REVITALISASI DAN RENKONTRUKSI PENDIDIKAN PROFESIONAL GURU (Tantangan Undang-undang Guru dan Dosen) Prof. Dr. H. Syaiful Anwar, M.Pd1 Abstract Addressing a variety of educational pattern our teacher profession currently questioning the point still low quality education a performance teach teacher even though it has got an allowance and teach received from Governments is a key requirement for LPTK to look back on what pattern and format of professional teacher education as long as it is true and correct in the context fulfilling the demands of Act No.14 in 2014 about teachers and professors that asserts the teachers as a profession. This paper is the theme of revitalizing and reconstruction challenges a teacher professional education law teachers and professors in hopes can be input materials regulator education to design professional education patterns of teachers back in the motherland a better future. Keywords : Refitalisasi, reconstruction, education, profeional teacher A. Pendahuluan Peningkatan kualifikasi dan kompotensi guru merupakan salah satu prioritas pemerintah saat ini, hal tersebut sebagai wujud realisasi undang-undang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 yang mempersyaratkan guru untuk memiliki kualifikasi minimal SI dan memiliki kompetensi mengajar yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikasi sebagai pengajar.2 Pada saat ini guru di Indonesia berjumlah sebanyak 2.667.655 orang guru (Depdiknas 2007). Dari jumlah tersebut baru 887.751 orang yang berkualifikasi SI atau DIV. Disamping kualitas akademik guru, kondisi peningkatan kualifikasi akademik guru, kondisi kekurangan guru juga masih banyak dialami sebagian besar wilayah Indonesia pada berbagai jenjang pendidikan. Belum lagi ditambah kondisi 1 Guru Besar Ilmu pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional akan banyaknya jumlah guru-guru yang purna pension di tahun 2015. Dengan demikian, jumlah kebutuhan guru saat ini, maupun masa-masa mendatang sangatlah dibutuhkan. Hal ini menjadi luar biasa mengingat kemampuan LPTK yang ada di Indonesia pada saat ini sejumlah 278 LPTK (termasuk 32 LPTK Negeri) belum mampu memenuhi jumlah guru yang dibutuhkan dalam waktu segera. Dalam hal ini penerapan system pendidikan guru yang inovatif dan fungsional menjadi pilihan yang tidak dapat ditawar-tawar.3 Tentu dalam konteks ini peranan LPTK termasuk LPTK dibawah kemeterian Agama dalam hal ini fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan lampung khususnya lebih bersungguh-sungguh lagi dalam menata diri kelembagaannya untuk melakukan berbagai trobosan dan inovasi-motivasi baru dalam memenuhi tuntutan dan kualitas guru-guru di masa akan datang. Salah satu issu yang mendesak untuk di respon oleh LPTK saat ini upaya peningkatan kualitas pendidikan professional guru yang ada selama ini yang dinilai belum bermutu dengan indikasi belum terwujudnya performance mengajar guru yang professional, sebagaimana di inginkan oleh semangat tujuan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, bahwa tujuan khusus pendidikan profesi guru adalah: “menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan peatihan peserta didik anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta melakukan penelitian. Belum terwujudnya performance professional guru yang handal saat ini tentu banyak faktor penyebabnya antara lain: mulai dari input, proses maupun out put kependidikan di LPTK yang belum sepenuhnya berorintasi pada mutu, pada bagian lain model pendidikan professional guru (guru dalam jabatan) baik melalui format portopolio dan PLPG saat ini dinilai belum memberikan penguatan yang 3 Ishak Abdullah, dkk, Studi Implementasi Model Pendidikan Guru Berbasis ICT Untuk Penngkatan Kualifikasi Dan Kompetensi Guru. Penelitian Fakultas Ilmu Pendidikan UPI Bandung, tahun 2010 2 berbarti bagi peningkatan kualitas