Revitalisasi LPTK (2) - Seminar Nasional dan Internasional UNJ

advertisement
Dr. Ir. Subandi Sardjoko, M.Sc
Deputi Menteri PPN/Kepala Bappenas
Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan
BAPPENAS
Jakarta, 13 Oktober 2016
1
Guru: Faktor Kunci Kualitas
Pendidikan (1)
 Para ahli dan berbagai hasil kajian menunjukkan bahwa guru
berperan penting dalam seluruh proses pendidikan. Mutu
pendidikan ditentukan oleh kualitas guru.
 Kurikulum merupakan faktor sekunder saja, sebab efektivitas
pelaksanaan kurikulum pun bergantung pada kualitas guru.
 Peran guru sangat vital dalam kegiatan pembelajaran, yang
berpengaruh langsung pada tinggi-rendahnya kualitas
pendidikan.
 Kualitas guru merupakan faktor determinan terhadap mutu
pembelajaran di kelas, yang tercermin pada hasil belajar
murid (student learning outcomes).
2
Guru: Faktor Kunci Kualitas
Pendidikan (2)
 Buku merupakan sumber pengetahuan, tetapi melalui guru
pengetahuan dapat ditransmisikan kepada peserta didik.
Guru adalah sosok yang menjadi sumber pembelajaran dan
praktik pendidikan di sekolah.
 Guru dengan kompetensi tinggi, baik dalam hal penguasaan
subject knowledge maupun pedagogical knowledge,
berpengaruh langsung pada hasil belajar murid, yang
tercermin pada pencapaian akademik tinggi.
 Metode pengajaran juga berpengaruh besar terhadap
efektivitas pembelajaran, yang ditandai oleh kemampuan
siswa dalam menyerap dan mencerna materi pelajaran.
3
Hasil Penelitian: Kondisi di Indonesia
Hasil studi Suryadarma dkk, 2006 & Suharti 2013
 Sekolah dengan guru dan kepala sekolah berkualifikasi
akademik lebih tinggi dan lebih panjang masa kerja tidak
selalu berpengaruh pada perbaikan prestasi akademik
siswa (diukur dengan nilai UN).
 Anggaran pendidikan yang besar di tingkat kab/kota dan
sekolah tidak (selalu) berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan hasil belajar siswa.
4
Dampak Peningkatan Kualifikasi
dan Sertifikasi
Peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi guru baru dapat
meningkatkan kesejahteraan guru tetapi belum berhasil
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Ditambah Uji Kompetensi Guru
dan Teacher Absenteeism
Sumber: Chang, Mae Chu, dkk. 2014. Reformasi guru di Indonesia. Bank Dunia.
5
Dampak....
Guru yang telah disertifikasi belum menunjukkan perbedaan
yang signifikan dalam meningkatkan hasil belajar siswa
Sumber: Chang, Mae Chu, dkk. 2014. Reformasi guru di Indonesia. Bank Dunia.
6
Program Sertifikasi & Mutu
Pembelajaran
 Program sertifikasi kompetensi guru berhasil
meningkatkan kesejahteraan guru, tetapi belum
mampu meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran.
 Program pelatihan guru untuk sertifikasi tidak
berpengaruh pada peningkatan kompetensi:
profesional dan pedagogi.
 Perlu evaluasi desain & metode pelatihan guru agar
lebih efektif untuk meningkatkan kompetensi guru.
7
Dampak Sertifikasi Guru:
Program sertifikasi kompetensi guru berhasil meningkatkan kesejahteraan
guru, tetapi belum mampu meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran
Masalah keuangan
Meningkatkan
motivasi
Meningkatkan
keterampilan
Memiliki pekerjaan sampingan
Menarik minat
lulusan terbaik
utk menjadi
guru
Substansi SMP
Substansi SD
Motivasi/
Kompetensi Kesejahteraan
Sertifikasi kompetensi guru
Dampak Kausal Sertifikasi Guru
Meningkatkan mutu
lulusan
Tantangan dalam meningkatkan manajemen guru,
pendidikan keguruan & reformasi LPTK:
 Memperbaiki jumlah dan distribusi guru antardaerah dan
antarsatuan pendidikan;
 Memperbaiki kinerja guru melalui peningkatan kompetensi guru;
 Meningkatkan akuntabilitas dengan pemenuhan beban dan
tanggung jawab mengajar;
 Meningkatkan kemampuan LPTK untuk menghasilkan guru yang
berkualitas.
