1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada era modern saat ini persaingan dalam dunia bisnis tidak semudah yang
dibayangkan. Persaingan tidak hanya dihadapi oleh perusahaan yang bergerak di
bidang barang melainkan juga perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Bisnis di
bidang jasa khususnya kontraktor merupakan bisnis yang sedang berkembang saat
ini. Munculnya pesaing baru dalam dunia bisnis membuat perusahaan berpikir lebih
untuk memenangkan hati para pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik
kepada setiap para pelanggan. Menurut data dari UNDP (United Nation Development
Program), Indonesia berada pada peringkat 108 dari 182 negara di dunia dalam
Human Development Index pada tahun 2010. Hal ini terbukti bahwa Indonesia
memiliki karakter sumber daya manusia yang cukup rendah. Untuk itu dibutuhkan
supervisor / atasan yang dapat mengatur, mengelola, dan mempertahankan sumber
daya manusia yang ada sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Dalam hal ini, sumber daya yang dimaksud adalah karyawan. Tujuan
perusahaan dapat tercapai tergantung pada perilaku karyawan dalam bekerja. Sumber
daya manusia merupakan aset penting dalam suatu perusahaan karena mereka yang
dapat mengelola, mempertahankan, dan mengembangkan organisasi. Oleh karena itu,
sumber daya manusia harus diberdayakan, diperhatikan, dijaga, dan dikembangkan.
Sumber daya manusia perlu dikembangkan secara terus menerus agar organisasi
memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia dalam
organisasi harus senantiasa berorientasi terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran
organisasi di mana dia berada di dalamnya. Oleh sebab itu perusahaan senantiasa
memperhatikan karyawannya agar visi, misi serta tujuan perusahaan dapat
terlaksana.
Tuntutan
perusahaan
untuk
memperoleh,
mengembangkan
dan
mempertahankan sumber daya yang berkualitas semakin mendesak sesuai dengan
pola lingkungan yang selalu berubah-ubah. Untuk itu diperlukan Organizational
Citizenship Behavior (OCB) dalam diri setiap karyawan. Organizational Citizenship
Behavior (OCB) merupakan perilaku yang tidak menjadi bagian dari kewajiban kerja
formal seorang karyawan namun mendukung berfungsinya organisasi tersebut secara
efektif (Robbins, 2006). OCB ini dapat melibatkan beberapa perilaku seperti
1
2
misalnya perilaku menolong orang lain, penolong untuk tugas-tugas ekstra, patuh
terhadap peraturan-peraturan dan prosedur di tempat kerja.
Dalam dunia kerja saat ini dimana tugas-tugas kerja semakin banyak,
perusahaan membutuhkan perilaku OCB yang baik seperti mengeluarkan pendapat
tentang tempat kerja mereka, membantu yang lain dalam tim kerja, menghindari
konflik yang tidak perlu, dan lapang dada memahami gangguan kerja yang terkadang
terjadi. Karyawan yang memiliki OCB akan memiliki loyalitas yang tinggi terhadap
organisasi tempatnya bekerja dan dengan sendirinya akan merasa nyaman dan aman
terhadap pekerjaannya. Jadi, Organizational Citizenship Behavior merupakan
perilaku kerja karyawan yang melebihi tugas dan tanggung jawabnya yang dilakukan
secara sukarela tanpa adanya paksaan dari siapapun.
Organizational Citizenship Behavior merupakan perilaku ekstra karyawan
yang dilakukan secara sukarela. Akan tetapi di era globalisasi sekarang perilaku
tersebut sudah jarang dijumpai dalam perusahaan. Perusahaan umumnya
mempekerjakan karyawan sesuai dengan keahlian mereka masing-masing. Hal ini
yang membuat para karyawan enggan mengerjakan tugas yang bukan bagian dari
pekerjaan
mereka.
Untuk
menghadapi
masalah
tersebut
setiap
karyawan
membutuhkan pemberdayaan secara psikologis.
Pemberdayaan merupakan proses pengambilan keputusan hak dan membantu
karyawan mengembangkan diri dengan bantuan solidaritas, berbagi, dan tim kerja
(Koçel, dalam Çavus, 2010). Pemberdayaan dianggap mampu menumbuhkan dan
meningkatkan kreatifitas para karyawan. Pemberdayaan psikologis merupakan
pemberdayaan sebagai perubahan dalam cara berfikir manusia. Pemberdayaan yang
tidak bermaksud untuk membekali manusia dengan kekuasaan dan kekayaan, tetapi
membuat mereka sadar terhadap dirinya sendiri dan apa yang di inginkan dalam
hidup ini. Interaksi yang didasarkan atas pengambilan keputusan bersama, tanpa ada
yang memerintah dan diperintah, tidak ada yang menang maupun dikalahkan.
Menurut Chiang dan Hsieh (dalam Jin-Liang dan Hai-Zhen, 2013),
Pemberdayaan Psikologis dapat memprediksi OCB dan adanya hubungan positif
antara pemberdayaan psikologis dengan OCB. Perilaku ekstra karyawan atau OCB
dipandang sebagai kemauan, kerjasama, inovasi, dan saling menghormati yang
menunjukkan bahwa kelancaran sebuah organisasi tidak hanya tergantung pada
karyawan menyelesaikan pekerjaan yang diminta oleh organisasi, tetapi perilaku
inovatif dan merasakan pekerjaan yang berarti di luar persyaratan dalam peran kerja.
Seibert et al., (dalam Jin-Liang dan Hai-Zhen, 2013) mengatakan bahwa
3
pemberdayaan psikologis memiliki hubungan positif dengan kepuasaan kerja. Hal ini
terbukti bahwa adanya hubungan antara pemberdayaan psikologis dengan kepuasan
kerja.
Kepuasan kerja adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya (Stephen dan Timothy,
2006). Ketidakpuasan kerja muncul ketika harapan seseorang tidak terpenuhi (Mathis
dan Jackson, 2006). Karyawan dalam melakukan pekerjaan dapat merasa tidak puas
mungkin dikarenakan perlakuan tidak adil oleh organisasi tempat mereka bekerja.
Misalnya karena adanya perbedaan upah, sementara prestasi karyawan relatif sama
dengan karyawan lainnya atau sering dibebani tugas yang berat, tanpa adanya
imbalan ekstra atau bonus yang layak. Karyawan yang tidak terpuaskan dengan
pekerjaannya cenderung melakukan hal-hal yang dapat menggangu kinerja
organisasi seperti: Turnover yang tinggi, tingkat absensi yang tinggi, lamban dalam
bekerja, banyak keluhan bahkan mogok kerja. Najafi et al. (dalam Jin-Liang dan HaiZhen, 2013) menemukan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap
komitmen organisasi dan OCB. Ketika individu merasakan suatu ketidakadilan,
maka kinerja mereka akan turun dan memungkinkan mereka untuk meninggalkan
tanggung jawab tugasnya. Agar kepuasan kerja karyawan meningkat perlu peran
serta dari atasan yang memberikan dukungan baik secara psikologis maupun materi.
Dukungan atasan / supervisor mengacu pada persepsi karyawan tentang
hubungan mereka dengan atasan mereka dan seberapa baik karyawan dapat
mengandalkan atasan untuk peduli terhadap keprihatinan masing- masing (Hsu,
dalam Ibrahim, 2012). Dengan demikian dukungan atasan memainkan peran penting
dalam kesejahteraan karyawan. Karyawan cenderung untuk tetap bertahan dengan
organisasi jika mereka merasa bahwa atasan mereka menghargai kontribusi dan
kesejahteraan
mereka,
dapat
berkomunikasi
baik
dengan
mereka,
dan
memperlakukan mereka dengan hormat dan diakui sebagai karyawan (Eisenberger et
al, 2002 dalam Ibrahim, 2012).
