24 BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Guru Pendidikan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan
atau kecakapan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kompetensi dapat
diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan
suatu hal.1 Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna yang
diantaranya adalah sebagai berikut menurut Usman, kompetensi adalah
suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang
baik
yang
kualitatif
maupun
kuantitatif.
Charles
E.
mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang
Johnson,
rasional
untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan. Kompetensi merupakan suatu tugas yang memadai atas
kepemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut
oleh jabatan seseorang.2
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan paling utama
dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari
tujuan nasional Bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa yang menempati posisi yang strategis dalam pembukaan
1
Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), Cet ke 17. hlm. 14.
2
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Sukses Dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 51.
24
25
UUD 1945. Dalam situasi pendidikan, khususnya pendidikan formal di
sekolah, guru merupakan komponen yang terpenting dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Ini disebabkan guru berada di barisan terdepan dalam
pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain, guru merupakan komponen
yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan
yang berkualitas. Dengan demikian, upaya perbaikan apapun yang
dilakukan untuk meningkatkan pendidikan tidak akan memberikan
sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional
dan berkompeten. Oleh karena itu, diperlukanlah sosok guru yang
mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam
menjalankan tugas profesionalnya.
Dalam UU RI tentang Guru dan Dosen pasal 8 disebutkan „‟Guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Dalam UU tersebut, kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan peilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya.3
Kompetensi juga berarti sebagai pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Pengertian kompetensi ini, jika digabungkan dengan sebuah profesi yaitu
guru atau tenaga pengajar, maka kompetensi guru mengandung arti
3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 3.
26
kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban
secara bertanggung jawab dan layak, atau kemampuan dan kewenangan
guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Pengertian kompetensi
guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam
diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
Menurut Hopkins kompetensi berarti cara guru untuk menilai terus
menerus dirinya sendiri dengan tetap membuka diri akan perubahan zaman
yang terjadi. Pelajar dan budaya terus berubah, itulah yang harus dilakukan
seorang guru. Guru harus menyadari bahwa manusia adalah sosok yang
mudah menerima perubahan, dengan membuka diri untuk terus
berkembang guru akan menjadi orang yang kompeten dalam profesinya.4
Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku
seseorang. Menurut Lefrancois, kompetensi merupakan kapasitas untuk
melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar mengajar. Selama
proses belajar, stimulus akan bergabung dengan isi memori dan
menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu.
Apabila individu sukses mempelajari cara melakukan satu pekerjaan yang
kompleks dari sebelumnya, pada dirinya akan terjadi perubahan
kompetensi. Perubahan kompetensi ini tidak akan nampak apabila tidak
ada kepentingan atau kesempatan untuk melakukannya.
Dengan demikian, bisa diartikan bahwa kompetensi itu berlangsung
lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu.
4
Suyanto dan Asep Djihad, Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional
(Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012), hlm.48.
27
Menurut Cowell, kompetensi diartikan sebagai suatu keterampilan atau
kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan mulai dari
tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada
gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau
pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri atas (1) penguasaan minimal
kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, (3) penambahan
penyempurnaan
atau
pengembangan
terhadap
kompetensi
atau
keterampilan. Ketiga proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih
ada kesempatan untuk melakukan penyempurnaan atau pengembangan
kompetensi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi
merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi,
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan
profesi
tertentu
berkenaan
dengan
bagian-bagian
yang
dapat
diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk
menjalankan profesi tertentu.5
2. Macam-macam Kompetensi Guru
Secara umum, guru harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki
capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam
bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang
mengajar yang baik dan mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi.
Dalam hal evaluasi seorang guru dikatakan berkompeten apabila
5
Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 40.
28
memahami teknik dan prosedur evaluasi, serta mampu melaksanakannya,
sehingga didapat hasil evaluasi yang digunakan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar.6
Kompetensi guru yang dimaksud adalah menurut undang-undang
No.14 tentang guru dan dosen meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh
melalui
pendidikan
profesi.
Sedangkan
macam-macam
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagai berikut :
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik berasal dari dua kata majemuk yaitu
kompetensi dan pedagogik. Kompetensi adalah (kewenangan) kekuasaan
untuk menentukan sesuatu hal.7 Sedangkan pedagogik berasal dari kata
pedagogi yang artinya ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran.8
Merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
1) Pengetahuan wawasan atau landasan kependidikan.
2) Pemahaman terhadap peserta didik.
3) Pengembangan kurikulum atau silabus.
4) Perencanaan pembelajaran.
5) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
6) Evaluasi hasil belajar.
6
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat
Dalam Penyelenggarakan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 112-113.
7
W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
hlm. 518.
8
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 324.
29
7) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.9
Kompetensi pedagogik guru juga berkaitan dengan kemampuan
untuk
mengelola
program
pembelajaran
di
dalamnya
mencakup
kemampuan mengelaborasi kemampuan peserta didik, merencanakan
program pembelajaran, dan mengevaluasi program pembelajaran.
Aspek pedagogik berhubungan langsung dengan segenap hal yang
terkait dengan pelaksanaan tugas seorang pendidik. Eksplisit, aspek
pedagogik merupakan hal yang paling kompleks yang meliputi sub-aspek
materi, kurikulum, metode pembelajaran, dan sebagainya.
b. Kompetensi Kepribadian
Menurut Permendiknas No. 16/2007, kemampuan dalam standar
kompetensi ini mencakup lima kompetensi utama yakni: 1) bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaaan nasional
Indonesia, 2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, 3) menampilkan diri
sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, 4)
menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri, 5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.10
Kompetensi kepribadian guru berkaitan dengan perilaku seorang
guru dalam kehidupannya. Guru dituntut untuk memiliki perilaku mulia,
9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana, 2007), hlm. 20.
10
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru, Konsep Dasar, Problematika, dan
Implementasinya (Jakarta: PT. Indeks, 2011), hlm. 51.
30
sebab guru merupakan teladan bagi para siswanya atau bahkan masyarakat
di sekitarnya.
Theodore dkk mengemukakan, kepribadian merupakan predisposisi
dalam perwujudan tingkah laku. Kepribadian dapat merupakan unsur
bawaan sejak seorang dilahirkan, tetapi juga dibentuk karena pengaruh
unsur-unsur di luar diri.11
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkaitan dengan perikau guru berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya (siswa, teman sejawat, atasan, orang tua
siswa bahkan warga masyarakat dimana guru tinggal), selain itu guru
dituntut mampu berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dan efisien
kepada peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali dan warga sekitar.
Kompetensi
sosial
merupakan
kemampuan
guru
untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar saat
melaksanakan tugasnya sebagai guru. Peran guru dalam masyarakat
berbeda dengan profesi lainnya. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan
masyarakat terhadap guru berbeda, terutama adanya tuntutan untuk
menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat tinggal guru.
d. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional berkaitan dengan kemampuan guru akan
penguasaan materi secara luas dan mendalam. Kemampuan ini diperoleh
melalui jalur pendidikan sesuai dengan program studi yang ditempuhnya.
11
Iskandar Agung, Menghasilkan Guru Kompeten dan Profesional (Jakarta: Bee Media
Indonesia, 2012), hlm. 76.
31
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan
materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional
sebagaimana yang dimaksud pada Pemenag Nomor 16/2010 ayat (1)
meliputi:
1) Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran agama.
2) Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
pendidikan agama.
3) Pengembangan materi pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama
secara kreatif.
4) Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
5) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri.12
3. Urgensi Kompetensi Guru
Pada dasarnya profesionalisme guru dan sikap profesional itu
merupakan motivasi intrinsik yang ada pada diri seseorang sebagai
pendorong untuk mengembangkan dirinya menjadi tenaga profesional.
Motivasi intrinsik tersebut akan berdampak pada munculnya etos kerja
yang unggul (exellence) yang ditunjukkan dalam lima bentuk kerja sebagai
berikut:
12
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), Cet Ke- 4, hlm. 21.
32
a. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar
ideal.
b. Meningkatkan dan memelihara citra profesi.
c. Memanfaatkan setiap kesempatan pengembangan profesional.
d. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi.
e. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang
tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Agar
proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka
guru mempunyai tugas dan peranan penting dalam mengantarkan peserta
didiknya mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sudah
selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan
tugas dan tanggung jawabnya.
Masalah kompetensi guru merupakan hal urgen yang harus dimiliki
oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Guru yang terampil
mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu
melakukan social adjustment dalam masyarakat. Kompetensi guru juga
sangat penting dalam rangka penyusunan sebuah kurikulum. Hal ini
dikarenakan
kurikulum
pendidikan
haruslah
disusun
berdasarkan
kompetensi yang dimiliki oleh guru. Tujuan, program pendidikan, sistem
33
penyampaian,
evaluasi
dan
sebagainya,
hendaknya
direncanakan
sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara
umum.13
Agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai dengan lingkungan
belajar yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi dan
meningkatkan kompetensinya. Di antara kriteria-kriteria kompetensi guru
yang harus dimiliki meliputi :
a) Kompetensi kognitif, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan
intelektual.
b) Kompetensi Afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang sikap,
menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-hal yang
berkenaan dengan tugas dan profesinya.
c) Kompetensi psikomotorik, yaitu kemampuan guru dalam berbagai
keterampilan atau berperilaku.14
Selain itu mengembangkan potensi bagi seorang guru menjadi
keharusan, karena tugasnya adalah mendidik anak didik dengan
pengetahuan dan kearifan. Menurut Hasyim Ashari, guru yang cerah masa
depannya adalah mereka yang memenuhi tiga hal yakni :
Pertama, mereka yang kreatif memanfaatkan potensi. Potensi dasar
guru adalah tinggginya ilmu yang dimiliki dibandingkan masyarakat lain.
Potensi tersebut bisa dimanfaatkan dengan menjadi pengajar yang
powerfull (favorit), penulis buku materi pelajaran, buku materi soal,
13
14
hlm. 18.
Oemar Hamalik, Op.Cit. hlm. 36.
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989),
34
penulis lepas di media masa, peneliti dengan biaya sponsor, atau menjadi
trainer.
Kedua, guru yang kreatif dapat mengelola waktu luangnya dengan
kegiatan-kegiatan yang produktif, seperti menjadi guru privat atau
mengajar di bimbingan belajar. Ketiga, guru yang berani membuat”
lompatan dalam hidup‟‟ dengan berwirausaha, seperti mendirikan lembaga
pendidikan atau kursus, membuka usaha kecil. Membuka industri rumah
tangga, dan banyak sekali alternatif usaha lain yang halal dan
menguntungkan.15
B. Profesionalisme Guru PAI
1. Pengertian Profesionalisme Guru
Kata “profesional” erat kaitannya dengan kata “profesi”. Menurut
Wirawan, profesi adalah pekerjaan yang untuk melaksanakannya
memerlukan persyaratan tertentu. Kata profesional dapat diartikan sebagai
orang yang melaksanakan sebuah profesi dan berpendidikan minimal S.I
yang mengikuti pendidikan profesi atau lulus ujian profesi.
Secara terminologi, profesional mempunyai banyak arti. Syafrudin
Nurdin mengungkapkan, M.Cully mengatakan bahwa profesi adalah suatu
pekerjaan yang memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja
harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.16
15
M. Hasyim Ashari, Siapa Bilang Jadi Guru Hidupnya Susah? 7 Kiat Praktis
Mnedapatkan Penghasilan Tambahan (Yogyakarta: Pinus, 2007), hlm. 19-20.
16
Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), Cet I, hlm. 15.
35
Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental
dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru
yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap
mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas
profesional melalui berbagai cara dan strategi. Dalam konteks guru, makna
profesionalisme sangat penting karena profesionalisme akan melahirkan
sikap terbaik bagi seorang guru dalam melayani kebutuhan pendidikan
peserta didik, sehingga kelak sikap ini tidak hanya memberikan manfaat
bagi siswa, tetapi memberikan manfaat bagi orang tua, masyarakat, dan
institusi sekolah itu sendiri.17
Makna profesional mengacu pada orang yang menyandang suatu
profesi atau sebutan tentang penampilan seorang dalam mewujudkan unjuk
kerja sesuai dengan profesinya. Dengan demikian, sebutan profesional
didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan kompetensi
penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau pekerjaan tertentu. Dalam UU
guru dan dosen (pasal 1 ayat 4) disebutkan bahwa profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,
atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.
17
Suyanto dan Asep Djihad, op.cit. hlm. 25.
36
Secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Depdikbud dan
Johson mencakup tiga aspek, yaitu a.) kemampuan profesional, b.)
kemampuan sosial, dan c.) kemampuan pribadi. 18
Jadi, profesionalitas guru PAI adalah suatu sebutan terhadap
kualitas sikap para guru PAI terhadap profesinya serta derajat pengetahuan
dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya.
Dengan demikian, sebutan profesionalitas guru PAI lebih menggambarkan
suatu keadaan derajat keprofesian setiap guru PAI untuk menggapai sikap,
pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya
dalam pembelajaran dalam bidang PAI. Dalam hal ini, guru PAI
diharapkan memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga
mampu melaksanakan tugasnya secara efektif.
Para guru PAI secara bertahap diharapkan akan mencapai suatu
derajat kriteria profeional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005, PP 74 Tahun 2008
dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, yaitu berpendidikan akademik
S-1 atau D-IV dan telah lulus uji kompetensi melalui proses sertifikasi.
Setelah dinyatakan layak akan mendapatkan sertifikat pendidik sebagai
bukti pengakuan profesionalitas guru PAI tersebut. Pada dasarnya,
profesionalisasi guru PAI merupakan suatu proses berkesinambungan
melalui berbagai program pendidikan, baik pendidikan prajabatan
(preservice training) maupun pendidikan dalam jabatan (in-service
18
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (Jakarta: GP Press Group,
2013), hlm. 21.
37
training) agar para guru PAI benar-benar memiliki profesionalitas yang
standar.
2. Syarat-syarat Profesionalisme Guru
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti
yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi
dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat
dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena
guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan,
kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan
lain sebagainya. Demikian juga profesi seorang dokter, sebagian orang
dapat menyembuhkan penyakit seseorang melalui pengalamannya dengan
cara pengobatan tertentu, akan tetapi dia belum bisa dikatakan sebagai
seorang
dokter,
karena
dokter
akan
melakukan
terapi
dengan
mempergunakan teori-teori dan pengalaman yang dia pernah lakukan serta
dapat diterima secara rasional.
Mengingat tugas dan tanggung jawab seorang guru yang berat,
maka profesi memerlukan persyaratan-persyaratan khusus. Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 th. 2005 tentang Guru dan
Dosen pada Bab III mengenai prinsip profesionalitas pasal 7 ayat 1
disebutkan profesi guru merupakan bidang khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip sebagai berikut :
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
38
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia.
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.19
Demikian pula halnya seorang guru profesional, dia memiliki
keahlian, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantara ‟‟tut wuri handayani, ing ngarso sung tulodo, ing madyo
mangun karso’’. Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan
tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid serta
selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru profesional
selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami
keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur-literatur,
19
Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Th. 2005 (Jakarta: Sinar Grafindo,
2006), hlm. 6.
39
dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan
pengetahuan yang digelutinya.20
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar,
guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi :
a. Memiliki bakat sebagai guru.
b. Memiliki keahlian sebagai guru.
c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegritas.
d. Memiliki mental yang sehat.
e. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
f. Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila.
g. Guru adalah seorang warga negara yang baik.
Sedangkan Menurut Desi Reminsa, ada beberapa syarat untuk
menjadi seorang guru ideal, antara lain memiliki kemampuan intelektual
yang memadai, kemampuan memahami visi dan misi pendidikan, keahlian
mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi pembelajaran, memahami
konsep perkembangan anak atau psikologi perkembangan, kemampuan
mengorganisasi dan mencari problem solving (pemecahan masalah),
kreatif dan memiliki seni dalam mendidik.21
Ada tiga hal yang dipersyaratkan dari guru ini, yakni pemilikan
standar minimal kualifikasi akademik, kewajiban memenuhi kompetensi,
dan pelaksanaan tugas secara profesional. Permendiknas No. 16/2007
menetapkan, bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik minimum
20
Martinis Yamin, Op.Cit. hlm. 23.
Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif (Yogyakarta:
Diva Press, 2009), hlm. 32.
21
40
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1). Hanya saja dalam penentuan
kualifikasi akademik terdapat perbedaan antara persyaratan yang
dituangkan untuk guru PAUD/TK/RA dengan guru SMP/MTS, SMA/MA,
dan SMK/MAK. Yang disebut pertama disyaratkan memiliki latar
belakang pendidikan anak usia dini atau psikologi, sedangkan yang kedua
berasal dari program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan atau diampu.
Agar dapat disebut profesional, peraturan mensyaratkan bahwa
seorang guru harus melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dalam
penjabarannya lebih lanjut dikatakan, pendidikan profesi merupakan
pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
Program PPG bertujuan untuk menghasilkan guru profesional yang
memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran.
Menindaklanjuti
hasil
penilaian
dengan
melakukan
pembimbingan, dan pelatihan peserta didik, serta mampu melakukan
penelitian dan mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan.22
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap, yang
dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.
