119 BAB VII FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA Mempelajari bahasa kedua (Inggris) akan dipengaruhi oleh bahasa pertama (L1) sesuai dengan yang dikemukakan oleh Krasen (1983) bahwa siswa memperoleh bahasa kedua (L2) dengan menerima masukan (input) dari pesan yang disampaikan dan dan dipahami maknanya. Penguasaan suatu bahasa tergantung dari pemahaman siswa terhadap bahasa, karena bahasa pertama (L1) berperan dalam menguasai bahasa kedua (L2). Pemerolehan bahasa kedua (bahasa Inggris) melalui proses pembelajaran akan dipengaruhi oleh memori, attention, insight, organizations of idea, dan information processing. Proses pembelajaran dilakukan antar guru dan siswa yang saling memengaruhi untuk ketuntasan pembelajaran. Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi siswa dalam membuat kalimat bermakna, peneliti akan menyajikan peran guru terhadap siswa, siswa dalam proses pembelajaran, dan pendekatan secara natural. 7.1 Peran Guru terhadap Siswa Pembelajaran yang diberikan oleh guru terhadap siswa bertujuan untuk pencapaian ketuntasan peserta didik. Kompetensi dasar yang merupakan titik tolak yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2004 diberlakukan sesuai dengan PP Nomor 22 tahun 2006. Guru harus pandai dalam memilih bahan ajar, mengatur waktu dalam memberikan materi, sarana dan prasarana serta kemampuan guru dalam memberikan materi. Dalam konteks tersebut kedua informan (guru SDN 8 dan guru RSDBI Muh. 2) menyatakan hal yang sama: 120 “bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap siswa melalui pembelajaran yang menyenangkan dengan metode ceramah atau bercerita memakai maskot boneka, tanya jawab, memberikan games, dan kuis. Bahan ajar yang digunakan harus mengandung fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Fakta dapat dipelajari melalui bentuk lambang, kata-kata atau kalimat. Konsep yang berhubungan secara fungsional sehingga dapat merangsang siswa dalam mengklasifikasikan bentuk atau pola secara bersamaan. Sedangkan keterampilan merupakan kegiatan dalam meniru informasi yang telah dipelajari”. Ungkapan kedua guru tersebut di atas menggambarkan bahwa memahami kalimat dan menghasilkan kalimat siswa harus mengamati hubungan fungsional kata dalam kalimat dan menggolongkannya berdasarkan kategori kata sehingga siswa bisa membedakan fungsi kata dalam kalimat dan memahami tuturan yang didengar. Fenomena tersebut sesuai dengan pendapat Menyuk (1972: 24) bahwa unsur kalimat setiap kata memiliki fungsi yang saling berhubungan berdasarkan kategori kata yaitu subyek (frasa nominal), predikat (frasa verba), dan obyek (frasa nominal dari frasa verba). Nomina dan verba menetapkan aturan sesuai fungsinya dalam kalimat. Waktu yang digunakan dalam pembelajaran satu minggu 2 x 35 menit dalam satu bulan 8 kali pertemuan dan diharapkan dalam 6 bulan kompetensi dasar sudah tuntas. Guru harus pintar mengatur waktu secara efektif untuk mencapai ketuntasan. Kendala ini sering muncul pada saat guru berhalangan hadir karena sakit, penataran, libur upacara keagamaan. Dari hasil wawancara dari kedua guru sekolah dasar tersebut, mereka mempunyai pendapat yang sama. Mereka mengatakan: “Bila kami berhalangan hadir, kami berikan tugas, dan hasil dari tugas tersebut akan dibahas pada saat pertemuan selanjutnya”. Sarana yang dipakai siswa untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar adalah buku paket, lembar kerja siswa (LKS), kamus, dan alat peraga. SD Negeri 8 menggunakan buku paket Beginners penerbit PT Airlanga, LKS menggunakan Bunga Rampai, kamus bergambar dan alat peraga atau media yang digunakan flash card. Sesuai dengan informasi dari guru SDN 8 dan guru RSDBI Muhammadiyah 2, diperoleh keterangan yang berikut. 