INOVASI METODE PEMBELAJARAN AGAMA Oleh

advertisement
1
INOVASI METODE PEMBELAJARAN AGAMA
Oleh: H. M. Hamdar Arraiyyah
Inovasi diperlukan pada semua profesi. Inovasi adalah upaya memperkenalkan
berbagai hal, gagasan atau cara-cara baru dalam melakukan sesuatu, atau sesuatu yang
baru diperkenalkan (Turnbul, ed., 2010: 775). Tujuannya untuk menghasilkan hal-hal yang
dipandang lebih baik.
Inovasi juga perlu bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI). PAI yang dimaksud
dalam tulisan ini mencakup PAI di sekolah, namun lebih difokuskan pada PAI di madrasah
yang didistribusikan dalam beberapa mata pelajaran.
Tujuannya agar profesi itu
dijalankan dengan sebaik-baiknya dan membawa hasil yang terbaik. Yaitu: meningkatkan
minat siswa mengikuti pendidikan agama di sekolah/madrasah, menyampaikan bahan ajar
secara efektif, dan mewujudkan tujuan pembelajaran sebagaimana diharapkan.
Tuntutan ke arah inovasi pembelajaran PAI tak dapat dielakkan. Ini merupakan
konsekuensi dari kondisi masyarakat yang berkembang terus dari masa ke masa. Dinamika
dan perubahan yang mencolok dalam beberapa dekade terakhir terjadi pada bidang sosial,
ekonomi, politik, seni, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan itu
membawa pengaruh pada orientasi nilai dan gaya hidup banyak orang, pola komunikasi
antar individu, hubungan sosial dan sebagainya. Orientasi nilai yang mengarah kepada
gaya hidup materialistis dan pragmatis yang melanda sebagian siswa bisa berakibat pada
lemahnya minat mereka untuk mempelajari agama. Hal yang sebaliknya bisa juga terjadi.
Kesadaran terhadap berbagai dampak negatif dari kondisi zaman, kemajuan ilmu
pengetahuan serta teknologi memberi dorongan bagi siswa untuk mendalami ajaran
agama. Kecenderungan yang disebut terakhir berkembang jika siswa yang bersangkutan
berada dalam lingkungan keluarga dan sosial yang religius atau aktif mengikuti kajian
keagamaan yang mencerahkan.
Guru agama bisa menjadi sumber motivasi yang kuat bagi muridnya untuk belajar
banyak tentang agama. Pendekatan, metode, dan teknik mengajar menjadi penting untuk
dikembangkan secara terus menerus, di samping hal-hal mendasar lainnya. Tuntutan ke
arah inovasi ini mengharuskan guru agama untuk menjalankan tugas yang benar-benar
2
profesional. Profesionalisme dalam mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan,
mencurahkan waktu dan memberikan perhatian yang besar pada tugas.
Dalam kaitannya dengan mata pelajaran PAI, hal yang paling menonjol dewasa ini
adalah tersedianya referensi yang melimpah ruah dalam bentuk cetak, elektronik, digital
atau online. Hal tersebut sangat memudahkan bagi guru dan siswa dalam proses belajar
dan mengajar. Sebagai misal, dewasa ini pelajaran tajwid didukung dengan ketersediaan
mushaf Al-Qur’an yang sudah diberi warna sesuai dengan hukum tajwid. Pengajian AlQur’an dapat dengan mudah diperdengarkan melalui rekaman yang tersimpan di CD.
Terjemah dan tafsir Al-Qur’an dengan mudah dapat dibuka dengan menggunakan
komputer. Kamus bahasa asing (misalnya Arab) bisa dibuka di hand phone dan cara
mengucapkan kata asing yang benar dapat diperdengarkan. Jika referensi ataupun sumber
belajar itu dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran di kelas,
tentu hal tersebut akan menjadi salah satu daya tarik bagi siswa dan membuat suasana
kelas lebih hidup dan bergairah.
Hanya saja, peluang seperti itu terkadang tidak
dimanfaatkan untuk menggapai hal-hal yang positif. Dampak negatif bisa jadi lebih
menonjol. Sebab, sebagian pengguna produk teknologi informasi dan komunikasi sering
tergoda untuk bersentuhan lebih banyak dengan contens yang sifatnya hiburan.
Kemudahan-kemudahan yang tersedia saat ini dalam mengakses referensi di bidang
agama Islam bukan tanpa masalah. Banyak sekali contens yang tersedia melalui CD dan
semacamnya atau secara online tidak diketahui sumber dan penulisnya, padahal latar
belakang penulis itu sangat penting dalam pembahasan tentang ajaran agama. Informasi
yang dikandungnya belum dijamin kebenaran atau akurasinya. Sebagian contens yang
dapat diakses secara online belum pernah diverifikasi oleh ahli terkait. Sebagian isi yang
terkandung dalam sejumlah CD tidak luput dari kelemahan ataupun kesalahan. Dalam
kaitan ini peran guru PAI menjadi sangat penting untuk memperkenalkan dan memilih
referensi yang standar dan dapat dipertanggung jawabkan.
Peran Sentral Guru PAI
Guru agama sangat menentukan kualitas dan daya tarik proses pembelajaran.
Proses belajar mengajar agama di kelas yang konvensional memposisikan guru sebagai
3
aktor utama. Penunjang utamanya adalah buku. Selebihnya, penjelasan verbal dari guru
lebih dominan. Kondisi seperti itu perlu diubah dan ditingkatkan.
