BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kemampuan

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Kemampuan
Kemampuan yang dimiliki oleh manusia merupakan bekal yang sangat
pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad yang lalu untuk
memperkaya diri dan untuk mencapai perkembangan kebudayaan maupun
pendidikan yang lebih tinggi.
Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata
“mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat,
berada,
kaya,
mempunyai
harta
berlebihan).
Kemampuan adalah
suatu
kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila
ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
Menurut Chaplin (1997), “ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan,
bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu
perbuatan”. “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau
merupakan hasil latihan atau praktek”, Robbins (2000).
Sedangkan Slameto (2010 : 56 ) mengemukakan bahwa “ Kemampuan
adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi
dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
mengetahui / menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat”.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan
bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk
mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Setiap individu
memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan.
Kemampuan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut.
Kemampuan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dapat diartikan
bahwa siswa yang mempunyai tingkat kemampuan yang tinggi akan lebih berhasil
daripada siswa yang memiliki kemampuan rendah.
Lebih lanjut Robbins (2000) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari 2
faktor, yaitu:
1. Kemampuan intelektual (intelektual ability)
Merupakan kemampuan melakukan aktifitas secara mental.
2. Kemampuan fisik (Physical ability)
Merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina
kekuatan dan karakteristik fisik.
Siswa dikatakan mampu dalam proses pembelajaran apabila Ia dapat
memenuhi aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Adapun Budiningsih
(2004 : 20) Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai adanya akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialmi siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan peruahan
tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input
yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.
Berdasarkan pendapat di atas, belajar adalah suatu proses yang dilakukan
individu dalam interaksi dengan lingkungannya, ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman
untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu
proses interaksi dengan objek tertentu yang mengakibatkan perubahan dari orang
yang melakukan proses belajar tersebut. Contoh kecilnya adalah dari tidak mempu
menjadi mampu.
Menurut Budiningsih (2005 : 174), Siswa yang belajar akan mengalami
perubahan. Bila sebelum belajar kemampuannya hanya 25% misalnya, maka
setelah belajar selama beberapa bulan akan menjadi 100%. Hasil belajar tersebut
meningkatkan kemampuan mental. Pada umumnya hasil belajar tersebut meliputi
ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Winkel dalam Sudrajat (2008), Kegiatan belajar yang dilakukan
siswa hendaknya mencakup empat hal, yaitu:
1) Learning to know yaitu belajar untuk mengetahui sesuatu. Dalam
prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga
sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan.
2) Learning to do yaitu belajar untuk melakukan sesuatu. Proses belajar
diarahkan untuk bisa melakukan sesuatu melalui proses pembelajaran
yang dilakukan dengan tujuan membekali siswa tidak sekedar untuk
mengetahui, tetapi agar lebih trampil berbuat atau mengerjakan sesuatu
sehingga menghasilkan hal-hal yang bermakna bagi kehidupan.
3) Learning to be yaitu belajar untuk menjadi diri sendiri. Penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan merupakan bagian dari prosess menjadi
diri sendiri.
4) Learning to live together yaitu belajar untuk hidup bersama.
Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar
merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat.
Lebih lanjut, tujuan belajar merupakan komponen yang sangat penting
dalam belajar, karena tujuan menjadi pedoman bagi seluruh aktivitas belajar.
Hamalik (2008 : 73) menyatakan tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar
yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang
umumnya menliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang
diharapkan dicapai oleh siswa. Adapun komponen-komponen Tujuan belajar
menurut Hamalik (2008 : 74) adalah sebagai berikut:
1. Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang
menentukan tingkah laku siswa setelah belajar.
2. Kondisi-kondisi tes, komponen kondisi tes tujuan belajar menentukan
situasi dimana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku
terminal.
3. Ukuran-ukuran perilaku, komponen ini merupakan suatu pernyataan
tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan
mengenai perilaku siswa.
Tujuan belajar seyogyanya meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan
kalau mungkin ranah afektif. Ketiga ranah ini harus berkembang atau berubah
selama proses belajar berlangsung, mengingat tujuan pendidikan adalah
membentuk manusia yang utuh.