dan kinerja professional guru di berbagai jenjang dan tingkatan pendidikan yang ada. Hal ini antara lain model disain pendidikan professional guru yang ada belum sepenuhnya mengacu pada pola pendidikan professional guru yang baik berkualitas. Apa yang dilakukan masih bersifat tambal sulam dan belum terintegral dengan prinsip-prinsip pemenuhan asas kompetensi professional guru yang diharapkan. Karena itu merevitalisasi merekuntruksi kembali model pendidikan profesional guru saat ini menjadi issu penting untuk diketengahkan dalam tulisan ini. B. Urgensi Repitalisasi dan rekontruksi pendidikan professional guru di Indonesia Merekonstruksi (merancang kembali) penddikan profesional guru saat ini penting untuk dilakukan oleh LPTK khususnya LPTK tarbiyah dan keguruan IAIN/UIN, mengingat ada dua alasan. Pertama memenuhi tuntutan Undangundang nomor 14 tahunn 2005 tentang guru dan dosen yang menegaskan guru sebagai suatu profesi, kedua, memenuhi tuntutan peningkatan kualitas guru melalui pengembangan pengetahuan materi ajar (conten knowledge) yang seimbang dengan penguatan pengetahuan pedagogik (pedagogik knowliedge) dan pemberian praktek mengajar dalam setting otentik.4 Re-Desain pendidikan professonal guru disini adalah mengacu pada asumsi dasar bahwa menjadi guru professional adalah proses berkesinambungan yang mengacu pada standar baku dengan penilaian kinerja secara terus menerus. Pendidikan professional guru merupakan suatu keutuhan proses pendidikan guru yang mencakup pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Proses pendidikan akademik dan pendidikan profesi yang dimaksud bermuara pada penguatan pengetahuan dan keterampilan mengajar melalui tiga hal: (1) transfer pengetahuan 4 Universitas Pendidikan Indonesia, Redesain Pendidikan Profesional Guru, UPI Press hal 1-4, 2010. materi dalam tulisan ini sebagai besar menyadari dari buku panduan ketetapan senat akademik Universitas pendidikan Indonesia dengan judul: Re Desain pendidikan profesional guru terbitan tahun 2010 berlangsung secara kolaboratif di dalam komunitas profesional. 3 mengajar dalam stting otentik, (2) pemandu teori dan praktek belajar cara mengajar (learning to Teach) dalam dan konteks latihan praktek (practice in practice) berlangsung secara mkolaboratif di dalam komunitas professional. Desain pendidikan profesional guru yang diinginkan kedepan yaitu memadukan antara pengetahuan meteri ajar dan pengetahuan pedagogik secara integral (utuh), tampa mempersoalkan pendekatan kankuren atau pendekatan konsekutif dalam menyiapkan guru profesional. Mengingat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 mensyaratkan seorang ingin menjadi guru harus berpendidikan SI/D.IV ditambah pendidikan profesi, tampa membedakan latar belakang pendidikan atau nonkependidikan, maka desain pendidikan profesi guru harus dirancang menjadi dua pola pendidikan profesi guru yang berlatar belakang SI/D.IV kependidikan dan pola pendidikan profesi guru non kependidikan. Pola desain kependidikan profesi guru (PPG) bagi yang berlatar belakang SI/DIV kependidikan menekankan pada keterpaduan subtansi pengetahuan materi ajar dan paedagogik secara bertahap sejak awal mengikuti perkuliahan. Kemudian setelah lulus SI yang bersangkutan akan mengikuti program PPG untuk mendapatkan sertifikat mengajar melalui tes seleksi yang ketat yang dilakukan oleh LPTK penyelenggara. Sementara itu pola/desain pendidikan profesi guru yang berlatar belakang non kependidikan, di mulai dengan matrikulasi yang dilakukan secara intensif untuk memadukan pengetahuan materi ajar dan paedagogik serta pengenalan proses pembelajaran yang diperkuat dengan perkuliahan dan prkatek dalam latihan mengajar di laboraturium pembelajaran (microtecahing), setelah mengikuti program matrikulasi mahasiswa/I calon guru tersebut kemudian mengikuti program PPG yang diawali dengan seleksi ketat