengan memperhatikan berbagai masalah lingkungan.
Enam pedoman tentang kapan diversifikasi terkait dapat menjadi
sebuah strategi yang sangat efektif adalah:
1) Organisasi
berkompetisi
di
sebuah
industri
yang
tidak
mengalami
pertumbuhan atau yang pertumbuhannya lambat.
2) Menambahkan produk yang baru namun terkait akan secara singnifikan
mendongkrak penjualan produk saat ini.
3) Produk yang baru namun terkait dapat ditawarkan dengan harga yang sangat
bersaing.
4) Produk yang baru namun terkait memiliki tingkat penjualan musiman yang
dapat mengimbangi puncak dan jurang penjualan yang ada saat ini di
perusahaan.
5) Produk organisasi yang ada saat ini sedang dalam tahap penurunan dari siklus
hidup produk.
6) Organisasi memiliki tim manajemen yang kuat.
b. Diversifikasi Tak Terkait
Diversifikasi tak terkait adalah menambahkan produk atau jasa yang
baru namun tidak berkaitan. Diversifikasi tak terkait melibatkan usaha untuk
mencari dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang asetnya bernilai rendah,
atau yang secara finansial sedang tertekan, atau yang memiliki prospek
pertumbuhan tinggi namun kekurangan modal investasi. Masalah utama
diversifikasi tak terkait adalah bahwa induk perusahaan harus memiliki tim
36
manajemen
puncak
yang
sangat
bagus
yang
mampu
merencanakan,
mengorganisasi, memotivasi, mendelegasikan, dan mengendalikan secara efektif.
Sepuluh pedoman tentang kapan diversifikasi tak terkait dapat
menjadi sebuah strategi yang sangat efektif adalah saat:
1) Pendapatan dari produk atau jasa yang saat ini dimiliki organisasi akan
meningkat secara signifikan dengan penambahan produk baru yang tidak
terkait.
2) Organisasi bersaing di sebuah industri yang sangat kompetitif dan atau tidak
mengalami pertumbuhan sebagaimana diindikasikan oleh margin laba dan
pengembalian industri yang rendah.
3) Saluran distribusi organisasi saat ini dapat digunakan untuk memasarkan
produk-produk baru kepada konsumen yang ada.
4) Produk baru memiliki pola penjualan kontrasiklus bila dibandingkan dengan
produk organisasi saat ini.
5) Industri dasar suatu organisasi mengalami penurunan dalam penjualan dan
laba tahunan.
6) Organisasi memiliki modal dan talenta manajerial yang dibutuhkan untuk
bersaing dengan baik di industri baru.
7) Organisasi memiliki peluang untuk membeli bisnis tak terkait yang menarik
secara investasi.
8) Ada sinergi finansial antara perusahaan yang diakuisisi dan mengakuisisi.
(memperhatikan bahwa perbedaan penting antara diversifikasi terkait dan tak
terkait adalah bahwa diversifikasi terkait harus didasarkan pada beberapa
persamaan dalam hal pasar, produk, atau teknologi, sedangkan diversifikasi
tak terkait lebih didasarkan pada pertimbangan laba).
9) Pasar yang ada sudah jenuh dengan produk organisasi saat ini.
10) Aksi antitrust dapat didakwakan terhadap organisasi yang secara historis telah
berkonsentrasi pada satu jenis industri.
4. Strategi Difensif
Strategi difensif terdiri dari tiga macam yatiu penciutan, divestasi, dan
likuidasi yang pengertiannya dijabarkan sebagi berikut.
37
a.