PT. Karya Bajatama Raya merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang Contractor, Designer & Supplier, khususnya untuk konstruksi baja.
Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2000 dan resmi menjadi bentuk perseroan
terbatas (PT) pada tahun 2004 saat ini memiliki 75 orang karyawan, 2 orang dewan
komisaris dan 1 direktur utama. Lokasi perusahaan yang berada di area perkantoran
serta operasional kerja yang baik membuat PT. Karya Bajatama Raya banyak
diminati oleh para pelanggan. Berdasarkan hasil pengamatan, kurangnya peran serta
4
dari atasan dalam menentukan spesifikasi kerja karyawan membuat karyawan tidak
fokus pada tugas dan tanggung jawab mereka sehingga banyak masalah yang sering
terjadi dalam perusahaan. salah satunya yaitu banyaknya tugas yang tidak dapat
terselesaikan tepat waktu sesuai dengan permintaan atasan. Hal ini menyebabkan
kurangnya konsentrasi akibat pemberian tugas yang bukan tanggung jawab mereka
sehingga karyawan lebih mendahulukan apa yang diperintahkan oleh atasan mereka.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, tentang pemberdayaan psikologis
dengan sampel karyawan China mengatakan bahwa Pertama, perekonomian China
kurang berkembang sehingga
dapat
menyebabkan
karyawan
China
lebih
memperhatikan gaji sebagai bentuk pemberdayaan (Li et al., dalam Jin-Liang dan
Hai-Zhen, 2013 ). Kong dan Yang (dalam Jin-Liang dan Hai-Zhen, 2013) juga
mengatakan bahwa ketidakpuasan dengan gaji memainkan peran utama dalam omset
pekerjaan antara karyawan China. Kedua, bahwa dimensi OCB karyawan di China
berbeda dengan karyawan di negara barat (Farh et al., dalam Jin-Liang dan HaiZhen, 2013) seperti Eropa dan Amerika, yang mengungkapkan hasil tentang
hubungan antara pemberdayaan psikologis dan OCB diperoleh dari sampel di negara
barat ada kemungkinan tidak dapat diterapkan kepada organisasi Tionghoa. Ketiga,
bahwa efek pemberdayaan psikologis terhadap OCB memerlukan studi lebih lanjut.
Dimensi pemberdayaan psikologis juga ditemukan berhubungan dengan
kepuasan kerja. Indikator makna (meaning), penentuan diri (self determination), dan
dampak (impact) dapat memprediksi kepuasan kerja secara signifikan. Penelitian
Chiang dan Hsieh (dalam Jin-Liang dan Hai-Zhen, 2013) menemukan hubungan
positif antara pemberdayaan psikologis dan OCB. Ketika karyawan memiliki tingkat
kepuasan tinggi dengan pekerjaan mereka, mereka lebih mungkin untuk
mengidentifikasi perilaku mereka dalam organisasi dan menunjukkan perilaku yang
tidak langsung diakui oleh organisasi sebagai pertukaran sosial. Dukungan atasan
mungkin menjadi faktor yang mempengaruhi pemberdayaan psikologis yang
selanjutnya mengarah kepada hasil pekerjaan mereka.
Melihat kondisi tersebut, apakah perusahaan - perusahaan di Indonesia dapat
memberikan tanggung jawab yang spesifik antar semua karyawan sehingga para
karyawan merasa di perhatikan dan dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan?
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian di fokuskan pada bentuk “ Pengaruh
Pemberdayaan Psikologis dan Kepuasan Kerja terhadap Organizational Citizenship
Behavior pada PT. Karya Bajatama Raya : Dukungan Atasan sebagai Variabel
Moderator ”.
5
1.2
Identifikasi Masalah
Dari penelitian berjudul “Pengaruh Pemberdayaan Psikologis dan Kepuasan
Kerja terhadap OCB pada PT. Karya Bajatama Raya : Dukungan Atasan sebagai
Variabel Moderator“ ditemukan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh antara Pemberdayaan Psikologis terhadap OCB di PT.
