BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:22), Manajemen adalah kegiatan mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan pekerjaan orang lain sehingga kegiatan yang sedang di lakukan selesai secara efektif dan efisien. Efektif dideskripsikan “doing the right things”- melakukan pekerjaan yang akan membantu organisasi mencapai tujuannya. Sedangkan efisiensi mengacu pada pendapatan output secara maksimal dengan input yang minimal. Fungsi manajemen menurut David (2014:190) terdiri atas lima aktivitas pokok: perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penempatan staf, dan pengontrolan. Jadi secara umum menurut serangkaian teori dan pendapat yang telah ada diatas, Manajemen dapat diartikan juga sebagai Proses merencanaka (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengawasi (controlling) kegiatan para anggota organisasi dan menggunakan sumber daya yang ada di dalam organisasi secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. 2.2 Strategi Bisnis 2.2.1 Definisi Strategi Bisnis Menurut david (2014:41), strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Menurut Robbins dan Coulter (2009:1749), strategi bisnis adalah rencana mengenai bagaimana organisasi melakukan apapun yang harus dilakukan agar bisnis dapat bergerak, bagaimana hal itu dapat menciptakan daya saing yang unggul bagi perusahaan, dan bagaimana hal itu dapat menarik dan memuaskan pelanggan, dalam rangka pencapaian tujuan. Berdasarkan teori tersebut, strategi dapat diartikan sebagai sebuah rencana yang dibuat sebuah organisasi dalam melakukan kegiatan bisnis agar tujuan jangka panjang maupun pendek organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai. 2.2.2 Konsep Strategi Bisnis Konsep strategi bisnis saat ini terus menerus mengalami evolusi sehingga menimbulkan adanya banyak variasi mengenai konsep strategi. Konsep yang baik diartikan juga sebagai pencapaian tujuan strategi bisnis itu sendiri. Adapun konsep generik strategi bisnis menurut Porter sendiri adalah: A. Competitive Advantage : Kegiatan spesifik yang dikembangkan perusahaan agar lebih unggul disbanding pesaingnya. Kegiatan bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan perusahaan untuk merebut peluang pasar. Terdapat tiga strategi untuk mencapai keunggulan dalam bersaing, antara lain: Cost Leadership, Ciri dan strategi ini adalah perusahaan lebih memperhitungkan pesaing daripada pelanggan dengan lebih focus kepada harga jual produk yang murah, sehingga biaya produksi, promosi maupun riset dapat ditekan. Diferensiasi, Strategi ini memliki ciri bahwa perusahaan mengambil keputusan untuk membuat suatu produk/jasa yang unggul agar berbeda dengan produk para pesaing Fokus, Ciri dari strategi ini adalah perusahaan berkonsentrasi pada pangsa pasar yang lebih spesifik dan relatif kecil untuk menghindar dari pesaing dengan menggunakan strategi cost leadership atau diferensiasi. B. Distinctive Competence : Tindakan yang dilakukan perusahaan agar perusahaan melakukan kegiatan lebih baik dari para pesaingnya. Perusahaan yang memiliki kekuatan yang tidak mudah ditiru oleh perusahaan pesaing, meliputi keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumber daya. 2.2.3 Jenis Strategi Bisnis Menurut David (2013:167), terdapat 11 tindakan yang dijadikan strategi –strategi alternatif yang dapat digunakan perusahaan. Strategi-strategi Integrasi 1. Integrasi ke Depan (Forward Integration). Integrasi ke depan berkaitan dengan usaha memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau peritel. Pedoman tentang kapan integrasi ke depan dapat menjadi sebuah strategi yang efektif : a) Ketika distributor organisasi saat ini menjadi sangat mahal, atau tidak dapat diandalkan, atau tidak mampu memenuhi kebutuhann distribusi perusahaan. b) Ketika ketersediaan distributor yang berkualitas begitu terbatas untuk menawarkan keunggulan kompetitif bagi perusahaanperusahaan yang melakukan integrasi ke depan. c) Ketika sebuah organisasi berkompetisi di industri yang tengahtumbuh dan diharapkan akan terus berkembang pesat. d) Ketika sebuah organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis baru pendistribusian produk-produknya sendiri. e) Ketika keuntungan dari produksi yang stabil sangat tinggi. f) Ketika distributor atau peritel yang ada saat ini memiliki margin laba yang tinggi. 2. Integrasi ke Belakang (Backward Integration). Integrasi ke belakang adalah strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan. Pedoman tentang kapan integrasi ke belakang dapat menjadi sebuah strategi yang efektif : a) Ketika pemasok organisasi saat ini menjadi sangat mahal, atau tidak dapat diandalkan, atau tidak mampu memenuhi kebutuhan perusahaan. b) Ketika jumlah pemasok sedikit dan jumlah pesaing banyak. c) Ketika industri bersaing di sebuah industri yang berkembang pesat. d) Ketika organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia untuk mengelola bisnis pemasokan bahan mentahnya sendiri yang baru. e) Ketika keuntungan dari harga yang stabil sangat penting. f) Ketika pemasok saat ini memiliki margin laba yang sangat tinggi, yang menunjukkan bahwa bisnis pemasok produk atau jasa di suatu industri kayak untuk dikembangkan. g) Ketika organisasi perlu mengakuisisi atau memperoleh sumber daya yang dibutuhkannya secara cepat. 3. Integrasi Horizontal (Horizontal Integration). Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing. Merger, akuisisi dan pengambil-alihan (takeover) merupakan strategi integrasi horizontal. Pedoman tentang kapan integrasi horizontal dapat menjadi sebuah strategi yang efektif : a) Ketika organisasi dapat memperoleh karakteristik monopolistik di suatu wilayah atau kawasan tertentu tanpa bertentangan dengan aturan pemerintah yang melarang “penguasaan substansial” untuk menghambat persaingan. b) Ketika organisasi bersaing di sebuah industri yang sedang berkembang. c) Ketika meningkatnya skala ekonomi memberikan keunggulan kompetitif yang besar. Ketika organisasi memiliki baik modal maupun sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mengelola dengan baik organisasi yang berekspansi. d) Ketika pesaing melemah karena kurangnya keterampilan manajerial atau kebutuhan sumber daya tertentu yang dimiliki sebuah organisasi. Strategi-strategi Intensif 4. Penetrasi Pasar (Market Penetration). Penetrasi pasar adalah strategi mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa saat ini dan pasar yang ada sekarang melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih baik. Penetrasi pasar berupa penambahan jumlah tenaga penjualan, peningkatan pengeluaran untuk iklan, penawaran produk-produk promosi penjualan secara ekstensif, atau pelipat gandaan upaya pemasaran. Pedoman tentang kapan penetrasi pasar dapat menjadi sebuah strategi yang efektif : a) Ketika pasar saat ini belum jenuh dengan produk dan jasa tertentu. b) Ketika tingkat pemakaian konsumen saat ini dapat dinaikkan secara signifikan. c) Ketika pangsa pasar pesaing utama menurun sementara total penjualan industri meningkat. Ketika korelasi antara pengeluaran penjualan euro dan pemasaran euro secara historis tinggi. d) Ketika meningkatnya skala ekonomi memberikan keunggulan kompetitif yang besar. 5. Pengembangan Pasar (Market Development). Pengembangan pasar meliputi pengenalan produk atau jasa saat ini ke wilayah geografis baru. Pedoman tentang kapan pengembangan pasar dapat menjadi sebuah strategi yang efektif : a) Ketika saluran-saluran distribusi baru yang tersedia dapat diandalkan, tidak mahal dan berkualitas baik. b) Ketika organisasi sangat berhasil dalam bisnis yang dijalankannya. c) Ketika pasar baru yang belum dikembangkan dan belum jenuh muncul. d) Ketika organisasi mempunyai modal dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mengelola perluasan operasi. e) Ketika industri dasar organisasi dengan cepat berkembang menjadi global dalam cakupannya. 6. Pengembangan Produk (Product Development). Pengembangan produk adalah sebuah strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan melalui perbaikan produk atau jasa saat ini atau pengembangan produk atau jasa baru. Pedoman tentang kapan pengembangan produk dapat menjadi sebuah strategi yang efektif : a) Ketika organisasi memiliki produk-produk yang berhasil yang berada di tahap kematangan dari siklus hidup produk. b) Ketika organisasi berkompetisi di industri yang ditandai oleh perkembangan teknologi yang cepat. c) Ketika pesaing utama menawarkan produk berkualitas lebih baik dengan harga “bagus”. d) Ketika organisasi bersaing dalam industri dengan tingkat pertumbuhan tinggi. e) Ketika organisasi memiliki kapabilitas penelitian dan pengembangan yang sangat kuat. Strategi Diversifikasi 7. Diversifikasi Terkait (Related Diversification). Diversifikasi terkait adalah strategi menambah produk atau jasa yang baru namun berkaitan. Pedoman tentang kapan diversifikasi terkait dapat menjadi sebuah strategi yang efektif : a) Ketika organisasi berkompetisi di sebuah industri yang tidak mengalami pertumbuhan atau yang pertumbuhannya lambat. b) Ketika menambahkan produk yang baru namun terkait akan secara siginifikan mendongkrak penjualan saat ini. c) Ketika produk yang baru namun terkait dapat ditawarkan dengan harga yang sangat penting. d) Ketika produk yang baru namun terkait memiliki tingkat penjualan musiman yang dapat mengimbangi puncak dan jurang penjualan yang ada saat ini di perusahaan. e) Ketika produk organisasi yang ada saat ini sedang dalam tahap penurunan dari siklus hidup produk. f) Ketika organisasi memiliki tim manajemen yang kuat. 8. Diversifikasi Tidak Terkait (Unrelated Diversification). Diversifikasi tidak terkait adalah strategi menambah produk atau jasa yang baru namun tidak berkaitan. Pedoman tentang kapan diversifikasi tidak terkait dapat menjadi sebuah strategi yang efektif : a) Ketika pendapatan dari produk atau jasa yang saat ini dimiliki organisasi akan meningkat secara signifikan dengan penambahan produk baru yang tidak terkait. b) Ketika organisasi bersaing di sebuah industri yang sangat kompetitif dan/atau tidak mengalami pertumbuhan sebagaimana diindikasikan oleh margin laba dan pengembalian industri yang rendah. c) Ketika saluran distribusi organisasi saat ini dapat digunakan untuk memasarkan produk-produk baru kepada konsumen yang ada. d) Ketika produk baru memiliki pola penjualan kontrasiklis bila dibandingkan dengan produk organisasi saat ini. e) Ketika industri dasar suatu organisasi mengalami penurunan dalam penjualan dan laba tahunan. f) Ketika organisasi memiliki modal dan talenta manajerial yangdibutuhkan untuk bersaing dengan baik di industri baru. g) Ketika organisasi memiliki peluang untuk membeli bisnis tak terkait yang menarik secara investasi. h) Ketika ada sinergi finansial antara perusahaan yang diakuisisi dan mengakuisisi. i) Ketika pasar yang ada sudah jenuh dengan produk organisasi saat ini. j) Ketika aksi antitrust dapat didakwakan terhadap organisasi yang secara historis telah berkonsentrasi pada satu jenis industri. Strategi Defensif 9. Penciutan (Retrenchment). Penciutan terjadi ketika organisasi melakukan pengelompokan ulang (Regrouping) melalui pengurangan biaya dan asset untuk membalik penjualan dan laba yang menurun. Pedoman tentang kapan penciutan dapat menjadi sebuah strategi yang efektif : a) Ketika sebuah organisasi memiliki kompensasi khusus yang jelas namun gagal untuk secara konsisten memenuhi maksud dan tujuannya dari waktu ke waktu. b) Ketika organisasi merupakan salah satu pesaing terlemah di suatu industri tertentu. c) Ketika organisasi ditandai oleh ketidakefisiensian, profitabilitas yang rendah, semangat kerja karyawan yang buruk dan tekanan dari pemegang saham untuk memperbaiki kinerja organisasi. d) Ketika organisasi gagal untuk memanfaatkan peluang eksternal, meminimalkan ancaman eksternal, mengambil keuntungan dari kekuatan internal, dan mengatasi kelemahan internal dari waktu ke waktu. e) Ketika organisasi tumbuh membesar terlampau cepat sehingga reorganisasi internal besar-besaran dibutuhkan. 10. Divestasi (Divestiture). Divestasi adalah penjualan suatu divisi atau bagian dari sebuah organisasi. Pedoman tentang kapan divestasi dapat menjadi sebuah strategi yang efektif: a) Ketika sebuah organisasi menjalankan strategi penciutan dan gagal untuk mencapai perbaikan yang diperlukan. b) Ketika suatu divisi membutuhkan lebih banyak sumber daya agar lebih kompetitif dari yang dapat disediakan oleh perusahaan. c) Ketika suatu divisi bertanggung jawab keseluruhan organisasi yang buruk. terhadap kinerja d) Ketika suatu divisi tidak mampu menyesuaikan diri dengan bagian organisasi yang lain. e) Ketika sejumlah besar dana dibutuhkan dalam waktu dekat dan tidak dapat diperoleh dengan cara lain. f) Ketika tindakan antitrust pemerintah mengancam sebuah organisasi. 