Menurut Budiningsih (2005 : 174) kemampuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Ada kesenjangan antara kemampuan
pra-belajar dengan kemampuan yang akan dicapai. Kesenjangan tersebut dapat di
atasi berkat belajar bahan ajar tertentu.
Guru seharusnya memiliki pengetahuan sebagai berikut : (1) Guru
melakukan tugas pembelajaran; tugas pembelajaran tersebut dilakukan dengan
pengorganisasian siswa, pengolahan pesan, dan evaluasi belajar, (2) siswa
memiliki motivasi belajar dan beremansipasi sepanjang hayat, (3) siswa
bersangkutan memiliki kemampuan pra belajar, kemampuan tersebut berupa
kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, (4) berkat tindak
pembelajaran ataupun motivasi intrinsiknya, siswa melakukan kegiatan belajar.
Dalam kegiatan belajar tersebut siswa mengembangkan atau meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya menjadi lebih baik, (5) berkat
evaluasi belajar dari guru, maka siswa digolongkan telah mencapai suatu hasil
belajar; wujud asli belajar tersebut adalah semakin bermutunya kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor; hasil belajar tersebut dapat digolongkan sebagai,
(6) dampak pengajaran dan (7) dampak pengiring.
2.2 Pengertian Kosakata Bahasa Inggris
2.2.1. Hakikat Kosakata
Webster Handy College Dictionary dalam Laura (2003:61) berpendapat
bahwa, vocabulary as all the words used by particular person group, etc, writer
list of words, as a dictionary (Kosakata adalah keseluruhan kata – kata yang
digunakan oleh sekelompok masyarakat, dll, daftar kata – kata seperti kamus).
Carter (1993: 4) states: Vocabulary is the total number of words in a language. It
also a collection of words a person knows and used in speaking and writing
(Kosakata atau perbendaharaan kata adalah jumlah seluruh kata dalam suatu
bangsa; juga kemampuan kata-kata yang diketahui dan digunakan seseorang
dalam berbicara dan menulis).
Kridalaksana Harimurti (1984) menyatakan bahwa kosakata adalah
kekayaan atau perbendaharaan kata yang dimiliki oleh seseorang. Kekayaan
kosakata itu berada dalam ingatannya, yang segera akan menimbulkan reaksi bila
didengar atau dibaca. Pengertian kosakata tidak hanya mempersoalkan ketepatan
pemakaian kata dan makna, tetapi juga mempersoalkan diterima atau tidaknya
kata itu oleh semua orang. Hal itu karena masyarakat dekat oleh berbagai norma,
mengehendaki agar setiap kata yang dipakai harus cocok dengan situasi
kebahasaan yang dihadapi. Hal ini bekaitan dengan pendapat Semiawan (2008 :
50), fungsi bahasa adalah selain sebagai alat untuk menyatakan diri (fungsi
ekspresi), juga untuk menangkap pikiran dan perasaan orang lain (fungsi sosial).
Perbendaharaan kata atau kosakata jauh lebih luas dari apa yang
dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja digunakan untuk
menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau
gagasan, tetapi juga meliputi frasologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Frasologi
mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya. Gaya
bahasa berkaitan dengan ungkapan-ungkapan individual yang memiliki nilai
artistik yang tinggi. Kosakata yang bervariasi, memungkinkan seseorang untuk
dapat memilih kata-kata yang paling tepat, sehingga menimbulkan gagasan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang
dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.
2.2.2 Hakikat Bahasa Inggris
Bahasa Inggris adalah Bahasa Internasional yang perlu di ajarkan untuk
tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
budaya serta pengembangan hubungan antar bangsa. Mata pelajaran Bahasa
Inggris dapat diajarkan di Sekolah Dasar bilamana potensi wisata, penghasilan
industri exsport, menjadi tuntutan kebutuhan masyarakat. Adapun pelaksanan
pengajaranya harus di dukung oleh guru yang berkemampuan untuk mengajarkan
mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, Bahasa Inggris tidak wajib di laksanakan
di sekolah Dasar melainkan di selenggarakan sebagai muatan lokal (Depdikbud,
1995:1).
