BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Kemampuan Kemampuan yang dimiliki oleh manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad yang lalu untuk memperkaya diri dan untuk mencapai perkembangan kebudayaan maupun pendidikan yang lebih tinggi. Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Menurut Chaplin (1997), “ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan”. “Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek”, Robbins (2000). Sedangkan Slameto (2010 : 56 ) mengemukakan bahwa “ Kemampuan adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui / menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat”. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Setiap individu memiliki tingkat kemampuan berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kemampuan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Kemampuan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dapat diartikan bahwa siswa yang mempunyai tingkat kemampuan yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang memiliki kemampuan rendah. Lebih lanjut Robbins (2000) menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari 2 faktor, yaitu: 1. Kemampuan intelektual (intelektual ability) Merupakan kemampuan melakukan aktifitas secara mental. 2. Kemampuan fisik (Physical ability) Merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik. Siswa dikatakan mampu dalam proses pembelajaran apabila Ia dapat memenuhi aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Adapun Budiningsih (2004 : 20) Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai adanya akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialmi siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan peruahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Berdasarkan pendapat di atas, belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu dalam interaksi dengan lingkungannya, ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi dengan objek tertentu yang mengakibatkan perubahan dari orang yang melakukan proses belajar tersebut. Contoh kecilnya adalah dari tidak mempu menjadi mampu. Menurut Budiningsih (2005 : 174), Siswa yang belajar akan mengalami perubahan. Bila sebelum belajar kemampuannya hanya 25% misalnya, maka setelah belajar selama beberapa bulan akan menjadi 100%. Hasil belajar tersebut meningkatkan kemampuan mental. Pada umumnya hasil belajar tersebut meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Winkel dalam Sudrajat (2008), Kegiatan belajar yang dilakukan siswa hendaknya mencakup empat hal, yaitu: 1) Learning to know yaitu belajar untuk mengetahui sesuatu. Dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan. 2) Learning to do yaitu belajar untuk melakukan sesuatu. Proses belajar diarahkan untuk bisa melakukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakukan dengan tujuan membekali siswa tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi agar lebih trampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan hal-hal yang bermakna bagi kehidupan. 3) Learning to be yaitu belajar untuk menjadi diri sendiri. Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan merupakan bagian dari prosess menjadi diri sendiri. 4) Learning to live together yaitu belajar untuk hidup bersama. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat. Lebih lanjut, tujuan belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam belajar, karena tujuan menjadi pedoman bagi seluruh aktivitas belajar. Hamalik (2008 : 73) menyatakan tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya menliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dicapai oleh siswa. Adapun komponen-komponen Tujuan belajar menurut Hamalik (2008 : 74) adalah sebagai berikut: 1. Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar. 2. Kondisi-kondisi tes, komponen kondisi tes tujuan belajar menentukan situasi dimana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. 3. Ukuran-ukuran perilaku, komponen ini merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Tujuan belajar seyogyanya meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan kalau mungkin ranah afektif. Ketiga ranah ini harus berkembang atau berubah selama proses belajar berlangsung, mengingat tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang utuh. Menurut Budiningsih (2005 : 174) kemampuan yang akan dicapai dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran. Ada kesenjangan antara kemampuan pra-belajar dengan kemampuan yang akan dicapai. Kesenjangan tersebut dapat di atasi berkat belajar bahan ajar tertentu. Guru seharusnya memiliki pengetahuan sebagai berikut : (1) Guru melakukan tugas pembelajaran; tugas pembelajaran tersebut dilakukan dengan pengorganisasian siswa, pengolahan pesan, dan evaluasi belajar, (2) siswa memiliki motivasi belajar dan beremansipasi sepanjang hayat, (3) siswa bersangkutan memiliki kemampuan pra belajar, kemampuan tersebut berupa kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, (4) berkat tindak pembelajaran ataupun motivasi intrinsiknya, siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar tersebut siswa mengembangkan atau meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya menjadi lebih baik, (5) berkat evaluasi belajar dari guru, maka siswa digolongkan telah mencapai suatu hasil belajar; wujud asli belajar tersebut adalah semakin bermutunya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor; hasil belajar tersebut dapat digolongkan sebagai, (6) dampak pengajaran dan (7) dampak pengiring. 