Penciutan
Penciutan
(retrenchment)
terjadi
manakala
sebuah
organisasi
melakukan pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan aset untuk
membalik penjualan dan laba yang menurun. Kadang kala disebut pembalikan
atau strategi reorganisasional, penciutan dirancang untuk memperkuat kompetensi
khusus dasar suatu organisasi. Selama penciutan, para penyusun strategi bekerja
dengan sumber daya yang terbatas dan menghadapi tekanan dari para pemegang
saham, karyawan, dan media. Penciutan bisa melibatkan pejualan lahan dan
bangunan untuk mendapatkan kas yang dibutuhkan,memangkas lini produk,
menutup bisnis yang tidak meguntungkan, menutup pabrik yang usang,
mengotomatisasi proses, menurangi jumlah karyawan, dan membangun system
pengendalian beban.
Lima pedoman tentang kapan penciutan dapat menjadi sebuah strategi
yang sangat efektif adalah bila:
1) Sebuah organisasi memiliki kompetensi khusus yang jelas namun gagal untuk
secara konsisten memenuhi maksud dan tujuannya dari waktu ke waktu.
2) Organisasi merupakan salah satu pesaing terlemah di suatu industri tertentu.
3) Organisasi ditandai oleh ketidakefisienan, profitabilitas yang rendah,
semangat kerja karyawan yang buruk, dan tekanan dari pemegang saham
untuk memperbaiki kinerja organisasi.
4) Organisasi gagal untuk memanfaatkan peluang eksternal, meminimalkan
ancaman eksternal, mengambil keuntungan dari kekuatan internal, dan
mengatasi kelemahan internal dari waktu ke waktu; itu artinya, ketika manajer
strategis organisasi telah gagal menjalankan tugasnya (dan kemungkinan harus
digantikan oleh individu yang lebih kompeten).
5) Organisasi tumbuh membesar terlampau cepat sehingga reorganisasi internal
besar-besaran dibutuhkan.
b. Divestasi
Menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi disebut dengan
divestasi (divestiture). Divestasi sering dipakai untuk mendapatkan modal
guna akuisisi atau investasi strategis lebih jauh. Divestasi dapat menjadi bagian
dari keseluruhan strategi penciutan untuk membebaskan organisasi dari bisnis
yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan terlalu banyak modal, atau yang
38
tidak begitu sesuai dengan aktivitas-aktivitas perusahaan yang lain. Divestasi juga
telah menjadi strategi yang populer bagi perusahaan untuk berfokus pada bisnis
inti mereka dan tidak terlalu terdiversifikasi.
Enam pedoman tentang kapan divestasi dapat menjadi sebuah strategi
yang sangat efektif adalah saat:
1) Sebuah organisasi menjalankan strategi penciutan dan gagal untuk mencapai
perbaikan yang diperlukan. Organisasi merupakan salah satu pesaing terlemah
di suatu industri tertentu.
2) Suatu divisi membutuhkan lebih banyak sumber daya agar lebih kompetitif
dari yang dapat disediakan oleh perusahaan.
3) Suatu divisi bertanggung jawab terhadap buruknya kinerja keseluruhan
organisasi.
4) Suatu divisi tidak mampu menyesuaikan diri dengan bagian organisasi yang
lain; ini bisa merupakan akibat dari pasar, konsumen, manajer, karyawan,
nilai-nilai, atau kebutuhan yang secara radikal berbeda.
5) Sejumlah besar dana dibutuhkan dalam waktu dekat dan tidak dapat diperoleh
dengan cara lain.
6) Tindakan antitrust pemerintah mengancam sebuah organisasi.
c.
Likuidasi
Menjual seluruh asset perusahaan, secara terpisah-pisah, untuk
kekayaan berwujudnya disebut likuidasi (liquidation). Likuidasi merupakan
pengakuan kekalahan dan konsekuensinya bisa menjadi sebuah strategi yang sulit
secara emosional. Namun demikian, lebih baik menghentikan operasi daripada
terus menderita kerugian uang dalam jumlah yang besar.
Tiga pedoman tentang kapan likuidasi dapat menjadi sebuah strategi
yang sangat efektif adalah saat:
1) Sebuah organisasi sudah menjalankan strategi penciutan dan divestasi, namun
tak satu pun berhasil.
2) Satu-satunya alternatif suatu organisasi adalah menyatakan diri bangkrut.
