1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dari segi fonologi, gramatikal, dan semantik
kemampuan seorang anak dalam
memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi
neurologi bahasa, proses dan perilaku berbahasa lebih bersifat dua arah, yaitu antara penutur dan
pendengar yang semua dikendalikan oleh otak yang merupakan alat pengatur dan pengendali
gerak semua aktivitas manusia. Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya disebut
manusiawi, seperti bagian-bagian yang berkenaan dengan pendengaran, ujaran, dan pengontrolan
alat ujaran (Chaer, 2003: 116).
Anak-anak dalam menguasai bahasa tentu lebih mudah memahami dan membuat kalimat
dalam bahasa ibu dibandingkan dengan menguasai bahasa kedua (bahasa Inggris, misalnya). Hal
pertama yang dikuasai oleh anak-anak dalam berbahasa adalah komponen tata bunyi, tata kata,
dan tata kalimat yang merupakan proses pemerolehan berbahasa (Chaer, 2003). Dalam
memeroleh bahasa anak tidak saja melalui fitur-fitur natural (alamiah), tetapi juga ditentukan
oleh perkembangan kognitif.
Pemerolehan bahasa kedua khususnya bahasa asing yang dilakukan di kelas tentunya
lebih banyak dilakukan dengan sistem pembelajaran. Pembelajaran bahasa Inggris mulai jenjang
sekolah dasar (SD) memberikan kesempatan kepada peserta didik sejak dini untuk belajar bahasa
Inggris. Pemerintah secara khusus memberikan perhatian pada pembelajaran bahasa Inggris
dengan memberlakukan kurikulum 2004 melalui kurikulum muatan lokal, tertuang dalam
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
2
Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Peraturan Menteri Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompentensi Kelulusan (Chodidjah, 2007: 5).
Aktivitas pembelajaran berbasis bahasa secara mendasar
akan bergantung pada
pemahaman siswa terhadap kosakata. Para siswa harus mempunyai akses pada makna kata yang
digunakan oleh guru dan lingkungan sekitarnya. Keterbatasan pemahaman kosakata siswa
mengakibatkan terhambatnya pencapaian kompetensi berbahasa.
Mengacu pada penguasaan bahasa kedua pada pendidikan formal, yaitu melalui
pendidikan di sekolah, menurut Ellis (dalam Chaer. 2003: 243), ada dua tipe pembelajaran
bahasa, yaitu tipe naturalistik dan tipe formal di dalam kelas. Tipe naturalistik bersifat alamiah,
tanpa guru dan tanpa sengaja. Pembelajaran berlangsung dalam kehidupan keluarga dan
kehidupan masyarakat. Tipe kedua bersifat formal dalam kelas, namun kenyataannya hasilnya
masih belum memuaskan. Penyebabnya banyak faktor yang memengaruhi meskipun telah
diadakan berbagai penataran dan pelatihan yang diberikan pada tenaga pendidik.
Rivers (dalam Nunan, 1991: 117) menyatakan bahwa kosakata merupakan hal yang
penting agar dapat menguasai bahasa kedua (second language). Tanpa kosakata yang luas,
seseorang tidak dapat menggunakan struktur dan fungsi bahasa dalam komunikasi secara
komprehensif. Tarigan (1986: 2) menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas berbahasa seseorang
bergantung pada kualitas kosakata yang dimiliki. Makin kaya kosakata yang dimilikinya maka
makin besar pula kemungkinan ia terampil berbahasa.
Dalam pemerolehan bahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa asing, diperlukan proses
penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural (alami) dan belajar di dalam kelas,
yaitu siswa yang diajar oleh guru. Apabila diperhatikan dengan saksama, ditemukan kesalahankesalahan
yang
dibuat siswa.
Kesalahan
tersebut disebabkan, antara lain,
oleh
3
ketidakpahaman
siswa
terhadap
bahasa kedua,
khususnya
bahasa
Inggris
dalam
pembelajaran.