Siswa SMP (Bahasa Indonesia)
Siswa SMP (IPA)
Siswa SMP (Matematika)
Hasil Belajar Siswa
Siswa SMP (Bahasa Inggris)
Siswa SD
-6
-4
-2
0
2
4
Sumber: WB (dikutip dari De Ree et al, 2012)
8
Nilai PISA Matematika SMP Kelas IX atau SMA/SMK
Kelas X
(Sumber: OECD PISA 2009 and 2012 Database)
Nilai PISA 2009
Nilai PISA 2012
100%
100%
90%
90%
Keterangan
Level 6
Level 5
Level 4
80%
80%
70%
70%
Level 3
Level 2
Level 1
60%
60%
50%
50%
40%
40%
30%
30%
20%
20%
10%
10%
0%
0%
•
•
Tidak ada perubahan signifikan pada hasil tes PISA Indonesia untuk bidang matematika pada 3
tahun terakhir.
Belum ada siswa Indonesia yang memiliki high order thinking skill (mencapai level 4 s.d. 6)
Level
1b
Slide - 9
Tingkat Kompetensi Profesional dan Pedagogi
Guru Setelah Pelatihan (2010)
 Program pelatihan untuk sertifikasi tidak berpengaruh pada peningkatan
kompetensi: profesional & pedagogi.
 Perlu evaluasi desain & metode pelatihan guru agar lebih efektif untuk
meningkatkan kompetensi guru.
10
Hasil Uji Kompetensi Guru 2015
Rata-rata =
53.02
120000
100000
UKG
Maks
Min
Rata
Stdev
N
100.00
10.00
53.02
12.67
2,670,776
80000
60000
40000
DKI
58.44
JATIM
56.73
BALI
56.13
BABEL
55.13
JABAR
55.06
KEPRI
54.72
SUMBAR
54.68
20000
100.00
100.00
100.00
KALTARA
51.93
RIAU
51.55
BENGKULU
50.53
KALBAR
50.41
LAMPUNG
97.78
SULSEL
SUMUT
90
NTB
85
80
Rata-rata
Nasional
70
= 53.02
65
60
57.79
55.70
55
54.51
54.49
53.78
50.80
50
52.20
BANTEN
95
75
53.15
52.38
KALTIM
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
99.17
98.89
59.10
KALSEL
0
100
62.58
YOGYA
JATENG
45
40
Rata-rata
Nasional : 53.02
49.83
49.06
48.95
48.90
GORONTALO
48.83
JAMBI
48.77
SUMSEL
48.57
KALTENG
48.35
SULUT
48.26
PAPUA
47.80
SULTRA
47.75
PAPUA BARAT
47.58
NTT
46.97
SULBAR
46.82
SULTENG
46.79
35
NAD
45.12
30
MALUKU
44.51
TK
SD
SMP
SMA
SMK
SDLB
MALUT
41.87
Program Sertifikasi & Mutu
Pembelajaran
 Metode pembelajaran lebih dominan expository learning
approach, bukan discovery learning approach.
 Metode expository learning approach tidak mampu
menumbuhkan daya imajinasi, inisiatif, pemikiran
kreatif & keterampilan analisis siswa di kelas.
 Guru lulusan non-LPTK punya kemampuan penguasaan
subject knowledge lebih baik, namun murid-murid yang
diajar oleh guru lulusan LPTK justru mendapat hasil
pembelajaran yang lebih baik.
 Teaching is not only about mastering subject matters, but it is also
about how to deliver subject matters.
12
Pendekatan Pengajaran dan Alokasi Waktu
(Guru Matematika)
13
Isu Strategis Guru (1)
• UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, dalam Bab Ketentuan Penutup
Pasal 82 mengatur bahwa Guru yang belum memiliki kualifikasi
akademik dan sertifikat pendidik wajib memenuhi kualifikasi akademik
dan sertifikat pendidik paling lambat pada tahun 2015.
• Pesan pokok UU Guru dan Dosen adalah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan melalui peningkatan kualitas guru. Hasil studi
menunjukkan bahwa sertifikasi yang dilakukan sampai saat ini baru
berpengaruh positif pada peningkatan kesejahteraan guru dan belum
berdampak pada peningkatan kualitas guru.
• Kondisi guru :
– 24,3% guru belum memenuhi kualifikasi akademik.
– 47,4% guru belum memiliki sertifikat pendidik.
14
Pembiayaan terkait Guru
Sudah Sertifikasi
1.826.681
s/d 31-Des-2005
2.376.938
Belum Sertifikasi
550.257
3.977.986
Sudah Sertifikasi
87.664
> 31-Des-2005
1.601.048
Belum Sertifikasi
1.513.384
≥S1
PNS
GTY
GTT
1.688.084
1.279.369
387.989
20.726
<S1
PNS
GTY
GTT
138.597
124.814
13.499
284
≥S1
PNS
GTY
GTT
356.362
72.423
45.109
238.830
<S1
PNS
GTY
GTT
193.895
61.116
49.872
82.907
≥S1
PNS
GTY
GTT
82.514
53.133
19.878
9.503
<S1
PNS
GTY
GTT
5.150
4.604
479
67
≥S1
PNS
GTY
GTT
867.077
144.123
308.525
414.429
<S1
PNS
GTY
GTT
646.307
55.931
273.663
316.713
 UU Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru yang diangkat sd Des 2005 seluruhnya harus sudah
berkualifikasi S1 dan bersertifikasi pada akhir tahun 2015.
 Setelah tahun 2005, untuk menjadi guru harus berkualifikasi S1 dan bersertifikat.
Isu Strategis Guru (2)
• Penghentian/pengalihan ke jabatan lain bagi guru/dosen
yang belum memenuhi kualifikasi akademik dan sertifikasi
akademik berdampak pada penyelenggaraan
pendidikan.
• Mengingat jumlahnya yang banyak, anggaran yang
dibutuhkan untuk peningkatan kualifikasi dan sertifikasi
guru/dosen sangat besar. Hal ini termasuk konsekuensi
pembayaran tunjangan profesi guru/dosen setelah
guru/dosen tersertifikasi.
• Kondisi dan proyeksi perekonomian negara yang belum
menggembirakan berdampak pada keterbatasan dana
pemerintah.
16
Inefisiensi anggaran pendidikan karena pengelolaan
guru yang kurang baik
SD
24
Pertumbuhan jumlah
guru dan murid
Lower middle income countries: 26
22
20
18
16
14
12
Rasio guru murid
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1.0
0.9
10
1999/002000/012001/022002/032003/042004/052005/062006/072007/082008/092009/10
Murid
Pertumbuhan jumlah
guru dan murid
Rasio guru murid
SMP
24
22
Lower middle income countries: 20
20
Rasio guru murid
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1.0
0.9
Guru
18
16
14
12
10
1999/002000/012001/022002/032003/042004/052005/062006/072007/082008/092009/10
Murid
Guru
Rasio guru murid
SMA/SMK
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1.0
0.9
24
20
18
16
14
12
Rasio guru murid
Pertumbuhan jumlah
guru dan murid
22
• Rata-rata rasio guru-murid rendah dan
terus menurun  meningkatkan inefisiensi
• Inefisiensi juga disebabkan oleh
distribusi guru yang timpang:
– Ketimpangan terjadi antarsekolah dalam
kab/kota, antarkan/kota dalam provinsi
dan antarprovinsi
– Sekitar 20% guru SD dan SMP ada di
sekolah dengan kelebihan guru.
– Sekolah miskin dan di daerah terpencil
kesulitan untuk memperoleh guru yang
bagus.
– Isu inefisiensi tidak hanya terjadi di
sekolah kecil tetapi juga di sekolah besar
10
1999/002000/012001/022002/032003/042004/052005/062006/072007/082008/092009/10
Murid
Guru
Rasio guru murid
17
Pembiayaan terkait Guru
Belanja Gaji dan Tunj. Profesi Guru serta
Proporsinya terhadap Anggaran Pendidikan
54,1%
Rp 500, T
52,9%
52,8%
50,00%
Rp 450, T
Rp 400, T
Rp 350, T
Rp 300, T
Rp 375,4 T
Rp 408,5 T
Rp 419,2 T
30,00%
Rp 250, T
Rp 200, T
Rp 150, T
Rp 74,1 T
Rp 86,9 T
Rp 88,3 T
Rp 129,2 T
Rp 129,1 T
Rp 133,2 T
Rp 100, T
Rp 50, T
40,00%
Rp , T
20,00%
10,00%
0,00%
2014
2015
2016
Gaji Guru PNS
Tunj. Profesi Guru
Anggaran Pendidikan
% thd. Anggaran Pendidikan
 Sebagian besar anggaran
pendidikan digunakan untuk
pembiayaan guru. Pada tahun
2016, belanja gaji dan TPG sudah
mencapai 52,8 persen anggaran
pendidikan
 Sementara itu, permasalahan yang
dihadapi antara lain:
 Masih banyak guru yang belum