Tugas guru sebagai profesi menuntut kepada guru mengembangkan
22
Iskandar Agung, op.cit., hlm. 19.
41
profesionalitas diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Selain sebagai
faktor utama kesuksesan pendidikan
yang
dicanangkan, ada beberapa tugas lain bagi seorang guru, antara lain :
a. Educator (pendidik)
Tugas pertama seorang guru adalah mendidik murid-murid
sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai
seorang educator, ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis,
berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsif terhadap masalah
kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas ilmu guru.
b. Leader (pemimpin)
Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa
menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya
tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru
juga harus terbuka, demokratis, egaliter dan menghindari cara-cara
kekerasan.
c. Fasilitator
Sebagai fasilitator, seorang guru bertugas mamfasilitasi murid
untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat.
Menemukan bakat anak didik bukanlah persoalan yang mudah, ia
membutuhkan eksperimentasi maksimal, latihan terus menerus dan
evaluasi rutin.
42
d. Motivator
Sebagai motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan
semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar
belakang kehidupan keluarganya, bagaimanapun kelam masa lalunya,
dan bagaimanapun berat tantangannya. Tidak ada kata menyerah
sampai titik darah penghabisan.
e. Administrator
Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam
dirinya, dari mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan
bukti surat keputusan yayasan, surat instruksi kepala sekolah, dan lainlain. Urusan yang ada di lingkup pendidikan formal biasanya memakai
prosedur administrasi yang rapi dan tertib.
f. Evaluator
Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang
perlu dibenahi dan disempurnakan. Disinilah pentingnya evaluasi
seorang guru. Dalam evaluasi ini, guru bisa memakai banyak cara,
dengan merenungkan sendiri proses pembelajaran yang diterpkan,
meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara yang lebih
objektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala sekolah, guru
yang lain, dan murid-muridnya.
Dengan evaluasi ini, guru diharapkan lebih baik dala segala hal,
kapasitas
intelektualnya,
integritas
kepribadiannya,
pendekatan
43
metodologi pengajarannya yang lebih segar, progesif, aktual dan
performance yang lebih menarik dan energik.23
Menurut Moh. Uzer Usman terdapat tiga jenis tugas guru, yakni
tugas guru dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, serta tugas dalam
kemasyarakatan.24
Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi
jabatan tersebut terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Terdapat 3 tugas
dan tanggung jawab seorang guru.25
a. Guru sebagai pengajar menekankan pada perencanaan pengajaran
dalam hal ini guru harus memiliki seperangkat pengetahuan,
keterampilan teknis mengajar, menguasai ilmu dan bahan yang akan
diajarkan.
b. Guru sebagai pembimbing, ditekankan untuk dapat memberikan
bantuan pada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam
rangka pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai para siswa.
c. Guru sebagai administrator sekolah, merupakan jalinan bidang
pengajaran dan ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan
pada umumnya.
Selain itu, dalam melaksanakan tugasnya seorang guru dihadapkan
pada berbagai pilihan, yaitu cara bertindak yang paling tepat, bahkan
belajar yang paling sesuai, metode penyajian yang paling efektif, alat
23
Jamal Ma‟mur Asmani, op.cit., hlm. 39-54.
Uzer Usman, op.cit., hlm. 7.
25
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru AlGesindo, 1995), hlm. 14-15.
24
44
bantu yang paling cocok, langkah-langkah yang paling efisien, sumber
belajar yang paling lengkap, sistem evaluasi yang paling tepat dan
sebagainya.
Guru
harus
dapat
menentukan
pilihan
dengan
mempertimbangkan semua aspek yang relevan atau yang menunjang
tercapainya tujuan.26
1. Sikap dan perilaku profesional guru
Pada umumnya, perilaku berasal dari dorongan yang disadari
dan dorongan yang tidak disadari. Secara luas, perilaku meliputi segala
kegiatan seseorang, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, fisik
maupun psikis. Kegiatan seperti mengajar, belajar, berpikir, dan
sebagainya dapat pula dianggap sebagai perilaku, karena perilaku
sangat erat hubungannya dengan sikap.
Sikap merupakan kunci untuk memahami perilaku seseorang.
Penentuan sikap merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan.
Dalam konsep pengambilan keputusan tercakup pengertian tanggung
jawab. Siapa pun yang diberi tugas untuk mendidik harus
mempertanggungjawabkan tugasnya. Seorang guru tidak dapat
melemparkan tanggung jawabnya kepada pihak lain. Apabila seorang
guru mengambil suatu keputusan berarti pula ia harus bersedia
memikul tanggung jawab, baik mengenai pelaksanaan maupun resiko
yang menyertainya. Tanggung jawab itulah yang mengharuskan guru
mengajar dengan sengaja dan terencana.
26
Iskandar Agung, Op.Cit. hlm. 76
45
Guru diharuskan melaksanakan tugasnya dengan sebaikbaiknya dengan membuat perencanaan pengajaran, yang meliputi
materi pelajaran, tujuan pengajaran, metode penyajian, sistem evaluasi
hasil belajar, peninjauan kembali. Dalam melaksanakan tugasnya,
seorang guru profesional harus menunjukan sikap menunjang tinggi
kariernya dengan menjaga citra profesinya.27
2. Guru sebagai pendidik profesional
Dari segi pendidikan pra-jabatan, masalah penting yang
dihadapi dalam rangka pengadaan tenaga pendidikan adalah yang
berhubungan dengan kualitas dan relevansi. Kualitas menunjukan
efektivitas penyelenggaraan program sesuai dengan spesifikasi yang
telah
ditentukan
di
dalam
perencanaan
program.
Relevansi
menunjukan pada kesesuaian perangkat kemampuan lulusan dengan
kebutuhan tugas-tugas di lapangan.
Faktor pendidikan guru merupakan faktor kunci keberhasilan
pembangunan pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan guru bersifat
profesional, yang mengantarkan lulusannya pada penguasaan dan
pengembangan ilmu kependidikan serta keterlibatan teknologi yang
semestinya. Kemampuan profesional guru pada hakikatnya merupakan
muara dari segala pengetahuan teori, segala penguasaan berbagai
keterampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang cara
belajar, objek belajar, dan situasi belajar.
27
Ibid.,hlm.80
46
3. Guru sebagai pengambil keputusan
Keputusan-keputusan yang diambil oleh guru, yaitu:
a. Keputusan yang berkaitan dengan bahan yang diajarkan
Keputusan yang ada dalam proses ini adalah pemahaman
guru terhadap isi pelajaran, terutama kemampuan guru dalam
menentukan apa yang telah diketahui siswa mengenai isi pelajaran.
b. Keputusan berkaitan dengan perilaku siswa
Guru sangat sering mulai dengan teknik dan strategi
mengajar sebelum mengetahui apa yang akan mereka ajarkan atau
mengidentifikasi tujuan sebelum menganalisis kemampuan individu
siswa.28
c. Keputusan yang berkaitan dengan perilaku guru
Guru harus mengambil keputusan dalam berperilaku yang
baik terhadap siswa.
4. Guru sebagai pengelola belajar
Tindakan profesional kependidikan bersifat transaksional, yaitu
bergantung pada pihak-pihak dan kondisi-kondisi yang terlibat secara
terlibat secara aktual di dalam suatu peristiwa kegiatan belajar
mengajar. Dalam pengelolaan belajar, sekurang-kurangnya ada empat
fungsi, yaitu:
28
Iskandar Agung, op.cit. hlm.82
47
a. Guru sebagai perencana
1) Menganalisis mata pelajaran dan kebutuhan belajar
2) Merinci tujuan pengajaran
b. Guru sebagai pengorganisasi
Seorang yang profesional selain mengetahui apa yang
dikerjakan, juga menyadari prinsip dan alasan hal-hal yang
dilakukan atau mengapa hal itu dikerjakan.
c. Guru sebagai pengendali
Sebagai
pengendali,
guru
bertugas
menyaring
dan
mengembangkan metode dan media yang tepat untuk mencapai
tujuan.
d. Guru sebagai pengawas
Guru sebagai pengawas bertugas merevisi tujuan, isi,
pendekatan, atau metode mengajar sesuai dengan hasil evaluasi.29
Dalam melakukan tugas mulianya di atas, seorang guru harus
melandasinya dengan tanggung jawab yang tidak didasari oleh kebutuhan
finansial belaka, tapi tanggung jawab peradaban yang besar bagi kemajuan
negeri tercinta, Indonesia. Ia juga harus sadar bahwa kesuksesannya
menjadi harga mati bagi lahirnya kader-kader bangsa yang berkualitas.
Oleh karena itu, ia all out harus menekuni profesinya dengan penuh
kesungguhan dan kerja keras.
29
Aan Hasanah, op.cit., hlm. 57.
48
Ia juga harus mengembangkan ilmunya terus menerus untuk
memberikan yang terbaik kepada murid-muridnya, agar semangat mereka
terbakar untuk menjadi aktor pengubah sejarah bangsa. Tanggung jawab
lahir batin ini harus muncul dari kesadaran atas sucinya mengemban
amanah agama, masyarakat, bangsa. Keberhasilannya juga ditunggu jutaan
rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan ke arah yang lebih cerah
di masa depan.30
Selain itu, Guru wajib bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah
laku, dan amalannya dalam rangka membina dan membimbing anak didik.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tugas guru sangat berat, baik
yang berkaitan dengan dirinya, dengan para muridnya, dengan teman
sekerjanya, dengan kepala sekolahnya, dengan orang tua murid, maupun
dengan yang lainnya. Artinya guru adalah figur pemimpin yang dalam
batas-batas tertentu dapat mengendalikan para muridnya. Guru seorang
arsitek yang berusaha membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru juga
memiliki peluang menentukan untuk membangun sikap hidup atau
kepribadian anak didiknya sehingga dapat berguna bagi diri dan
keluarganya kelak. Guru juga bekerja melaksanakan tugas profesional
kependidikan karena takut pada pemimpinnya, akan tetapi karena tugas
profesionalnya dan juga ibadah.31
30
31
12.
Jamal Ma‟mur Asmani, op.cit., hlm. 55.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 11-
49
4. Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan
kewajibannya secara tanggung jawab dan layak. Dijelaskan dalam UU RI
No. 14 Th. 2005 pasal 10 ayat 1 sebagai berikut: kompetensi guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan
nasional
meliputi
kompetensi
pedagogik,
kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.32
Dalam setiap studi tentang ilmu kependidikan, persoalan yang
berkenaan dengan guru dan jabatan guru senantiasa disinggung, bahkan
menjadi salah satu pokok bahasan yang mendapat tempat tersendiri di
tengah-tengah ilmu kependidikan yang begitu luas dan kompleks. Dewasa
ini perhatian itu bertambah besar sehubungan dengan kemajuan
pendidikan dan kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik dalam mutu
maupun jumlahnya. Secara gamblang dapat kita lihat, bahwa program
pendidikan guru mendapat prioritas pertama dalam program pembangunan
pendidikan di negara kita.
Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan
oleh sekolah, pola, stuktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian
besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing
mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
32
Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Th. 2005, Op.Cit., hlm. 7.
50
belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola
kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal.
Kompetensi profesional guru, selain berdasarkan pada bakat guru,
unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat
penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang berencana dan
sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK
dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru.33
Menurut Zakiyah Daradjat menjelaskan bahwa kompetensi guru
sebagai berikut.34
a) Kompetensi Kepribadian
1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari sikap individu atau
murid yang diajarkannya.
2) Membina suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar
sebagai penunjang secara formal bagi terciptanya kesempatan dan
kesamaan arah dalam pemikiran dan perbuatan guru dan murid.
3) Membina suatu perasaan dengan menghormati, tanggung jawab,
dan mempercayai antara guru dan murid.
b) Kompetensi penguasaan bahan
1) Menguraikan ilmu pengetahuan atau ungkapan dan apa yang
diajarkan dalam bentuk komponen-komponen dan informasi yang
sebenarnya dalam bidang ilmu dan kecakapan yang bersangkutan.
33
Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 38.
Zakiyah Daradjat, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet. I, hlm. 264.
34
51
2) Menyusun komponen-komponen dan info-info sedemikian rupa,
sehingga memudahkan murid untuk memahami materi belajar yang
diterimanya.
c) Kompetensi dalam cara mengajar
1) Merencanakan dan menyusun setiap program satuan pelajaran dan
keseluruhan kegiatan untuk satu waktu.
2) Menggunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu
dan peraga) bagi siswa dalam proses belajar mengajar yang
diperlukan.
3) Mengembangkan
dan
menggunakan
semua
metode-metode
mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variabel
yang efektif.
Dari paparan di atas dapat kita ketahui bahwa seorang guru
profesional adalah:
1) Memiliki pendidikan yang memadai.
2) Memiliki keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar.
3) Merupakan bagian dari masyarakat belajar.
4) Memiliki kode etik dalam pengajaran.
5) Memiliki komitmen pada peserta didik dan proses belajar
mengajar.
Download