PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU 70th Abdul Malik Fadjar Editor Suyatno Pudjo Sumerli, AS Sugeng Riadi Uhamka Press Pengembangan Profesionalisme Guru 70 Tahun Abdul Malik Fadjar Tim Editor Suyatno Pudjo Sumedi, AS Sugeng Riadi Panitia Penulisan [Ketua ) Zamroni [A nggota) EnongMuiz Sudal' