7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Umum
2.1.1. Komunikasi
Menurut Effendi dalam buku Manajemen Public Relations dan Media
Komunikasi (2012: 81-82), kata komunikasi berasal dari perkataan bahasa
Latin: communication yang berarti “pemberitahuan” atau “pertukaran
pikiran”. Dengan demikian maka secara garis besar dalam suatu proses
komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu
pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebar pesan) dan
komunikan (penerima pesan).
Sementara itu,proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer
informasi” atau pesan-pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai
komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan. Tujuan dari
proses komunikasi tersebut adalah tercapainya saling pengertian (mutual
understanding) antara kedua belah pihak. Sebelum pesan-pesan tersebut
dikirim kepada komunikan, komunikator memberikan makna-makna dalam
pesan tersebut (decode) yang kemudian ditangkap oleh komunikan dan
diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (encode).
Melalui transfer informasi / pesan-pesan tersebut terjadi proses
interpretasi, yaitu peng-encode-an pesan ter-decode oleh komunikan dengan
berbagai prespektif yang dilandasi dari pengalaman yang dialami (field of
experiences) dan kerangka referensinya (frame of references). Kemudian
7
8
pihak komunikan akan memberikan reaksi atau umpan balik (feedback), baik
tanggapan bersifat positif maupun negatif kepada pihak komunikator.
Peran komunikasi sangat penting bagi manusia dalam kehidupannya
sehari-hari, sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat: persuasif,
edukatif, dan informatif. Sebab tanpa komunikasi maka tidak adanya proses
interaksi yaitu saling tukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan,
persuasi, informasi dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi /
pesan tersebut pada umumnya berlangsung dengan melalui suatu media
komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung makna yang
dapat dimengerti atau dalam lambang yang sama. Pengertian pemakaian
bahasa dapat bersifat kongkret atau abstrak.
Berdasarkan teori diatas, penulis menyimpulkan bahwa komunikasi
adalah suatu proses komunikasi antara dua orang atau lebih dimana terjadi
suatu pertukaran pikiran dan pendapat antara komunikator dan komunikan
untuk tercapainya saling pengertian antara kedua belah pihak. Proses
penyampaian informasi / pesan tersebut pada umumnya berlangsung dengan
melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang
mengandung makna yang dapat dimengerti atau dalam lambang yang sama.
Pada prakteknya komunikasi dalam Hotel Shangri-La Jakarta telah
sesuai dengan teori komunikasi diatas.Hal ini dapat dilihat dari komunikasi
yang baik antar sesama karyawan sehingga kinerja perusahaan dapat berjalan
secara maksimal.
9
2.1.2. Public Relations
Public relations adalah sebuah fungsi kepemimpinan dan manajemen
yang
membantu
pancapaian
tujuan
sebuah
organisasi,
membantu
mendefinisikan filosofi, serta memfasilitasi perubahan organisasi. Para
praktisi public relations berkomunikasi dengan semua masyarakat internal
dan eksternal yang relevan untuk mengembangkan hubungan yang positif
serta menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi dengan harapan
masyarakat. Mereka juga mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi
program organisasi yang mempromosikan pertukaran pengaruh serta
pemahaman di antara konstituen organisasi dan masyarakat. (Dan Lattimore
dkk, 2010:4).
Para praktisi public relations membantu orang lain dalam membangun
dan mempertahankan hubungan yang efektif dengan pihak ketiga. Mereka
biasanya bekerja di dunia bisnis, seperti di perusahaan public relations, di
agensi tertentu, atau sebagai konsultan independen, sebagai staff komunikasi
sebuah perusahaan, atau pada badan-badan pemerintahan. (Dan Lattimore
dkk, 2010:4).
Public relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan
komunikasi yang terencana, baik itu ke tujuan-tujuan spesifik yang
berlandaskan pada saling dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi
dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai pengertian”. (Jefkins,
2003:9).
Public relations pada awalnya hanya dipergunakan pada perusahaan
atau korporasi bertaraf multinasional saja. Hal ini dimungkinkan karena
perusahaan / korporasi yang tarafnya lebih kecil dari pada multinasional
10
belum mengetahui dengan baik fungsi dan peran dari pada public relations
padahal apabila dimanfaatkan baik, sebuah
perusahaan / korporasi kelas
menengah dapat lebih mudah go international. Tidak sedikit perusahaan yang
dapat berhasil berkat bantuan public relations untuk menjadi yang nomor satu
dalam benak masyarakat. (Barnes, 2003:87).
Public relations menurut penulis adalah adalah proses yang terus
menerus dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwillantara
perusahaan dan masyarakat dengan tujuan untuk mempertahankan citra
perusahaan. Para praktisi public relations berkomunikasi dengan semua
masyarakatinternal dan eksternal yang relevan untuk mengembangkan
hubungan yang positif serta menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi
dengan harapan masyarakat.
Pada prakteknya public relations Hotel Shangri-La Jakarta sudah
menjalankan fungsi public relations secara baik. Hal ini dapat dilihat dari
komunikasi yang dilakukan baik secara internal perusahaan maupun
eksternal, termasuk media-media yang menjadi partner dalam membantu
publikasi. Sehingga citra hotel dapat terus dipertahankan.
2.1.3. Media massa
Dalam buku Agenda Setting Media Massa (2012: 15-19), komunikasi
massa didefinisikan dalam tiga ciri :
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen,
dan anonim.
11
2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa
mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya
sementara.
3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi
yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui
media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan
informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting
dalam komunikasi massa adalah:
a. Komunikator
b. Media massa
c. Informasi (pesan) massa
d. Gatekeeper
e. Khalayak (publik)
f. Umpan balik
Penelitian komunikasi massa Wilbur Schramm menggunakan ide yang
awalnya dikembangkan psikolog Charles E. Osgood. Gambaran tentang
komunikasi interpersonal (interpersonal communication), komunikasi antara
dua orang atau lebih menunjukkan tidak ada sumber yang jelas antara
pengirim dan penerima pesan, melainkan karena komunikasi merupakan
proses timbal balik dan terus-menerus, semua berpartisipasi sebagai
partisipan yang bekerja bergantian sebagai “interpreter” dengan melakukan
aktivitas “encoding” dan “decoding”. Pesan yang pertama di-encoded diubah
menjadi simbol dan tanda sistem yang dimengerti. Berbicara merupakan
encoding seperti menulis, percetakan dan film dalam sebuah program televisi.
12
Ketika pesan diterima maka decode yang merupakan simbol dan tanda
diinterpretasikan. Decoding dilakukan melalui mendengar, membaca, dan
menonton televisi.
Pesan yang di-encode dibawa melalui sebuah media yang berarti
pengiriman informasi. Gelombang radio merupakan membawa suara kita
terdengar oleh teman kita di tempat yang lain. Ketika media tersebut
merupakan teknologi yang membawa pesan kepada sejumlah besar orang,
seperti surat kabar yang dapat memuat kata-kata tercetak dan radio dapat
menyebarkan suara dari musik dan berita, kita menyebutkan media massa
(mass medium). Media massa yang kita gunakan secara umum adalah radio,
televisi, buku, majalah, surat kabar, film, rekaman suara, dan jaringan
komputer.
Media-media baru yang didukung dengan teknologi dapat diakses dari
smartphone. Hal ini menyebabkan era baru dalam periklanan. Contohnya
adalah, Hotel Shangri-La Singapora melakukan periklanan lewat YouTube
yang dapat diakses dari smartphone sehingga jangkauan dari iklan tersebut
jauh lebih luas dari media-media tradisional. (James, 2010:137-146).
Tergolong ke dalam pesan komunikasi kita temukan antara lain apa
yang disebut produk jurnalistik berupa pemberitahuan melalui media cetak
atau media elektronik. Dengan demikian, merupakan karya yang dibentuk
komunikator sebagai upaya mencapai tujuan komunikasinya (apa yang
diinginkan). Dengan kata lain, produk jurnalistik dimaksud dibentuk melalui
suatu keterampilan atau seni yang disebut jurnalistik dengan tujuan
mempengaruhi
komunikan
(khalayak)
sesuai
dengan
kehendak
komunikatornya. Jelasnya dari sini jurnalistik merupakan salah satu bentuk
13
karya atau keterampilan seni manusia dalam berkomunikasi, sedangkan
komunikasi sendiri karsa manusia itu sendiri.
Astrid Susanto dalam buku Agenda Setting Media Massa (2012:19)
mendefinisikan jurnalistik sebagai kejadian pencacatan dan atau pelaporan
serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari dan Onong Uchjana
menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan pengolahan laporan harian
yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan sampai penyebarannya
kepada masyarakat, serta A.W Widjaja menyebutkan bahwa jurnalistik
merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara
menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau
kejadian sehari-hari yang aktual dan factual dalam waktu secepat-cepatnya.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas Suhandang membuat definisi :
“Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyusun dan menyajikan berita tentang peristiwa yang
terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala
kebutuhan hati nurani khalayaknya.”
Pers memainkan berbagai peranan dalam masyarakat.Bernard Cohen
dalam Advanced News Gathering karangan Bryce T.McIntyre menyebutkan
bahwa beberapa peran yang umum dijalankan pers di antaranya sebagai
pelopor (informer). Disini pers bertindak sebagai mata dan telinga publik,
melaporkan peristiwa-peristiwa yang di luar pengetahuan masyarakat dengan
netral dan tanpa prasangka.
Berdasarkan teori di atas, penulis menyimpulkan bahwa media massa
adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan
berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada
khalayak luas melalui proses encoding-decoding.
14
2.2. Teori Khusus
2.2.1. Media Relations
Dijelaskan dalam buku Media Relations (2012:42-49), Frank Jefkins
memberikan definisi media relations sebagai berikut :
“Media Relations atau sering disebut dengan hubungan pers adalah
usaha untuk mencari publikasi atau penyiaran yang maksimum atas
suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan
pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi perusahaan
yang bersangkutan”.
Frank Jefkins mengkategorisasikan media relations dalam pemaknaan
yang sama dengan press relations, yaitu usaha publikasi yang maksimum atas
suatu pesan atau informasi dalam rangka menciptakan pengetahuan dan
pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.
Tujuan pokok press relations adalah menciptakan pengetahuan dan
pemahaman, bukan semata-mata untuk menyebarkan suatu pesan sesuai
dengan keinginan pengirim atau pihak klien demi mendapatkan suatu citra
yang lebih indah dari aslinya di mata umum.
Berdasarkan definisi yang diberikan oleh Frank Jefkins diatas, maka
ada beberapa hal pokok yang perlu di garis bawahi ketika media relations itu
dilakukan pada saat ini, yaitu :
1. Yang dimaksud hubungan dengan pers bukan hanya hubungan dengan
media cetak, tetapi hubungan dengan semua media massa (radio,
televisi) dan tidak terkecuali dengan media-media baru yang
bermunculan dan sedang berkembang pada saat ini (misalnya :
internet, facebook).
2. Tujuan pokok hubungan dengan media massa (pers) adalah
menciptakan pengetahuan dan pemahaman kepada khalayak, bukan
sekadar menyiarkan pemberitaan sesuai keinginan perusahaan. Justru
15
yang terpenting adalah membuat masyarakat mengetahui dan
memahami perusahaan atau organisasi yang diberitakan.
3. Sesuai visi public relations, informasi yang disampaikan haruslah
informasi yang benar sehingga kejujuran menjadi tuntutan dalam setiap
pemberitaan.
Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan dengan media
merupakan hal yang sangat penting dalam pekerjaan seorang public relations
untuk mencapai tujuan dari setiap kegiatan yang dilakukan public relations.
Salah satu tujuan dari pekerjaan public relations adalah membangun citra yang
positif dan saling pengertian antara publik dan organisasi. Tetapi yang menjadi
masalah, selama ini hubungan antara public relations dan wartawan sering kali
tidak harmonis. Sering kali seorang public relations merasa bahwa wartawan
adalah profesi yang sering mengganggu pekerjaannya.Sedangkan dalam
pandangan wartawan, public relations adalah profesi yang sangat ‘pelit’
informasi.
Informasi
yang
dimiliki
oleh
public
relations
seringkali
disembunyikan. Tindakan ini jelas sangat merepotkan wartawan. Oleh karena
itu, dibutuhkan cara-cara yang tepat untuk menjalin hubungan yang baik antara
public relations dengan institusi media maupun pekerja-pekerja media.
Di sisi yang lain, tidak jarang public relations mengartikan hubungan
dengan media ini dalam konsep yang kurang tepat. Karena relasi yang terjadi
antara public relations dengan wartawan dan pekerja media selama ini
berlangsung kurang harmonis, maka fokus media relations yang dilakukan oleh
seorang public relations hanya pada hubungan dengan wartawan dan pekerja
media. Public relations jadi lupa untuk membangun hubungan dengan
khalayak. Padahal sebetulnya, tujuan yang paling utama dari media relations
16
adalah menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak terhadap
organisasi atau institusi yang menyiarkan berita tersebut.
Oleh karena itu, interaksi yang dibangun oleh seorang public relations
seharusnya seimbang. Seorang public relations seharusnya membangun
hubungan yang baik dengan pekerja media dan wartawan dan tetap
membangun hubungan yang baik juga dengan khalayak. Kalau kedua
hubungan ini dapat dibangun dengan seimbang maka seorang public relations
dapat membangun pengetahuan dan pemahaman dalam benak khalayak secara
benar.
Organisasi hendaknya berusaha keras untuk memperoleh kepercayaan
publik lewat media relations yang efektif, oleh karena itu mereka perlu
menekankan aktivitas yang positif. Dalam lingkungan bisnis yang dinamis,
seringkali suatu perusahaan tidak peka terhadap masalah-masalah yang ada di
sekitarnya. Media akan mencari sumber berita yang mereka pikir bernilai. Oleh
karena itu, menjadi sumber dari media merupakan hal yang sangat penting,
karena informasi yang didapat media akan bersifat genuine. Hal ini menjalin
kolaborasi antara sumber dan media dengan menyediakan berita dari tangan
pertama, yang dapat meningkatkan kualitas media relations.(Khodarahmi,
2010:535-540).
Tujuan yang selama ini sering kali keliru perlu diluruskan kembali.
Tujuan pokok berhubungan dengan media bukan hanya menyebarkan
informasi atau pesan demi sebuah citra yang indah di hadapan publik. Lebih
dari itu, tujuan pokok berhubungan dengan media adalah menciptakan
pengetahuan dan pemahaman kepada khalayak sehingga terjadi perubahan
konsep berpikir dalam kehidupan masyarakat dan akhirnya terjadi perubahan
17
sikap dan perilaku. Berdasarkan fenomena di atas, membangun relasi dengan
media massa atau pers menjadi satu urgensi dalam pekerjaan seorang public
relations dan tidak bisa disepelekan.
Menurut Frank Jefkins dalam buku Media Relations (2012:45-47),
beberapa hal yang harus diperhatikan praktisi public relations dalam
menyelenggarakan media relations yang baik adalah :
1.
Dengan memahami bagaimana cara kerja media tersebut serta siapa
khalayak dari media massa itu. Oleh karna itu, memahami media menjadi
modal utama untuk melakukan kerja sama dengan media massa.
Selain memahami media massa, seorang public relations juga harus melayani
media. Maksudnya, seorang public relations harus menyediakan informasi
yang dibutuhkan oleh media massa dan selalu siap ketika media massa
membutuhkan informasi itu.
2.
Membangun reputasi sebagai organisasi yang dapat dipercaya media.
Prinsip kerja yang kedua dari media relations adalah membangun reputasi
sebagai organisasi yang dapat dipercaya media.Pada bagian ini, seorang
public relations harus siap menyediakan dan memasok materi-materi yang
akurat di mana saja dan kapan saja. Hanya dengan cara inilah seorang public
relations akan dinilai sebagai suatu sumber informasi yang akurat dan dapat
dipercaya oleh wartawan. Berdasarkan fakta di atas, komunikasi timbal balik
yang saling menguntungkan akan lebih mudah diciptakan dan dipelihara.
3.
Menyediakan salinan informasi yang memadai dan akurat.
Yang dimaksud dengan menyediakan salinan informasi yang memadai dan
akurat adalah menyediakan reproduksi foto-foto yang baik dan menarik serta
18
jelas. Pada era teknologi komunikasi saat ini, input langsung melalui
komputer akan memudahkan pekerjaan wartawan dan pekerja media.