yang dilakukan oleh LPTK penyelenggara. Kerangka untuk perbedaan model pendidikan profesi guru jalur lulusan SI kependidikan dan SI Non Kependidikan dapat dilihat pada gambar berikut: 4 Pendidikan Akademik S-I Pendidikan Pendidikan Profesi Pendidikan Akademik S-I Pendidikan Pendidikan Profesi Pendidikan Profesi Pendidikan Profesi Pembentukan dan pengesahan profesional secara berkelanjutan berupa latihan menerapkan prangkat untuk kompetensi akademik yang dipersyaratkan bagi guru secara kontekstual atau nonmateri. Dalam praktek nyata yang berlangsung dalam setting yang otentik Kompeten si dalam basline yang sama Gambar 1 Kerangka Untuk Model Pendidikan Profesi Guru Dalam hal rekrutmen, lulusan SI/D.IV Nonpendidikan yang akan mengikuti PPG harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Prestasi akademik yang ditetapkan LPTK penyelenggara b) Menguasai bahasa indonesia c) Tes kependidikan dan rekam jejak kelakuan baik seperti tidak pernah terlibat dalam penggunaan narkoba, geng motor, atau tindakan kejahatan lainnya. d) Penguasaan pengetahuan tentang budaya wawasan kebudayaan Sesuai dengan tuntutan profesi, materi dalam matrikulasi mahasiswa calon guru berlatar belakang SI/D.IV non kependidikan menekankan aspek-aspek sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) Penguasaan paedagogik umum dan paedagogik khusus bidang studi (general and subjek specific paedagogy) untuk memperkuat pemahaman dan kohensi konseptual-struktural kurikulum bidang studi Latihan berbagai keterampilan dasar (basic skill) mengajar Perencanaan pemerolehan pengetahuan dan penerapan keterampilan teknik mengajar dalam setting otentik Pemahaman dan pengenalan kode kehormatan kode etik guru 5 Agar cara guru tersebut memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan mengajarnya yang terintegreted dan memiliki integritas kepribadian yang handal, maka pola pengalaman praktek mengajar pendidikan profesi guru (PLPPG) harus juga di rancang dan dilakukan pembenahan tata kelola unti PLPPG, dengan melakukan senergisitas kepada pihak-pihak terkait terutama sekolah/madrasah sebagai obyek laboraturium pendidikan lapangan. Langkah-langkah yang harus diprkatekkan dalam pelaksanaan PLPPG, sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan pola PPL yang lazim dilaksanakan pada calon guru kelas reguler yang ada yaitu: 1) Pembekalan pra PPL/PLPPG di lakukan setelah mahasiswa memahami persyaratan akademik yang ditetapkan LPTK penyelenggara 2) Melalkukan orientasi/observasi lapangan yang dilakukan untuk memperbaiki gambaran awal lingkungan sekolah iklim pembelajaran, termasuk pengembangan secara pembelajaran bodang studi (In-on-in) 3) Latihan mengajar di laboraturium pembelajaran (microteaching) dan penilaian pra lapangan untuk memastikan kesiapan mental mahasiswa dan hal-hal lain yang terbaik dengan proses pembelajaran bidang studi. 4) Praktek tersetruktur di sekolah-sekolah yang di tunjuk 5) Bimbingan dan supervisi klinis oleh dosen pembimbing lapangan (DPL) untuk untuk memantau kegiata belajar mahasiswa dan 6) Evaluasi program penjamin mutu dan uji kompetensi profesional guru yang dilakukan untuk menilai efektivitas program dan mengukur keberhasilan calon guru dalam penerapan standar kompetensi profesional yang ditetapkan. Untuk mendukung terselenggaranya program PLPG secara efektif dan berkesinambungan kerjasama (MoU) dipihak sekolah madrasah yang bersifat saling menguntungkan (win-win-solution). Dimana pihak LPTK dapat memberikan aktivitas-aktivitas pelatihan, wrokshop dan program pelatihan penelitian tindakan kelas (PTK) bagi guru-guru pamong, lebih dari itu pihak isntitusi dapat juga mendorong bagi guru-guru pamong untuk dapat melanjutkan studi S-2 dan atau S3. Selain itu dalam rangka meningkatkan image lembaga penyelenggara PPG yang kridebel LPTK perlu menyelenggarakan kelembagaanya melalaui berbagai kebijakan