11. Likuidasi (Liquidation). Likuidasi adalah penjualan seluruh asset perusahaan, secara terpisahpisah, untuk kekayaan berwujudnya. Pedoman tentang kapan likuidasi dapat menjadi sebuah strategi yang efektif: a) Ketika sebuah organisasi sudah menjalankan strategi penciutan dan divestasi, namun tak satupun berhasil. b) Ketika satu-satunya alternatif suatu organisasi adalah menyatakan diri bangkrut. c) Ketika pemegang saham perusahaan dapat meminimalkan kerugian mereka dengan menjual aset organisasi. 2.3 Manajemen strategis 2.3.1 Definisi Manajemen Strategis Menurut David (2013:35), manajemen strategis didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-funsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Tujuan manajemen strategis adalah untuk mengekploitasi serta menciptakan berbagai peluang yang berbeda untuk esok; perencanaan jangka panjang, sebaliknya, berusaha untuk mengoptimalkan tren-tren dewasa ini. Menurut Robbins dan Coulter (2009:179), manajemen strategis adalah apa yang dilakukan manajer untuk mengembangkan strategi organisasi. Manajemen strategis pada dasarnya mengacu pada kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan dan mencapai keunggulan kompetitif. Dapat disimpulkan manajemen strategis sebagai suatu cara dan ilmu untuk membentuk, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan antar fungsi suatu organisasi untuk mencapai keberhasilan organisasional. 2.3.2 Manfaat Manajemen Strategis Menurut David (2013:45), manajemen strategis memungkinkan sebuah organisasi untuk lebih produktif alih-alih reaktif dalam membangun masa depannya; manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk mengarahkan dan mempengaruhi (alih-alih sekedar memberikan respon pada) berbagai aktivitas dan dengan demikian mengontrol takdirnya sendiri. Secara historis, manfaat utama dari manajemen strategis untuk membantu organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis dan rasional. Satu tujuan utamanya adalah proses untuk mencapai pemahaman dan komitmen dari semua manajer dan karyawan. Manfaat lain dibagi menjadi dua, yaitu: A. Manfaat Finansial Bisnis yang menggunakan konsep manajemen strategis terjadi peningkatan dari sisi penjualan, keuntungan dan produktivitasnya dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan. Riset menunjukkan bahwa organisasi yang menggunakan konsep-konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil daripada yang tidak. Perusahaan-perusahaan dengan sistem perencanaan yang mengadopsi teori manajemen strategis, biasanya, menunjukkan kinerja keuangan jangka panjang yang lebih baik relatif terhadap industri mereka. B. Manfaat Non-Finansial Manajemen strategis memberikan manfaat bagi perusahaan dalam meningkatnya kesadaran akan ancaman eksternal, membaiknya pemahaman akan strategi pesaing, naiknya produktivitas karyawan, menurunnya resistensi pada perubahan, dan pemahaman yang lebih jelas akan relasi kerja-imbalan. Manajemen strategis meningkatkan kapabilitas pencegahan persoalan organisasi sebab ia mendorong interaksi antar manajer di semua level divisional dan level fungisional. Gambar 2. 1 Model Proses Manajemen Bisnis Sumber : Fred.R.David (2009) 2.3.3 Model Proses Manajemen Strategis Menurut David (2013:35), Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahap, yaitu: Formulasi strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi. Tahap Formulasi Karena sumber daya yang terbatas, perusahaan harus secara cermat memilih langkah strategi yang menghasilkan keuntungan dan mafaat yang paling besar. Perumusan strategi merupakan kombinasi dari orientasi terhadap perspektif masa depan dengan keadaan eksternal maupun keadaan internal perusahaan saat ini. Tahapan perumusan strategi terdiri dari beberapa tahap, yaitu : a) Pengembangan Visi & Misi b) Identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi c) Identifikasi kekuatan dan kelemahan internal d) Penetapan tujuan jangka panjang e) Pencarian strategi-strategi alternatif f) Pemilihan strategi untuk mencapai tujuan Tahap Implementasi Merupakan tahap pelaksanaan dari strategi formulasi yang sudah di terapkan sebelumnya. Tantangan yang dihadapi adalah menstimulasi pihak manajemen dan