Karya Bajatama Raya ?
2. Apakah ada pengaruh antara Pemberdayaan Psikologis terhadap Kepuasan
Kerja di PT. Karya Bajatama Raya ?
3. Apakah ada pengaruh antara Kepuasan Kerja terhadap OCB di PT. Karya
Bajatama Raya ?
4. Apakah ada pengaruh antara Dukungan Atasan terhadap OCB di PT. Karya
Bajatama Raya ?
5. Apakah ada pengaruh antara Pemberdayaan Psikologis terhadap OCB dengan
Kepuasan Kerja sebagai variabel mediator di PT. Karya Bajatama Raya?
6. Apakah ada pengaruh antara Pemberdayaan Psikologis terhadap OCB dengan
Dukungan Atasan sebagai variabel moderator di PT. Karya Bajatama Raya?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pemberdayaan Psikologis
terhadap OCB di PT. Karya Bajatama Raya.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pemberdayaan Psikologis
terhadap Kepuasan Kerja di PT. Karya Bajatama Raya.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kepuasan Kerja terhadap OCB
di PT. Karya Bajatama Raya.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dukungan Atasan terhadap
OCB di PT. Karya Bajatama Raya.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pemberdayaan Psikologis
terhadap OCB dengan Kepuasan Kerja sebagai variabel mediator di PT.
Karya Bajatama Raya.
6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Pemberdayaan Psikologis
terhadap OCB dengan Dukungan Atasan sebagai variabel moderator di PT.
Karya Bajatama Raya.
6
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
a. Kontribusi Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan pihak perusahaan terutama para
manajer dapat mengetahui kinerja dan tingkat kepuasan karyawan karyawan
dengan berbagai pemberdayaan dan dukungan atasan yang telah diberikan
perusahaan. Karyawan yang diberdayakan secara psikologis akan mengambil
peran dalam pekerjaan mereka dan menolak adanya pemberian insentif kerja
yang di berikan oleh atasan mereka. Dengan adanya penelitian ini dapat
membawa pribadi karyawan yang puas dan terlibat terhadap pekerjaannya
sehingga perilaku kerja mereka lebih positif.
Penelitian ini juga bermanfaat bagi karyawan untuk mengetahui seberapa
besar kepuasan mereka terhadap pekerjaan yang mereka lakukan setelah
karyawan
diberdayakan
oleh
perusahaan
sehingga
komitmen
antar
perusahaan dengan karyawan terjalin dengan baik serta bagi pembaca untuk
menambah wawasan mengenai kondisi yang sering terjadi dalam perusahaan.
b. Kontribusi Teoritis
Dengan adanya penelitian ini kita dapat mengetahui bagaimana sikap dan
perilaku karyawan dalam bekerja, mengetahui bagaimana dukungan atasan
sangat penting bagi karyawan karena dengan adanya dukungan dari atasan
maka karyawan merasa di hargai dan dianggap ada dalam perusahaan. Selain
itu dapat mengetahui bagaimana sebuah perusahaan mengambil keputusan
sehingga membuat kepuasan kerja karyawan meningkat. Berdasarkan kajian
sebelumnya hubungan antara pemberdayaan dengan OCB dimederator oleh
dukungan atasan karena atasan adalah agen yang paling menonjol dari
organisasi yang menentukan jenis pekerjaan dari karyawan bawah (Frone dan
Janssen dalam Jin-Liang dan Hai-Zhen, 2013).
Penelitian
ini
juga
bertujuan
untuk
menghubungkan
variabel
Pemberdayaan Psikologis terhadap OCB dengan Dukungan Atasan sebagai
variabel moderator. Bila variabel tersebut ditemukan tidak berhubungan atau
tidak bersignifikan maka ada faktor lain yang menjadi penyebab sehingga
memerlukan adanya studi lebih lanjut.
Download