2.2 Pengertian Kosakata Bahasa Inggris 2.2.1. Hakikat Kosakata Webster Handy College Dictionary dalam Laura (2003:61) berpendapat bahwa, vocabulary as all the words used by particular person group, etc, writer list of words, as a dictionary (Kosakata adalah keseluruhan kata – kata yang digunakan oleh sekelompok masyarakat, dll, daftar kata – kata seperti kamus). Carter (1993: 4) states: Vocabulary is the total number of words in a language. It also a collection of words a person knows and used in speaking and writing (Kosakata atau perbendaharaan kata adalah jumlah seluruh kata dalam suatu bangsa; juga kemampuan kata-kata yang diketahui dan digunakan seseorang dalam berbicara dan menulis). Kridalaksana Harimurti (1984) menyatakan bahwa kosakata adalah kekayaan atau perbendaharaan kata yang dimiliki oleh seseorang. Kekayaan kosakata itu berada dalam ingatannya, yang segera akan menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca. Pengertian kosakata tidak hanya mempersoalkan ketepatan pemakaian kata dan makna, tetapi juga mempersoalkan diterima atau tidaknya kata itu oleh semua orang. Hal itu karena masyarakat dekat oleh berbagai norma, mengehendaki agar setiap kata yang dipakai harus cocok dengan situasi kebahasaan yang dihadapi. Hal ini bekaitan dengan pendapat Semiawan (2008 : 50), fungsi bahasa adalah selain sebagai alat untuk menyatakan diri (fungsi ekspresi), juga untuk menangkap pikiran dan perasaan orang lain (fungsi sosial). Perbendaharaan kata atau kosakata jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi frasologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Frasologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya. Gaya bahasa berkaitan dengan ungkapan-ungkapan individual yang memiliki nilai artistik yang tinggi. Kosakata yang bervariasi, memungkinkan seseorang untuk dapat memilih kata-kata yang paling tepat, sehingga menimbulkan gagasan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. 2.2.2 Hakikat Bahasa Inggris Bahasa Inggris adalah Bahasa Internasional yang perlu di ajarkan untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya serta pengembangan hubungan antar bangsa. Mata pelajaran Bahasa Inggris dapat diajarkan di Sekolah Dasar bilamana potensi wisata, penghasilan industri exsport, menjadi tuntutan kebutuhan masyarakat. Adapun pelaksanan pengajaranya harus di dukung oleh guru yang berkemampuan untuk mengajarkan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, Bahasa Inggris tidak wajib di laksanakan di sekolah Dasar melainkan di selenggarakan sebagai muatan lokal (Depdikbud, 1995:1). 2.2.3. Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris Bahasa Inggris adalah Bahasa asing yang dianggap penting diajarkan untuk tujuan penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya, serta pengembangan hubungan antar bangsa (Depdikbud, 1995:1). Mata pelajaran Bahasa Inggris dapat di ajarkan di Sekolah Dasar bilamana dianggap perlu oleh masyarakat di daerah yang bersangkutan dan di dukung dengan adanya guru yang berkemampuan untuk mengajarkan mata pelajaran tersebut. Oleh karena itu, Bahasa Inggris tidak di wajibkan dilaksanakan oleh Sekolah Dasar melainkan diselenggaran untuk muatan lokal. Adapun pelaksanan pelajaran Bahasa Inggris sebagai muatan lokal mulai di ajarkan dari siswa kelas II. Muatan lokal berfungsi memberikan peluang untuk mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Kurikulum muatan lokal Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar di tetapkan untuk Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setempat sejak tahun 1995, dengan ketepatan Bahasa Inggris yang diajarkan di Sekolah Dasar di maksudkan untuk memberikan kemampuan memahami keterangan lisan dan tertulis serta ungkapan sederhana. Pembelajaran bahasa Inggris sebagai pelajaran muatan lokal dititikberatkan pada penguasaan kosakata siswa sekolah dasar yang diajarkan pada pembelajaran dengan metode pembelajaran yang menyenangkan mengingat pelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing untuk siswa. 