Peran dan Tanggungjawab Guru Sebagai Tenaga Profesional

advertisement
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
Peran dan Tanggungjawab Guru Sebagai Tenaga Profesional
Yohanes Suharso
FPIPS IKIP Veteran Semarang
Email : [email protected]
ABSTRAK
Seperti telah diketahui bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil yaitu sekolah, guru
memegang peran yang amat penting dan strategis. Kelancaran proses seluruh kegiatan
pendidikan terutama di sekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung jawab para guru. Guru
adalah seorang pemimpin yang harus mengatur, mengawasi dan mengelola seluruh
kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjadi lingkup tanggungjawabnya. Dalam
menghadapi tuntunan situasi perkembangan zaman dan pembangunan nasional, sistem
pendidikan nasional harus dapat dilaksanakan secara tepat guna dan hasil guna dalam
berbagai aspek dimensi, jenjang dan tingkat pendidikan. Keadaan semacam itu pada
gilirannya akan menuntut para pelaksana dalam bidang pendidikan di berbagai jenjang
untuk mampu menjawab tuntutan tersebut melalui fungsi-fungsinya sebagai guru. Guru
memegang peran yang sangat penting dan strategis dalam upaya membentuk watak
bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka pembangunan pendidikan di
Indonesia. Tampaknya kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir hayat nanti tidak
akan pernah dapat digantikan oleh yang lain, terlebih pada masyarakat Indonesia yang
multikultural dan multibudaya, kehadiran teknologi tidak dapat menggantikan tugas-tugas
guru yang cukup kompleks dan unik. Oleh sebab itu, diperlukan guru yang memiliki
kemampuan yang maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan
secara berkesinambungan mereka dapat meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Profesional artinya dilaksanakan secara
sungguh-sungguh dan didukung oleh para petugas secara profesional. Petugas yang
profesional adalah petugas yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan
yang didukung oleh etika profesi yanng kuat. Untuk menguji kompetensi tersebut,
pemerintah menerapkan sertifikasi bagi guru khususnya guru dalam jabatan. Sejumlah
penelitian membuktikan bahwa guru yang profesional merupakan salah satu indikator
penting dari sekolah berkualitas. Guru yang profesional akan sangat membantu proses
pencapaian visi dan misi sekolah. Mengingat strategis peran yang dimiliki oleh seorang
guru, usaha-usaha untuk mengenali dan mengembangkan profesionalitas guru menjadi
sangat penting untuk dilakukan.
Kata Kunci : Peran, Tanggungjawab, Tenaga Profesional.
PENDAHULUAN
Dalam rangka ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, peran guru sangat penting
untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berakhlak mulia.
Disadari bahwa peran guru sampai saat ini masih eksis, sebab sampai kapan pun posisi
tersebut tidak bisa digantikan oleh mesin sehebat apapun. Karena guru sebagai seorang
pendidik juga membina sikap mental yang menyangkut aspek-aspek manusiawi dengan
karakteristik yang beragam, dalam arti berbeda antara satu siswa dengan siswa lainnya.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
112
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
Banyak pengorbanan yang telah diberikan oleh seorang guru semata-mata ingin
melihat anak didiknya bisa berhasil dan sukses kelak. Tetapi perjuangan guru itu tidak
berhenti sampai disitu, guru juga merasa masih perlu meningkatkan kompetensinya agar
benar-benar menjadi guru yang profesional, terutama berkaitan dengan pelaksanaan
proses pembelajaran.
Pada prinsipnya terdapat seperangk`at tugas yang harus dilaksanakan oleh guru
berkaitan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas guru ini sangat berkaitan dengan
kompetensi profesionalnya. Hakekat profesi guru merupakan suatu profesi, yang berarti
suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal diluar
bidang kependidikan. Namun, dibalik itu semua juga tersirat suatu dilema profesi, di
antaranya adalah seringkali guru tidak menerima penghargaan ataupun perlakuan yang
sebanding dengan yang telah dikorbankan.
PEMBAHASAN
A. Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua pengertian yaitu
janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi:
kegiatan "apa saja" dan "siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan
suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang
dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut dari padanya
pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi guru adalah orang yang memiliki
latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan
tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu
(Makagiansar, 2006).