Likuidasi merepresentasikan cara yang paling sistematis dan terencana untuk
mendapatkan sebesar mungkin uang tunai dari penjualan aset perusahaan.
Sebuah perusahaan dapat secara legal menyatakan dirinya bangkrut dan
39
kemudian melikuidasi divisi-divisinya untuk memperoleh modal yang
diperlukan.
3) Pemegang saham perusahaan dapat meminimalkan kerugian mereka dengan
menjual aset organisasi.
Rangkuti (2009: 6) lebih lanjut menjelaskan bahwa pada prinsipnya strategi
dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi yaitu strategi manajemen, strategi
investasi, dan strategi bisnis. Ketiga jenis strategi ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Strategi manajemen, merupakan strategi yang meliputi strategi yang dapat
dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara
makro, misalnya strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga,
strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan, dan
sebagainya.
2.
Strategi investasi, merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi,
misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif
atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi
pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya.
3.
Strategi bisnis, sering juga disebut dengan strategi bisnis secara fungsional
karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya
strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi
organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.
Dari uraian penjelesan mengenai jenis-jenis strategi menurut David, maka
dapat diringkas seperti pada tabel berikut ini.
40
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Strategi
Jenis Strategi
Integrasi ke Depan
Strategi Integrasi
Integrasi ke Belakang
Integrasi Horizotal
Penetrasi Pasar
Strategi Intensif
Pengembangan Pasar
Pengembangan Produk
Diversifikasi Terkait
Strategi Diversifikasi
Diversifikasi Tak
Terkait
Penciutan
Strategi Difensif
Divestasi
Likuidasi
Definisi
Memperoleh kepemilikan
atau kendali yang lebih besar
atas distributor atau paritel
Mengupayakan kepemilikan
atau kendali yang lebih besar
atas pemasok perusahaan
Mengupayakan kepemilikan
atau kendali yang lebih besar
atas pesaing perusahaan
Meningkatkan pangsa pasar
untuk produk atau jasa yang
ada di pasar saat ini melalui
upaya-upaya pemasaran yang
lebih baik
Memperkenalkan produk
atau jasa yang ada saat ini ke
wilayah geografis yang baru
Meningkatkan penjualan
dengan cara memperbaiki
atau memodifikasi produk
atau jasa yang ada saat ini
atau pengembangan produk
atau jasa yang baru.
Menambah produk atau jasa
yang baru, namun masih
berkaitan
Menambah produk atau jasa
yang baru, namun tidak
berkaitan
Pengelompokkan ulang
melalui pengurangan biaya
dan aset untuk membalik
penjualan dan laba yang
menurun
Penjualan suatu divisi atau
bagian dari sebuah organisasi
Penjualan seluruh aset
perusahaan, secara terpisahpisah, untuk kekayaan
berwujudnya.
Sumber : David (2010).
2.1.10 Strategi Generik Porter
Menurut Porter, strategi memungkinkan organisasi untuk memperoleh
keunggulan kompetitif dari tiga landasan yang berbeda yaitu kepemimpinan biaya,
diferensiasi, dan fokus (David, 2010: 273-275). Porter menamakan landasan ini
strategi generik (generic strategic).
41
Keunggulan atau kepemimpinan biaya (cost leadership) menekankan
pemproduksian produk-produk yang distandarisasi dengan biaya per unit yang sangat
rendah untuk para konsumen yang peka terhadap harga. Terdapat dua tipe alternatif
kepemimpinan biaya. Tipe 1 adalah strategi biaya rendah (low cost) yang
menawarkan produk atau jasa kepada konsumen pada harga terendah yang tersedia di
pasar. Tipe 2 adalah strategi nilai terbaik (best value) yang menawarkan produk atau
jasa kepada konsumen pada nilai harga terbaik yang tersedia di pasar.