berupa: 6 a) Pengembangan visi masa depan pendidikan guru yang jelas peserta didik (dalam hal ini pembelajaran bersaramaperlu dipertimbangkan ) dan penignkatan kualitas kerja dosen (quality of facukty work) b) Pengembangan pembelajarana berbabsis penelitian c) Peningkatan reputasi akademik, akreditasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan pendidikan profesi guru d) Penguatan kelembagaan sekaligus kapibiitas manajemen untuk pengembangan dan pengelolaan model-model pendidikan guru. 5 e) Penguatan perangkat lunak dan keras: berupa laburaturium berbasis it dan ciri lainnya. C. Kerangka Pikir Pengembangan Kurikulum PPG Kerangka kurikulum PPG yang utuh dan ingin diwujudkan dalam rangka ingin melahirkan tenaga-tenaga guru yang profesional tentulah dilandasi oleh dua hal yaitu: pertama; bergulirnya kebijakan winder mandate bagi LPTK dari tranformasi ke kelmbaga IAIN menadi UIN yang meniscayakan untuk membuka program study umum dan atau non kependidikan yang berimplikasi pada LPTK yang kini sedang akan digagas pembukaan program-program studi dan fakultas umum non kependidikan yang tentu ini berimbas pada perubahan struktur kurikulum ke lembagaan sesuai visi, misi dan tujuannya. Kedua, tuntutan undangundang nomor 14 tahun tahun 2005 yang mensyaratkan guru yang profesional harus S-I tampa mempersoalkan latar belakang pendidikan atau non kependidikan. Sekaitan dengan hal di atas maka perlu adanya kurikulum inti yang dapat menjadi acuan semua LPTK terutama LPTK di lingkungan PTAI/kementerian agama Republik Indonesia. Struktur dari isi kurikulum inti program studi pendidikan menunjuk padabatang tubuh ilmu pendidikan yang mencakup unsur-unsur sebagai berikut: 1) Pengetahuna materi ajar (konten knwolege) 5 Ibid, hal 4 7 2) Pengetahuan tentang metode pengajaran secara umum (general padagogical knowladge) yang berlaku untuk semua bidang studi dan situasi, sperti psikologi pembelajaran, problem solving dan sosiologi pendidikan. 3) Pengetahuan yang berkaitan dengan pendekatan dengan metode pemebelajaran yang menyangkut bidang studi tertentu (content specfic paedagogical knowladge) 4) Persyaratan tentang karakteristik peserta didik (knowladge of learner’s charakteristies) 5) Pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan kurikulum (curiculum knowledge) 6) Pengetahuan dan keterampilan memilih dan mengembangkan alat penilaian, baik proses maupun hasil belajar peserta didik dan kemampuan peserta didik menunjukkan apa yang bisa dilakukan berdasarkan apa yang diketahuinya (assesment and evaluation) 7) Pengetahui tentang konteks kependidikan (knowledge of conteks of edicatioan) dan 8) Pengetahuan dan keterampilan dalam emamanfaatkan teknologi informasi dalam proses pemebelajaran (informasi tecnology) Program pendidikan profesi guru (PPG) yang bertujuan yang menghasilkan guru yang memimiliki kompetensi sebagaimana diamanatkan dalam undang- undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen serta peraturan menteri pendidikan nasional (pemerintah, nomor 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan standar kompetensi guru profesional menghendaki LPTK untuk memvitalisasi dan merekonstruksi ke ilmuan pendidikan guru yang harus tercermin dalam struktur kurikulum pendidikan guru (PPG). Dengan demikian mahasiswa yang berlatar belakang kependidikan yang berminat menjadi guru dapat diberi ruang dan diterima menjadi calon guru setelah mereka selesai mengikuti program S-I, dengan jalan mengikuti PPG yang diselenggarakan oleh LPTK. 8 Pengembangan kurikulum PPG, untuk melahirkan sosok utuh kompetensi guru disini harus menegaskan bahwa kurikulum yang diabangun dapat mengembangkan kompetensi guru yang diharapkan, sebagaimana yang dimanatkan dalam undangundang no 14 tahun 2005 dan peraturan nomor 19 tahun 2007 tentang standar nasional pendidikan adalah kompetensi paedagogik, keperibadian