2.2.3. Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris
Bahasa Inggris adalah Bahasa asing yang dianggap penting diajarkan
untuk tujuan penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
budaya, serta pengembangan hubungan antar bangsa (Depdikbud, 1995:1).
Mata pelajaran Bahasa Inggris dapat di ajarkan di Sekolah Dasar bilamana
dianggap perlu oleh masyarakat di daerah yang bersangkutan dan di dukung
dengan adanya guru yang berkemampuan untuk mengajarkan mata pelajaran
tersebut. Oleh karena itu, Bahasa Inggris tidak di wajibkan dilaksanakan oleh
Sekolah Dasar melainkan diselenggaran untuk muatan lokal. Adapun pelaksanan
pelajaran Bahasa Inggris sebagai muatan lokal mulai di ajarkan dari siswa kelas II.
Muatan lokal berfungsi memberikan peluang untuk mengembangkan
kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
Kurikulum muatan lokal Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar di tetapkan untuk
Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setempat sejak
tahun 1995, dengan ketepatan Bahasa Inggris yang diajarkan di Sekolah Dasar di
maksudkan untuk memberikan kemampuan memahami keterangan lisan dan
tertulis serta ungkapan sederhana.
Pembelajaran
bahasa
Inggris
sebagai
pelajaran
muatan
lokal
dititikberatkan pada penguasaan kosakata siswa sekolah dasar yang diajarkan pada
pembelajaran dengan metode pembelajaran yang menyenangkan mengingat
pelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing untuk siswa.
2.3 Fungsi Pembelajaran Bahasa Inggris
Mata pelajaran Bahasa Inggris berfungsi sebagai wahana pengembangan
diri siswa dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya, sehingga
pertumbuhan mereka tetap berkepribadian Indonesia. Bahasa Inggris juga
merupakan mata pelajaran yang berfungsi untuk menunjang pengembangan
pariwisata, daerah penghasilan Industri Exsport dan tuntutan masyarakat
(Depdikbud, 1995:1).
2.4 Tujuan Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris
2.4.1. Tujuan Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris di Sekolah Dasar
Adapun tujuan pembelajaran kosakata bahasa Inggris adalah
a. Bahasa Inggris di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa memiliki ketrampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sederhana dalam Bahasa Inggris
dengan penekanan pada ketrampilan komunikasi melalui topik yang di pilih untuk
kebutuhan siswa dan lingkungannya.
b. Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar diajarkan kepada siswa di
harapkan siswa memiliki kemampuan (language competence) yang mencakup
unsur - unsur tata bunyi, kosakata, tata bahasa, tata tulis dan tata budaya dan
memiliki ketrampilan menggunakan (language performance) unsur - unsur
tersebut di atas dalam bentuk yang sederhana.
c. Alokasi waktu Pembelajaran Bahasa Inggris di sediakan waktu 2 jam pelajaran
setiap minggu (disediakan dengan ketentuan sekolah setempat).
d. Penilaian, tujuan penilaian adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa
tertentu, jenis penilaian hasil belajar, sedang fungsi dari penilaian adalah sebagai
umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar ada tiga cara dalam
penilaiannya yaitu test tertulis, test lisan, dan test perbuatan. Sedangkan jenis
penilaian terbagi atas penilaian satuan Bahasan (gabungan beberapa pokok
bahasan), penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester (Depdiknas
2006:402).
2.4.2 Ruang lingkup pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar
Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar mencakup keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Listening, Speaking, Reading and
Listening) sederhana. Dari ruang lingkup tersebut, penyajian materi pembelajaran
Bahasa Inggris meliputi elemen : Phonology (tata bunyi),vocabulary (kosakata),
struktur (tata bahasa), culture (kebudayaan), literature (sastra), dan tanda baca
(Depdiknas,2006:403).