Profesi guru yaitu kemampuan yang tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada
umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan. Ada beberapa peran yang
dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik, antara lain: (a) sebagai pekerja
profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih, (b) pekerja kemanusiaan
dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan yang dimiliki, (c)
sebagai petugas kemaslakhatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat
untuk menjadi warga negara yang baik (Nasanius, 2008).
Profesi guru adalah orang yang bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam
melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan
atau panggilan hati nurani, sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan
tugas berat mencerdakan anak didik (Galbreath, 1999). Jabatan guru dapat dikatakan
sebuah profesi karena menjadi seorang guru dituntut suatu keahlian tertentu (mengajar,
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
113
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
mengelola kelas, merancang pengajaran) dan dari pekerjaan ini seseorang dapat
memiliki nafkah bagi kehidupan selanjutnya. Hal ini berlaku sama pada pekerjaan lain.
Namun dalam perjalanan selanjutnya, profesi guru menjadi berbeda dari pekerjaan lain,
profesi guru termasuk ke dalam profesi khusus selain dokter, penasihat hukum, pastur.
Kekhususannya adalah bahwa hakekatnya terjadi dalam suatu bentuk pelayanan
manusia atau masyarakat. Orang yang menjalankan profesi ini hendaknya menyadari
bahwa ia hidup dari padanya, itu haknya, ia dan keluarganya harus hidup akan tetapi
pada hakekat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup
yang menjadi motivasi
utamanya, melainkan kesediaannya untuk melayani sesama. Di lain pihak profesi guru
juga disebut sebagai profesi yang luhur. Dalam hal ini, perlu disadari bahwa seorang guru
dalam melaksanakan profesinya dituntut adanya budi luhur dan akhlak yang tinggi. Guru
dalam keadaan darurat dianggap wajib juga membantu tanpa imbalan yang cocok. Atau
dengan kata lain hakekat profesi luhur adalah pengabdian kemanusiaan.
B. Profesional
Profesional adalah seorang guru yang ahli dalam bidang keilmuan yang
dikuasainya serta dituntut bukan hanya sekedar mampu mentransfer keilmuan ke dalam
diri anak didik, tetapi juga mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta
didik. Oleh sebab itu bentuk pembelajaran kongkret dan penilaian secara komprehensif
diperlukan untuk bisa melihat siswa dari berbagai perspektif. Persiapan pembelajaran
menjadi sesuatu yang wajib dikerjakan, dan pelaksanaan aplikasi dalam kelas berpijak
kepada persiapan yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi setempat
atau kelas yang berbeda. Kepedulian untuk mengembangkan kemampuan afektif,
emosional, sosial dan spiritual siswa, sesuatu yang vital untuk bisa melihat kelebihan
atau keungulan yang terdapat dalam diri anak.
Peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan diri dan menemukan
aktualisasi sehingga tumbuh rasa percaya diri. Telah disinggung bahwa; mengapa profesi
guru sebagai profesi khusus dan luhur? Berikut diuraikan tentang 2 (dua) tuntutan yang
harus dipilih dan dilaksanakan guru dalam upaya mendewasakan anak didik. Tuntutan itu
adalah: (1) mengembangkan visi anak didik tentang sesuatu yang baik untuk
pengembangan bakat anak didik, (2) mengembangkan potensi umum sehingga dapat
bertingkah laku secara kritis terhadap pilihan-pilihan.
Anak didik mampu mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu yang baik
atau tidak baik. Apabila seorang guru dalam kehidupan pekerjaannya menjadikan pokok
satu sebagai tuntutan yang dipenuhi, maka yang terjadi pada anak didik adalah suatu
pengembangan konsep manusia terhadap sesuatu yang baik dan bersifat ekslusif.