memenuhi persyaratan sesuai
UU No. 14/2005 tentang Guru
dan Dosen terkait kualifikasi dan
sertifikasi
 Jumlah guru secara nasional
sudah berlebih, namun
distribusinya kurang merata
antarsekolah, antar-wilayah, dan
antarbidang studi
ALOKASI ANGGARAN UNTUK GURU
GAJI, SERTIFIKASI, DAN PENYEDIAAN TUNJANGAN
PROFESI GURU (TPG)
Kebutuhan tambahan anggaran pelaksanaan sertifikasi dan
penyediaan TPG bagi 840.202 guru yang belum sertifikasi dan
berkualifikasi <S1
Kebutuhan tambahan anggaran pelaksanaan
sertifikasi dan penyediaan TPG bagi 1.105.907 guru
yang belum sertifikasi: diangkat s.d. Desember 2005,
berkualifikasi ≥S1, berstatus GTT; serta diangkat
setelah 2005, PNS/GTT/GTY dan berkualifikasi ≥S1
Kebutuhan tambahan anggaran
pelaksanaan sertifikasi dan penyediaan
TPG bagi 117.532 guru yang belum
sertifikasi, diangkat s.d Desember 2005,
berstatus PNS/GTY dan berkualifikasi
≥S1
Exercise
Kebutuhan
Alokasi TPG 2017
bagi 1.914.345
guru yang telah
bersertifikat
(Kemdikbud dan
Kemenag, Belanja
Pusat dan
Transfer Daerah)
Catatan:
1) Sertifikasi menggunakan pola PPG berasrama
2) TPG PNS diperhitungkan Rp.4 juta/bulan
3) TPG non-PNS diperhitungkan sudah inpassing dengan gaji PNS setara Rp.3 juta/bulan
Inefisiensi anggaran pendidikan karena pengelolaan
guru yang kurang baik
180
16%
160
129
140
120
100
97
20%
15%
9%
10%
5%
102
80
0%
80
-5%
60
-10%
40
-15%
20
-20%
-
-25%
Gaji dan
Dengan
Dengan
tunjangan rasio guru
rasio 22
guru SD dan
murid
murid per
SMP
seperti saat
guru
ini
Dengan
rasio 28
siswa per
guru (LMIC)
Penghematan dalam % terhadap anggaran
pendidikan th 2012
Dalam triliun rupiah (harga konstan th 2012)
Potensi penghematan dari peningkatan rasio
guru:murid di SD dan SMP
Perkiraan biaya untuk guru PNS dengan berbagai
alternatif rasio guru murid
Catatan: berdasarkan perkiraan biaya untuk jumlah siswa dan guru tahun 2012.
Sumber: Estimasi Bank Dunia: Public expenditure Review and Teacher Reform in
Indonesia
•
Estimasi sederhana pada
jenjang pendidikan dasar
menunjukkan bahwa
peningkatan rasio guru-murid
dapat menghemat pembiayaan
secara cukup besar.
•
Penghematan terkait dengan
peningkatan sebanyak 5 siswa
per guru adalah setara dengan
9% dari total anggaran
pendidikan atau sebesar Rp 31
triliun .
•
Penghematan akan lebih besar
lagi jika rasio guru murid
dibuat lebih besar lagi
termasuk juga untuk jenjang
pendidikan menengah.
20
Jumlah & Kapasitas LPTK
 Pada tahun 2013, tercatat jumlah LPTK sebanyak 415 lembaga
(12 eks-IKIP, 26 FKIP Universitas, 1 FKIP UT, dan 376 LPTK
swasta).
 Sebagian besar LPTK, terutama swasta, berkualitas di bawah
rata-rata, yang berdampak pada lulusan (guru) yang tidak
memenuhi standar mutu.
 Pengendalian pertumbuhan LPTK mutlak dilakukan melalui
penerapan regulasi yang ketat.
 Jumlah mahasiswa yang kuliah di Universitas LPTK juga perlu
disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini penting dilakukan agar
tidak terjadi kelebihan pasokan terhadap kebutuhan guru
pada tahun-tahun mendatang.
21
Tujuan Utama Revitalisasi LPTK
1) Meningkatkan kapasitas LPTK untuk
memperbaiki mutu pendidikan keguruan
melalui PPG berasrama, yang tercermin pada
peningkatan kompetensi guru dalam subject
knowledge dan pedagogical knowledge.
2) Meningkatkan profesionalisme, kualitas, dan
akuntabilitas guru melalui program induksi
dan praktik mengajar berbasis penelitian di
sekolah, untuk memperbarui ilmu
pengetahuan, mendalami ilmu pedagogi, dan
mengembangkan metode pembelajaran.