2.4.3 Rambu – Rambu Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar
Dalam pelaksanaan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai berdasarkan
kurikulum digunakan pendekatan komunikatif, yaitu memberikan pengalaman
langsung bagi siswa untuk menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat komikasi,
memberikan bekal kemampuan dan ketrampilan dasar kepada siswa agar dapat
berkomunikasi praktis memberikan bekal pengetahuan pada siswa untuk
mengenal lingkungan yang lebih luas serta menghubungkan antar bangsa
(Depdikbud,1995:4).
Guru di harapkan dapat menjadi model bagi siswa khususnya dalam
ucapan dan lafal Bahasa Inggris Siswa Di berikan siswa kesempatan sebanyak
mungkin untuk berlatih menggunakan Bahasa Inggris dengan ucapan dan lafal
yang benar melalui tahapan. Sealin itu guru di harapkan dapat memilih sendiri
wacana yang berhubungan dengan topik yang akan di sajikan. Panjang kalimat
dalam tiap wacana disesuaikan dalam tingkat kemampuan /perkembangan belajar
siswa.
Menurut Djiwandono (2009 : 3) para pakar pembelajaran bahasa sepakat
bahwa pembelajaran bahasa asing mengikuti urutan yang sama dengan
penguasaan bahasa ibu oleh bayi yang belajar berkomunikasi. Pada tahap awal,
baik pembelajar bahasa asing ataupun bayi akan lebih banyak menerima masukan
bahasa dari lingkungan sekitarnya. Masukan bahasa ini bisa berupa bunyi-bunyi
ujaran, atau wacana tertulis. Pada tahap ini mereka hanya menerima dan
memahami. Setelah beberapa lama menerima masukan ini, terbentuklah sistem
bahasa yang semakin lama makin matang dalam benak si pembelajar, sampai
akhirnya mereka mampu membantuk ujaran lisan atau kalimat tertulis secara
mandiri.
Dalam Carter (2009: 9),
Pembelajaran kosakata bahasa asing kepada
anak-anak sebaiknya didasarkan pada bagaimana mereka belajar bahasa. Bahasa
Inggris yang dimaksud adalah bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional yang
dibelajarkan di Sekolah Dasar di Indonesia sebagai bahasa kedua di Indonesia.
Hal ini dinyatakan oleh Harmer (1995:4), bahwa pembelajaran bahasa harus
didasari pada bagaimana anak-anak belajar dan bagaimana mereka belajar bahasa.
Guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan cara belajarnya.
Pertama, siswa diajarkan bentuk bahasa lisan dan tulisan, kedua siswa perlu
mendapat kesempatan untuk meniru bentuk-bentuk bahasa tersebut. Guru perlu
menemukan metode yang baik dalam pembelajaran bahasa Inggris. Penulis
mengambil metode lagu untuk pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar.
2.5 Lagu dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
Pulukadang, Wiwy Triyanty & Abdul Rahmat (2011 : 1) mengemukakan
bahwa, Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu,
pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan
gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan
serta menggunakan kemampuan analisis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Dalam pembelajaran bahasa Inggris siswa-siswapun memerlukan daya analisis
dan imaginative yang baik pada dirinya yang harus digali oleh pembelajar yang
harus memahami setiap diri peserta didiknya.
Pengenalan bahasa Inggris menggunakan lagu – lagu (songs) nampaknya
telah menjadi bagian yang penting. Hal ini disebabkan seni dan kreativitas yang
terkadang dalam makna lagu yang dinyanyikan, memudahkan dalam mengingat
kosakata, pengucapan, irama, tekanan, dan ungkapan – ungkapan yang tersirat.
Hal ini didukung oleh Suprijono (2003:23) yang mengatakan bahwa penggunaan
media pembelajaran seperti lagu bahasa Inggris dapat merangsang pembelajar
untuk memahami dan menyelami
situasi kehidupan nyata para penutur asli
bahasa Inggris dan juga merangsang pembelajar untuk mempraktikan kemahiran
berbahasa yang dimiliki yakni menyimak, membaca dan menulis.
2.6 Kelebihan dan kekurangan Metode Menggunakan lagu
2.6. 1. Kelebihan Metode Menggunakan Lagu
Penggunaan metode Menggunakan Lagu ini, guru berusaha meningkatkan
aktivitas dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, metode ini memiliki
keunggulan sebagai berikut.