Teknologi komunikasi yang semakin maju ini memudahkan mereka untuk
mengoreksi dan menyusun ulang dari suatu terbitan, seperti siaran berita atau
news release. Perkembangan teknologi juga membantu dalam penyelidikan
salinan naskah dan foto-foto yang baik secara cepat.
4.
Bekerja sama dalam penyediaan materi informasi.
Sebagai contoh, seorang public relations dan wartawan dapat bekerja sama
dalam mempersiapkan sebuah acara wawancara atau temu pers dengan tokohtokoh tertentu.
5.
Menyediakan fasilitas verifikasi.
Praktisi public relations juga perlu memberi kesempatan kepada jurnalis
melakukan verifikasi (membuktikan kebenaran) atas setiap materi yang
mereka terima. Contoh konkretnya, para jurnalis itu diijinkan untuk langsung
menengok fasilitas atau kondisi-kondisi organisasi yang hendak diberitakan.
6.
Membangun hubungan personal yang kokoh dengan media.
Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta
terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerja sama, dan
sikap saling menghormati profesi masing-masing.
Rhenald
Kasali
dalam
buku
Media
Relations
(2012:47-49)
memperkenalkan beberapa tahapan sebelum dan saat tindakan media relations
dilakukan.
Tahapan media relations tersebut adalah:
1. Mengidentifikasi krisis.
19
2. Untuk dapat mengidentifikasi suatu krisis, seorang public relations perlu
melakukan penelitian. Bila krisis terjadi dengan cepat,penelitian harus
dilakukan secara informal dan kilat.
3. Menganalisis krisis.
Seorang public relations bukanlah petugas penerangan yang melulu
mengandalkan aksi. Sebelum melakukan komunikasi, ia harus melakukan
analisis atau masukan yang diperoleh. Analisis ini adalah pekerjaan yang
dilakukan di belakang meja dengan keahlian membaca permasalahan.
Analisis yang dilakukan mempunyai cakupan yang luas, mulai dari analisis
parsial sampai analisis integral yang saling mengkait.
4. Mengisolasi krisis.
Krisis adalah penyakit. Kadang bisa juga diartikan lebih dari sekadar
penyakit biasa. Oleh karena itu, untuk mencegah krisis menyebar lebih luas
ia harus diisolasi, dikarantina sebelum tindakan serius dilakukan.
5. Menetapkan pilihan strategi menghadapi krisis.
Sebelum mengambil langkah-langkah komunikasi untuk mengendalikan
krisis, perusahaan perlu melakukan penetapan strategi generik yang akan
diambil.
6. Menjalankan program pengendalian.
Program pengendalian adalah langkah penerapan yang dilakukan
menuju strategi generik yang dirumuskan. Umumnya strategi generik dapat
dirumuskan jauh-jauh hari sebelum krisis timbul, yakni sebagai guidance agar
para eksekutif bisa mengambil langkah yang pasti. Berbeda dari strategi
generik, program pengendalian biasanya disusun dilapangan ketika krisis
muncul. Implementasi pengendalian diterapkan pada:
20
a. Perusahaan (beserta cabang)
b. Industri (gabungan usaha sejenis)
c. Komunitas
d. Divisi-divisi perusahaan
Dari teori-teori di atas mengenai media relations, penulis dapat
menyimpulkan bahwa media relations merupakan salah satu bagian dari public
relations yang dapat menciptakan keberhasilan dari program tersebut. Media
relations membina hubungan baik dengan media yang dapat menyebabkan
publisitas yang baik tentang perusahaan, sehingga citra baik dapat terjaga.
2.2.2. Agenda Setting Theory
Bernard Cohen dalam buku Agenda Setting Media Massa (2012:21-23)
meski tidak secara spesifik menggunakan istilah agenda setting, namun
seringkali dipuji karena kembali mendefinisikan ide Lipman ke dalam teori
agenda setting. “Pers lebih penting dari pada sekadar penyedia informasi dan
opini.”Cohen menulis :
“Barangkali mereka tidak terlalu sukses dalam menyuruh apa yang
dipikirkan seseorang, tetapi mereka biasanya sukses menyuruh orang
mengenai apa yang seharusnya mereka pikirkan.” (Baran & Davis,
2010:61).
