MODUL PERKULIAHAN SEMINAR MARCOMM BAB II Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Periklanan Tatap Muka 04 43046 Tri Diah Cahyowati, M.Si Kompetensi setelah membaca modul ini, Setelah membaca modul ini, Anda diharapkan dapat: membuat Bab II 1 Disusun Oleh Abstract anda akan dapat memahami ‘13 Kode MK Seminar marcomms Tri Diah Cahyowati •Membuat Bab II Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Sebagai Salah Satu Aktivitas Pemasaran Komunikasi pada dasarnya merupakan bagian terpenting dari terjalinnya hubungan antara pemasar dengan konsumen dalam koridor pemasaran. Hubungan antara perusahaan dengan pelanggan (customer relationship) dapat didefinisikan sebagai serangkaian interaksi yang berulang-ulang yang jika dilakukan dengan benar, semakin lama akan semakin berakumulasi di dalam ingatan positif dari pengalaman-pengalaman seseorang dengan suatu produk atau jasa -atau bahkan lebih baik lagi, dengan perusahaan secara keseluruhan1. Kegiatan pemasaran yang dilakukan juga berhubungan dengan tujuan komunikasi dalam pemasaran, apakah sang pemasar menginginkan tanggapan pasar secara; cognitive, affective, atau behavioral (perilaku) terhadap produk yang ditawarkan. Kegiatan pemasaran oleh pemasar kepada konsumen juga berkaitan dengan apa yang akan dikomunikasikan oleh pemasar, kepada siapa komunikasi ditujukan, dan seberapa sering komunikasi dilakukan2. Dengan demikian setiap pemasar tidak dapat menghindari peran komunikasi apabila ingin kegiatan pemasaran yang dilakukan berhasil. Komunikasi dalam pemasaran yang sampai kini banyak digunakan oleh para pemasar adalah komunikasi satu arah yang disebarkan secara massal. Namun pemasar mulai menyadari bahwa komunikasi pemasaran yang dijalankan satu arah untuk ke semua orang tidak lagi cukup efektif. Bahkan direct marketing yang melakukan komunikasi secara one to one juga belum mampu memenuhi ekspektasi pelanggan. Ini dikarenakan komunikasi direct marketing yang bersifat satu arah. Komunikasi one to one marketing yang berlangsung secara dua arah lebih mampu memenuhi ekspektasi pelanggan, yang mendambakan sentuhan pelayanan personal. Dengan one to one marketing, 1 Jeff Zabin & Gresh Brebach, Precision Marketing, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2006, hal.10 2 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran 2, Edisi Millenium, Jakarta, Prenhallindo, 2002, hal.626 ‘13 7 Seminar marcomms Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perusahaan mewujudkan secara nyata hubungan dengan pelanggan mereka. Dan diharapkan terjadi hubungan saling menguntungkan diantara mereka. Pendekatan one to one mencoba memperlakukan setiap pelanggan terpilih secara individu, secara unik mengerti kebutuhan mereka, membangun dialog yang personal, dan menciptakan solusi yang personal untuk mereka; kemudian perusahaan dapat menetapkan harga premium dan memperoleh loyalitas mereka. Tingkat pengembalian kemudian diukur berdasarkan life time value daripada penjualan jangka pendek. Sudah tentu, hal ini sulit dilakukan di mass-markte3. Karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi, bila dilihat dari teori konseptual komunikasi, pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi tentang komunikasi antarpribadi.4 Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.5 Karakteristik dari komunikasi antarpribadi adalah bersifat transaksional, dimana tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak menyampaikan dan menerima pesan. Komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses yang dinamis yang secara sinambung mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap pihak dianggap sumber dan sekaligus penerima pesan.6 Karakteristik lain dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Maksudnya komunikasi antarpribadi tidak hanya berkenaan dengan isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan partner tersebut.7 Salah satu proses pengembangan hubungan yang dipelajari secara luas adalah Social Penetration atau Penetrasi Sosial dimana hubungan menjadi semakin intim seiring berjalannya waktu saat rekan komunikasi