Menurut Edward dan Rebecca (1977: 150), sebagian besar siswa mempelajari bahasa
baru cenderung dipengaruhi oleh bahasa pertama, kemudian berangsur-angsur berkembang
lebih akurat dan berstruktur. Pada pemerolehan bahasa kedua, bahasa Inggris siswa lebih
terfokus dalam menguasai kosakata, dan sebelum mengusai bahasa lebih berstruktur,
biasanya digunakan sebagai bahasa pasaran. Hal ini akibat siswa terpengaruh bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama dan selalu berdasarkan pada instruksi guru, dalam hal ini
guru bukan penutur asli dan masih dipengaruhi tuturan bahasa pertama, fonologi dan
struktur kalimat, sehingga pengajaran lebih terfokus pada kosakata.
Pemerolehan kosakata kongkret atau nyata mudah untuk dipelajari oleh siswa. Tak
satu pun siswa kesulitan dalam mempelajari angka, hari, warna, benda dan sejenisnya.
Kesulitan muncul pada penggunaan kata dalam kalimat, kata kerja, dan kata sifat. Siswa
cenderung lupa bentuk infleksi dari benda (noun), kata sifat (adjektive) dan kata kerja
(verb), kecuali kalau mereka belajar gender dan plural dari kata benda atau bentuk yang
benar dari kata sifat. Mereka akan kesulitan menempatkan kata benda atau kata sifat dalam
kalimat kecuali kalau mereka mengetahui bentuk kata kerja. Mereka tidak dapat
menggunakan kata kerja secara tepat dalam berbicara dan menulis (Tarigan, 1983: 10).
Hubungan natural antara bahasa dan mekanisme psikologi seperti memori,
percepstion, psyco-motor skill pada perubahan struktur bahasa anak dalam proses
menghasilkan kalimat akan mengalami kesulitan, karena bentuk auxiliary dalam kalimat
yang berterima sesuai dengan kaidah bahasa sangat kompleks. Seorang anak tidak seperti
orang dewasa dalam
menerima kaidah bahasa apakah kalimat tersebut berstruktur atau
4
sesuai dengan tata bahasa. Sebagai contoh, siswa sering mengucapkan ”Who your name?”
Kalimat tersebut tidak sesuai dengan kaidah bahasa Inggris karena hilangnya auxialiary ’is’.
Seorang anak dalam menerima dan menghasilkan tuturan berbeda dengan orang dewasa.
Seorang anak memahami dan menghasilkan bentuk sintaksis, semantik, fonologi, dan tata
bahasa sesuai dengan umur dan dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor yang memengaruhi
umur adalah intelligence, emosional dan pengalaman pendidikan, sedangkan faktor
lingkungan akan dipengaruhi oleh kehidupan sekitarnya. Hal
ini berhubungan dengan
respon anak terhadap sekitarnya (Menyuk, 1972: 8-9).
Kurangnya pengetahuan mengenai bahasa Inggris dapat ditemukan pada saat siswa
menyimak, berbicara, membaca, menulis dan dalam bidang bahasa meliputi tata bunyi, tata
bentuk kata, dan tata kalimat. Hal ini bisa diatasi dengan mengajarkan siswa dengan
berbagai teknik pengajaran untuk memudahkan siswa menguasai dan mengingat pelajaran
yang sudah diberikan agar ketuntasan pembelajaran sesuai kurikulum. Di samping itu, juga
belum pernah ada penelitian tentang penguasaan kosakata dan menempatkan pada kalimat
sederhana secara berstruktur dan mempunyai makna di SDN 8 dan RSDBI Muhammadiyah
2 Denpasar. Keadaan
ini sangat menarik untuk diteliti agar ditemukan fakta demi
perbaikan proses pembelajaran, dengan demikian, proses belajar-mengajar berhasil dengan
baik.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan rendahnya kemampuan kosakata siswa
pada bahasa kedua (bahasa Inggris) dan kesalahan menempatkan kosakata menjadi kalimat
sederhana dalam teknik pembelajaran untuk mencapai ketuntasan akademik, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian.
5
1.2
Rumusan Masalah
Permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1) Kategori kosakata dasar apa sajakah yang telah dikuasai siswa di sekolah dasar, SDN 8
dan RSDBI Muhammadiyah 2, sesuai dengan kurikulum bahasa Inggris?
2) Kesalahan apa sajakah yang ditemukan pada pembelajaran bahasa Inggris dalam proses
pemerolehan bahasa?
3) Kesalahan
apa sajakah yang dibuat siswa di
sekolah dasar, SDN 8 dan RSDBI
Muhammadiyah 2, dalam pemakaian kosakata pada kalimat sederhana?