22
Revitalisasi LPTK (1)
Penguatan lembaga pendidikan tinggi keguruan melalui revitalisasi LPTK
agar dapat mengembangkan program akademik, untuk dapat melahirkan
guru-guru yang berkualitas:
 Reorientasi program pre-service education di LPTK yang sesuai dengan
tuntutan kebutuhan masyarakat akan guru-guru yang memenuhi
kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi tinggi (profesional).
 Memantapkan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) berasrama untuk
memperbaiki model pendidikan keguruan.
 Seiring dengan semakin meningkatnya minat lulusan Sekolah Menengah
untuk menempuh pendidikan tinggi di universitas LPTK, perlu dilakukan
seleksi calon mahasiswa yang ketat untuk menyaring calon-calon guru
yang berkualitas.
 Seleksi penerimaan calon mahasiswa LPTK harus ketat dan menyaring
mereka yang benar-benar punya passion di bidang keguruan untuk
dididik menjadi guru profesional.
23
Revitalisasi LPTK (2)
 Perlu ada refleksi 16 tahun transformasi IKIP menjadi
Universitas: beban ganda sebagai LPTK yang mendidik calon
guru dan peran sebagai lembaga pendidikan tinggi nonkependidikan;
 Selama ini, kritik yang seringkali muncul adalah LPTK belum
sepenuhnya mampu melahirkan guru-guru kompeten yang
menguasai mata pelajaran. Lulusan-lulusan LPTK dinilai mahir
dalam hal pemahaman dan penguasaan metodologi pengajaran
(pedagogical method), namun kurang canggih dalam penguasaan
substansi bahan-ajar (subject knowledge);
 Revitalisasi LTPK perlu diarahkan pada pengembangan program
akademik dan pembaruan kurikulum, yang mendukung upaya
peningkatan empat kompetensi pokok seperti diamanatkan UU
No. 14/2005, yaitu: (1) pedagogis, (2) kepribadian, (3)
profesional, (4) sosial.
24
Revitalisasi LPTK:
Peran Kemristekdikti
 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi harus
melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja LPTK. Perlu
dipastikan kemampuan LPTK dalam melahirkan guru-guru
berkualitas, yang menguasai tiga kompetensi utama: subject content
knowledge, pedagogical knowledge & teaching skills.
 Kemristekdikti harus mampu mengendalikan pertumbuhan LPTK
swasta, termasuk jumlah mahasiswa dengan mempertimbangkan
keseimbangan antara supply & demand terkait guru.
 LPTK semestinya tidak terobsesi dengan penerimaan mahasiswa
dalam jumlah besar. Sebaliknya, LPTK harus lebih mengutamakan
kualitas melalui perbaikan program akademik (e.g. pembaruan &
pengembangan kurikulum, program studi, etc.), peningkatan kualitas
tenaga akademik (dosen, peneliti), dan perkuatan kelembagaan.
Pengembangan Profesi
Berkelanjutan

Peningkatan kualitas pendidikan dalam jabatan (in-service
education) untuk memberi kesempatan bagi para guru dalam
mengembangkan kemampuan profesional secara
berkelanjutan.

Pelatihan guru bidang mata pelajaran harus dirancang bukan
saja untuk melakukan pendalaman materi-ajar, tetapi juga
untuk meningkatkan keterampilan mengajar.

Peningkatan kualitas guru hanya bisa ditingkatkan melalui
program continuous professional development, sehingga
para guru tidak pernah berhenti berinovasi dalam
mengembangkan proses pengajaran dan pembelajaran.
26
Hal-hal yang Perlu Dipastikan dalam
Revitalisasi LPTK






Revitalisasi LPTK yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keguruan harus mulai dilakukan pada tahun pertama
pelaksanaan RPJMN 2015-2019;
Pengembangan model pendidikan guru berasrama melalui
Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk melahirkan guru-guru
berkualitas;
Penetapan standar lembaga pendidikan keguruan dan perkuatan
LPTK (e.g. SDM, sarpras, teaching school, anggaran);
Penataan sistem penerimaan mahasiswa calon guru di universitas
LPTK yang selektif;
Rancangan model pengembangan profesi berkelanjutan untuk
meningkatkan kompetensi & jaminan pengembangan karir
profesional guru;
Kebutuhan anggaran dan pemanfaatannya untuk mendukung
revitalisasi LPTK.
27
TERIMA KASIH
Download