Mata pelajaran PAI di madrasah mempunyai alokasi waktu yang lebih banyak
dibandingkan dengan hal serupa di sekolah. Jumlah guru yang mengampu juga lebih
banyak. Dengan demikian, hasil belajar harus lebih baik. Idealnya, materi pelajaran yang
dikuasai oleh siswa madrasah lebih banyak dan lebih dalam. Penguasaan itu harus
tercermin dalam beragam bentuknya, seperti materi hafalan ayat Al-Qur’an dan hadis,
kemampuan menjelaskan pesan agama secara lisan dan tulisan lebih baik, dan tingkat
kesadaran dalam mengamalkan ajaran agama lebih baik. Singkatnya, hasil belajar PAI di
madrasah diharapkan lebih baik sebagai wujud dari integrasi keilmuan yang diemban oleh
madrasah.
Inovasi pembelajaran PAI diharapkan menyentuh aspek substansi. Pengenalan pada
materi bisa dilakukan lebih banyak, walaupun tetap fokus pada materi yang terbatas.
Sebagai misal, ayat-ayat tentang perintah melaksanakan ibadah dapat ditunjukkan lebih
banyak, karena perangkat IT menunjang ke arah itu. Namun demikian, uraian guru terfokus
pada ayat yang dipilih. Selanjutnya, guru bisa memperkaya pengenalan siswa terhadap
referensi tafsir, namun demikian penjelasan yang disampaikan tetap dibatasi. Suatu hal
yang sangat baik, jika siswa di madrasah mengenal lebih awal kamus mencari ayat dalam
Al-Qur’an,
kamus kosakata Al-Qur’an, buku-buku tafsir standar yang sebagian sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonsia, buku kumpulan ceritera di dalam Al-Qur’an, i’rab
Al-Qur’an, dan sebagainya. Pengenalan secara sekilas itu diperlukan dan akan menjadi
modal yang baik untuk dikembangkan selanjutnya oleh siswa.
Sehubungan dengan perkembangan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan, maka
semestinya hal itu dimanfaatkan untuk memperkuat keimanan siswa dan memperkaya
penjelasan dengan temuan-temuan yang relevan. Sebagai misal, Al-Qur’an melarang orangorang beriman untuk berbuat kerusakan di atas bumi. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa
terjadi banyak kerusakan di darat dan di laut karena ulah manusia. Redaksi larangan itu
sedapat mungkin dapat dianalisis dengan berbagai perspektif. Larangan itu semestinya
bisa dijelaskan dengan memadukan referensi tafsir yang lama maupun baru diterbitkan.
Hikmah larangan itu sebaiknya diperkuat dengan temuan ilmu terkait di bidang psikologi,
sosiologi, ekologi, kesehatan, dan sebagainya. Fakta-fakta mengenai kerusakan sedapat
4
mungkin ditunjukkan dengan informasi aktual, baik yang melanda individu, masyarakat,
bangsa, maupun lingkungan alam. Hal ini hanya bisa dilakukan jika perhatian guru
dicurahkan pada tugasnya mengajar.
Inovasi dapat dilakukan pada pemilihan metode dan teknik mengajar. Di tengah
keragaman metode dan teknik itu, maka beberapa hal yang mendasar adalah sedapat
mungkin materi pokok bahasan dapat dijelaskan dengan tuntas dan lengkap. Berbagai
pertanyaan mendasar sedapat mungkin dapat dijawab. Penjelasan itu diharapkan tertanam
di dalam diri siswa. Di dalam dirinya tumbuh penghayatan tentang nilai dan norma agama
yang harus diikuti. Kisah dalam kitab suci, sebagai misal, itu mengandung pesan moral
yang kuat. Sedapat mungkin itu bisa ditangkap dan dicerna yang pada gilirannya menjadi
pedoman dalam bertindak.
Metode dan teknik mengajar diarahkan pada pemahaman yang dapat ditunjukkan
oleh murid secara lisan atau tertulis. Metode tanya jawab bisa sangat efektif untuk
menyampaikan dan mengevaluasi pemahaman itu. Metode dan teknik diarahkan agar
siswa mampu mengembangkan pengetahuan yang diperolehnya. Pengembangan itu,
sebagai misal, dapat dilakukan siswa dengan memperbanyak contoh yang sudah diberikan.
Intinya adalah agar siswa mengembangkan kreativitas. Metode dan teknik diarahkan agar
siswa mampu mendemonstrasikan skill yang dimiliki. Dalam konteks pendidikan agama,
maka kemampuan membaca Al-Qur’an dengan benar itu sangat penting. Memeragakan tata
cara salat lengkap dengan doanya itu penting. Praktik memberi tausiyah itu penting.
Berlatih mengemas pesan moral dan spiritual dalam sebuah tulisan pendek itu sangat
penting.
Sebagai bahan perbandingan, pengajaran bahasa asing sangat maju dalam hal
metode dan teknik. Penggunaan lagu-lagu, role play, game, short story, dan sebagainya
membuahkan hasil yang cukup efektif. Dalam kaitannya dengan pembelajaran PAI, banyak
murid Madrasah Diniyah Takmiliyah menghafal al-asmaa al-husnaa karena menggunakan
lagu sebagai medium. Sebagian muslim memelihara hafalan kitab Barazanji karena
ditunjang dengan irama yang menarik. Tentu inovasi metode pembelajaran PAI dapat
dikembangkan terus sesuai dengan karakteristiknya sendiri.
Kunci pokok dari inovasi itu ada pada diri guru PAI. Dasar utamanya adalah
penguasaan materi yang tinggi. Di samping itu, guru diharapkan mengembangkan
5
kompetensinya dalam bentuk karya tulis atau kreativitas. Pepatah Inggris men behind the
gun sering dikaitkan dengan peran guru. Wallahu a’lam bishshawab.
Arraiyyah, Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan)
_______
(H. M. Hamdar
Download