2.3 Fungsi Pembelajaran Bahasa Inggris Mata pelajaran Bahasa Inggris berfungsi sebagai wahana pengembangan diri siswa dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya, sehingga pertumbuhan mereka tetap berkepribadian Indonesia. Bahasa Inggris juga merupakan mata pelajaran yang berfungsi untuk menunjang pengembangan pariwisata, daerah penghasilan Industri Exsport dan tuntutan masyarakat (Depdikbud, 1995:1). 2.4 Tujuan Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris 2.4.1. Tujuan Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Adapun tujuan pembelajaran kosakata bahasa Inggris adalah a. Bahasa Inggris di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa memiliki ketrampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sederhana dalam Bahasa Inggris dengan penekanan pada ketrampilan komunikasi melalui topik yang di pilih untuk kebutuhan siswa dan lingkungannya. b. Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar diajarkan kepada siswa di harapkan siswa memiliki kemampuan (language competence) yang mencakup unsur - unsur tata bunyi, kosakata, tata bahasa, tata tulis dan tata budaya dan memiliki ketrampilan menggunakan (language performance) unsur - unsur tersebut di atas dalam bentuk yang sederhana. c. Alokasi waktu Pembelajaran Bahasa Inggris di sediakan waktu 2 jam pelajaran setiap minggu (disediakan dengan ketentuan sekolah setempat). d. Penilaian, tujuan penilaian adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa tertentu, jenis penilaian hasil belajar, sedang fungsi dari penilaian adalah sebagai umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar ada tiga cara dalam penilaiannya yaitu test tertulis, test lisan, dan test perbuatan. Sedangkan jenis penilaian terbagi atas penilaian satuan Bahasan (gabungan beberapa pokok bahasan), penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester (Depdiknas 2006:402). 2.4.2 Ruang lingkup pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Listening, Speaking, Reading and Listening) sederhana. Dari ruang lingkup tersebut, penyajian materi pembelajaran Bahasa Inggris meliputi elemen : Phonology (tata bunyi),vocabulary (kosakata), struktur (tata bahasa), culture (kebudayaan), literature (sastra), dan tanda baca (Depdiknas,2006:403). 2.4.3 Rambu – Rambu Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Dalam pelaksanaan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai berdasarkan kurikulum digunakan pendekatan komunikatif, yaitu memberikan pengalaman langsung bagi siswa untuk menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat komikasi, memberikan bekal kemampuan dan ketrampilan dasar kepada siswa agar dapat berkomunikasi praktis memberikan bekal pengetahuan pada siswa untuk mengenal lingkungan yang lebih luas serta menghubungkan antar bangsa (Depdikbud,1995:4). Guru di harapkan dapat menjadi model bagi siswa khususnya dalam ucapan dan lafal Bahasa Inggris Siswa Di berikan siswa kesempatan sebanyak mungkin untuk berlatih menggunakan Bahasa Inggris dengan ucapan dan lafal yang benar melalui tahapan. Sealin itu guru di harapkan dapat memilih sendiri wacana yang berhubungan dengan topik yang akan di sajikan. Panjang kalimat dalam tiap wacana disesuaikan dalam tingkat kemampuan /perkembangan belajar siswa. Menurut Djiwandono (2009 : 3) para pakar pembelajaran bahasa sepakat bahwa pembelajaran bahasa asing mengikuti urutan yang sama dengan penguasaan bahasa ibu oleh bayi yang belajar berkomunikasi. Pada tahap awal, baik pembelajar bahasa asing ataupun bayi akan lebih banyak menerima masukan bahasa dari lingkungan sekitarnya. Masukan bahasa ini bisa berupa bunyi-bunyi ujaran, atau wacana tertulis. Pada tahap ini mereka hanya menerima dan memahami. Setelah beberapa lama menerima masukan ini, terbentuklah sistem bahasa yang semakin lama makin matang dalam benak si pembelajar, sampai akhirnya mereka mampu membantuk ujaran lisan atau kalimat tertulis secara mandiri. Dalam Carter (2009: 9), Pembelajaran kosakata bahasa asing kepada anak-anak sebaiknya didasarkan pada bagaimana mereka belajar bahasa. Bahasa Inggris yang dimaksud adalah bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional yang dibelajarkan di Sekolah Dasar di Indonesia sebagai bahasa kedua di Indonesia. Hal ini dinyatakan oleh Harmer (1995:4), bahwa pembelajaran bahasa harus didasari pada bagaimana anak-anak belajar dan bagaimana mereka belajar bahasa. Guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan cara belajarnya. Pertama, siswa diajarkan bentuk bahasa lisan dan tulisan, kedua siswa perlu mendapat kesempatan untuk meniru bentuk-bentuk bahasa tersebut. Guru perlu menemukan metode yang baik dalam pembelajaran bahasa Inggris. Penulis mengambil metode lagu untuk pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar. 2.5 Lagu dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Pulukadang, Wiwy Triyanty & Abdul Rahmat (2011 : 1) mengemukakan bahwa, Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Dalam pembelajaran bahasa Inggris siswa-siswapun memerlukan daya analisis dan imaginative yang baik pada dirinya yang