1.
Metode ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak
kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan
siswa.
2.
Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi atau individual
sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3.
Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
4.
Metode ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang
dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
5.
Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang
kuat untuk belajar lebih giat.
6.
Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses Menggunakan Lagu sendiri. (Masykur, Kadim. 2004:69)
2.6. 2. Kekurangan Metode Menggunakan Lagu
Walaupun demikian, metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan di
antaranya sebagai berikut.
1.
Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini
siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan
baik.
2.
Apabila kelas terlalu besar, penggunaan metode ini akan kurang berhasil.
3.
Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran
tradisional, mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan metode
Menggunakan Lagu.
4.
Dengan metode ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan atau
pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
5.
Metode ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir secara
kreatif (Masykur, Kadim. 2004: 72).
2.7 Langkah – langkah Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan
Lagu
Adapun langkah – langkah pembelajaran bahasa Inggris dengan
menggunakan lagu adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan lagu kepada anak hendaknya diawali dengan penjelasan awal
tentang tema lagu bahasa Inggris yang akan dinyanyikan.
2. Lagu dinyanyikan oleh guru untuk pertama kalinya dan meminta anak utuk
mendengarkannya.
3. Siswa diminta untuk Menggunakan Lagu bersama guru dengan irama ataupun
tempo yang lambat.
4. Guru dan siswa mengartikan lagu ke dalam bahasa Indonesia yang benar
5. Guru dan siswa menyanyikan lagu bersama – sama berulang kali mulai dari
tempo yang lambat perlahan – lahan sampai pada irama ataupun tempo yang
sebenarnya.
6. Guru menunjuk siswa secara berkelompok ataupun secara sendiri – sendiri
untuk menyanyikan lagu bahasa Inggris di depan kelas (Suprijono, 2003:24).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan teknik ini
sebagai media pembelajaran bahasa Inggris yakni hendaklah lagu yang diajarkan
memiliki tempo yang lambat namun apabila temponya cepat haruslah
diperdengarkan berulang – ulang kali dengan diawali dengan tempo yang agak
lambat dari lagu yang sebernarnya dan disesuaikan dengan tingkat penguasaan
anak, pengucapan, irama yang mudah dan mengarah pada tujuan pembelajaran
bahasa bagi anak Sekolah Dasar.
2.8 Kajian Yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan S. Sino (2011) dengan judul
Meningkatkan Kosakata Siswa Melalui Penggunaan Media Audio Visual Pada
Pelajaran Bahasa Inggris Di Kelas V SDN No.30 Kota Selatan Kota Gorontalo.
Setelah melakukan penelitian dengan menempuh dua siklus, maka hal yang
diperoleh dari siklus I ke siklus II memperoleh peningkatan. Siklus I aktifitas
belajar siswa membaik dengan capaian 29,16% dan kualifikasi cukup 50% hasil
belajar siswa yang memperoleh nila 71 ke atas mencapai 59,09% dengan daya
serap siswa mencapai 72%. Pada siklus II aktifitas siswa membaik dengan
presentase kualifikasi sangat baik 50% dan kualifikasi baik 50%. Hasil belajar
yang diperoleh siswa yang memenuhi nilai 71 ke atas mencapai 86,36% dengan
daya serap 79,5%.
Mengkaji beberapa temuan terdahulu dan membandingkan dengan judul
yang peneliti lakukan yaitu Mendeskripsikan Kemampuan Kosakata Bahasa
Inggris menggunakan lagu di Kelas II SDN 15 Kecamatan Tibawa Kabupaten
Gorontalo, tampaknya akan menunjukkan efektifitas yang sangat tinggi bagi
peningkatan kosakata bahasa Inggris. Indikator yang ingin peneliti capai pada
penelitian ini, salah satunya adalah kemampuan siswa untuk menguasai lagu
untuk mengetahui kosakata siswa yang dapa dilihat pada pengucapan (speaking),
simakan (listening), dan membaca (reading) siswa maka dengan kata lain
penelitian yang peneliti adakan tidak sama dengan penelitian yang telah
dilaksanakan sebelumnya.
Download