Tipe 3 strategi generik porter adalah diferensiasi. Pembedaan/diferensiasi
(differentation) adalah sebuah strategi yang bertujuan untuk menghasilkan produk
atau jasa yang dianggap unik di industri dan diarahkan kepada konsumen yang relatif
peka terhadap harga.
Fokus (focus) berarti memproduksi produk dan jasa yang memenuhi
kebutuhan sekelompok kecil konsumen. Dua tipe alternatif strategi fokus adalah tipe
4 dan tipe 5. Tipe 4 adalah strategi fokus biaya rendah yang menawarkan produk
atau jasa kepada sekelompok kecil konsumen pada harga terendah yang tersedia di
pasar. Tipe 5 adalah strategi fokus nilai terbaik yang menawarkan produk atau jasa
kepada sejumlah kecil konsumen dengan nilai harga terbaik yang tersedia di pasar.
Strategi fokus nilai terbaik bertujuan untuk menawarkan kepada ceruk konsumen
tertentu produk atau jasa yang dengan lebih baik memenuhi selera dan permintaan
mereka dibandingkan produk pesaing.
Dari sudut pandang perusahaan, aspek yang paling relevan dan penting dari
lingkungan yang kompetitif adalah industri di mana perusahaan bersaing. Dalam
kata-kata Porter, industri adalah "arena" dimana kompetisi berlangsung. Lingkungan
kompetitif perusahaan memiliki struktur umum, yang terdiri dari lima kekuatan
kompetitif. Kekuatan ini, yang dipandang sebagai faktor penentu daya saing industri
dan profitabilitas.
Rekomendasi Porter untuk perusahaan adalah mengikuti salah satu dari lima
strategi yang direkomendasikan disajikan, karena ini adalah pilihan yang akan
memberikan
perusahaan
kemampuan
untuk
mengamankan
posisi
menguntungkan dalam industri, mengingat intensitas lima kekuatan kompetitif.
yang
Industry-wide
(Broad target)
Particular
Segment
(Narrow target)
STRATEGIC TARGET
(COMPETITIVE ADVANTAGE)
42
STRATEGIC ADVANTAGE
(COMPETITIVE ADVANTAGE)
Uniqueness perceived
Low cost position
by customers
(Lower Cost)
A
(Diferrentiation)
DIFFERENTIATION
B
COST LEADERSHIP
OR
LOWER COST
S
C
FOCUS
a) Cost Focus; b) Differentiation Focus;
b) Cost and Diffrentiation Focus
Sumber : Ormanidhi dan Stringa (2008: 58)
Gambar 2.4 Porter’s Model of Generic Competitive Strategies
2.1.12 Keunggulan Kompetitif (Competittive Advantage)
Rangkuti (2010: 37) menyebutkan adanya hubugan positif yang sangat erat
antara kinerja suatu bisnis dan keunggulan bersaing. Artinya, semakin baik kinerja
suatu perusahaan, semakin kuat keunggulan bersaing yang dimilikinya. Sebaliknya,
semakin buruk kinerja suatu perusahaan, keunggulan bersaingnya semakin
berkurang. Hal ini berarti bahwa keunggulan bersaing merupakan faktor penting bagi
suatu perusahaan untuk berhasil dalam memenangkan persaingan.
Elemen-elemen keunggulan bersaing adalah potensi keunggulan bersaing,
posisi keunggulan bersaing, dan kinerja yang dihasilkan (performace outcomes).