121 “buku yang digunakan adalah buku paket, Beginners penerbit PT Airlangga dan lembar kerja siswa (LKS) menggunakan Bunga Rampai, kamus bergambar, dan alat peraga atau media yang digunakan flast card, papan vocab, wall map”. Prasarana yang digunakan SDN 8 dan RSDBI Muhammadiyah 2 sebagai penunjang proses pembelajaran, yaitu ruang kelas yang memadai, perpustakaan, dan majalah dinding. RSDBI Muhammadiyah 2 memiliki satu ruang perpustakaan, buku- buku bahasa Inggris diletakkan di tempat tersendiri dan diberi label nama English Corner. Informasi dari guru RSDBI Muhammadiyah 2 dipaparkan berikut ini: “laboratorium bahasa yang saya gunakan untuk praktik pembelajaran dua kali dalam sebulan untuk setiap kelas , karena jumlah siswa kelas VI saat ini melebihi kapasitas yaitu 45 siswa sedangkan ruang laboratorium hanya tersedia 30 perangkat komputer. Hal ini saya lakukan untuk mengatasi kurangnya perangkat komputer dan memperkecil terjadinya kerusakan di laboratorium”. Dari ungkapan di atas laboratorium merupakan sarana yang sangat penting dalam proses pembelajaran, siswa langsung praktek secara verbal dan visual dan dapat meningkatkan respons serta pemahaman siswa dari materi yang disajikan. Dengan adanya laboratorium siswa sangat senang dan berminat untuk belajar bahasa Inggris. Jumlah siswa dari satu kelas melebihi jumlah perangkat komputer sehingga banyak siswa yang berdiri atau duduk di bawah. Jumlah siswa yang melebihi kapasitas laboratorium membuat siswa tidak nyaman dan melakukan hal – hal yang akan merusak peralatan dalam ruangan tersebut, misalnya menekan tombol yang tidak seharusnya dilakukan dan dapat merusak sistem perangkat komputer, mendorong teman yang dapat mengakibatkan meja komputer jatuh. Kesadaran siswa dalam menjaga investaris sekolah sangat kurang, yang mengakibatkan penyajian materi melalui laboratorium diminimalkan. Hal ini dilakukan sebagai tanggungjawab guru dalam menjaga investaris sekolah (laboratorium). 122 Guru RSDBI Muhammadiyah 2 melanjutkan penuturannya: “materi yang saya berikan di laboratorium bahasa adalah listening dan menonton televisi tentang pembelajaran conversation, dalam bentuk film berupa kartun. Majalah dinding berbahasa Inggris saya letakkan di beberapa tempat untuk memperkenalkan pada siswa bentuk atau karya siswa dalam bahasa Inggris. Disamping itu kami mendatangkan penutur asli dari Australia, setiap satu minggu sekali ke kelas selama 20 menit untuk bercakap – cakap dengan siswa tentang kegiatan sehari-hari (habit). Respon siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris sangat baik dan siswa dengan serius memperhatikan instruksi guru”. Dari penuturan di atas menunjukkan bahwa, pembelajaran yang dilakukan di laboratorium bahasa membantu guru dalam mengatasi beragam masalah, misalnya kepekaan terhadap pendengaran, kepekaan terhadap warna, kesulitan dalam berdialog secara langsung, sulit mengikuti anjuran secara lisan, seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan. Laboratorium bahasa sangat membantu guru bahasa Inggris untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan, memotivasi siswa, membantu siswa dalam memahami bahasa, dan meminimalkan salah ucap (fonemis). Majalah dinding disediakan untuk menempatkan hasil karya siswa dalam berbahasa Inggris, misalnya puisi, karangan, dan short story yang dibuat oleh siswa. Hal ini bertujuan untuk menarik minat siswa yang lainnya meniru membuat hasil karya dalam berbahasa Inggris dan membuat siswa tertarik untuk membaca, sehingga siswa lebih banyak mengetahui dan memahami bahasa Inggris. Pembelajaran bahasa Inggris yang sangat disenangi oleh siswa adalah guru dari Australia. Hal ini disebabkan mereka melihat suatu yang berbeda dalam kesehariannya dan merasa senang bisa bertemu dengan orang asing. Dalam menyajikan pembelajaran, guru dari Australia tersebut didampingi oleh guru bahasa Inggris dari sekolah tersebut. Dalam proses praktik pembelajaran bahasa Inggris informan dari SDN 8 menuturkan: 123 “sebagian buku-buku bahasa Inggris merupakan sumbangan dari Australia. Siswa menggunakan buku di perpustakaan bila mendapat tugas dari guru yang berhubungan dengan bahasa Inggris. Penggunaan perpustakaan khususnya buku bahasa