karyawan untuk dapat bekerjasama dengan baik dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya, melalui : a) Menetapkan tujuan tahunan b) Membuat, menetapkan, dan meninjau ulang kebijakan perusahaan terhadap kebijakan yang telah diterapkan c) Memotivasi karyawan d) Mengalokasikan sumber daya secara tepat Tahap Evaluasi Ini adalah tahapan terakhir dalam manajemen strategis. Manajer harus tahu kapan ketika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik: Penilaian atau evaluasi strategi adalah cara paling penting untk meperoleh informasi ini. Tiga aktivitas penilaian strategi adalah : a) Meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi b) Pengukuran kinerja c) Pengembalian langkah korektif 2.3.4 Pengertian Lingkungan Eksternal Menurut David (2013:110), kekuatan-kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima katagori luas : Kekuatan ekonomi Kekuatan sosial, budaya, demografi, dan lingkungan Kekuatan politik, pemerintahan dan hukum Kekuatan teknologi Kekuatan kompetitif Audit eksternal fokus terhadap upaya identifikasi dan evaluasi trend an kejadian yang berada diluar kendali perusahaan. Tujuan dilakukan audit eksternal adalah untuk mengembangkan sebuah daftar dari peluang yang dapat menguntungkan pihak perusahaan dan ancaman yang harus diatasi. Sebelum melakukan audit eksternal perusahaan harus memiliki informasi dan tren yang sedang berlangsung seperti tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hokum, dan teknologi. 2.3.5 Pengertian Lingkungan Internal Audit Internal fokus terhadap pengidentifikasi dan evaluasi untuk memahami kekuatan dan kelemahan perusahaan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. Proses melakukan audit internal memberikan kesempatan lebih luas bagi para partisipan untuk memahami bagaimana pekerjaan, departemen dan divisi mereka dapat berfungsi secara tepat dalam organisasi secara keseluruhan. Audit internal membutuhkan pengumpulan dan pemaduan informasi mengenai manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan serta operasi sistem informasi manajamen perusahaan. 2.4 Analisis Kompetitif: Model Lima Kekuatan Porter Gambar 2. 2 Model Lima Kekuatan Porter Sumber: Fred.R.David (2009) Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five-Forces Model) adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi di banyak industri. Intensitas persaingan antarperusahaan sangat beragam dari satu industri ke industri lainnya. Menurut Porter, hakikat persaingan di suatu indsutri tertentu dapat dipandang sebagai perpanduan dari lima kekuatan: persaingan antar perusahaan, masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk-produk pengganti, daya tawar pemasok dan daya tawar konsumen. Model Lima Kekuatan Porter meliputi : a) Persaingan antar perusahaan Persaingan merupakan model terkuat dari lima kekuatan kompetitif lainnya. Strategi yang dijalan oleh sebuah perusahaan dapat berhasil hanya bila perusahaan menghasilkan keunggulan kompetitif atas perusahaan pesaing b) Potensi masuknya pesaing baru Pasar dengan keadaan yang kondusif dan potensial dapat menarik datangnya banyak pesaing-pesaing baru. Hal ini dapat menyebapkan penurunan profitabilitas perusahaan, maka dari itu perusahaan dituntutu mampu menghadapi ini c) Potensi pengembangan produk pengganti Di banyak industri, perusahaan berkompetisi ketat dengan produsen produk-produk pengganti yang bermunculan di industri lain. Besarnya tekanan kompetitif yang berasl dari pengembangan produk pengganti ditunjukan oleh strategi pesaing untuk memperluas kapasitas produksi, angka penjualan, dan pertumbuhan laba. d) Daya tawar pemasok Daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri, khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika hanya terdapat sedikit pemasok. e) Daya tawar konsumen Daya tawar pembeli juga digambarkan sebagai kemampuan pelanggan untuk mempengaruhi perusahaan, dan sensitivitas pelanggan terhadp perubahan harga. 