Maksudnya adalah bahwa konsep manusia terhadap sesuatu
yang baik hanya
dikembangkan dari sudut pandang yang sudah ada pada diri siswa sehingga tak
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
114
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
terakomodir konsep baik secara universal. Dalam hal ini, anak didik tidak diajarkan
bahwa untuk mengerti akan sesuatu yang baik tidak hanya bertitik tolak pada diri siswa
sendiri tetapi perlu mengerti konsep ini dari orang lain atau lingkungan sehingga menutup
kemungkinan akan timbulnya visi bersama akan hal yang baik. Berbeda dengan tujuan
yang pertama, tujuan yang kedua lebih menekankan akan kemampuan dan peranan
lingkungan dalam menentukan sesutau yang baik tidak hanya berdasarkan pada diri
namun juga pada orang lain berikut akibatnya. Di lain pihak guru mempersiapkan anak
didik untuk melaksanakan kebebasannya dalam mengembangkan visi yang baik secara
konkrit dengan penuh rasa tanggung jawab di tengah kehidupan bermasyarakat.
Komitmen guru dalam mengajar guna pencapaian tujuan mengajar yang kedua
lebih lanjut diuraikan bahwa guru harus memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu yang
ditentukan oleh lembaga sekolah. Sekolah selanjutnya akan mengatur guru, pelajaran
dan siswa agar mengalami proses pembelajaran
yang berlangsung dengan baik dan
supaya tidak terjadi penyalahgunaan jabatan. Namun demikian, sekolah juga perlu
memberikan kebebasan bagi guru untuk mengembangkan, memvariasikan, kreativitas
dalam merencanakan, membuat dan mengevaluasi sesuatu proses yang baik artinya
guru mempunyai kewenangan. Hal ini menjadi perlu bagi seorang yang profesional dalam
pekerjaannya. Masyarakat umum juga dapat membantu guru dalam proses kegiatan
pembelaharan. Hal ini dimungkinkan karena masyarakat ikut bertanggungjawab terhadap
“proses” anak didik. Masyarakat dapat mengajukan saran, kritik bagi lembaga sekolah,
lembaga sekolah boleh saja mempertimbangkan atau menggunakan masukan dari
masyarakat untuk mengembangkan pendidikan tetapi lembaga sekolah atau guru tidak
boleh
bertindak sesuai dengan kehendak masyarakat, karena hal ini menyebabkan
hilangnya profesionalitas guru dan otonomi lembaga sekolah atau guru. Dengan
demikian, pemahaman akan visi pekerjaan sesuai dengan etika moral profesi perlu
dipahami agar tuntutan yang diberikan kepada guru bukan dianggap sebagai beban
melainkan visi yang akan dicapai guru melalui proses pembelajaran. Guru perlu diberikan
otonomi untuk mengembangkan dan mencapai tuntutan tersebut.
C. Kompotensi Guru
Kemampuan melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab guru
merupakan sebagian dari kompetensi profesionalitas guru. Moh. Uzer Usman (2000)
mengemukakan 3 (tiga) tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan
melatih. (1) Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, (2)
mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, (3) melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. DG Armstrong dalam Nana
Sudjana (2000) mengemukakan ada 5 (lima) tugas dan tanggung jawab pengajar, yakni
tanggung jawab dalam: (a) pengajaran, (b) bimbingan belajar, (c) pengembangan
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
115
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
kurikulum, (d) pengembangan profesi-nya, dan (e) pembinaan kerjasama dengan
masyarakat. Mohamad Ali (2000) mengemukakan 3 (tiga) macam tugas utama guru,
yakni: (a) merencanakan tujuan proses pembelajaran, bahan pelajaran, proses
pembelajaran yang efektif dan efisien, menggunakan alat ukur untuk mencapai tujuan
pengajaran tercapai atau tidak, (b) melaksanakan pengajaran, (c) memberikan balikan
(umpan balik).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan tentang
tugas guru yaitu: (a) tugas pengajaran, bimbingan dan latihan kepada siswa, (b)
pengembangan profesi guru, (c) pengabdian masyarakat. Untuk dapat melaksanakan
tugas dan tanggung jawab di atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan
dan keterampilan tertentu. Kemampuan dan keterampilan tersebut sebagai bagian dari
kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang
mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik.
Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan.
Menurut Mc. Load dalam Moh Uzer Usman (2000) Kompetensi merupakan perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi guru (teacher competency)
merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara
bertanggungjawab dan layak. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugas
sebagai pengajar yang dilakukan secara bertanggungjawab dan layak. Glasser dalam
Nana Sudjana (2000) mengemukakan 4 (empat) jenis kompetensi tenaga pengajar,
yakni: (a) mempunyai pengetahuan belajar dan tingkah laku manusia, (b) menguasai
bidang ilmu yang dibinanya, (c) memiliki sikap yang tepat tentang dirinya sendiri dan
teman sejawat serta bidang ilmunya, dan (d) keterampilan mengajar.
D. Kode Etik Guru
Adanya sumpah profesi dan kode etik guru, menurut Achmad Sanusi adalah
sebagai rambu-rambu, rem, dan pedoman dalam tindakan guru khususnya saat kegiatan
pembelajaran. Alasannya, guru harus bertanggungjawab dengan profesi maupun hasil
dari pengajaran yang ia berikan kepada siswa. Jangan sampai terjadi mallpraktik
pendidikan. Isi kode etik tersebut adalah: (1) guru berbakti membimbing peserta didik
untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, (2) guru
memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional, (3) guru berusaha memperoleh
informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan, (5)
guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menjunjung berhasilnya proses
pembelajaramn, (5)
guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
116
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
terhadap pendidikan, (6) guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya, (7) guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial, (8) guru secara bersama-sama
memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan
pengabdian, (dan (9) guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.
Sekarang yang menjadi masalah bagi kalangan pendidikan bukanlah belum adanya
kode etik guru, melainkan sudah sejauhmana guru-guru di negeri ini mempelajari,
memahami, dan mengaplikasikan kode etik guru tersebut, baik dalam mendidik anak
bangsa ataupun dalam kehidupan sehari-hari, sehingga, guru betul-betul menjadi suri
tauladan bagi seluruh komponen bangsa di manapun berada.
E. Strategi Menjadi Guru Profesional
Apakah jabatan guru dapat disebut sebagai suatu profesi? Pada dasarnya profesi
guru adalah profesi yang sedang tumbuh. Walau ada yang berpendapat bahwa guru
adalah jabatan semiprofesional, namun sebenarnya lebih dari itu.Usaha profesionalisasi
merupakan hal yang tidak perlu ditawar-tawar lagi karena uniknya profesi guru. Profesi
guru harus memiliki berbagai kompetensi seperti kompetensi profesional, personal, dan
sosial. Seseorang dianggap profesional apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan
selalu berpegang teguh pada etika kerja, independent (bebas dari tekananpihak luar),
cepat (produktif), tepat (efektif), efisien dan inovatif serta didasarkan pada prinsip-prinsip
pelayanan prima yang didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis,
kewenangan profesional, pengakuan masyarakat dan kode etik yang regulatif.
Pengembangan wawasan dapat dilakukan melalui forum pertemuan profesi, pelatihan
ataupun upaya pengembangan dan belajar secara mandiri. Sejalan dengan hal tersebut,
seorang guru harus terus meningkatkan profesionalitasnya melalui berbagai kegiatan
yang dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengelola pembelajaran maupun
kemampuan lain dalam upaya menjadikan peserta didik memiliki keterampilan belajar,
mencakup
keterampilan
dalam
memperoleh
pengetahuan
(learning
to
know),
keterampilan dalam pengembangan jati diri (learning to be), keterampilan dalam
pelaksanaan tugas-tugas tertentu (learning to do), dan keterampilan untuk dapat hidup
berdampingan dengan sesama secara harmonis (learning to live together). Berangkat
dari makna dan syarat-syarat profesi sebagaimana dijelaskan pada bagian terdahulu,
maka dalam rangka pengembangan profesionalitas guru secara berkelanjutan dapat
dilakukan dengan berbagai strategi antara lain:
(1) Berpartisipasi di dalam pelatihan atau in servie training
Bentuk pelatihan yang fokusnya adalah keterampilan tertentu yang dibutuhkan oleh
guru untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Pelatihan ini cocok dilaksanakan
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
117
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
pada salah satu bentuk pelatihan pre-service atau in-service. Model pelatihan ini
berbeda dengan pendekatan pelatihan yang konvensional, karena penekanannya
lebih kepada evaluasi performan nyata suatu kompetensi tertentu dari peserta
pelatihan;
(2) Membaca dan menulis jurnal atau makalah ilmiah lainnya
Dengan membaca dan memahami banyak jurnal atau makalah ilmiah lainnya dalam
bidang pendidikan yang terkait dengan profesi guru, maka guru dengan sendirinya
dapat
mengembangkan
profesionalisme
dirinya.
Selanjutnya
untuk
dapat
memberikan kontribusi kepada orang lain, guru dapat melakukan dalam bentuk
penulisan artikel/makalah karya ilmiah yang sangat bermanfaat bagi pengembangan
profesionalitas guru yang bersangkutan maupun orang lain;
(3) Berpartisipasi di dalam kegiatan pertemuan ilmiah
Pertemuan ilmiah member-kan makna penting untuk menjaga kemutakhiran (up to
date) hal-hal yang ber-kaitan dengan profesi guru. Tujuan utama dari kegiatan
pertemuan ilmiah adalah menyajikan berbagai informasi dan inovasi terbaru di dalam
suatu bidang tertentu. Partisipasi guru pada kegiatan tersebut akan memberikan
kontribusi
yang
berharga
dalam
membangun
profesionalitas
guru
dalam
melaksanakan tanggungjawabnya;
(4) Melakukan penelitian seperti PTK
Penelitian tindakan kelas yang merupakan studi sistematik yang dilakukan guru
melalui kerjasama atau tidak dengan guru lain dalam rangka merefleksikan dan
sekaligus meningkatkan praktik pembelajaran secara terus-menerus juga merupakan
strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalitas guru. Berbagai kajian yang
bersifat reflektif oleh guru yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan dalam melaksanakan
tugasnya, dan memperbaiki kondisi
praktik pembelajaran berlangsung akan
bermanfaat sebagai inovasi pendidikan. Dalam hal ini guru diberdayakan untuk
mengambil berbagai prakarsa profesional secara mandiri dengan penuh percaya diri.
Jika proses ini berlangsung secara terus-menerus, maka akan berdampak pada
peningkatan profesionalitas guru;
(5) Partisipasi di dalam organisasi/komunitas profesional
Ikut serta menjadi anggota orgnisasi profesional juga akan meningkatkan
profesionalitas seorang guru. Organisasi profesional biasanya akan melayani
anggotanya untuk selalu mengembangkan dan memelihara profesionalitasnya
dengan membangun hubungan
erat dengan masyarakat. Dalam hal ini yang
terpenting adalah guru harus pandai memilih suatu bentuk organisasi profesional
yang dapat memberi manfaat utuh bagi dirinya melalui bentuk investasi waktu dan
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
118
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
tenaga. Pilih secara bijak organisasi yang dapat memberikan kesempatan bagi guru
untuk meningkatkan profesionalitasnya;
(6) Kerja sama dengan tenaga profesional lainnya di sekolah
Seseorang cenderung untuk berpikir dari pada keluar untuk memperoleh pertolongan
atau informasi mutakhir akan lebih mudah jika berkomunikasi dengan orang-orang di
dalam tempat kerja yang sama. Pertemuan secara formal maupun informal untuk
mendiskusikan berbagai isu atau permasalahan pen-didikan termasuk bekerjasama
berbagai kegiatan lain (misalnya merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
program-program sekolah) dengan kepala sekolah, orang tua peserta didik (komite
sekolah), guru dan staf lain yang profesional dapat menolong guru dalam
memutakhirkan pengetahuannnya. Berpartisipasi di dalam berbagai kegiatan
tersebut
dapat
menjaga
keaktifan
pikiran
dan
membuka
wawasan
yang
memungkinkan guru untuk terus mem-peroleh informasi yang diperlukan
dan
sekaligus membuat perencanaan untuk mendapatkannya. Semakin guru terlibat
dalam prolehan informasi, maka guru semakin merasakan akuntabel, dan semakin
guru
merasakan
akuntabel
maka
mereka
semakin
termotivasi
untuk
mengembangkan dirinya.
F. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Peran guru dalam proses pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas dalam
memberlangsungkan sesuatu dari awal sampai akhir, maka suatu proses merupakan
suatu rangkaian yang tidak terpisahkan dari fungsi dan proses manajemen. Proses dari
pada administrasi dan manajemen, menurut Luther Gullick yang terkenal dengan akronim
(Soetjipto, 2004) adalah:
1. Perencanaan (planning) adalah perincian dalam garis besar untuk memudahkan
pelaksanaan dan metode yang digunakan dalam menyelesai-kan maksud atau tujuan
badan usaha itu;
2. Pengorganisasian adalah menetapkan struktur formal dari pada kewenang-an, yaitu
pekerjaan di bagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan;
3. Penyusunan pegawai adalah keseluruhan fungsi dari pada kepegawaian sebagai
usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan memelihara situasi pekerjaan yang
menyenangkan;
4. Pembina kerja (directing) merupakan tugas yang terus-menerus didalam pengambilan
keputusan yang berwujud suatu perintah khusus atau umum dan intruksi intruksi dan
bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha atau organisasi;
5. Pengkoordinasiaan
(coordinating)
merupakan
jewajiban
yang
penting
untuk
menghubungkan berbagai kegiatan dari pada pekerjaan;
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
119
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
6. Pelaporan (reporting) yaitu pimpinan yang bertanggungjawab harus mengetahui yang
sedang dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan maupun bawahannya melalui
catatan, penelitian, maupun inspeksi; dan
7. Anggaran (budgeting) yaitu semua anggaran akan berjalan dengan baik bila disertai
dengan usaha pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran dan pengawasan
anggaran.
Dengan pandangan di atas maka guru yang profesional dituntut harus mampu
berperan selaku manajer yang baik yang didalamnya harus mampu melangsungkan
seluruh tahap-tahap aktivitas dan proses pembelajaran dengan manajerial yang baik,
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat diraih dengan hasil yang
memuaskan. Lebih lanjut dikemukakan oleh Soetjipto (2004)
peran guru yang
profesional atau tenaga kependidikan adalah:
1. Tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar yakni tenaga kependidikan yang
harus memiliki kesetabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersifat realistas,
bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan, terutama inovasi
pendidikan;
2. Tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat, untuk itu harus menguasai
psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia dan sebagai
anggota masyarakat harus memiliki keterampilan membina kelompok, keterampilan
bekerja sama;
3. Tenaga kependidikan perlu memiliki kepribadian menguasai ilmu kepemimpinan
menguasai prinsif hubungan manusia, teknik berkomunikasi serta menguasai berbagai
aspek kegiatan organisasi yang ada di sekolah;
4. Tenaga kependidikan sebagai pengelola proses pembelajaran
yakni tenaga
kependidikan yang harus mampu dan menguasai berbagai metode mengajar dan
harus mampu menguasai situasi pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.
G. Faktor yang Mempengaruhi Guru Profesional
Secara garis besarnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi guru profesional
antara lain adalah: (1) status akademik, (2) pengalaman belajar, (3) mencintai profesi
sebagai guru, dan (4) berkepribadian
(Soetjipto, 2004), secara lengkap seperti
dikemukakan berikut ini.
1. Status akademik
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat profesi. Secara sederhana pekerjaan
yang bersifat profesi adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka yang secara
khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lainnya. Untuk menciptakan tenaga–
tenaga profesional tersebut pada dasarnya di sekolah dibina dan dikembangkan dari
sebagai segi diantaranya:
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
120
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
a. Segi toritis yaitu di lembaga atau sekolah-sekolah keguruan yang membina dan
menciptakan tenaga-tenaga profesional ini diberikan ilmu pengetahuan selain ilmu
pengetahuan yang harus disampaikan kepada anak didik, juga diberikan ilmu
pengetahuan khusus unuk menunjang kepropfesionalannya sebagai guru yang
berupa ilmu mendidik, ilmu jiwa, didaktik metodik administrasi pendidikan dan
sebagainya.
b. Segi praktis yaitu secara praktis dapat diartikan dengan berdasarkan praktik adalah
cara melakukan sesuatu yang tersebut dalam teori.
2. Pengalaman belajar
Dalam menghadapi anak didik tidak mudah untuk mengorganisir mereka, dan hal
tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai guru yang mengeluh
karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
dan menggairahkan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang mampu untuk menguasai
dan menyesuaikan diri terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
3. Mencintai profesi sebagai guru
Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta akan mendorong individu
untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan pengorbanan. Seseorang yang
melakukan sesuatu dengan tanpa adanya rasa cinta biasanya orang yang
keadaannya dalam paksaan orang lain, maka dalam melaksanakan hak nya itu
dengan merasa terpaksa. Dalam melakukan sesuatu akan lebih berhasil apabila
disertai dengan adanya rasa mencintai terhadap sesuatu yang dilakukannya itu.