Inggris tidak teratur hanya sewaktu – waktu bila diperlukan. Pada jam istirahat ada beberapa siswa yang baca – baca buku berbahasa Inggris, ini pun tidak setiap hari terjadi. Majalah dinding diletakkan di beberapa tempat selain itu terdapat juga labeling kosakata di dinding kelas”(Wawancara Tanggal 15 April, 2010) Ungkapan tersebut mengambarkan bahwa siswa kurang tertarik untuk membaca buku sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang bahasa Inggris, hanya menggunakan fasilitas bila sangat dibutuhkan dan juga kurangnya minat siswa untuk memperluas pengetahuan bahasa Inggris. Fenomena ini sesuai dengan pendapat Seifert (1983: 147) bahwa secara kognitif siswa perlu wawasan untuk memahami pembelajaran sehingga siswa lebih berpikir secara alami dan berstruktur. Kemampuan guru dalam memberikan materi sangat diperlukan supaya proses pembelajaran berjalan dengan baik. Materi yang akan disajikan harus dipersiapkan sebelumnya. Pengajaran yang diberikan oleh kedua sekolah ini adalah dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok dan disampaikan dengan bahasa yang alamiah. Kiat – kiat yang dilakukan oleh kedua sekolah dasar tersebut dalam penguasaan dan pemakaian kosakata adalah (1) menulis ulang kosakata yang telah dipelajari, (2) menulis kosakata berdasarkan instruksi guru dengan tema yang telah ditentukan, (3) membuat sinonim dan antonim dari kosakata, dan (4) menyusun kosakata dalam kalimat sederhana. Di samping itu, guru juga mempunyai kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan profesionalismenya. Guru bahasa Inggris SD Negeri 8 adalah sarjana pendidikan jurusan bahasa Inggris. Dalam mengajar ia mengatakan: “Saya tidak menemukan kesulitan dalam proses memberikan pengajaran”. Sementara itu guru pengelola bahasa Inggris RSDBI Muhammadiyah 2 adalah Diploma III FPIPS. Guru tersebut sudah mengajar bahasa Inggris selama 7 tahun, dengan 124 berpedoman pada buku bahan ajar. Dalam mengajar, guru tersebut banyak mengalami kesulitan terutama dalam grammar dan pronounciations (tata bahasa dan pengucapan), kategori kata dalam tense khususnya future tense dan perfect tense. Sebelum pembelajaran guru tersebut berkonsultasi dengan guru yang lebih memahami tata bahasa. Tentang kesalahan siswa dalam membuat “kalimat sederhana”, guru SDN 8 mengatakan: “metode pengajaran sudah dilakukan dan sebagian siswa bisa merespon dan memahami materi yang telah diajarkan dan juga tergantung dari kemampuan siswa. Masing – masing siswa mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda – beda. Dalam pembelajaran tidak selalu dilakukan dialog. Guru SDN 8 jarang melakukan dialog interaktif dengan siswa”. Dari ungkapan di atas menggambarkan kemampuan siswa untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat cepat. Oleh karena itu, siswa harus menempuh cara berbeda untuk memahami sebuah informasi atau pelajaran. Guru bahasa Inggris mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis, menyampaikan pembelajaran dengan cara lisan, membentuk kelompok untuk mediskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut dan dengan ceramah dengan bercerita dengan ilustrasinya. Fenomena ini sesuai dengan pendapat Uno (2006: 181) bahwa tidak semua orang punya gaya belajar sama termasuk di sekolah yang sama atau bahkan duduk di kelas yang sama,. Mereka harus menempuh cara berbeda untuk memahami pelajaran yang sama. Dialog yang dilakukan guru bahasa Inggris SDN 8 hanya sebatas kebiasaan dalam kelas, misalnya Open your book!, Clean the white board!’, Silent please!, dan seterusnya.. Keterbatasan guru dalam menyampaikan materi menyebabkan kurang melakukan dialog. Dalam satu minggu guru hanya mengajar 2 (pertemuan) X 35 menit, bila ada hari libur jam mengajar berkurang. Hal ini yang menyebabkan guru memberikan latihan secara tertulis untuk 125 mempersiapkan ujian kenaikan kelas dalam bentuk tulisan. Selain itu ada juga ujian praktik yaitu ujian lisan, materinya identitas diri (introduction). Guru RSDBI Muh. 2 mengatakan: “dalam proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris yaitu berupa kalimat perintah (imperative sentence) misalnya; ‘Open page 34!, ‘Draw one more the shape!, kalimat larangan (negative interative sentence) misalnya; ‘Be on time, please!’, Don’t be stubborn!”