Berawal dari hal tersebut bahwa dunia terlihat berbeda menurut orang
yang berbeda pula, bergantung bukan hanya pada minat mereka pribadi, tetapi
juga peta yang diberikan kepada mereka oleh penulis, editor, dan penerbit surat
kabar yang mereka baca. Dalam hal ini sulit mengabaikan bias dari efek terbatas
media massa kepada opini publik. Tulisan Cohen telah menjadi dasar dari apa
yang disebut teori agenda setting media massa.
Dennis McQuail mengutip definisi Agenda Setting sebagai
21
“Proccess by which the relative attention given to items or issues in
news coverage influences the rank order of public awareness of issues
and attribution of significance. As an extension, effects on public
policy may occur.”
Walter Lipman pernah mengutarakan pernyataan bahwa media berperan
sebagai mediator antara “the world outside and the pictures in our heads.”
McCombs and Shaw juga sependapat dengan Lipman. Menurut mereka, ada
korelasi yang kuat dan signifikan antara apa-apa yang diagendakan oleh media
massa dan apa-apa yang menjadi agenda publik.
Teori Penentuan Agenda (bahasa Inggris : Agenda Setting Theory) adalah
teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan
kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu
kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan
kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh
media massa. Dua asumsi dasar yang paling mendasari penelitian tentang
penentuan agenda adalah:
1. Masyarakat pers dan media massa tidak mencerminkan kenyataan; mereka
menyaring dan membentuk isu;
2. Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk
ditayangkan sebagai isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain.
Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda
adalah peran fenomena komunikasi massa, berbagai media massa memiliki
penentuan agenda yang potensial berbeda termasuk intervensi dari pemodal.
Agenda Setting merupakan pemikiran yang menyatakan bahwa media
tidak mengatakan apa-apa yang orang pikirkan tetapi apa yang harus dipikirkan.
Sejarah agenda setting sebenarnya sudah ada sejak lama tanpa ada yang
22
memperkenalkannya terlebih dahulu, namun sudah dipraktikkan oleh media
massa khususnya media cetak seperti koran atau majalah di era Penny Press.
Menurut penulis agenda setting theory adalah sebuah teori komunikasi
yang berasumsi bahwa media itu menampung info sesuai dengan agendanya atau
kepentingannya. Public relations memanfaatkan itu untuk kepentingan
perusahaannya, sehingga media menempatkan tulisan-tulisan sesuai dengan
kepentingan perusahaan itu.
2.2.3. Pencitraan
Citra perusahaan adalah suatu kesan yang dimiliki suatu organisasi secara
total dan berasal dari perilaku dan reputasi. Hal ini didukung dengan pengenalan
bentuk-bentuk visual, seperti bentuk logo atau color scheme (pola/susunan
warna). Identitas perusahaan memiliki latar belakang historis.
Citra adalah image : the impression, the feeling, the conception which the
public has of a company; a consciously created impression of an object, person
or organization (Citra adalah perasaan, gambaran diri publik terhadap
perusahaan, organisasi atau lembaga; kesan yang dengan sengaja diciptakan dari
suatu objek, orang atau organisasi). Citra dengan sengaja diciptakan agar
bernilai posiif. Citra itu sendiri merupakan salah satu aset terpenting dari suatu
perusahaan atau organisasi. Istilah lain citra adalah favourable opinion (opini
publik yang menguntungkan). (Ardianto, 2011:56)
Citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan,
seseorang, suatu komite atau suatu aktivitas.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa citra adalah
gambaran diri publik terhadap suatu perusahaan yang diusahakan bernilai
23
positif.Citra juga merupakan aset terpenting dari suatu perusahaan. Hal ini
didukung dengan pengenalan bentuk-bentuk visual, seperti bentuk logo atau
color scheme (pola/susunan warna).
2.3. Kerangka Pikir
Teori Umum
Teori Khusus
Komunikasi
Media
Relations
Public
Relations
Agenda
SettingTheory
Media Massa
Pencitraan
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Download