2.5 Analisis SWOT Penerapan SWOT pada suatu perusahaan bertujuan untuk memberikan panduan agar perushaan menjadi lebih fokus. Dengan adanya analisa SWOT tersebut nantinya akan dijadikan alat perbandingan dari berbagai sudut pandang. Analisis SWOT meliputi: Strength (Kekuatan) Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan – keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan merupakan kompetensi khusus (Distinctive Competence) yang memberikan keunggulan komperatif bagi perusahaan dipasar. Kekuatan ini dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan di pasar, hubungan pembeli-pemasok dan faktor- faktor lainnya. Weakness (Kelemahan) Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, ketrampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Opportunity (Kesempatan) Peluang adalah situasi penting yang menguntungan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang. Peluang perusahaan dapat berupa identifikasi segmen pasar yang awalnya terabaikan, perubahaan pada persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok. Threat (Ancaman) Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi perusahaan sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya tawar menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi, serta peraturan baru atau direvisi dapat menjadi ancaman bagi perusahaan. 2.6 Analisis Matriks SWOT Menurut David (2013:206), analisis matriks strength, weakness, opportunity, dan threats adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi: strategi SO (kekuatan-peluang), strategi WO (kelemahan-peluang), strategi ST (kekuatan-ancaman), dan strategi WT (kelemahan-ancaman). Strategi SO Memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Strategi WO Bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Strategi ST Menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT Adalah adalah taktik difensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. 2.7 Kerangka Formulasi Strategi Input Stage (Tahap Masukan) Tahap ini merupakan tahap mengumpulkan data dan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Di dalamnya terdapat prosedur-prosedur untuk mengembangkan matriks IFE, matriks EFE, dan CPM. Alat-alat input digunakan untuk mengukur subjektivitas selama tahap awal proses perumusan strategi. Matching Stage (Tahap Pencocokan) Di tahap pencocokan, dilakukan identifikasi sejumlah alternatif strategi dengan mencocokkan informasi input yang berupa faktor eksternal dan internal. Dalam tahap ini terdapat tiga teknik yang dapat digunakan, yaitu: Matriks SWOT, Matriks SPACE, IE dan Matriks Grand Strategy. Alatalat ini bergantung pada informasi yang diperoleh dari tahap input untuk memadukan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Decision Stage (Tahap Keputusan) Pada tahap pengambilan keputusan ini menggunakan satu teknik, yaitu Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM). QSPM merupakan teknik yang secara objektif dapat menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan. Maka itu analisis ini memberikan dasar untuk membuat keputusan perumusan strategi yang spesifik. 2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian dimulai dari perusahaan yang akan diteliti yaitu Garam Productions untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk melakukan analisis Lima Kekuatan Porter dan mengetahaui kondisi perusahaan. Informasi Faktor internal perusahaan, kekuatan dan kelemahan perusahaan, didapat melalui wawancara kepada pihak internal perusahaan. Sedangkan faktor eksternal, peluang dan ancaman perusahaan, diperoleh melalui internet, media, dan wawancara. Setelah mengetahui faktor Internal dan Eksternal perusahaan, maka masuk pada tahap pemasukan, disini data diolah dengan menggunakan matriks IFE dan EFE. Pengisian bobot dan rating dilakukan dengan memberikan kuesioner pada pihak perusahaan bgitu juda dengan matris CPM. Pada tahap pencocokan dengan menggunakan matriks SWOT, SPACE, IE dan Grand Strategy. Pada tahap akhir atau tahap keputusan digunakan QSPM yang bertujuan untuk menganalisis alternatif strategi yang telah di dapat dari tahap sebelumnya. Hasil QSPM akan menjadi alternatif rekomendasi strategi yang paling menarik untuk di terapkan pada perusahaan. Pada penelitian ini tidak menggunakan BCG dan matriks IE karena perusahaan tidak bersifat multidivisional. Garam Productions Porter Five Forces Matriks IFE Matriks CPM Matriks EFE Matriks SWOT Matriks SPACE Matriks GS Matriks IE Matriks QSPM Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran Sumber: Fred.R.David (2009)