1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bisnis Dalam ilmu

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bisnis
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang
atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara
historis kata bisnis dari Bahasa inggris business, dari kata dasar busy yang berarti
"sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk
mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Dalam
ekonomi kapitalis, di mana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis
dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya.
Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu,
usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar
keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan
kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok
orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis"
sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya, penggunaan singular kata
bisnis dapat merujuk pada bahan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan
ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas
dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian."
Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh
komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi "bisnis" yang
tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
Menurut Christiadi dan Budiarto (2009) Bisnis adalah suatu kegiatan yang
dilakukan baik dengan cara berkelompok maupun dengan cara individu dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan dan memasarkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
9
10
Menurut Hughes dan Kapoor (Sugiyono, 2003) “Bisnis adalah suatu kegiatan
usaha individu terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna
mendapat keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat”.
2.2 Pengertian Strategi
Menurut David (2009) dalam Buku Manajemen Strategis-Konsep edisi 12
buku 1, strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai.
Strategi bisnis mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan
produk, penetrasi pasar, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan (join venture).
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi ketiga, strategi adalah
ilmu dan seni menggnakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu dalam perang maupun damai. Secara eksplisit, strategi adalah
rencana tindakan yang menjabarkan alokasi sumber daya dan aktivitas lain untuk
menanggapi lingkungan dan membantu organisasi mencapai sasarammya. Intinya
strategi adalah pilihan untuk melakukan aktivitas yang berbeda atau untuk
melaksanakan aktivitas dengan cara yang berbeda dari pesaingnya.
Menurut Dewanti (2008) dalam buku kewirausahaan, strategi adalah pola
tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi-misinya.
2.2.1 Tingkatan Strategi
Menurut Whelen dan Hunger (2008) ada beberapa tingkatan dalam strategi untuk
perusahaan besar. Ada tiga tingkatan strategi manajemen yang berkembang sesuai
dengan perkembangan perusahaan.
1. Strategi Korporasi (Corporate Strategy)
Strategi ini adalah strategi yang mencerminkan seluruh arah perusahaan yang
bertujuan menciptakan pertumbuhan bagi perusahaan secara keseluruhan dan
bagi manajemen berbagai macam bisnis lini produk.
Ada tiga jenis strategi yang dapat dipakai pada tingkat strategi ini, yaitu:
-
Strategi pertumbuhan (growth strategy)
Strategi yang berdasarkan pada tahap pertumbuhan yang sedang dilalui
perusahaan. Strategi ini berusaha meningkatkan ukuran perusahaan dan
11
ekspansi operasi perusahaan. Strategi ini sangat dikenal karena hampir semua
industri atau perusahaan menginginkan adanya pertumbuhan dalam
kehidupan usahanya dalam jangka panjang. Pertumbuhan usaha dapat terjadi
dengan beberapa cara seperti :
Berkembang secara internal melalui konsentrasi, yaitu menggunakan
kekuatan yang ada untuk memperbaharui dan meningkatkan produktifitas,
tanpa menanggung resiko yang besar (pengembangan pasar, pengembangan
produk dan inovasi).
Diversifikasi, melakukan akuisisi bisnis baru yang berhubungan atau tidak
dengan bisnisnya atau melakukan investasi spekulasi yang baru (integrasi
vertical, integrasi horizontal, diversifikasi konglomerat dan kemitraan).
-
Strategi stabilitas (stability strategy)
Strategi dalam menghadapi kemerosotan penghasilan yang sedang
dihadapi oleh suatu perusahaan. Strategi dengan tetap menjalankan
kegiatan pada saat ini dengan mengurangi tekanan untuk pertumbuhan
dan tanpa komitmen pada beberapa perubahan operasi utama. Strategi
untuk organisasi yang dapat melakukan kegiatan dengan sangat baik
dalam menghadapi lingkungan, resiko rendah yang dapat dihadapi dan
melakukan konsolidasi yang diperlukan dengan strategi-strategi yang
terlibat.
-
Retrenchment strategy
Strategi yang yang diterapkan untuk memperkecil atau mengurangi usaha
yang dilakukan perusahaan. Contohnya adalah pemerintah mendirikan
Bank Mandiri (regrouping).
2. Strategi Bisnis (Business Strategy)
Stategi ini digunakan pada tingkat produk atau unit bisnis dan merupakan
strategi yang menekankan pada perbankan posisi bersaing produk atau jasa
pada spesifikasi atau segmen pasar tertentu.
Terdapat tiga macam strategi yang bisa digunakan pada strategi tingkat bisnis
ini, yaitu:
-
Strategi kepemimpinan biaya
Contohnya: menjadi produsen yang mempunyai keunggulan pada biaya
produksi yang rendah.
-
Strategi diferensiasi
12
Strategi ini adalah serangkaian tindakan integratif yang untuk dirancang
memproduksi barang atau jasa yang dianggap pelanggan berbeda dalam
hal-hal yang penting bagi mereka.
Strategi diferensiasi memampukan perusahaan untuk menyediakan
produk-produk yang memiliki ciri-ciri berbeda (dan nilai) kepada para
pelanggan. Karena keunikannya, produk-produk dan jasa diferensiasi
dijual dengan harga premium. Semakin sedikit kemiripan dengan produkproduk pesaing, semakin perusahaan itu bertahan dari persaingan dengan
lawan-lawannya. Contoh perusahaan yang melakukan strategi ini: Maytag
(peralatan), Mercedez (otomotif) dan WordPerfect (perangkat lunak).
-
Strategi fokus
Strategi pada tingkat ini dirumuskan dan ditetapkan oleh para manajer yang
diserahi tugas tanggung jawab oleh manajemen puncak untuk mengelola
bisnis bersangkutan.
3. Strategi Fungsional (Fungsional Strategy)
Strategi ini digunakan pada level fungsional seperti, operasional, pemasaran,
keuangan, dan sumber daya manusia. Strategi ini mengacu pada dua
tingkatan strategi sebelumnya yaitu strategi korporasi dan strategi bisnis.
Strategi fungsional juga disebut sebagai value-based-strategy. Berfokus pada
memaksimumkan produktivitas sumber daya yang digunakan dalam
memberikan value terbaik untuk pemenuhan kebutuhan pelanggan.
2.3 Manajemen Strategi
2.3.1 Pengertian Manajemen Strategi
Manajemen strategis menurut David (2009) adalah Seni dan pengetahuan
untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas
fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya.
Menurut Dewanti (2008), manajemen strategis adalah suatu proses yang
digunakan dan mengimplementasikan strategi dalam menyediakan nilai yang tinggi
kepada pelanggan untuk mewujudkan visi organisasi.
13
Manajemen strategi adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan
pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan
suatu perusahaan mencapai sasarannya. Manajemen strategi adalah proses penetapan
tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran
tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan
merencanakan pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen strategi mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai
bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi merupakan
tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di
masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat
terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar
yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti. Perusahaan
perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam
merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan
lintas-fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya.
Manajemen strategis berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen,
pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan
pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan
organisasional. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengeksploitasi serta
menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda untuk esok; perencanaan jangka
panjang, sebaliknya, berusaha untuk mengoptimalkan tren-tren dewasa ini untuk
esok.
Menurut Pearce dan Robinson (2008) dikatakan bahwa manajemen strategis
adalah kumpulan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan
pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai
sasaran-sasaran organisasi. Sedangkan menurut Nawawi, manajemen strategis adalah
perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategi) yang berorientasi pada
jangkauan masa depan yang jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan
pimpinan tertinggi (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar
memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha
menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan barang dan atau
14
jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi
pencapaian tujuan (disebut tujuan strategis) dan berbagai sasaran (tujuan operasional)
organisasi.
Menurut Hubeis dan Najib (2008), manajemen strategis adalah seperangkat
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka
panjang. Manajemen strategis didefinisikan sebagai kumpulan keputusan dan
tindakan yang merupakan hasil dari rumusan dan implementasi pada rencana yang
dibuat untuk mencapai tujuan perusahaan serta bagaimana mengevaluasi dan
melaksanakan tindakan tersebut demi tercapainya tujuan organisasi, yang mencakup
perumusan, implementasi dan evaluasi rencana strategi.
Manajemen strategis adalah suatu bidang ilmu yang interdisiplin dan
berkembang dengan pesat pada beberapa waktu belakangan ini. Ilmu itu berkembang
seiring dengan perkembangan disiplin ilmu lain, seperti pemasaran, mikro, makro,
perilaku organisasi, dan banyak lagi. Perkembangan ilmu itu juga sejalan dengan
perubahan yang terjadi pada lingkungan, seperti persaingan di industri, perilaku
konsumen, dan teknologi. Perusahaan harus dapat mengadaptasi perubahan tersebut
bila ingin tetap bertahan dalam bisnisnya. Jika tidak maka akan terlindas oleh
perubahan tersebut.
Untuk tetap dapat bertahan, banyak konsep yang diperkenalkan oleh para
pakar. Manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam
mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka
mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen strategis semakin
banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya. Dalam
perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas
diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang untuk semakin
kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah meningkatkan tingkat kompetisinya
ini menawarkan produk kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini
sering menghasilkan laba diatas rata-rata (Michael A. Hitt & R. Duane Ireland &
Robert E. Hoslisson (2001).
15
Manajemen strategis (strategic management) adalah seperangkat keputusan
dan tindakan yang digunakan untuk memformulasikan dan mengimplementasikan
strategi-strategi yang berdaya saing tinggi dan sesuai bagi perusahaan dan
lingkungannya untuk mencapai sasaran organisasi. Manajemen strategis berusaha
mengorganisasi informasi kualitatif dan kuantitatif sedemikian rupa, sehingga
memungkinkan diambilnya keputusan yang efektif dalam kondisi ketidakpastian
yang melingkupinya. Pada intinya, manajemen strategis adalah tentang bagaimana
memperoleh dan mempeprtahankan keungulan kompetitif dan recana strategis adalah
taktik permainan sebuah perusahaan. Pakar dan ikon bisnis Peter Drucker
mengatakan bahwa tugas utama manajemen strategis adalah mempertimbangkan dan
menimbang suatu bisnis.
Manajemen Strategis menjadi bidang ilmu yang berkembang dengan pesat,
muncul sebagai jawaban atas meningkatnya pergolakan lingkungan. Bidang ilmu
melihat pengelolaan perusahaan secara menyeluruh dan berusaha menjelaskan
mengapa beberapa perusahaan berkembang dan maju dengan pesat, sedang yang
lainnya tidak maju dan akhirnya bangkrut. Ciri khusus manajemen strategis adalah
penekanan pada pengambilan keputusan strategis (Hunger, 2003). Salah satu usaha
adalah dengan memformulasikan strategi organisasi, yang terdiri dari:
a. Analisis situasi mengenai internal dan eksternal organisasi, dan
b. Penetapan tujuan dan penilaian yang berkaitan dengan visi, misi, dan
tujuan organisasi.
Menurut Siagin (2007), manajemen strategis adalah serangkaian keputusan
dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan
oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka tujuan organisasi tersebut.
Berdasarkan beberapa pemikiran diatas, dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. Manajemen strategis adalah rencana.
2. Manajemen strategis meliputi proses formulasi, implementasim dan
evaluasi.
3. Manajemen strategis dibuat oleh manajemen puncak.
4. Manajemen strategis berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi.
16
2.3.2 Manfaat Manajemen Strategi
Menurut David (2009), manajemen strategis membuat organisasi lebih
proaktif daripada reaktif dalam membentuk masa depannya, manajemen strategis
membuat organisasi dapat mulai dan mempengaruhi (bukan hanya menanggapi
berbagai kegiatan dan dengan demikian mengendalikan nasibnya sendiri).
Secara historis manfaat utama manajemen strategi adalah membantu organisasi
merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui pendekatan yang lebih
sistematis, logis, dan rasional untuk menentukan pilihan strategis.
Menurut Wheelen & Hunger (2006): There are three most highly rated benefit
of strategic management to be:
 Clearer sense of strategic vision for the firm
 Sharper focus on what is strategically important
 Improve understanding of a rapidly changing environment
Sedangkan menurut Pearce & Robinson (2003), manfaat manajemen strategis yaitu:
-
Formulasi Strategi meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
mencegah masalah, manajer yang mendorong stafnya untuk
menyadari pentingnya perencanaan justru akan diingatkan oleh
stafnya dalam memantau dan memprediksi tanggung jawabnya karena
mereka menjadi sadar tentang perlunya perencanaan strategi.
-
Keputusan Strategi berbasis kelompok akan dapat ditarik dari
berbagai
alternatif
yang terbaik.
Proses
manajemen
strategi
menghasilkan keputusan yang lebih bagus karena interaksi kelompok
dalam perusahaan menghasilkan variasi strategis yang lebih banyak.
Selain itu, prediksi berdasarkan perspektif anggota kelompok dapat
meningkatkan seleksi atas berbagai pilihan strategi.
-
Dilibatkannya karyawan dalam formulasi strategi akan meningkatkan
pemahaman mereka mengenai hubungan produktifitas dan bonus
dalam setiap perencanaan strategi, dan pada gilirannya meningkatkan
motivasi mereka. Penolakan atas perubahan dapat dikurangi.
17
Partisipasi
dalam
formulasi
strategi
akan
membuat
proses
pengambilan keputusan menjadi demokratis dan jauh dari kesan
otoriter.
2.3.3
Tahap-Tahap Manajemen Strategis
Proses manajemen strategis dapat dideskripsikan sebagai sebuah pendekatan
yang objektif, logis, dan sistematis untuk mebuat suatu keputusan-keputusan besar
dalam organisasi. Aktivitas perumusan, penerapan, dan penilaian strategi terjadi di
tiga level hierarki di sebuah organisasi besar: korporat, divisional, atau bisnis
strategis, dan fungsional.
Menurut David (2009) proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap, yaitu:
1. Perumusan strategi
2. Penerapan strategi
3. Penilaian strategi
1. Perumusan strategi (Strategy Formulation)
Karena keterbatasan sumber daya, maka perusahaan harus memilih langkah
strategi yang akan menghasilkan keuntungan dan manfaat yang paling besar.
Perumusan strategi merupakan kombinasi dari orientasi terhadap perspektif masa
depan dengan keadaan eksternal maupun keadaan internal perusahaan saat ini.
Perumusan strategi mencakup:
-
pengembangan visi dan misi,
-
identifikasi peluang dan ancaman eksternal,
-
kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal,
-
penetapan tujuan jangka panjang,
-
pencarian strategi alternatif,
-
pemilihan strategi untuk mencapai tujuan.
Isu isu perumusan strategi mencakup penentuan bisnis apa yang akan
dimasuki, bisnis apa yang akan dijalankan, bagaimana mengalokasi sumber daya,
perlukah dilakuakn ekspansi atau diversifikasi operasi, apakah perusahaan perlu
terjun ke pasar internasioanal, pertimbangan melakukan merger atau penggabungan
usaha, bagaimana mengatasi hal yang merugikan. Tidak ada organisasi yang
memiliki sumber daya yang tidak terbatas, maka para penyusun strategi harus
memutuskan strategi alternatif mana yang paling menguntungkan.
18
2. Penerapan Strategi (Strategy Implementation)
Penerapan strategi disebut sebagai tahap aksi dari manajemen strategis.
Penerapan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan,
membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya,
sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan. Menerapkan
strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk melaksanakan strategi
yang telah dirumuskan. Sering kali dianggap sebagai sebagai tahap yang paling sulit
dalam manajemen strategis, penerapan atau implementasi strategi membutuhkan
disiplin, komitmen, dan pengorbanan personal.
Hal penting lainnya yang terkait dengan pelaksanaan strategi (strategy
implementation) yaitu mengembangkan budaya yang mendukung pelaksanaan
strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengarahkan usaha
pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem
informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.
3. Penilaian Strategi (Strategy Evaluation)
Penilaian strategi adalah tahap terakhir dalam manajemen strategis. Evaluasi
strategi merupakan cara utama untuk memperoleh informasi mengenai kapan strategi
tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Semua strategi dapat dimodifikasi di
masa yang akan datang karena faktor internal dan eksternal secara konstan berubah.
Evaluasi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan hari
esok.
Tiga aktivitas penilaian strategi yang mendasar adalah:
1) Peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi
landasan bagi strategi saat ini.
2) Pengukuran kinerja.
3) Pengambilan langkah korektif.
2.3.4 Model Manajemen Strategi Komprehensif
Menurut David (2009) proses manajemen strategi adalah urutan kegiatan
yang harus dilakukan manajemen strategi. Pengenalan dan pemahaman terhadap
proses manajemen strategi merupakan hal yang penting merupakan hal yang penting
19
dalam mempelajari lebih lanjut manajemen strategi, hal ini karena pemahaman
manajemen strategi mengikuti pola untuk kegiatan dalam proses kegiatan manajemen
strategi. Proses manajemen strategi tersebut diaplikasikan ke sebuah model
komprehensif.
Gambar 2.1 Model Manajemen Strategi Komprehensif
Sumber: Buku Manajemen Strategis-Konsep (David, 2009)
Berikut ini adalah keterangan yang menjelaskan komponen-komponen
komprehensif pada gambar 2.1 yaitu sebagai berikut:
1. Aktivitas yang pertama dilakukan adalah merumuskan pernyataan visi dan
misi perusahaan. Visi yang dimiliki oleh perusahaan merupakan suatu citacita tentang keadaan di masa depan yang diingin untuk terwujud oleh seluruh
personnel perusahaan, mulai dari jenjang yang paling atas sampai yang paling
bawah. Cita-cita masa depan yang ada dalam benak pendiri yang kira-kira
mewakili seluruh anggota perusahaan inilah yang disebut Visi. Misi adalah
penjabaran secara tertulis mengenai visi agar visi menjadi mudah dimengerti
bagi seluruh karyawan perusahaan.
Visi (Vision) menurut Wibisono (2006), visi merupakan rangkaian
kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau
perusahaan yang ingin dicapai di masa depan, atau dapat dikatakan bahwa
visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi
juga merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin
20
kelestarian dan kesuksesan jangka panjang. Banyak organisasi dewasa ini
mengembangkan suatu pernyataan visi untuk menjawab pertanyaan.
Menurut David (2009), pernyataan visi untuk menjawab pertanyaan:
“kita ingin menjadi seperti apa?” Mengembangkan pernyataan visi sering kali
dipandang sebagai langkah pertama dari perencanaan strategis, bahkan
mendahului pembuatan pernyataan misi.
Pernyataan visi haruslah singkat, sebaliknya dalam satu kalimat dan
dibuat berdasarkan masukan dari sebanyak mungkin manajer. Visi bisnis
adalah keadaan masa depan suatu organisasi yang mungkin terjadi dan
diinginkan, yang mencakup tujuan-tujuan khusus. Jadi visi adalah cita-cita,
sesuatu yang didambakan untuk menjadi kenyataan di masa yang akan
datang. Pada umumnya setiap perusahaan didirikan dengan visi untuk
menjadi semakin besar di masa yang akan datang, mempunyai banyak
cabang, tersebar banyak di tempat atau wilayah. Visi tersebut harus
disosialisasikan kepada seluruh lapisan karyawan sehingga visi itu menjadi
cita-cita bersama.
Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta
kebutuhan organisasi di masa depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler
yang dikutip oleh Nawawi (2000), visi adalah pernyataan tentang tujuan
organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan,
kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani,
nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan. Visi yang
efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti:
1. Imaginable (dapat di bayangkan),
2. Desirable (menarik),
3. Feasible (layak dan dapat dicapai),
4. Focused ( jelas),
5. Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan),
21
6. Communicable (mudah dipahami).
Visi bagi organisasi atau perusahaan dapat digunakan sebagai:
1. Penyatuan tujuan arah dan sasaran perusahaan,
2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta
pengendaliannya,
3. Pembentuk dan pembangun budaya perusahaan (corporate
culture).
Mengembangkan pernyataan visi sering kali dipandang sebagai
langkah pertama dari perencanaan strategis, bahkan mendahului pembuatan
pernyataan misi.
Pernyataan misi adalah “pernyataan tujuan yang secara jelas
membedakan suatu bisnis dari perusahaan-perusahaan lain yang sejenis.
Sebuah pernyataan misi menunjukkan cakupan operasi perusahaan dalam hal
produk dan pasar.” Pernyataan misi yang jelas melukiskan nilai dan prioritas
dari sebuah organisasi. Mengembangkan sebuah pernyataan misi memaksa
para penyusun strategi untuk berpikir mengenai hakikat dan cakupan operasi
saat ini dan menilai potensi pasar dan aktivitas di masa yang akan datang.
Pernyataan misi secara umum menggambarkan arah masa depan suatu
organisasi.
Menurut David (2004), pernyataan misi harus menjawab pertanyaan,
“Apakah bisnis kita?”. Misi bisnis adalah dasar untuk membuat prioritas,
strategi, rencana, dan penugasan kerja. Misi bisnis merupakan titik awal
untuk merancang struktur managerial. Misi lebih terkait dengan perilaku
masa kini.
2. Langkah berikutnya adalah menganalisis lingkungan eksternal dan internal
perusahaan. Tindakan untuk mengetahui dan menganalisis lingkungan
eksternal menjadi sangat penting karena pada hakikatnya kondisi lingkungan
eksternal berada diluar kendali organisasi. Selain pemahaman kondisi
lingkungan eksternal, pemahaman kondisi lingkungan internal perusahaan
22
secara luas dan mendalam perlu dilakukan. Oleh karena itu, strategi yang
dibuat perlu bersifat konsisten dan realistis sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Sehingga sebelum pihak manajemen menerapkan strategi yang
cocok bagi jalannya perusahaan di masa datang, mereka harus lebih dulu
menganalisis posisi perusahaan saat ini, baik dilihat dari posisi persaingan
dengan usaha sejenis maupun dari faktor kondisi perusahaan sendiri.
Audit Eksternal. Tujuan audit eksternal (external audit) adalah untuk
megembangkan
sebuah
daftar
terbatas
dari
peluang
yang
dapat
menguntungkan sebuah perusahaan dan ancaman yang harus dihindari.
Sebagaimana diisyaratkan dengan daftar lengkap dan menyeluruh dari setiap
faktor yang dapat memengaruhi bisnis, melainkan bertujuan mengidentifikasi
variabel-variabel penting yang menawarkan respons berupa tindakan.
Audit Internal. Audit internal merupakan bagian dari faktor internal.
Kekuatan atau kelemahan internal, ditambah dengan peluang atau ancaman
eksternal dan pernyataan misi yang jelas, memberi landasan untuk
menetapkan tujuan dan strategi (David, 2009).
Tujuan dari audit internal adalah untuk mengembangkan daftar
terbatas kekuatan yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan kelemahan yang
baik diantara para manajer dari semua bidang fungsional dalam bisnis melalui
keterlibatan dalam melaksanakan audit internal manajemen strategis, para
manajer dari keputusan-keputusan di bidang fungsional lainnya dalam
perusahaan.
3. Upaya
pencapaian
tujuan
perusahaan
merupakan
suatu
proses
berkesinambungan yang memerlukan penahapan. Untuk menentukan apakah
suatu tahapan sudah dicapai atau belum diperlukan suatu tolak ukur, misalnya
kurun waktu dan hasil yang ingin dicapai dirumuskan secara jelas.
Menetapkan tujuan jangka panjang.
Menurut David (2009), tujuan-tujuan jangka panjang (long term
objectives) mempresentasikan hasil-hasil yang diharapkan dari pelaksanaan
strategi tertentu. Strategi mempresentasikan berbagai tindakan yang perlu
23
diambil untuk mencapai tujuan jangka panjang. Kerangka waktu bagi tujuan
dan strategi harus konsisten, biasanya berkisar dua sampai lima tahun. Tujuan
adalah penting untuk keberhasilan organisasi sebab mereka menentukan
tujuan, membantu evaluasi, menciptakan sinergi, menunjukkan prioritas,
menekankan koordinasi, dan memberi dasar untuk aktivitas perencanaan yang
efektif, pengorganisasian, alat motivasi, dan pengendalian. Tujuan harus
menantang, terukur, konsisten, masuk akal, dan jelas. Dalam perusahaan
multidimensi, tujuan harus ditetapkan untuk keseluruhan perusahaan dan
untuk masing-masing divisi.
4. Langkah selanjutnya adalah penyusunan dan pemilihan strategi yang harus
dilakukan perusahaan agar dapat bersaing dengan pesaing lainnya.
2.4 Strategi Umum Michael Porter
2.4.1
Strategi Generik
Menurut Porter, strategi memungkinkan organisasi untuk memperoleh
keunggulan kompetitif dari tiga landasan yang berbeda: kepemimpinan biaya,
diferensiasi, dan fokus. Porter menamakan landasan tersebut strategi generik (generic
strategic). Keunggulan atau kepemimpinan biaya (cost leadership) menekankan
produksi produk-produk yang distandardisasi dengan biaya per unit yang sangat
rendah untuk para konsumen yang peka terhadap harga. Terdapat dua tipe alternatif
kepemimpinan biaya.
Lima Strategi Generik Porter:

Tipe 1: Kepemimpinan Biaya – Biaya Rendah
Tipe 1 adalah strategi biaya rendah (low-cost) yang menawarkan produk atau
jasa kepada konsumen pada harga terendah yang tersedia di pasar.

Tipe 2: Kepemimpinan Biaya – Nilai Terbaik
Tipe 2 adalah strategi nilai terbaik (best-value) yang menawarkan produk
atau jasa kepada konsumen pada nilai harga terbaik yang tersedia di pasar;
strategi nilai terbaik bertujuan untuk menawarkan serangkaian produk atau
jasa pada harga yang serendah mungkin dibandingkan dengan produk pesaing
24
dengan atribut serupa. Sasaran (target) strategi tipe 1 maupun 2 adalah pasar
yang besar.

Tipe 3: Diferensiasi
Tipe 3 strategik generik Porter adalah diferensiasi. Pembedaan atau
diferensiasi
(differentiation)
adalah
sebuah
strategi
yang
bertujuan
menghasilkan produk atau jasa yang dianggap unik di industri dan diarahkan
kepada konsumen yang relatif peka terhadap harga.
Fokus (focus) berarti memproduksi produk dan jasa yang memenuhi
kebutuhan sekelompok kecil konsumen. Dua tipe alternatif strategi fokus
adalah Tipe 4 dan Tipe 5.

Tipe 4: Fokus – Biaya Rendah
Tipe 4 adalah strategi fokus biaya rendah (low-cost focus) yang menawarkan
produk atau jasa kepada sekelompok kecil (kelompok ceruk) konsumen pada
harga terendah yang tersedia di pasar.

Tipe 5: Fokus – Nilai Terbaik
Tipe 5 adalah strategi fokus nilai terbaik (best-value focus) yang menawarkan
produk atau jasa kepada sejumlah kecil konsumen dengan nilai harga terbaik
yang tersedia di pasar. Kadang disebut juga “diferensiasi terfokus”, strategi
fokus nilai terbaik bertujuan untuk menawarkan kepada konsumen tertentu
produk atau jasa dengan lebih baik memenuhi selera dan permintaan mereka
dibandingkan produk pesaing. Target (sasaran) strategi Tipe 4 maupun Tipe 5
adalah pasar yang kecil. Perbedaannya adalah bahwa strategi Tipe 4
menawarkan produk atau jasa kepada konsumen tertentu pada harga terendah,
sedangkan Tipe 5 menawarkan produk atau jasa kepada konsumen tertentu
pada harga yang lebih tinggi namun dengan fitur tambahan yang cukup
banyak sehingga tawaran tersebut dianggap memiliki nilai terbaik.
25
Gambar 2.2 Tipe Lima Strategi Generik Porter
2.4.2
Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five-Forces Model)
Menurut Porter seperti yang dikutip David (2009) Model Lima Kekuatan
Porter tentang analisis kompetitif adalah pendekatan yang digunakan secara luas
untuk mengembangkan strategi di banyak industri. Intensitas persaingan antar
perusahaan sangat beragam dari satu industri ke industri lain.
Gambar 2.3 Analisis Kompetitif Model Lima Kekuatan Porter
Sumber: Buku Manajemen Strategis-Konsep (David, 2009)
26
Menurut Porter, hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat dipandang
sebagai perpaduan dari lima kekuatan:
1. Persaingan antar perusahaan sejenis
Persaingan antar perusahaan saingan biasanya merupakan yang paling
hebat dari lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh sebuah
perusahaan dapat berhasil hanya sejauh ia menghasilkan keunggulan
kompetitif atas strategi yang dijalankan perusahaan pesaing. Perubahan dalam
strategi oleh satu perusahaan bisa jadi ditanggapi dengan langkah balasan,
seperti penurunan harga, peningkatan kualitas, penambahan fitur, penyediaan
layanan, perpanjangan garansi, dan pengintensifan iklan.
2. Kemungkinan masuknya pesaing baru
Perusahaan baru kadang masuk ke industri dengan produk berkualitas
lebih tinggi, harga lebih rendah, dan sumber daya pemasaran yang
substansial. Oleh karenanya, tugas penyusun strategi adalah mengidentifikasi
perusahaan-perusahaan baru yang berpotensi masuk ke pasar, memonitor
strategi perusahaan saingan baru, menyerang balik jika diperlukan, dan
memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada. Ketika ancaman perusahaan
baru yang masuk ke pasar kuat, perusahaan yang telah ada umumnya
memperkuat posisi mereka dan mengambil tindakan untuk menghambat
perusahaan baru tersebut, seperti dengan menurunkan harga, memperpanjang
garansi, menambah fitur, atau menawarkan paket-paket pendanaan.
3. Potensi pengembangan produk pengganti
Hadirnya produk-produk pengganti meletakkan batas tertinggi (plafon)
untuk harga yang dapat dibebankan sebelum konsumen beralih ke produk
pengganti. Besarnya tekanan kompetitif yang berasal dari pengembangan
produk pengganti biasanya ditunjukkan oleh rencana pesaing untuk
memperluas kapasitas produksi, selain angka penjualan dan pertumbuhan
laba mereka. Kekuatan kompetitif produk pesaing bisa diukur dengan
penelitian terhadap pangsa pasar yang berhasil diraih produk itu, dan juga
27
dari rencana perusahaan tersebut untuk meningkatkan kapasitas produksi dan
penetrasi pasar.
4. Daya tawar pemasok
Daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu
industri, khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika
hanya terdapat sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika biaya
peralihan ke bahan mentah lain sangat tinggi. Perusahaan mungkin saja
menjalankan strategi integrasi ke belakang untuk memperoleh kontrol atau
kepemilikan dari pemasok. Strategi ini sangat efektif manakala pemasok
tidak dapat dipercaya, terlalu mahal, atau tidak sanggup memenuhi kebutuhan
perusahaan secara konsisten.
5. Daya tawar konsumen
Ketika konsumen berkonsentrasi atau berbelanja atau membeli dalam
volume besar, daya tawar mereka dapat merepresentasikan kekuatan besar
yang memengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. Daya tawar
konsumen menjadi lebih tinggi ketika produk yang dibeli adalah standar atau
tidak terdiferensiasi.
Daya tawar konsumen dapat menjadi kekuatan terpenting yang
memengaruhi keunggulan kompetitif. Konsumen memiliki daya tawar yang
semakin besar dalam kondisi-kondisi berikut:
1. Jika mereka dapat dengan mudah dan murah beralih ke merek atau
pengganti pesaing.
2. Jika mereka menduduki tempat yang sangat penting bagi penjual.
3. Jika penjual menghadapi masalah menurunnya permintaan konsumen.
4. Jika mereka memegang informasi tentang produk, harga, dan biaya
penjual,
5. Jika mereka memegang kendali mengenai apa dan kapan mereka bisa
membeli produk.
28
2.5 Alat Analisis
TAHAP 1: TAHAP INPUT
Matriks Evaluasi
Faktor Eksternal (EFE)
Matriks Profil Kompetitif (CPM)
Matriks Evaluasi Faktor
Internal (IFE)
TAHAP 2: TAHAP PENCOCOKAN
Matriks
KekuatanKelemahan
Peluang-Ancaman
(SWOT)
Matriks Evaluasi
Matriks Boston
Tindakan dan
Consulting
Posisi Strategis
Group
(SPACE)
(BCG)
Matriks
InternalEkternal(IE)
Matriks
Strategi Besar
(Grand
Strategy)
TAHAP 3: TAHAP KEPUTUSAN
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)
Gambar 2.4 Kerangka Analisis Perumusan Strategi
Tahap 1 : Tahap Masukan (Input)
2.5.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Menurut David (2009), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor
Evaluation- EFE Matrix) memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan
mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik,
pemerintahan, hukum, teknologi dan kompetitif.
2.5.2 Matriks Profil Kompetitif (CPM)
Menurut David (2006), Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile
Matrix—CPM) mengidentifikasikan pesaing utama perusahaan serta kekuataan dan
kelemahan mereka dalam hubungannya dengan posisi strategis dari perusahaan.
Contoh, bobot dan total nilai tertimbang untuk CPM dan EFE memiliki arti yang
sama. Tetapi, faktor penentu keberhasilan (critical success factor) dalam CPM
mencakup isu eksternal dan internal. Dengan demikian, peringkat mengacu pada
kekuatan dan kelemahan, dimana 4 = kekuatan utama, 3 = kekuatan minor, 2 =
kelemahan minor, 1 = kelemahan utama.
29
2.5.3
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Menurut David (2009), Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) adalah alat
perumusan strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan dalam
area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta
mengevaluasi hubungan di antara area tersebut. Penilaian intuitif digunakan dalam
pengembangan Matriks IFE, sehingga tampilan ilmiahnya tidak boleh ditafsirkan
sebagai bukti bahwa teknik ini benar-benar tanpa celah. Pemahaman menyeluruh
mengenai faktor-faktor yang tercakup di dalamnya lebih penting daripada angkaangka yang ada.
Tahap 2 : Tahap Pencocokan (Matching Stage)
2.5.4
Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang Ancaman (SWOT)
Menurut David (2009) Matriks SWOT merupakan alat strategi yang penting
dalam membantu manager untuk mengembangkan atau membuat 4 tipe strategi yaitu
Strengths-Opportunities (SO), strategi Weaknesses-Opportunities (WO), strategi
Strengths-Threats (ST), strategi Weaknesses-Threats (WT). Faktor keadaan eksternal
dan keadaan internal perusahaan menjadi faktor kunci yang paling rumit untuk
membuat penilaian terbaik dalam membuat Matriks SWOT. Matriks SWOT terdiri
dari 9 kolom yang terdiri dari 4 faktor kunci, 4 strategi kolom dan 1 kolom dibiarkan
kosong pada kiri atas. 4 strategi kolom kolom diberi judul SO, WO, ST, dan WT
yang kolom-kolom tersebut diisi setelah menyelesaikan 4 faktor kunci (kolom S, W,
O, T).
2.5.5
Matriks Evaluasi Tindakan dan Posisi Strategis (SPACE)
Matriks Evaluasi Posisi dan Tindakan Strategis (Strategic Position and
Action Evaluation—SPACE Matrix) merupakan salah satu alat penting dalam
pencocokan di tahap pencocokan. Kerangka kerja 4 kuadran dalam matriks SPACE
mengindikasikan apakah strategi yang agresif, konservatif, defensif, atau kompetitif
yang paling cocok dengan organisasi tertentu. Sumbu untuk matriks SPACE
mewakili 2 dimensi internal, yaitu Kekuatan Keuangan (Financial Strength—FS)