. Pekerjaan rumah (pr) pelajaran bahasa Inggris sering diberikan, yaitu dengan mengerjakan LKS (lembar kerja siswa) ‘Bunga Rampai’ dan dari latihan (worksheet) yang terdapat pada buku paket, ‘ Beginners’ Tes dalam membuat kalimat sederhana dilakukan pada saat ulangan harian (formatif) dan ulangan semester. Proses pembelajaran yang dilakukan RSDBI Muhammadiyah 2 sama dengan SDN 8, yaitu menggunakan bahasa Inggris dalam situasi kelas. Guru sering memberikan tugas agar siswa lebih banyak menguasai kosakata, bentuk, dan fungsi dari kosakata, sehingga dapat meningkatkan kemampuannya membuat kalimat. Sementara itu perbedaan dalam menyampaikan materi, RSDBI Muhammadiyah 2 mempunyai jam mengajar 4 (pertemuan) X 35 menit dan proses pembelajaran sering melakukan dialog, yaitu pada saat guru dari Australia memberikan pelajaran bahasa Inggris. SDN 8 dalam menyampaikan materi, jam mengajar 2 (pertemuan) X 35 menit dan tidak ada guru dari penutur asli dalam mengajar bahasa Inggris, sehingga jarang melakukan dialog dengan siswa dalam bahasa Inggris. 7.2 Faktor Siswa dalam Proses Pembelajaran Pemerolehan bahasa anak dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik siswa dalam pembelajaran, lingkungan di kelas dan di luar kelas. Menurut Uno (2006: 158), karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel sebagai aspek atau kualitas seorang siswa, berupa bakat minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, dan kemampuan awal yang dimiliki. 126 7.2.1 Karakteristik Siswa dalam Memperoleh Pembelajaran Siswa dalam menerima informasi yang diberikan dalam pengajaran tergantung dari kemampuan otak (brain) masing-masing siswa dalam menyimpan informasi. Untuk mempelajari kalimat memerlukan memori sebagai daya ingat dan hafalan yang telah diberikan pengajar. Memori pada anak ada dua, yaitu short –term memory dan long- term memory, short term memory adalah daya ingat yang singkat karena terlalu banyak yang diterima sehingga daya ingatnya kurang. Dalam waktu singkat anak akan melupakan kejadian yang baru saja terjadi karena tidak adanya verba dan bentuk yang nyata. Long – term memory adalah ingatan yang permanen dengan bantuan short –term memory. Dalam proses berlangsungnya pembelajaran, siswa memerlukan attention, memperhatikan, mendengarkan dengan saksama, membaca buku pelajaran, dan mencatat bahan ajar yang diberikan guru. Keadaan ini sangat sulit dilakukan oleh siswa karena mereka masih senang bermain Kondisi jumlah siswa dalam satu kelas 45 sampai 50 siswa pun tidak effektif dalam proses pembelajaran. Guru tidak bisa memperhatikan siswa secara individu dan tidak bisa mengecek tiap siswa saat pembelajaran, apakah mereka memahami materi yang telah diajarkan karena kemampuan memori tiap siswa berbeda. Bila guru mengecek tiap siswa, guru akan kekurangan waktu dan akan berakibat tidak tercapainya ketuntasan pembelajaran. Kemampuan anak dalam menerima pembelajaran juga tergantung dari insight anak. Wawasan dan pemahaman tiap anak dalam menerima informasi berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya. Hasil proses pembelajaran yang diterima siswa dituntut untuk mengembangkan, menyebutkan, menuliskan kata-kata menjadi sebuah kalimat sederhana yang bermakna dan mempunyai kaidah bahasa (orgnisation of idea). Setelah melalui beberapa proses dalam 127 pembelajaran berupa latihan yang berulang - ulang, pekerjaan rumah (pr), diskusi, dan tanya jawab yang merata dari setiap siswa jarang dilakukan seperti pengakuan informasi dari kedua guru bahasa Inggris. Hal ini membantu siswa dalam keberhasilannya mencapai ketuntasan dan hasil yang memuaskan (informations processing). Menurut informasi dari kedua