sosial dan profesional . untuk itu keempat kompetensi tersebut harus dimaknai sebagai suatu keutuhan dan secara konseptual-struktur dapat mahirkan rancangan pengalaman belajar yang luas dalam kurikulum untuk pendidikan profesi guru (PPG) 6 Secara ringkas kerangka pikir pengembangan kurikulum PPG kedepan dapat dilihat pada sekematik dibawah ini: UU No 14/2015 Permendiknas No.16/2007 KOMETENSI -PAEDAGOGIK KEPERIBADIA N -SOSIAL -PROFESIONAL Struktur Program Kompetensi Profesional Kompetensi yang dikembangkan melalui program akademik KOMETENSI AKADEMIK Pendidikan Profesi PENDIDIKAN AKADEMIK PENGANUGRAHAN S-I (Sarjana Pendidikan) Gambar 2 Kerangka Kurikulum PPG7 Menunjuk pada skema kerangka kurikulum PPG diatas maka dapat dijelaskan bahwa kompetensi pendidikan profesi guru harus mampu mewujudkan pribadi utuh guru profesional yang memiliki karakteristik dalam bidang 6 7 Ibid, hal 24-25 Diadaktis Dari Sekematik Kerangka Pikir Pengembangan Kurikulum PPG UPI, Bandung hal 26 9 kependidikan yang di cerminkan kedalam 4 kompetensi dengan karakteristiknya masing-masing. 1. Kompetensi Paedagogik Kompetensi paedagogik ini menyiaratkan bahwa seorang guru kedepan tidak lagi di pahami hanya sekedar sebagai pengajar yang mentranfer ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada siswa-siswi, akan tetapi ia juga merupakan pendidik dan pembimbing yang membantu siswa untuk mengembangkan segala potensinya terutama terkait dengan kompetensi akademik maupun non akademik, melalui peran ini, para guru secara sepesifik haruslah mejadi orang yang dapat membawa siswa bisa belajar. Dengan demikian kompetensi paedagogik ini terkait arah dengan kemampuan didaktis dengan metode yang harus dimiliki guru sehingga dia dapat berperan sebagai pendidik dan pembimbing siswa yang baik. Dengan standar kompetensi paedagogik diatas ditemukan endala 10 standar ini kompetensi paedagogik yang menjadi inti latar keberhasilan kompetensi paedagogik yaitu: (1) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional dan intelektual, (2) menguasai teori-teori belajar dan prinsipprinsip pemelajaran yang mendidik, (3) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu, (4) menyelenggarakan pembelajaran dengan medidik (5) memanfaatkan teknologi informasi dengan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (6) memfasilitasi pengembangan komptensi peserta didik untuk mengaktuaisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, (7)berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, (8) menyelenggarakan penilain dan evaluasi proses dan hasil belajar, (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan kualitas pembelajaran. 10 2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi yang di tuntut dalam standar kompetensi kepribadian ini meliputi: (1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indoneisa. Dalam hal ini guru tidak hanya belajar dan mentransfer ilmu pengetahuan tapi yang lebih penting ke menjadi pemberi teladan nilai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat. Ia harus menjadi garis terdepan dalam teladan moral yang tercermin dalam setiap prilaku dan cara kehidupannya, (2) pribadi yang jujur dan berakhlak mulia dengan keteladanan bagi peserta didik dan masyarakat, (3) pribadi yang mantap setabil, dewasa, arif dan berwibawa, (4) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga menjadi guru, rasa percaya diri, (5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 3. Kompetensi Sosial Kompetensi ini nampak dalam kemampuannya untuk berintraksi dan hubungan dengan orang lain secara efektif/siswa, rekan guru, orang tua, kepala sekolah dan masyarakt pada umumnya. Kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup empat kompetensi utama yaitu; (1) bersikap inklusif dan bertindak abjektif serta tidak diskriminatifnkarena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, status