4. Berkepribadian
Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak
seseorang. Dalam proses pembelajaran,
kepribadian seorang guru ikut serta
menentukan watak kepada siswanya. Dalam proses pembelajaran,
kepribadian
seorang guru sangat menentukan terhadap pembentukan kepribadian siswa untuk
menanamkan akhlak yang baik sebagai umat manusia.
Mendidik adalah perilaku yang universal, artinya pada dasarnya semua orang
dapat melakukannya, orang tua mendidik anaknya, pemimpin mendidik bawahannya,
pelatih mendidik anak asuhnya dan sudah barang tentu guru mendidik muridnya. Tetapi
cara mendidik yang lebih efektif dibanding dengan cara mendidik yang biasa. Dihadapan
anak, guru dianggap sebagai orang yang mempunyai kelebihan dibanding dengan
orang–orang yang dikenal oleh mereka. Oleh sebab itu guru harus mampu bertindak
sesuai dengan kedudukannya seperti yang dinyatakan oleh Kent Wiliam dalam Soetjipto
(2004) yaitu:
a. Sebagai hakim;
b. Sebagai wakil masyarakat;
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
121
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
c. Sebagai narasumber;
d. Sebagai wasit;
e. Sebagai penolong siswa;
f. Sebagai objek identifikasi;
g. Sebagai pereda ketegangan atau kecemasan;
h. Sebagai pengganti orang tua; dan
i. Sebagai objek penumpahan masalah dan kekecewaan
Guru sebagai pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahlian dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya keberhasilan proses pembelajaran sangat
tergantung kepada cara guru mengajar. Agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan
efektif dan efisien, maka guru perlu memiliki kompetensi yang dapat menunjang
tugasnya, yaitu 4 (empat) kompetensi sepertu yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu
kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
KESIMPULAN
Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap
pendidikan murid-murid, baik secara individu maupun klasikal, baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Ini berarti seorag guru minimal memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai
wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya. Untuk itu seorang guru perlu
memiliki kepribadian, menguasai bahan pelajaran dan menguasai cara-cara mengajar
sebagai dasar kompetensi. Bila guru tidak memiliki kepribadian, tidak menguasai bahan
pelajaran dan cara-cara mengajar, maka guru akan gagal menunaikan tugasnya, sebelum
berbuat lebih banyak dalam pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, kompetensi mutlak
dimiliki guru sebagai ke-mampuan, kecakapan atau keterampilan dalam mengelola kegiatan
pendidikan. Dengan demikian kompetensi guru berarti pemilikan pengetahuan keguruan,
dan pemilikan keterampilan serta kemampuan sebagai guru dalam melaksanakan tugasnya.
Guru yang profesional tidak hanya mengetahui
kompetensinya. Namun dapat melaksanakan segala sesuatu
akan tugas, peran dan
yang menjadi tugas dan
perannya, serta selalu meningkatkan kompetensinya agar tercapai kondisi proses
pembelajaran yang efektif dan tercapai tujuan belajar secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Algensindo, Pantiwati. 2001. Upaya Peningkatan Profesionalisme Kepemimpinan.
Malang: PSSJ PPs Universitas Malang.
Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
122
Vol : XX, No : 4, OKTOBER 2013
Direktorat Profesi Pendidik. 2008. Pedoman Penilaian Guru Berprestasi. Jakarta:
Depdiknas.
http://makalahprofesikependidikan.blogspot.com/2010/07/kompetensi-guru-
profesi.html
Semiawan, C.R. 1991. Strategi Pengembangan Diri Untuk Menjadi Pemimpin
Jakarta: Grasindo.
Pidarta, Made, 2000. Landasan Kependidikan. Jakarta: Renika Cipta.
Samani, Muchlas, dkk. 2003. Pembinaan Profesi Guru. Jakarta: Depdiknas.
Sudjana, Nana. 2007. Dasar-sasar Proses Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru.
Soetjipto. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda-karya.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
123
Download