guru sekolah dasar tersebut, mereka mempunyai kesamaan pendapat yang dituturkan sebagai berikut. “kesulitan siswa dalam menempatkan kalimat bermakna dari keseluruhan siswa sebagian besar belum bisa menempatkan kosakata berdasarkan kategorinya, hal ini disebabkan siswa kurang aktif bertanya pada guru dan pemahaman siswa terhadap struktur kalimat sederhana masih dalam tahap pembelajaran. Sebagian besar siswa belum bisa membedakan kategori kosakata. Siswa memahami struktur kalimat dari latihan berulang dan sering diulas dalam pembelajaran, misalnya dalam unsur kalimat ‘This is flower’. Siswa mampu memahami dan merespon arti dan kategori kalimat tersebut. Tetapi bila kalimat tersebut dikembangkan sebagian siswa tidak memahami dan merespon, misalnya ‘This is flower, it’s beautiful and my mother puts on the vase”. Ungkapan di atas menunjukkan bahwa dalam kelas antara siswa dan guru belum ada dialog yang intensif, kurangnya minat siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah diberikan guru, dan kurangnya motivasi siswa dalam memahami pembelajaran bahasa Inggris. Fenomena ini sesuai dengan pendapat Seifert (1983: 147) bahwa para pendidik, memberikan wawasan pada siswa agar siswa berpikir lebih terstruktur dalam memahami pembelajaran dan bisa belajar dari kesalahan terdahulu. 7.2.2 Lingkungan Kelas Mempelajari bahasa di lingkungan kelas diciptakan secara formal dan bersifat disadari. Lingkungan pembelajaran di kelas merupakan pengajaran bahasa yang hanya menekankan penguasaan tata bahasa. Pengenalan yang dilakukan oleh pengajar di dalam kelas akan 128 menentukan proses belajar bahasa yang dialami siswa dalam pemerolehan L2 , membuat siswa lebih bervariasi dalam menggunakan bahasanya secara lebih akurat dari kebenaran kaidah bahasa dan penyajian kaidah tata bahasa. Pengajaran yang dilakukan di kedua sekolah tersebut memang dititikberatkan pada bentuk tatabahasa daripada percakapan (conversation), karena tes yang diberikan pada siswa berupa tes tertulis. Beberapa hal terjadi pada saat pembelajaran, guru tidak sering mengulang dalam memberikan materi yang berhubungan dengan “struktur dasar tata bahasa”, kurangnya siswa dalam bertanya saat pembelajaran sehingga siswa kesulitan dalam memahami materi, jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak sehingga tidak tercapai ketuntasan dan waktu pembelajaran terbatas. Jumlah siswa yang tidak ideal menyebabkan kurangnya ketenangan dalam kelas, guru tidak bisa mengecek siswa secara individu pada setiap pemberian materi. Kemampuan siswa setiap kelas pun tidak sama sehingga menjadi kendala dalam pembelajaran, tidak adanya keseimbangan dalam menerima materi. Keadaan ini bertentangan dengan pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 97) bahwa idealnya jumlah siswa adalah 25 sampai 30 siswa. 7.2.3 Lingkungan di Luar Kelas Belajar di lingkungan luar kelas bersifat alamiah dalam bentuk hadirnya sebuah lingkungan bahasa pada bahasa yang dipelajari, baik dari penutur asli maupun penutur yang sengaja diciptakan dalam program pengajaran bahasa. Bahasa kedua yang diamati dan didengar siswa yang sedang dipelajari di lingkungan hotel, pasar, menonton televisi, membaca surat kabar, 129 dan membaca buku-buku pelajaran merupakan sesuatu yang sangat penting bagi keberhasilan siswa dalam mempelajari bahasa kedua (Chaer, 2003: 243). Lingkungan belajar bahasa Inggris di luar kelas secara terus menerus sehingga dapat menambah penguasaan bahasanya. Misalnya, ada seorang anak yang orangtuanya kadangkadang berbicara bahasa Inggris,. Kondisi ini memberi peluang belajar sehingga siswa tersebut secara tidak sadar menguasai bahasa tersebut. Ada juga siswa yang orangtuanya tidak memperhatikan siswa dengan prestasinya di sekolah dan menyebabkan siswa tersebut merasa tidak perlu bersusah-susah belajar. Oleh karena itu, merupakan sasaran bagi kelompok ini, yang penting naik kelas. Proses pembelajaran SDN 8 di lingkungan luar kelas, siswa mengerjakan tugas yang diinstruksikan guru bahasa Inggris dan dikerjakan oleh siswa di halaman sekitar sekolah. Perpustakaan jarang digunakan, hanya sebagai sarana yang disediakan sekolah untuk menambah wawasan siswa. Sementara itu, RSDBI Muhammadiyah 2, pembelajaran di luar kelas, yaitu di perpustakaan. Misalnya siswa mencari kosakata sebanyak-banyaknya dengan tema (nama binatang) yang telah ditentukan guru. Praktik di halaman sekolah dengan melihat media yang terdapat di halaman, yaitu bagian – bagian pohon berupa daun, ranting, bunga, dan buah. 7.3 Pendekatan Secara Natural Pemerolehan bahasa secara natural menurut Krasen dan Tarrel (dalam Richard dan Rodgers, 1986: 131) berdasarkan pada pemerolehan atau pembelajaran. Siswa memperoleh bahasa L2 secara natural dengan berkomunikasi dan pembelajaran merupakan proses pengetahuan kaidah bahasa dan kemampuan pengetahuan verbal. Pengajaran dilakukan secara formal yang membantu memperbaiki kesalahan siswa dalam kaidah bahasa. 130 Sistem pemerolehan bahasa tidak lepas dari ujaran ketika siswa berkomunikasi dalam L2 dengan orang asing sehingga dapat membantu mempraktekkan hasil belajar sebagai monitor untuk mengecek pemerolehan bahasa. Hal yang harus diperhatikan adalah time (waktu). Siswa mempunyai cukup waktu untuk memilih dan menyajikan apa yang sudah dipelajari, Focus on form, bahasa yang digunakan harus berfokus pada saat menyajikan atau menyampaikan, knowledge of rule. Siswa harus mengetahui kaidah bahasa secara sederhana dalam menjabarkan dan mengorganisasikan bahasa. Untuk siswa sekolah dasar, sistem pemerolehan bahasa tersebut di atas bisa diterapkan pada siswa khususnya pada time tetapi siswa belum bisa menerapkan pada focus on form dan knowledge of rule. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan siswa dalam memahami bentuk bahasa yang kompleks dengan waktu yang sedikit dan kurangnya latihan komunikasi dengan penutur asli. Selama observasi (tes) banyak ditemukan kesalahan dalam pemerolehan tata bahasa (5 Mei 2010). Kesalahan bukan terletak pada bahasanya, tetapi pada siswa yang mempelajarinya karena pengaruh bahasa pertama. Hal ini tampak saat siswa membuat kalimat sederhana dengan menerjemahkan kalimat. Mereka mengartikan kata demi kata tanpa memahami kategori kata dalam kalimat dan penguasaan kosakata yang kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Krasen (dalam Iskandarwassid, 2008: 97) bahwa struktur bahasa secara alami menekankan makna dari kosakata, kosakata merupakan kamus dan tersusun dalam tata bahasa untuk menyapaikan pesan. Masukan hipotesis berhubungan dengan pemerolehan bukan pembelajaran. Masukan yang diperoleh dipahami sehingga membuat siswa lebih mampu menyampaikan dalam situasi dan konteks, mampu berbicara L2 dengan lancar. Berdasarkan pengamatan terhadap proses pembelajaran bahasa Inggris di kedua SD itu, hasil tes yang telah dilakukan sebagian besar belum bisa menggunakan L2 dengan baik kecuali beberapa anak saja. Beberapa anak yang 131 terampil karena orangtua mereka adalah orang asing, pernah kerja di luar negeri dan mengikuti kegiatan kursus bahasa asing dengan penutur aslinya. Sikap yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa adalah motivasi, self –confidence dan anxiety. Motivasi merupakan modal yang sangat penting dalam belajar, tanpa motivasi proses belajar tidak berhasil. Walaupun siswa cakap dalam belajar yang tinggi, tanpa motivasi tidak akan berhasil. Berdasarkan wawancara dengan guru, motivasi siswa bisa dilihat dari ketekunan dalam belajar, sering belajar terus menerus, dan komitmen dalam memenuhi tugastugas sekolah. Self – confident pada diri siswa sangat perlu karena tanpa adanya percaya diri siswa merasa malu untuk menyampaikan hasil pembelajaran melalui tanya jawab. Anxiety merupakan minat perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Minat dipengaruhi oleh faktor yang ada pada dirinya dan lingkungan, dan faktor yang sangat kuat pengaruhnya adalah lingkungan (Iskandarwassid 2008: 115).