harus digali oleh pembelajar yang harus memahami setiap diri peserta didiknya. Pengenalan bahasa Inggris menggunakan lagu – lagu (songs) nampaknya telah menjadi bagian yang penting. Hal ini disebabkan seni dan kreativitas yang terkadang dalam makna lagu yang dinyanyikan, memudahkan dalam mengingat kosakata, pengucapan, irama, tekanan, dan ungkapan – ungkapan yang tersirat. Hal ini didukung oleh Suprijono (2003:23) yang mengatakan bahwa penggunaan media pembelajaran seperti lagu bahasa Inggris dapat merangsang pembelajar untuk memahami dan menyelami situasi kehidupan nyata para penutur asli bahasa Inggris dan juga merangsang pembelajar untuk mempraktikan kemahiran berbahasa yang dimiliki yakni menyimak, membaca dan menulis. 2.6 Kelebihan dan kekurangan Metode Menggunakan lagu 2.6. 1. Kelebihan Metode Menggunakan Lagu Penggunaan metode Menggunakan Lagu ini, guru berusaha meningkatkan aktivitas dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, metode ini memiliki keunggulan sebagai berikut. 1. Metode ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan siswa. 2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi atau individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. 4. Metode ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. 6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses Menggunakan Lagu sendiri. (Masykur, Kadim. 2004:69) 2.6. 2. Kekurangan Metode Menggunakan Lagu Walaupun demikian, metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan di antaranya sebagai berikut. 1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. 2. Apabila kelas terlalu besar, penggunaan metode ini akan kurang berhasil. 3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional, mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan metode Menggunakan Lagu. 4. Dengan metode ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa. 5. Metode ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir secara kreatif (Masykur, Kadim. 2004: 72). 2.7 Langkah – langkah Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Menggunakan Lagu Adapun langkah – langkah pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan lagu adalah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan lagu kepada anak hendaknya diawali dengan penjelasan awal tentang tema lagu bahasa Inggris yang akan dinyanyikan. 2. Lagu dinyanyikan oleh guru untuk pertama kalinya dan meminta anak utuk mendengarkannya. 3. Siswa diminta untuk Menggunakan Lagu bersama guru dengan irama ataupun tempo yang lambat. 4. Guru dan siswa mengartikan lagu ke dalam bahasa Indonesia yang benar 5. Guru dan siswa menyanyikan lagu bersama – sama berulang kali mulai dari tempo yang lambat perlahan – lahan sampai pada irama ataupun tempo yang sebenarnya. 6. Guru menunjuk siswa secara berkelompok ataupun secara sendiri – sendiri untuk menyanyikan lagu bahasa Inggris di depan kelas (Suprijono, 2003:24). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan teknik ini sebagai media pembelajaran bahasa Inggris yakni hendaklah lagu yang diajarkan memiliki tempo yang lambat namun apabila temponya cepat haruslah diperdengarkan berulang – ulang kali dengan diawali dengan tempo yang agak lambat dari lagu yang sebernarnya dan disesuaikan dengan tingkat penguasaan anak, pengucapan, irama yang mudah dan mengarah pada tujuan pembelajaran bahasa bagi anak Sekolah Dasar. 2.8 Kajian Yang Relevan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan S. Sino (2011) dengan judul Meningkatkan Kosakata Siswa Melalui Penggunaan Media Audio Visual Pada Pelajaran Bahasa Inggris Di Kelas V SDN No.30 Kota Selatan Kota Gorontalo. Setelah melakukan penelitian dengan menempuh dua siklus, maka hal yang diperoleh dari siklus I ke siklus II memperoleh peningkatan. Siklus I aktifitas belajar siswa membaik dengan capaian 29,16% dan kualifikasi cukup 50% hasil belajar siswa yang memperoleh nila 71 ke atas mencapai 59,09% dengan daya serap siswa mencapai 72%. Pada siklus II aktifitas siswa membaik dengan presentase kualifikasi sangat baik 50% dan kualifikasi baik 50%. Hasil belajar yang diperoleh siswa yang memenuhi nilai 71 ke atas mencapai 86,36% dengan daya serap 79,5%. Mengkaji beberapa temuan terdahulu dan membandingkan dengan judul yang peneliti lakukan yaitu Mendeskripsikan Kemampuan Kosakata Bahasa Inggris menggunakan lagu di Kelas II SDN 15 Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo, tampaknya akan menunjukkan efektifitas yang sangat tinggi bagi peningkatan kosakata bahasa Inggris. Indikator yang ingin peneliti capai pada penelitian ini, salah satunya adalah kemampuan siswa untuk menguasai lagu untuk mengetahui kosakata siswa yang dapa dilihat pada pengucapan (speaking), simakan (listening), dan membaca (reading) siswa maka dengan kata lain penelitian yang peneliti adakan tidak sama dengan penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya.