BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.1 Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna yang diantaranya adalah sebagai berikut menurut Usman, kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang baik yang kualitatif maupun kuantitatif. Charles E. mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perilaku yang Johnson, rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi merupakan suatu tugas yang memadai atas kepemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.2 Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan paling utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional Bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang menempati posisi yang strategis dalam pembukaan 1 Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet ke 17. hlm. 14. 2 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 51. 24 25 UUD 1945. Dalam situasi pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, guru merupakan komponen yang terpenting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Ini disebabkan guru berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain, guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkompeten. Oleh karena itu, diperlukanlah sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Dalam UU RI tentang Guru dan Dosen pasal 8 disebutkan „‟Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam UU tersebut, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan peilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.3 Kompetensi juga berarti sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Pengertian kompetensi ini, jika digabungkan dengan sebuah profesi yaitu guru atau tenaga pengajar, maka kompetensi guru mengandung arti 3 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 3. 26 kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak, atau kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Menurut Hopkins kompetensi berarti cara guru untuk menilai terus menerus dirinya sendiri dengan tetap membuka diri akan perubahan zaman yang terjadi. Pelajar dan budaya terus berubah, itulah yang harus dilakukan seorang guru. Guru harus menyadari bahwa manusia adalah sosok yang mudah menerima perubahan, dengan membuka diri untuk terus berkembang guru akan menjadi orang yang kompeten dalam profesinya.4 Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku seseorang. Menurut Lefrancois, kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar mengajar. Selama proses belajar, stimulus akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Apabila individu sukses mempelajari cara melakukan satu pekerjaan yang kompleks dari sebelumnya, pada dirinya akan terjadi perubahan kompetensi. Perubahan kompetensi ini tidak akan nampak apabila tidak ada kepentingan atau kesempatan untuk melakukannya. Dengan demikian, bisa diartikan bahwa kompetensi itu berlangsung lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu. 4 Suyanto dan Asep Djihad, Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012), hlm.48. 27 Menurut Cowell, kompetensi diartikan sebagai suatu keterampilan atau kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan mulai dari tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri atas (1) penguasaan minimal kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, (3) penambahan penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi atau keterampilan. Ketiga proses tersebut dapat terus berlanjut selama masih ada kesempatan untuk melakukan penyempurnaan atau pengembangan kompetensi. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tertentu.5 2. Macam-macam Kompetensi Guru Secara umum, guru harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik dan mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi. Dalam hal evaluasi seorang guru dikatakan berkompeten apabila 5 Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 40. 28 memahami teknik dan prosedur evaluasi, serta mampu melaksanakannya, sehingga didapat hasil evaluasi yang digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.6 Kompetensi guru yang dimaksud adalah menurut undang-undang No.14 tentang guru dan dosen meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sedangkan macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagai berikut : a. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik berasal dari dua kata majemuk yaitu kompetensi dan pedagogik. Kompetensi adalah (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan sesuatu hal.7 Sedangkan pedagogik berasal dari kata pedagogi yang artinya ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran.8 Merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: 1) Pengetahuan wawasan atau landasan kependidikan. 2) Pemahaman terhadap peserta didik. 3) Pengembangan kurikulum atau silabus. 4) Perencanaan pembelajaran. 5) Pemanfaatan teknologi pembelajaran. 6) Evaluasi hasil belajar. 6 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat Dalam Penyelenggarakan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 112-113. 7 W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm. 518. 8 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 324. 29 7) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.9 Kompetensi pedagogik guru juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengelola program pembelajaran di dalamnya mencakup kemampuan mengelaborasi kemampuan peserta didik, merencanakan program pembelajaran, dan mengevaluasi program pembelajaran. Aspek pedagogik berhubungan langsung dengan segenap hal yang terkait dengan pelaksanaan tugas seorang pendidik. Eksplisit, aspek pedagogik merupakan hal yang paling kompleks yang meliputi sub-aspek materi, kurikulum, metode pembelajaran, dan sebagainya. b. Kompetensi Kepribadian Menurut Permendiknas No. 16/2007, kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup lima kompetensi utama yakni: 1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaaan nasional Indonesia, 2) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat, 3) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, 4) menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, 5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.10 Kompetensi kepribadian guru berkaitan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupannya. Guru dituntut untuk memiliki perilaku mulia, 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 20. 10 Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru, Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya (Jakarta: PT. Indeks, 2011), hlm. 51. 30 sebab guru merupakan teladan bagi para siswanya atau bahkan masyarakat di sekitarnya. Theodore dkk mengemukakan, kepribadian merupakan predisposisi dalam perwujudan tingkah laku. Kepribadian dapat merupakan unsur bawaan sejak seorang dilahirkan, tetapi juga dibentuk karena pengaruh unsur-unsur di luar diri.11 c. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial berkaitan dengan perikau guru berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (siswa, teman sejawat, atasan, orang tua siswa bahkan warga masyarakat dimana guru tinggal), selain itu guru dituntut mampu berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dan efisien kepada peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali dan warga sekitar. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja dan lingkungan sekitar saat melaksanakan tugasnya sebagai guru. Peran guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi lainnya. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap guru berbeda, terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat tinggal guru. d. Kompetensi profesional Kompetensi profesional berkaitan dengan kemampuan guru akan penguasaan materi secara luas dan mendalam. Kemampuan ini diperoleh melalui jalur pendidikan sesuai dengan program studi yang ditempuhnya. 11 Iskandar Agung, Menghasilkan Guru Kompeten dan Profesional (Jakarta: Bee Media Indonesia, 2012), hlm. 76. 31 Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi profesional sebagaimana yang dimaksud pada Pemenag Nomor 16/2010 ayat (1) meliputi: 1) Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran agama. 2) Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan agama. 3) Pengembangan materi pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama secara kreatif. 4) Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.12 3. Urgensi Kompetensi Guru Pada dasarnya profesionalisme guru dan sikap profesional itu merupakan motivasi intrinsik yang ada pada diri seseorang sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya menjadi tenaga profesional. Motivasi intrinsik tersebut akan berdampak pada munculnya etos kerja yang unggul (exellence) yang ditunjukkan dalam lima bentuk kerja sebagai berikut: 12 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Cet Ke- 4, hlm. 21. 32 a. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal. b. Meningkatkan dan memelihara citra profesi. c. Memanfaatkan setiap kesempatan pengembangan profesional. d. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi. e. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka guru mempunyai tugas dan peranan penting dalam mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Masalah kompetensi guru merupakan hal urgen yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Guru yang terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat. Kompetensi guru juga sangat penting dalam rangka penyusunan sebuah kurikulum. Hal ini dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Tujuan, program pendidikan, sistem 33 penyampaian, evaluasi dan sebagainya, hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum.13 Agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai dengan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi dan meningkatkan kompetensinya. Di antara kriteria-kriteria kompetensi guru yang harus dimiliki meliputi : a) Kompetensi kognitif, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan intelektual. b) Kompetensi Afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang sikap, menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. c) Kompetensi psikomotorik, yaitu kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau berperilaku.14 Selain itu mengembangkan potensi bagi seorang guru menjadi keharusan, karena tugasnya adalah mendidik anak didik dengan pengetahuan dan kearifan. Menurut Hasyim Ashari, guru yang cerah masa depannya adalah mereka yang memenuhi tiga hal yakni : Pertama, mereka yang kreatif memanfaatkan potensi. Potensi dasar guru adalah tinggginya ilmu yang dimiliki dibandingkan masyarakat lain. Potensi tersebut bisa dimanfaatkan dengan menjadi pengajar yang powerfull (favorit), penulis buku materi pelajaran, buku materi soal, 13 14 hlm. 18. Oemar Hamalik, Op.Cit. hlm. 36. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989), 34 penulis lepas di media masa, peneliti dengan biaya sponsor, atau menjadi trainer. Kedua, guru yang kreatif dapat mengelola waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan yang produktif, seperti menjadi guru privat atau mengajar di bimbingan belajar. Ketiga, guru yang berani membuat” lompatan dalam hidup‟‟ dengan berwirausaha, seperti mendirikan lembaga pendidikan atau kursus, membuka usaha kecil. Membuka industri rumah tangga, dan banyak sekali alternatif usaha lain yang halal dan menguntungkan.15 B. Profesionalisme Guru PAI 1. Pengertian Profesionalisme Guru Kata “profesional” erat kaitannya dengan kata “profesi”. Menurut Wirawan, profesi adalah pekerjaan yang untuk melaksanakannya memerlukan persyaratan tertentu. Kata profesional dapat diartikan sebagai orang yang melaksanakan sebuah profesi dan berpendidikan minimal S.I yang mengikuti pendidikan profesi atau lulus ujian profesi. Secara terminologi, profesional mempunyai banyak arti. Syafrudin Nurdin mengungkapkan, M.Cully mengatakan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.16 15 M. Hasyim Ashari, Siapa Bilang Jadi Guru Hidupnya Susah? 7 Kiat Praktis Mnedapatkan Penghasilan Tambahan (Yogyakarta: Pinus, 2007), hlm. 19-20. 16 Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet I, hlm. 15. 35 Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas profesional melalui berbagai cara dan strategi. Dalam konteks guru, makna profesionalisme sangat penting karena profesionalisme akan melahirkan sikap terbaik bagi seorang guru dalam melayani kebutuhan pendidikan peserta didik, sehingga kelak sikap ini tidak hanya memberikan manfaat bagi siswa, tetapi memberikan manfaat bagi orang tua, masyarakat, dan institusi sekolah itu sendiri.17 Makna profesional mengacu pada orang yang menyandang suatu profesi atau sebutan tentang penampilan seorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Dengan demikian, sebutan profesional didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau pekerjaan tertentu. Dalam UU guru dan dosen (pasal 1 ayat 4) disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. 17 Suyanto dan Asep Djihad, op.cit. hlm. 25. 36 Secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Depdikbud dan Johson mencakup tiga aspek, yaitu a.) kemampuan profesional, b.) kemampuan sosial, dan c.) kemampuan pribadi. 18 Jadi, profesionalitas guru PAI adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para guru PAI terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas guru PAI lebih menggambarkan suatu keadaan derajat keprofesian setiap guru PAI untuk menggapai sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran dalam bidang PAI. Dalam hal ini, guru PAI diharapkan memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara efektif. Para guru PAI secara bertahap diharapkan akan mencapai suatu derajat kriteria profeional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005, PP 74 Tahun 2008 dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, yaitu berpendidikan akademik S-1 atau D-IV dan telah lulus uji kompetensi melalui proses sertifikasi. Setelah dinyatakan layak akan mendapatkan sertifikat pendidik sebagai bukti pengakuan profesionalitas guru PAI tersebut. Pada dasarnya, profesionalisasi guru PAI merupakan suatu proses berkesinambungan melalui berbagai program pendidikan, baik pendidikan prajabatan (preservice training) maupun pendidikan dalam jabatan (in-service 18 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia (Jakarta: GP Press Group, 2013), hlm. 21. 37 training) agar para guru PAI benar-benar memiliki profesionalitas yang standar. 2. Syarat-syarat Profesionalisme Guru Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. Demikian juga profesi seorang dokter, sebagian orang dapat menyembuhkan penyakit seseorang melalui pengalamannya dengan cara pengobatan tertentu, akan tetapi dia belum bisa dikatakan sebagai seorang dokter, karena dokter akan melakukan terapi dengan mempergunakan teori-teori dan pengalaman yang dia pernah lakukan serta dapat diterima secara rasional. Mengingat tugas dan tanggung jawab seorang guru yang berat, maka profesi memerlukan persyaratan-persyaratan khusus. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 th. 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab III mengenai prinsip profesionalitas pasal 7 ayat 1 disebutkan profesi guru merupakan bidang khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. 38 b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.19 Demikian pula halnya seorang guru profesional, dia memiliki keahlian, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara ‟‟tut wuri handayani, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso’’. Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur-literatur, 19 Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Th. 2005 (Jakarta: Sinar Grafindo, 2006), hlm. 6. 39 dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya.20 Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, guru profesional harus memiliki persyaratan, yang meliputi : a. Memiliki bakat sebagai guru. b. Memiliki keahlian sebagai guru. c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegritas. d. Memiliki mental yang sehat. e. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. f. Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila. g. Guru adalah seorang warga negara yang baik. Sedangkan Menurut Desi Reminsa, ada beberapa syarat untuk menjadi seorang guru ideal, antara lain memiliki kemampuan intelektual yang memadai, kemampuan memahami visi dan misi pendidikan, keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi pembelajaran, memahami konsep perkembangan anak atau psikologi perkembangan, kemampuan mengorganisasi dan mencari problem solving (pemecahan masalah), kreatif dan memiliki seni dalam mendidik.21 Ada tiga hal yang dipersyaratkan dari guru ini, yakni pemilikan standar minimal kualifikasi akademik, kewajiban memenuhi kompetensi, dan pelaksanaan tugas secara profesional. Permendiknas No. 16/2007 menetapkan, bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik minimum 20 Martinis Yamin, Op.Cit. hlm. 23. Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif (Yogyakarta: Diva Press, 2009), hlm. 32. 21 40 diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1). Hanya saja dalam penentuan kualifikasi akademik terdapat perbedaan antara persyaratan yang dituangkan untuk guru PAUD/TK/RA dengan guru SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK. Yang disebut pertama disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan anak usia dini atau psikologi, sedangkan yang kedua berasal dari program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan atau diampu. Agar dapat disebut profesional, peraturan mensyaratkan bahwa seorang guru harus melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dalam penjabarannya lebih lanjut dikatakan, pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Program PPG bertujuan untuk menghasilkan guru profesional yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran. Menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik, serta mampu melakukan penelitian dan mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan.22 3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Guru bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap, yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara. Tugas guru sebagai profesi menuntut kepada guru mengembangkan 22 Iskandar Agung, op.cit., hlm. 19. 41 profesionalitas diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain sebagai faktor utama kesuksesan pendidikan yang dicanangkan, ada beberapa tugas lain bagi seorang guru, antara lain : a. Educator (pendidik) Tugas pertama seorang guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsif terhadap masalah kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas ilmu guru. b. Leader (pemimpin) Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru juga harus terbuka, demokratis, egaliter dan menghindari cara-cara kekerasan. c. Fasilitator Sebagai fasilitator, seorang guru bertugas mamfasilitasi murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Menemukan bakat anak didik bukanlah persoalan yang mudah, ia membutuhkan eksperimentasi maksimal, latihan terus menerus dan evaluasi rutin. 42 d. Motivator Sebagai motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang kehidupan keluarganya, bagaimanapun kelam masa lalunya, dan bagaimanapun berat tantangannya. Tidak ada kata menyerah sampai titik darah penghabisan. e. Administrator Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat keputusan yayasan, surat instruksi kepala sekolah, dan lainlain. Urusan yang ada di lingkup pendidikan formal biasanya memakai prosedur administrasi yang rapi dan tertib. f. Evaluator Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu dibenahi dan disempurnakan. Disinilah pentingnya evaluasi seorang guru. Dalam evaluasi ini, guru bisa memakai banyak cara, dengan merenungkan sendiri proses pembelajaran yang diterpkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara yang lebih objektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala sekolah, guru yang lain, dan murid-muridnya. Dengan evaluasi ini, guru diharapkan lebih baik dala segala hal, kapasitas intelektualnya, integritas kepribadiannya, pendekatan 43 metodologi pengajarannya yang lebih segar, progesif, aktual dan performance yang lebih menarik dan energik.23 Menurut Moh. Uzer Usman terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas guru dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, serta tugas dalam kemasyarakatan.24 Masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi jabatan tersebut terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Terdapat 3 tugas dan tanggung jawab seorang guru.25 a. Guru sebagai pengajar menekankan pada perencanaan pengajaran dalam hal ini guru harus memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan teknis mengajar, menguasai ilmu dan bahan yang akan diajarkan. b. Guru sebagai pembimbing, ditekankan untuk dapat memberikan bantuan pada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam rangka pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai para siswa. c. Guru sebagai administrator sekolah, merupakan jalinan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya. Selain itu, dalam melaksanakan tugasnya seorang guru dihadapkan pada berbagai pilihan, yaitu cara bertindak yang paling tepat, bahkan belajar yang paling sesuai, metode penyajian yang paling efektif, alat 23 Jamal Ma‟mur Asmani, op.cit., hlm. 39-54. Uzer Usman, op.cit., hlm. 7. 25 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru AlGesindo, 1995), hlm. 14-15. 24 44 bantu yang paling cocok, langkah-langkah yang paling efisien, sumber belajar yang paling lengkap, sistem evaluasi yang paling tepat dan sebagainya. Guru harus dapat menentukan pilihan dengan mempertimbangkan semua aspek yang relevan atau yang menunjang tercapainya tujuan.26 1. Sikap dan perilaku profesional guru Pada umumnya, perilaku berasal dari dorongan yang disadari dan dorongan yang tidak disadari. Secara luas, perilaku meliputi segala kegiatan seseorang, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, fisik maupun psikis. Kegiatan seperti mengajar, belajar, berpikir, dan sebagainya dapat pula dianggap sebagai perilaku, karena perilaku sangat erat hubungannya dengan sikap. Sikap merupakan kunci untuk memahami perilaku seseorang. Penentuan sikap merupakan suatu tindakan pengambilan keputusan. Dalam konsep pengambilan keputusan tercakup pengertian tanggung jawab. Siapa pun yang diberi tugas untuk mendidik harus mempertanggungjawabkan tugasnya. Seorang guru tidak dapat melemparkan tanggung jawabnya kepada pihak lain. Apabila seorang guru mengambil suatu keputusan berarti pula ia harus bersedia memikul tanggung jawab, baik mengenai pelaksanaan maupun resiko yang menyertainya. Tanggung jawab itulah yang mengharuskan guru mengajar dengan sengaja dan terencana. 26 Iskandar Agung, Op.Cit. hlm. 76 45 Guru diharuskan melaksanakan tugasnya dengan sebaikbaiknya dengan membuat perencanaan pengajaran, yang meliputi materi pelajaran, tujuan pengajaran, metode penyajian, sistem evaluasi hasil belajar, peninjauan kembali. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru profesional harus menunjukan sikap menunjang tinggi kariernya dengan menjaga citra profesinya.27 2. Guru sebagai pendidik profesional Dari segi pendidikan pra-jabatan, masalah penting yang dihadapi dalam rangka pengadaan tenaga pendidikan adalah yang berhubungan dengan kualitas dan relevansi. Kualitas menunjukan efektivitas penyelenggaraan program sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan di dalam perencanaan program. Relevansi menunjukan pada kesesuaian perangkat kemampuan lulusan dengan kebutuhan tugas-tugas di lapangan. Faktor pendidikan guru merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan guru bersifat profesional, yang mengantarkan lulusannya pada penguasaan dan pengembangan ilmu kependidikan serta keterlibatan teknologi yang semestinya. Kemampuan profesional guru pada hakikatnya merupakan muara dari segala pengetahuan teori, segala penguasaan berbagai keterampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang cara belajar, objek belajar, dan situasi belajar. 27 Ibid.,hlm.80 46 3. Guru sebagai pengambil keputusan Keputusan-keputusan yang diambil oleh guru, yaitu: a. Keputusan yang berkaitan dengan bahan yang diajarkan Keputusan yang ada dalam proses ini adalah pemahaman guru terhadap isi pelajaran, terutama kemampuan guru dalam menentukan apa yang telah diketahui siswa mengenai isi pelajaran. b. Keputusan berkaitan dengan perilaku siswa Guru sangat sering mulai dengan teknik dan strategi mengajar sebelum mengetahui apa yang akan mereka ajarkan atau mengidentifikasi tujuan sebelum menganalisis kemampuan individu siswa.28 c. Keputusan yang berkaitan dengan perilaku guru Guru harus mengambil keputusan dalam berperilaku yang baik terhadap siswa. 4. Guru sebagai pengelola belajar Tindakan profesional kependidikan bersifat transaksional, yaitu bergantung pada pihak-pihak dan kondisi-kondisi yang terlibat secara terlibat secara aktual di dalam suatu peristiwa kegiatan belajar mengajar. Dalam pengelolaan belajar, sekurang-kurangnya ada empat fungsi, yaitu: 28 Iskandar Agung, op.cit. hlm.82 47 a. Guru sebagai perencana 1) Menganalisis mata pelajaran dan kebutuhan belajar 2) Merinci tujuan pengajaran b. Guru sebagai pengorganisasi Seorang yang profesional selain mengetahui apa yang dikerjakan, juga menyadari prinsip dan alasan hal-hal yang dilakukan atau mengapa hal itu dikerjakan. c. Guru sebagai pengendali Sebagai pengendali, guru bertugas menyaring dan mengembangkan metode dan media yang tepat untuk mencapai tujuan. d. Guru sebagai pengawas Guru sebagai pengawas bertugas merevisi tujuan, isi, pendekatan, atau metode mengajar sesuai dengan hasil evaluasi.29 Dalam melakukan tugas mulianya di atas, seorang guru harus melandasinya dengan tanggung jawab yang tidak didasari oleh kebutuhan finansial belaka, tapi tanggung jawab peradaban yang besar bagi kemajuan negeri tercinta, Indonesia. Ia juga harus sadar bahwa kesuksesannya menjadi harga mati bagi lahirnya kader-kader bangsa yang berkualitas. Oleh karena itu, ia all out harus menekuni profesinya dengan penuh kesungguhan dan kerja keras. 29 Aan Hasanah, op.cit., hlm. 57. 48 Ia juga harus mengembangkan ilmunya terus menerus untuk memberikan yang terbaik kepada murid-muridnya, agar semangat mereka terbakar untuk menjadi aktor pengubah sejarah bangsa. Tanggung jawab lahir batin ini harus muncul dari kesadaran atas sucinya mengemban amanah agama, masyarakat, bangsa. Keberhasilannya juga ditunggu jutaan rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan ke arah yang lebih cerah di masa depan.30 Selain itu, Guru wajib bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan amalannya dalam rangka membina dan membimbing anak didik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tugas guru sangat berat, baik yang berkaitan dengan dirinya, dengan para muridnya, dengan teman sekerjanya, dengan kepala sekolahnya, dengan orang tua murid, maupun dengan yang lainnya. Artinya guru adalah figur pemimpin yang dalam batas-batas tertentu dapat mengendalikan para muridnya. Guru seorang arsitek yang berusaha membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru juga memiliki peluang menentukan untuk membangun sikap hidup atau kepribadian anak didiknya sehingga dapat berguna bagi diri dan keluarganya kelak. Guru juga bekerja melaksanakan tugas profesional kependidikan karena takut pada pemimpinnya, akan tetapi karena tugas profesionalnya dan juga ibadah.31 30 31 12. Jamal Ma‟mur Asmani, op.cit., hlm. 55. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 11- 49 4. Kompetensi Profesional Guru Kompetensi guru adalah kemampuan guru dalam melaksanakan kewajibannya secara tanggung jawab dan layak. Dijelaskan dalam UU RI No. 14 Th. 2005 pasal 10 ayat 1 sebagai berikut: kompetensi guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.32 Dalam setiap studi tentang ilmu kependidikan, persoalan yang berkenaan dengan guru dan jabatan guru senantiasa disinggung, bahkan menjadi salah satu pokok bahasan yang mendapat tempat tersendiri di tengah-tengah ilmu kependidikan yang begitu luas dan kompleks. Dewasa ini perhatian itu bertambah besar sehubungan dengan kemajuan pendidikan dan kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik dalam mutu maupun jumlahnya. Secara gamblang dapat kita lihat, bahwa program pendidikan guru mendapat prioritas pertama dalam program pembangunan pendidikan di negara kita. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, stuktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan 32 Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Th. 2005, Op.Cit., hlm. 7. 50 belajar yang efektif, menyenangkan, dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal. Kompetensi profesional guru, selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang berencana dan sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru.33 Menurut Zakiyah Daradjat menjelaskan bahwa kompetensi guru sebagai berikut.34 a) Kompetensi Kepribadian 1) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari sikap individu atau murid yang diajarkannya. 2) Membina suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar sebagai penunjang secara formal bagi terciptanya kesempatan dan kesamaan arah dalam pemikiran dan perbuatan guru dan murid. 3) Membina suatu perasaan dengan menghormati, tanggung jawab, dan mempercayai antara guru dan murid. b) Kompetensi penguasaan bahan 1) Menguraikan ilmu pengetahuan atau ungkapan dan apa yang diajarkan dalam bentuk komponen-komponen dan informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu dan kecakapan yang bersangkutan. 33 Oemar Hamalik, op.cit., hlm. 38. Zakiyah Daradjat, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I, hlm. 264. 34 51 2) Menyusun komponen-komponen dan info-info sedemikian rupa, sehingga memudahkan murid untuk memahami materi belajar yang diterimanya. c) Kompetensi dalam cara mengajar 1) Merencanakan dan menyusun setiap program satuan pelajaran dan keseluruhan kegiatan untuk satu waktu. 2) Menggunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu dan peraga) bagi siswa dalam proses belajar mengajar yang diperlukan. 3) Mengembangkan dan menggunakan semua metode-metode mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variabel yang efektif. Dari paparan di atas dapat kita ketahui bahwa seorang guru profesional adalah: 1) Memiliki pendidikan yang memadai. 2) Memiliki keterampilan-keterampilan dasar dalam mengajar. 3) Merupakan bagian dari masyarakat belajar. 4) Memiliki kode etik dalam pengajaran. 5) Memiliki komitmen pada peserta didik dan proses belajar mengajar.