sosial ekonomi (2) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat, (3) beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah republik Indonesia yang memiliki keberagaman sosial dan budaya; (4) berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 4. Kemampuan Profesional Kompetensi profesional bermaitan dengan penguasaan terhadap struktur ke ilmuan dari mata pelajaran yang di usul secara luas dan mendalam, sehingga dapat membantu guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan atau 11 keterampilan secara optimal. Secara spesifik kompetensi ini dijabarkan kedalam lima kompetensi inti yaitu; (1) menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang di ampu; (2) menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu; (3) pengembangan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (4) mengembangkan keprefeionalan secara berkelanjutan dengan melakukan ke dalam reflektif; (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan pengembangan diri; (8) dari uraian penjabaran masing-masing kompetensi tersebut di atas ditambah dengan 2 kompetensi (kompetensi leadership dan spritual) versi kementerian agama direktorat pendidikan islam maka akan tergambar ruang lingkup dan spektrasi kurikulum PPG yang harus dirumuskan secara komprehensip. Tentu saja hal ini mejadi agenda LPTK PTAI di seluruh indonesia untuk bersama-sama duduk merumuskan kurikulum inti PPG dan sekaligus menata ulang bagunan kurikulum dan tantangan Undang-Undang guru dan Dosen yang edial. D. Kesimpulan Bertitik tolak dari diskripsi dan analisis dalam tulisan ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan desain yaitu: 1. Tampilan kualitas guru kita saat ini belum sepenuhnya menjawab tuntutan dan harapan undang-undang guru dan dosen yang ada hal ini disebabkan oleh kelemahan pada pola rekrutmen input guru dimasing-masing LPTK masih berorientasi pada pembenahan kuantitas dari pada kualitas. 2. Regulasi tentang peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru dan dosen saat ini telah memunculkan secarcah harapan baru dari dunia pendidikan yaitu adanya perbaikan kualitas SDM dalam pembangunan bangsa. Karena itu sudah seharusnya hal ini disambut dengan baik oleh pihak lembaga penyelenggara kependidikan khususnya dalam hal ini LPTK, untuk secara sungguh-sungguh 12 menata, membina dan mengembangkan instansi LPTK yang responsip dan kompitabel dengan menata ulang visi, misi dan tujuan dan program kurikulum pembelajrannya yang sesuai dengan tuntutan dan tantangan dunia global. 3. Upaya yang sangat mendesak yang harus dilakukan oleh LPTK penyelenggara pendidikan profesi guru (PPG) saat ini yaitu merekontruksi dan meredesain pola dan program kurikulum pembelajaran yang ada sesuai dengan visi, misi perundang-undangan pendidikan tanah air saat ini. Daftra Pustaka Aziz Makfudin, (2013), Profesionalisme Jabatan Guru Di Era Globalisasi, bandung, Rizoi Press. Cicik Sutarsih, (2012), Etika Profesi, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Dharma Kesuma, (2011), Pendidikan Karakter Kajian Teori Dan Praktek Di Sekolah, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya E.Mulyasa, (2009), Setandar Kompetensi Sertifikasi Guru, Bandung, TP. Remaja Rosdakarya. Ishah Abdullah dkk, (2010) Studi Implementasi Model Pendidikan Guru Berbasis ICT Untuk Meningkatkan Kualifikasi Dan Kompetensi Guru Di Indonesia Dan Malaysia (hasil penelitian), Bandung, Fakultas Pendidikan UPI. Ketetapan Senat Akademik Universitas Pendidikan Indonesia, (2010), Redesain Pendidikan Profesional Guru, Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia. Sumaryo Kartadinata (2010) Isu-Isu Pendidikan Antara Terapan Dan Kenyataan, Bandung, Upi Press Unhar Suharsaputra (2011), Menjadi Guru Berkarakter, Yogyakarta, Paramitra Publising. Zubaidi (2011), Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group. 13