semakin membuka diri atas informasi 3 Peter Fisk, Marketing Genius, Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2007, hal.304 4 S.Djuarsa Sendjaja, Terbuka, 2002, hal.2.1 Ibid. hal.2.41 5 6 7 ‘13 Ph.D., Dkk, Materi Pokok Teori Komunikasi; 1-9, Jakarta, Deddy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, 2001, hal. 68 Sendjaja, OpChit., hal.2.41 8 Seminar marcomms Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Universitas 9 tentang dirinya. Gerald Miller mendefinisikan komunikasi antarpribadi di dalam Penetrasi Sosial. "The more communicators know each other as persons, the more of an interpersonal character their communication takes on. The less they know each other as persons, the more impersonal that communication. Interpersonal communication is therefore the very process of social penetration.”8 Menurut teori dari Irwin Altman and Dalmas Taylor, sejalan dengan berkembangnya hubungan, komunikasi berubah dari relatif dangkal, tidak intim menjadi lebih dalam, dan semakin personal.9 Arthur VanLear menyatakan bahwa penetrasi sosial merupakan proses dialektika dan cyclical (terus berputar). Merupakan proses dialektika karena berhubungan dengan manajemen ketegangan diantara kedua belah pihak. Dan Cyclical, karena berjalan dengan peredaran maju dan mundur.10 Lalu dengan teori Social Exchange, Thibaut dan Kelley, mengemukakan bahwa orang mengevaluasi hubungannya dengan orang lain. Dengan mempertimbangkan konsekuensinya, khususnya terhadap ganjaran yang diperoleh dan upaya yang telah dilakukan, orang akan memutuskan untuk tetap tinggal dalam hubungan tersebut atau meninggalkannya (mempertahankan atau mengakhiri hubungan).11 Sedangkan Roloff (1981) mengemukakan bahwa asumsi tentang perhitungan antara ganjaran dan upaya (untung-rugi) tidak berarti bahwa orang selalu berusaha untuk saling mengeksploitasi, tetapi bahwa orang lebih memilih lingkungan dan hubungan yang dapat memberikan hasil yang diinginkannya. Tentunya kepentingan masing-masing orang akan dapat dipertemukan untuk dapat saling memuaskan daripada mengarah pada hubungan yang eksploitatif. Hubungan yang ideal akan terjadi bilamana kedua belah pihak dapat saling memberikan cukup keuntungan sehingga hubungan tersebut menjadi sumber yang dapat diandalkan bagi kepuasan kedua belah pihak.12 2.2. Customer Retention Marketing Customer Retention Marketing (CRM) adalah pemasaran yang berbasiskan pada pelanggan. Customer Retention Marketing mengolah database pelanggan dan 8 Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication-6th ed, Wadsworth Publishing Company, 1999, hal.266 9 Ibid Ibid, hal. 267 Sendjaja, Op.Chit., hal.2.43 Ibid, hal. 2.44 10 11 12 ‘13 9 Seminar Marcomm Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 10 memanfaatkannya untuk memuaskan para pelanggan yang pada akhirnya akan membawa keuntungan bagi perusahaan atau produsen. CRM, dimana perusahaan berusaha memuaskan pelanggan dengan menawarkan berbagai macam keuntungan untuk membuat pelanggan datang kembali dan melakukan pembelian berulang dengan perusahaan yang sama13. CRM dikembangkan lewat software yang sistemnya dibuat untuk membangun hubungan yang didasarkan pada orang, emosi dan empati. Sistem semacam ini memiliki tujuan yang nyata, efektif dalam mengatur data pelanggan dan menciptakan strategi direct marketing dan kontak yang akurat14. CRM antara lain didukung oleh pandangan umum yang disetujui secara luas, yaitu : "Sangatjauh lebih mudah (dan murah) untuk menjual lebih banyak kepada para pelanggan yang sekarang daripada menjual kepada para pelanggan baru"151 Garis besar aktivitasnya adalah mempertahankan pelanggan dan mengubah pelanggan yang sudah ada menjadi pelanggan yang lebih baik. Mengurangi atau mencegah direbutnya pelanggan dan mendukung biaya-biaya sekaligus memperbaiki produktivitas secara menyeluruh atas pengeluaran pemasaran. Tujuan dari CRM adalah mengenal konsumen terbaik dan mempercayainya dengan meningkatkan pemahaman perusahaan akan kebutuhan mereka sebagai individu, memenuhi harapan akan kebutuhan mereka sebagai individu, memenuhi harapan akan kebutuhan mereka terhadap perusahaan, dan membuat kehidupan konsumen berubah.16 Dengan CRM juga tercapai efisiensi dan efektivitas yang dapat digunakan oleh sebuah perusahaan untuk menarik, mempertahankan, dan meningkatkan pelangganpelanggan mereka yang paling menguntungkan.17 Efisiensi artinya melakukan segala sesuatu dengan lebih baik, antara lain penghematan biaya, yang menjadi pertimbangan penting dalam ekonomi yang melempem. Efektivitas artinya melakukan hal yang benar (doing the right thing), atau merumuskan semua bagian dalam proses pemasaran, yang akhirnya mengarah pada sumber-sumber pendapatan dan profitabilitas baru.18 Bentuk efektivitas, antara lain, penggunaan teknikteknik atau program-program baru dalam menarik lebih banyak nilai dari pelanggan yang sudah ada dan mempertahankan mereka. 13 14 15 16 17 18 ‘13 William G Zikmund, Raymond McLeod, Faye W Gilbert, Customer Relationship ManagementIntegrating Marketing Strategy and Technology, John Wiley & Son Inc, 2003 Fisk, Op.Chit., hal.306 Murray Raphael, Neil Raphael, dan Janis S.Raye, Winning Customer Loyalty, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal.8 Drs. Amin Widjaja Tunggal, Ak. MBA, Dasar-dasar Customer Relationship Management, Harvarindo, 2008, hal.46 Zabin Brebach, Op.Chit., hal.11 Ibid, hal. 13 10 Seminar Marcomm Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 11 Sebagian besar bisnis menghabiskan dana yang sangat besar dari anggaran pengiklanan untuk menarik pelanggan baru. Mereka terlalu banyak menghamburkan uang untuk para pelanggan baru. Sebenarnya, bisnis rata-rata mengeluarkan lima kali lipat waktu dan biaya untuk menarik pelanggan baru dibandingkan jika mengiklankan produk mereka ke para pelanggan yang mereka miliki. Ternyata, dari penelitian yang dilakukan oleh ahli loyalty marketing, Brian Woolf menunjukkan bahwa hanya 1% dari pelanggan baru menjadi pelanggan terbaik dalam setahun. Pengiklanan pada para pelanggan yang ada biayanya sangat efektif. Promosi yang ditujukan pada pelanggan yang ada sekarang ratarata 5 kali lebih produktif dibanding promosi yang ditujukan pada pelanggan baru19. Di sini CRM menjadi berfungsi dalam efektivitas dan efisiensi program pemasaran. Namun CRM tidak dapat berjalan sendiri dalam memajukan suatu bisnis, tetap diperlukan pemasaran massal yang digunakan secara seimbang, untuk mendorong minat awal pelanggan baru. Baru kemudian dilanjutkan dengan penjualan dan program retensi untuk mempertahankan pelanggan. Hermawan Kartajaya pada bukunya Boosting Loyalty Marketing Performance (2007) memaparkan model loyalitas pelanggannya yang dinamakan Locking Loyalty (L2). Yaitu sebuah operating model yang membantu perusahan untuk mengunci pelanggan agar tidak pindah ke pesaing, tetap puas, dan loyal pada produk20. Dimana pengelolaan loyalitas pelanggan ditentukan sejak awal dimana pelanggan bahkan belum mengonsumsi produk yang ditawarkan. Locking Loyalty terdiri dari tiga (3) elemen: pada elemen pertama terdapat enam tahapan loyalitas, yakni: suspect, prospect, first time buyer, repeat customer, loyal client sampai spiritual advocacy. Elemen kedua adalah pergerakan tingkat relationship pelanggan dari sejak pengenalan (awareness), tertarik (attraction) kemudian membeli (transaction). Dengan semakin meningkatnya kepercayaan pelanggan terhadap produk, terciptalah hubungan yang lebih daripada sekedar transaksi, yakni relationship, partnership, lalu yang paling tinggi; ownership. Elemen ketiga yang paling penting adalah disiplin eksekusi yang harus dilakukan perusahaan pada setiap tahapan agar loyalitas yang terbentuk maksimal (sampai pada tingkatan tertinggi, spritual advocacy) 19 20 ‘13 Raphael, Raphael, dan Raye, Op.Chit., hal.41 Hermawan Kertajaya, Boosting Loyalty Marketing Performance, Bandung, Mizan, 2007, hal.48 11 Seminar Marcomm Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 12 Gambar 1. Model Locking Loyalty: Strategi dan Taktik21 21 Ibid, hal 49 ‘13 12 Seminar Marcomm Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 13 ‘13 13 Seminar Marcomm Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id