dan Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage—CA) dan 2 dimensi eksternal,
yaitu Stabilitas Lingkungan (Enviromental Stability—ES) dan Kekuatan Industri
30
(Industrial Strength—IS). Keempat faktor ini adalah penentu yang paling penting
dari keseluruhan posisi strategis organisasi.
2.5.6 Matriks BCG (Boston Consulting Group)
Menurut David (2004) matriks BCG secara grafik menggambarkan perbedaan
antar divisi dalam arti posisi pangsa pasar relatif dan kecepatan pertumbuhan
industri. Matriks BCG membantu organisasi multidivisi mengelola posisinya dengan
meneliti posisi pangsa pasar dan kecepatan pertumbuhan industri masing-masing
divisi relatif terhadap seluruh divisi lain dalam organisasi. Posisi pangsa pasar
relatif di definisikan sebagai rasio dari pangsa pasar divisi dalam industri tertentu
terhadap pangsa pasar yang di pegang oleh perusahaan pesaing terbesar dalam
industri tersebut.
2.5.7 Matriks Internal-Eksternal (IE)
Menurut David (2009) Matriks IE serupa dengan Matriks BCG dalam arti
keduanya menempatkan berbagai divisi dari organisasi di dalam diagram skematis,
sehingga keduanya disebut “matriks portofolio”.
2.5.8 Matriks Strategi Besar (Grand Strategy)
Menurut pendapat David (2009), Matriks Strategi Besar telah menjadi sebuah
alat yang populer untuk merumuskan strategi alternatif. Semua organisasi dapat
diposisikan di salah satu dari empat kuadran strategi Matriks Strategi Besar. Untuk
divisi-divisi suatu perusahaan dapat dilakukan hal yang serupa. Matriks Strategi
Besar didasarkan pada dua dimensi evaluatif: posisi kompetitif dan pertumbuhan
pasar (industri). Strategi yang tepat untuk dipertimbangkan organisasi ditampilkan
dalam urutan daya tarik di setiap kuadran matriks tersebut.
Tahap 3 : Tahap Keputusan (Decision Stage)
2.5.9 Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)
Menurut David (2009), strategi-strategi pemeringkatan untuk mendapatkan
daftar prioritas, hanya ada satu teknik analisis dalam literatur yang dirancang untuk
menentukan daya tarik relatif dari berbagai tindakan aternatif. Teknik tersebut adalah
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning MatrixQSPM), yang menyusun Tahap 3 dari kerangka analisis perumusan strategi. Teknik
31
secara objektif menunjukkan strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan
analisis input dari Tahap 1 dan hasil pencocokan dari analisis Tahap 2 untuk secara
objektif menentukan strategi yang hendak dijalankan di antara strategi-strategi
alternatif. QSPM adalah alat yang memungkinakan para penyusun strategi
mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor
keberhasilan penting eksternal dan internal yang diidentifikasi sebelumnya.
2.6 Jenis Strategi-Strategi Alternatif
Ada beberapa strategi dalam menjalankan bisnis walaupun kita baru terjun,
sedang atau telah menggeluti bisnis untuk memahami situasi pasar yang tidak
menentu. Jenis alternatif strategi terbagi atas 4, yaitu strategi integrasi, strategi
intensif, strategi diversifikasi, dan strategi bertahan. (David, 2009)
1. Strategi-strategi Integrasi (Vertical Integration)
a. Integrasi ke Depan (Forward Integration)
Memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali yang lebih besar
atas distributor atau pengecer. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan
mendapatkan banyak masalah dengan pendistribusian barang atau jasanya,
sehingga mengganggu pendistribusian tersebut dengan sumberdaya yang
dimiliki. Alasan lain, karena distribusi tersebut memiliki prospek yang baik
untuk dimasuki.
b. Integrasi ke Belakang (Backward Integration)
Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok
perusahaan. Strategi ini sangat tepat ketika pemasok perusahaan yang ada
saat ini tidak bisa diandalkan, terlampau mahal, atau tidak mampu memenuhi
kebutuhan perusahaan. Tujuh pedoman tentang kapan integrasi ke belakang
dapat menjadi sebuah strategi yang sangat efektif:
 Ketika pemasok organisasi saat ini menjadi sangat mahal, atau tidak
dapat
diandalkan,
atau tidak mampu memenuhi kebutuhan
perusahaan akan onderdil, komponen, barang rakitan, atau bahan
mentah.
32
 Ketika jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing banyak.
 Ketika industri bersaing di sebuah industri yang berkembang pesat; ini
merupakan faktor karena strategi jenis integratif (ke depan, ke
belakang, dan horizontal) mengurangi kemampuan organisasi untuk
melakukan
diversifikasi
industri
yang
tengah
mengalami
kemerosotan.
 Ketika organisasi memliki baik modal maupun sumber daya manusia
untuk mengelola bisnis pemasokan bahan mentahnya sendiri yang
baru.
 Ketika keuntungan dari harga yang stabil sangat penting; ini menjadi
faktor karena organisasi dapat menstabilkan biaya bahan mentahnya
dan biaya-biaya lain yang terkait dengan produknya melalui integrasi
ke belakang.
 Ketika pemasok saat ini memiliki margin laba yang tinggi, yang
menunjukkan bahwa bisnis pemasokan produk atau jasa di suatu
industri layak untuk dikembangkan.
 Ketika organisasi perlu mengakuisisi atau memperoleh sumber daya
yang dibutuhkannya secara cepat.
c. Integrasi Horizontal (Horizontal Integration)
Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing
perusahaan. Salah satu tren yang paling signifikan dalam manajemen strategis
saat ini adalah meningkatnya penggunaan integrasi horizontal sebagai strategi
pertumbuhan.
Merger,
akuisisi,
dan
pengambilalihan
antar
pesaing
memungkinkan meningkatnya skala ekonomi dan mendorong transfer sumber
daya dan kompetensi. Lima pedoman tentang kapan integrasi horizontal dapat
menjadi sebuah strategi yang sangat efektif:
 Ketika organisasi dapat memperoleh karakteristik monopolistik di
suatu wilayah atau kawasan tertentu tanpa bertentangan dengan
33
aturan pemerintah yang melarang “penguasaan substansial” untuk
menghambat persaingan.
 Ketika organisasi bersaing di sebuah industri yang sedang
berkembang.
 Ketika meningkatnya skala ekonomi memberikan keunggulan
kompetitif yang besar.
 Ketika organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia
yang dibutuhkan untuk mengelola dengan baik organisasi yang
berekspansi.
 Ketika pesaing melemah karena kurangnya keterampilan manajerial
atau kebutuhan akan sumber daya tertentu yang dimiliki sebuah
organisasi; perhatikan bahwa integrasi horizontal tidak akan tepat
jika pesaing mempunyai kinerja buruk, sebab dalam kasus ini
penjualan industri keseluruhan tengah merosot.
2. Strategi-strategi Intensif (Intensive Strategies)
Kelompok
strategi
ini
disebut
sebagai
strategi
intensif
karena
mensyaratkan berbagai upaya yang intensif untuk meningkatkan posisi
kompetitif perusahaan dengan produk yang ada. Kelompok strategi ini meliputi
tiga strategi, yaitu:
a.
Penetrasi Pasar (Market Penetration)
Mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa saat ini di
pasar yang ada sekarang melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih baik.
Strategi ini dijalankan untuk meningkatkan market share dari produk yang
ada saat ini pada pasar yang ada saat ini melalui usaha-usaha pemasaran yang
lebih gencar. Strategi penetrasi pasar paling sering digunakan dan
dikombinasikan dengan strategi lain. Cara melaksanakan strategi penetrasi
pasar dengan mengkombinasikan pemasaran promosi dan harga, yaitu
melalui antara lain menaikkan jumlah tenaga penjualan, meningkatkan
anggaran iklan, menawarkan secara gencar berbagai item promosi penjualan,
34
atau bahkan meningkatkan aktivitas publisitas. Efektivitas strategi penetrasi
pasar tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
- Ketika pasar saat ini belum jenuh dengan produk atau jasa tertentu.
- Tingkat pemakaian pelanggan saat ini dapat digunakan secara
signifikan.
- Market share pesaing turun, tetapi penjualan industri naik.
- Ada korelasi positif signifikan antara kenaikan penjualan dengan
kenaikan biaya pemasaran.
b. Pengembangan Pasar (Market Development)
Memperkenalkan produk atau jasa saat ini pada pasar baru (new market).
Strategi pengembangan pasar ke new market ini dijalankan dengan
memperluas area geografi baru, menambah segmen baru, mengubah dari
bukan pemakai menjadi pemakai, menarik pelanggannya pesaing. Enam
pedoman tentang kapan pengembangan pasar dapat menjadi sebuah strategi
yang sangat efektif:

Ketika saluran-saluran distribusi baru yang tersedia dapat diandalkan,
tidak mahal, dan berkualitas baik.

Ketika organisasi sangat berhasil dalam bisnis yang dijalankannya.

Ketika pasar baru yang belum dikembangkan dan belum jenuh
muncul.

Ketika organisasi mempunyai modal dan sumber daya manusia yang
dibutuhkan untuk mengelola perluasan operasi.

Ketika organisasi memiliki kapasitas produksi yang berlebih.

Ketika industri dasar organisasi dengan cepat berkembang menjadi
global dalam cakupannya.
35
c.
Pengembangan Produk (Product Development)
Merupakan strategi yang dijalankan untuk meningkatkan penjualan
dengan memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini.
Menjalankan strategi ini berarti melibatkan pengeluaran biaya penelitian dan
pengembangan yang besar. Pedoman yang harus dijalankan agar strategi
pengembangan produk efektif adalah antara lain:
- Produk berada pada tahap kedewasaan dari daur hidup produk
- Pesaing menawarkan kualitas produk yang lebih baik pada harga yang
bersaing
- Persaingan yang tajam dalam industri yang sedang bertumbuh pesat
- Kemampuan yang kuat di bidang penelitian dan pengembangan.
3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategies)
Terdapat dua jenis umum strategi-strategi diversifikasi:
a. Diversifikasi Terkait (Related Diversification)
Menambah produk atau jasa yang baru namun masih berkaitan.
Sebagian besar perusahaan memilih strategi diversifikasi yang terkait
untuk memanfaatkan sinergi-sinergi berikut:
 Mentransfer keahlian yang bernilai secara kompetitif, tips dan trik
teknologis, atau kapabilitas lain dari satu bisnis ke bisnis yang lain.
 Memadukan aktivitas-aktivitas terkait dari bisnis yang terpisah ke
dalam satu operasi tunggal untuk mencapai biaya yang lebih rendah.
 Memanfaatkan nama merek yang sudah dikenal luas.
 Kerjasama lintas bisnis untuk menciptakan kekuatan dan kapabilitas
sumber daya yang bernilai secara kompetitif.
b. Diversifikasi Tak Terkait (Unrelated Diversification)
36
Menambah jasa atau produk yang baru namun tidak berkaitan.
Strategi diversifikasi tak terkait lebih memilih portofolio bisnis yang
sanggup memberikan kinerja keuangan yang sangat baik di industrinya
sendiri, alih-alih berupaya memanfaatkan kesesuaian strategis rantai nilai
di antara bisnis. Diversifikasi tak terkait melibatkan usaha untuk mencari
dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang asetnya bernilai rendah,
atau yang secara finansial sedang tertekan, atau yang memiliki prospek
pertumbuhan tinggi namun kekurangan modal investasi. Enam panduan
kapan diversifikasi tak terkait bisa menjadi strategi yang efektif:

Ketika pendapatan yang dihasilkan dari produk atau jasa
perusahaan saat ini akan meningkat secara signifikan dengan
penambahan produk baru, yang tidak berlebihan.

Ketika suatu organisasi bersaing dalam industri yang sangat
kompetitif dan atau tidak tumbuh, seperti diindikasikan oleh hasil
dan margin laba industri yang rendah.

Ketika jalur distribusi organisasi saat ini dapat digunakan untuk
memasarkan produk baru ke pelanggan saat ini.

Ketika produk baru memiliki pola penjualan dengan siklus
terbaik dibandingkan dengan produk perusahaan saat ini.
4. Strategi bertahan (Defensif)
a. Penciutan (Retrenchment)
Penciutan
terjadi
jika
suatu
organisasi
mengelompokkan
ulang
(regrouping) melalui pengurangan kas dan biaya untuk membalikkan
penjualan dan laba yang menurun. Retrenchment didesain untuk memperkuat
kompetensi dasar organisasi yang unik. Selama penciutan, penyusunan
strategi bekerja dengan sumber daya yang terbatas dan menghadapi tekanan
dari pemegang saham, karyawan, media. Penciutan dapat melibatkan
penjualan tanah dan gedung untuk meningkatkan kas, memotong lini produk,
menutup bisnis yang labanya sangat tipis, menutup pabrik yang tua dan kuno,
37
mengotomatisasi proses, mengurangi jumlah karyawan, dan menetapkan
sistem kontrol pengeluaran.
b. Divestasi (Divestiture)
Menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi disebut divestasi.
Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi reterenchment untuk
menyingkirkan bisnis perusahaan
yang tidak menguntungkan, yang
membutuhkan terlalu banyak modal atau yang tidak cocok dengan aktivitas
perusahaan laninya.
c.
Likuidasi (Liquidation)
Menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah atau sepotong-
sepotong untuk nilai rill disebut likuidasi. Likuidasi adalah pengakuan atas
kekalahan, konsekuensinya dapat menjadi strategi yang sulit secara
emosional.
38
2.7 Kerangka Pemikiran
PT. Gema Shafa Marwa
Matriks IFE
Matriks IFE
Matriks EFE
Matriks CPM
Kekuatan dan Kelemahan
Peluang dan Ancaman
Matriks
Matriks
SWOT
IE
Matriks
Grand Strategy
Matriks QSPM
Rekomendasi Strategi Bisnis
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis (2013)
Download