Pengaruh Gaya Kepemimpinan Otentik terhadap Perilaku Etis dan

advertisement
BAB I
PEND AHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepribadian pemimpin sangat mempengaruhi kepemimpinan
yang efektif.Pemimpin perlu memiliki aspek-aspek kepribadian yang
dapat menunjangusahanya dalam mewujudkan hubungan manusia
yang efektif dengan anggota organisasinya. Pemimpin yang sukses
adalah apabila pemimpin tersebut mampu menjadi motivator bagi
bawahannya dengan menciptakan suasana kerja yang dapatmemacu
pertumbuhan
dan
perkembangan
produktivitas.
Pemimpin
harusmemiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh yang positif
bagi karyawannya untukmelakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang
diarahkan dalam rangka mencapai tujuanyang ditetapkan.
Gaya kepemimpinan berhubungan erat dengan ketenangan
dalam melaksanakan tugas, peran kepemimpinan menjadi sangat
penting untuk menentukan arah dan pencapaian tujuan organisasi.
Pimpinan harus mampu memberikan arah dan petunjuk kerja yang
jelas kepada pegawai agar sesuai dengan tujuan organisasi (Agustuti
Handayani, 2010).
Gaya kepemimpinan atasan dapat mempengaruhi kesuksesan
pegawai dalam berprestasi, dan akan berjuang pada keberhasilan
organisasi dalam mencapai tujuannya (Suranta, 2002). Pemimpin
perlu memikirkan gaya kepemimpinan yang paling tepat, dimana
gaya kepemimpinan yang paling tepat yaitu gaya kepemimpinan yang
dapat memaksimumkan kinerja dan mudah dalam menyesuaikan
dengan segala situasi dalam organisasi (Mulyadi dan Rivai, 2009).
Dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan yaitu pola perilaku
1
dan strategi yang disukai dan sering diterapkan pemimpin, dengan
menyatukan tujuan organisasi dengan tujuan individu atau pegawai
dalam rangka mencapai tujuan atau sasaran yang telah menjadi
komitmen bersama.
Gaya kepemimpinan merupakan hal yang sangat penting
dalam mengatur dan mengelola perjalanan perusahaan. Oleh karena
itu, diperlukan kepemimpinan yang tepat guna atau efektif dalam
pelaksanaan aktivitas setiap pekerjaan. Munculnya pemimpin otentik
dianggap mampu memberikan harapan baru. Pemimpin otentik juga
mampu merespons banyak masalah secara tepat melalui aneka
improvisasi yang indah dan jitu. Karena itu, kepemimpinan otentik
bersifat komprehensif, holistik, dan tidak dibuat-buat. Intinya,
pemimpin otentik adalah manusia pembelajar.
Walumbwa, Avolio, Gardner, Wernsing, dan Peterson (2008)
mendefinisikan
kepemimpinan
otentik
sebagai
pola
perilaku
pemimpin yang mengacu kepada kapasitas psikologis dan etika
positif yang diarahkan untuk mendorong kesadaran diri dan perspektif
moral yang lebih besar, pengolahan informasi yang seimbang,
hubungan yang transparan antara pemimpin dan pengikut, serta
mendorong pengembangan diri yang positif.
Seorang pemimpin adalah mereka yang memimpin dengan
mengerjakan pekerjaan setiap hari. Pemimpin terlahir tidak hanya
dalam hirarki manajerial ataupun bersifat formal, akan tetapi dapat
juga
terlahir
dalam
kepemimpinanadalah
kelompok
memandu,
kerja
non
menuntun,
formal.
Fungsi
membimbing,
membangun, memberi motivasi kerja,mengemudikan, menjalin
jaringan komunikasi yang baik, memberikanpengawasan yang efisien
2
dan membawa bawahannya kepada sasaran yang ingindituju sesuai
dengan ketentuan waktu dan rencana yang telah ditetapkan.
Hal tersebut menuntut karyawan untuk berperilaku sesuai
yang diharapkan oleh perusahaan. Perilaku yang menjadi tuntutan
perusahaan saat ini tidak hanya perilaku in-role yaitu melakukan
pekerjaan sesuai dengan tugas yang ada dalam job description, tetapi
juga perilaku extra-role yaitu kontribusi peran ekstra untuk
menyelesaikan pekerjaan dari perusahaan. Perilaku extra-role ini
disebut juga dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB)
(Novliadi, 2006).
Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan
perilaku bermanfaat yang dilakukan oleh karyawan, secara bebas dari
ketentuan atau kewajibannya dengan tujuan untuk membantu orang
lain dalam mencapai tujuan organisasi (Bateman, Organ & Dennis W.
Podsakoff & Scott MacKenzie, 2006). Sarwono & Soeroso (2001)
mengatakan bahwa OCB dapat menjadi konsep dalam pengembangan
organisasi yang dapat membantu organisasi untuk mencapai standar
yang diinginkan, setiap personel dalam organisasi harus mampu
melampaui performa standar yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Menurut Organ, Podsakoff dan MacKenzie (2006) manfaat
OCB terhadap organisasi yaitu 1) OCB dapat meningkatkan
produktivitas rekan kerja, 2) OCB juga mampu meningkatkan
produktivitas manajer, 3) OCB dapat menghemat sumber daya yang
dimiliki manajemen dan organisasi secara keseluruhan, 4) OCB
menjadi sarana yang efektif untuk mengkordinasi kegiatan tim kerja
secara efektif, 5) OCB meningkatkan kemampuan organisasi untuk
merekrut dan mempertahankan karyawan dengan kualitas performa
yang baik, 6) OCB dapat mempertahankan stabilitas kinerja
3
organisasi, 7) OCB membantu kemampuan organisasi untuk bertahan
dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, 8) OCB memiliki
kemampuan untuk beradaptasi pada perubahan lingkungan, 9) OCB
membuat organisasi lebih efektif dengan membuat modal sosial.
Perilaku yang tergolong dalam OCB sangat bervariasi, mulai
dari tindakan sepele seperti selalu membicarakan hal positif tentang
perusahaannya, menolong rekan kerja menyelesaikan masalah,
menunda mengambil cuti sampai dengan perilaku yang lebih
kompleks seperti mengusulkan suatu ide inovatif untuk mengatasi
masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Perilaku OCB yang
terlihat sederhana ini apabila terus dilakukan oleh banyak karyawan
maka akan sangat membantu organisasi dalam meningkatkan
produktivitasnya serta melampaui kinerja perusahaan kompetitor
(Sweeny & McFarlin, 2002).
Hal tersebut diatas berkaitan erat dengan prinsip nilai atau
moral yang dimiliki karyawan, disebut juga dengan etika. Menurut
Daft Richard (2003:167) etika merupakan prinsip-prinsip dan nilainilai moral yang mengatur perilaku seseorang atau sebuah kelompok
dalam hubungannya dengan apa yang benar atau yang salah.
Sedangkan menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (2006:58)
etika merupakan keyakinan mengenai tindakan yang benar dan yang
salah, atau tindakan yang baik dan yang buruk, yang mempengaruhi
hal lainnya.Pengembangan etika merupakan hal yang penting bagi
kesuksesan individu sebagai pemimpin suatu organisasi (Morgan
dalam Nugrahaningsih, 2005). Nilai-nilai dan moral pribadi
perorangan dan konteks sosial menentukan apakah suatu perilaku
tertentu dianggap sebagai perilaku yang etis atau tidak etis.
4
Dewasa ini di Kantor Pertanahan Kabupaten Megelang
mengalami
banyak
perubahan
dengan
melakukan
reformasi
birokrasi.Hal ini karena tuntutan dari masyarakat dengan layanan
pertanahan yang harus semakin baik. Sehingga pada akhirnya
diperlukan perilaku etis dan Organizational Citizenship Behavior
(OCB) dari karyawan Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang yaitu
harus memberikan peningkatan pelayanan kepada masyarakat Kantor
Pertanahan Kabupaten Magelang.
Beberapa contoh perilaku yang kurang etis terjadi di lapangan
antara-lain : adanya keluhan dari sebagian masyarakat tentang
lambatnya pelayanan di BPN, terjadi tumpang tindih gambar ukur
antara bidang tanah, tambahan biaya diluar ketentuan yang berlaku
serta masih banyak lagi yang sifatnya pelayanan pertanahan.
Dari berbagai contoh persoalan tersebut, peneliti berusaha
mencari sebab atau hubungan antara gaya kepemimpinan yang ada di
BPN dengan masalah-masalah yang ada . Dalam artian sudah
diterapkan Gaya
Kepemimpinan Otentik namun masih juga
ditemukan juga masalah –masalah yang berhubungan dengan perilaku
Etis. Dari uraian diatas membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang”.
1.2 Persoalan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas maka persoalan penelitian
dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah gaya kepemimpinan otentik
berpengaruh terhadap
perilaku etis di Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang?
5
2.
Apakah gaya kepemimpinan otentik berpengaruh terhadap OCB
karyawan Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang?
3.
Apakah perilaku etis berpengaruh terhadap OCB karyawan di
Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang?
4.
Apakah gaya kepemimpinan otentik dan perilaku etis secara
bersama-sama berpengaruh terhadap OCB karyawan di Kantor
Pertanahan Kabupaten Magelang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan persoalan penelitian diatas maka tujuan dalam
penelitian ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
pengaruh
gaya
kepemimpinan otentik terhadap perilaku etis di Kantor
Pertanahan Kabupaten Magelang
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis gaya kepemimpinan otentik
berpengaruh terhadap OCB karyawan
Kantor Pertanahan
Kabupaten Magelang.
3.
Untuk mengetahui dan menganalisis perilaku etis berpengaruh
terhadap OCB karyawan di Kantor Pertanahan Kabupaten
Magelang.
4.
Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
pengaruh
gaya
kepemimpinan otentik dan perilaku etis secara bersama-sama
terhadap OCB karyawan di Kantor Pertanahan Kabupaten
Magelang.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini ditinjau dari segi praktis dan
teoritis yaitu:
6
1.
Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan tambahan referensi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan serta dapat digunakan
sebagai bahan kajian atau referensi bagi mahasiswa Universitas
Kristen Satya Wacana dan dapat digunakan sebagai bahan
penelitian sejenis.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang
Sebagai harapan yang dapat menjadi suatu bahan
evaluasi terhadappelaksanaan kegiatan sumber daya manusia
dan
berguna
sebagaimasukan
bagi
perusahaan
yang
bersangkutan dimasa yang akandatang.
b.
Bagi Peneliti
Sebagai
pengetahuan
sarana
untuk
danpengalaman
menambah
serta
wawasan,
mengamati
secara
langsung dunia kerja danperusahaan.Sebagai alat untuk
mengimplementasikan
teori-teori
kuliah.
7
yang
diperolehselama
Download