4) Faktor – faktor kesulitan apa sajakah yang dialami siswa dalam menempatkan kosakata
pada kalimat sederhana?
1. 3
Tujuan Penelitian
Terdapat dua jenis tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Berikut uraian keduanya secara lebih terperinci.
1. 3. 1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini ialah untuk memperoleh fakta dan informasi tentang
tingkat kemampuan siswa dalam menguasai kosakata dan menempatkan kosakata yang telah
dikuasai dalam kalimat bermakna pada pelajaran bahasa Inggris siswa sekolah dasar dan
membantu guru-guru bahasa Inggris dalam pelaksanaan strategi pembelajaran, yaitu
pengelolaan kelas, pemakaian waktu yang terbatas, bahan ajar yang digunakan, metode
penyampaian materi pada siswa, agar ketuntasan pembelajaran tercapai.
6
Pengembangan pengetahuan berbahasa asing, khususnya bahasa Inggris sebagai
bahasa global, dan warga Denpasar kotamadya propinsi Bali telah berkembang menjadi
masyarakat global.
3. 2. 1 Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kategori penguasaan
kosakata siswa pada pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar sesuai dengan kurikulum;
memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa dalam pemerolehan bahasa ; memahami
kesalahan dalam membuat kalimat sederhana pada siswa di sekolah dasar; menginterpretasi
kesulitan siswa dalam menempatkan kosakata dalam membuat kalimat sederhana.
1. 4 Manfaat Penelitian
Ada dua jenis manfaat penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Berikut
uraian keduanya secara lebih terperinci.
1. 4. 1 Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis, yaitu sebagai berikut.
1) Hasil penelitian dapat menambah khasanah pengetahuan kelinguistikan tentang
penguasaan kosakata pembelajaran bahasa Inggris pada siswa sekolah dasar.
2) Hasil penelitian dapat menambah referensi tentang ketepatan dan kesalahan dalam
penempatan kosakata dalam kalimat sederhana pada pembelajaran bahasa Inggris pada
siswa sekolah dasar.
7
1. 4. 2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai
1)
sumbangan pemikiran kepada para linguis dan khususnya
pendidik dalam
peningkatan penguasaan kosakata dan membuat kalimat yang bermakna pada
pembelajaran bahasa Inggris sekolah dasar;
2)
tuntunan bagi guru-guru yang lain tentang teknik-teknik pembelajaran kosakata;
3)
memberikan tuntunan bagi para guru dalam menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan dan tidak membosankan agar siswa dapat belajar berdasarkan
kemampuan mereka, bukan memberikan paket informasi dalam mengajar bahasa Inggris,
sebab mengajar bukan merupakan perpustakaan hidup, tetapi memberikan kesempatan
siswa untuk berpikir yang berguna bagi perkembangan mereka.
4)
bekal bagi guru yang mengajar bahasa Inggris agar memiliki persepsi dan
pemahaman yang sama terhadap pengembangan standar kompetensi dan kompetensi
dasar bahasa Inggris di SD, sesuai dengan apa yang diharapkan pemerintah dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
5)
acuan untuk mengurangi kesalahan dalam membuat kalimat sederhana pada
pembelajaran bahasa Inggris pada siswa sekolah dasar.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji: pertama, kemampuan siswa dalam penguasaan kosakata; data
diperoleh melalui tes mengenai kosakata dasar sesuai kurikulum yang berstandar kompetensi
sekolah dasar. Kedua, kesalahan yang sering ditemukan dalam pemerolehan bahasa pada saat
proses pembelajaran bahasa Inggris.
Ketiga, kesalahan yang sering dihadapi siswa dalam
8
kalimat sederhana yang terdiri atas gabungan kosakata berstruktur, data ini diperoleh melalui
tes yang disusun berdasarkan lembar kerja siswa. Keempat, faktor - faktor yang memengaruhi
kesulitan siswa dalam membuat kalimat sederhana; data ini diperoleh dengan wawancara
terhadap guru dan pengamatan di kelas dan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal adalah lingkungan sekolah, sedangkan factor internal adalah dalam lingkungan
keluarga.
pembaca.
Keterbatasan penelitian ini untuk menghindari interpretasi yang berbeda oleh
Download