Hubungan antara ketiga elemen keunggulan bersaing dapat digambarkan sebagai
berikut:
43
Potensi
Keunggulan
Bersaing :
•
•
•
Potensi
Keunggulan
Bersaing :
•
Keahlian yang
dimiliki
Sumber Daya
yang dimilikki
Sistem
Pengendalian
•
Customer
Value
Biaya
Relatif
Rendah
Kinerja
yang
Dihasilkan :
•
•
•
Keahlian yang
dimiliki
Sumber Daya
yang dimilikki
Sistem
Pengendalian
Keuntungan yang diperoleh
dari Keunggulan Bersaing
Sumber : Rangkuti (2010: 38)
Gambar 2.5 Elemen Keunggulan Bersaing
Menurut Solihin (2009: 17), hasil-hasil akhir yang ingin dicapai perusahaan
bermuara kepada tujuan paling utama, yakni agar peusahaan memperoleh
keunggulan bersaing (competitive advantage). Perusahaan dikatakan memiliki
keunggulan bersaing dibanding perusahaan lainnya, bila perusahaan memiliki
profitabilitas (profitability) yang lebih besar dibanding rata-rata profitabilitas pesaing
dalam suatu industri. Sedangkan peusahaan dikatakan memiliki keunggulan bersaing
yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage) bila perusahaan mampu
mempertahankan profitabilitasnya di atas profitablitas rata-rata industri selama
bertahun-tahun. Menurut Sampurno (2010: 155), keunggulan kompetitif yag
berkelanjutan seringkali berkaitan dengan kompetensi inti perusahaan. Kompetensi
inti yang dimaksud adalah keungggulan kompetitif dan kapabilitas yang terjadi
sepanjang waktu yang menjadi sentral dari seluruh strategi perusahaan.
Untuk mengembangkan strategi persaingan atau competitive strategy ada
empat kunci yang menjadi tantangan pimpinan perusahaan, yaitu 1) Memahami
perubahan lingkungan persaingan, 2) Antisipasi aksi kompetitior, 3) Memformulasi
straegi persaingan dinamis, 4) Memilih strategi alternatif strategi bersaing (Day,
1997). Untuk mengembangkan strategi yang efektif, pimpinan peusahaan harus
memahami area persaingan dan sumber keunggulan, antisipasi gerakan lawan,
44
mengetahui opsi daya saingnya sendiri dan melakukan analisis tentang dampak
potensial dari strategi yang ada (Sampurno, 2010). Lebih lanjut, Rangkuti (2009: 99)
menyebutkan enam komponen kunci dalam membangun kekuatan kompetitif, yaitu:
1.
Berkonsentrasi dalam bisnis yang dimiliki oleh kekuatan perusahaan. Ini
merupakan syarat untuk menang dalam persaingan.
2.
Bermain dalam bisnis yang dipandang kurang atraktif oleh pesaing.
3.
Bermain dalam bisnis, di mana teknologi yang digunakan perusahaan lebih
unggul dibandingkan dengan teknologi pesaing.
4.
Bermain dalam pasar di mana perusahaan dilindungi oleh paten atau kontrak
dengan konsumen.
5.
Konsentrasi dalam bisnis di mana perusahaan memiliki hubungan khusus
sumber bahan baku, distributor, konsumen atau mendapat dukungan organisasi
lain.
6.
Bermain dalam bisnis, di mana perusahaan memiliki hubungan kebelakang
maupun ke depan lebih baik di bandingkan dengan yang dimiliki pesaing.
Berkaitan dengan hal diatas, Qin Li, Xin Li dan Zhou (2010) menjelaskan
bahwa core competitiveness atau kompetitif inti memungkinkan perusahaan untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif dan meluas ke pasar yang relevan melalui
inovasi sehingga mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Mereka juga
mengatakan bahwa knowledge management dapat membantu perusahaan untuk
meraih keunggulan kompetitif inti. Karena knowledge management mengacu pada
proses pengorganisasian intelijen karyawan dan aset pengetahuan untuk menciptakan
nilai. Biasanya nilai diciptakan dari aset tersebut yang dimiliki oleh karyawan untuk
memenangkan kegiatan yang optimal.
45
2.2 Kerangka Pemikiran
PT. LAYAR PRODUCTION
Lingkungan
Eksternal
Lingkungan
Internal
Matriks EFE
Matriks SWOT
Matriks CPM
Matriks BCG
Matriks IFE
Matriks IE Matriks Strategi Besar
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)
Rekomendasi Strategi Bisnis
Sumber: Peneliti, 2013.
Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran
Download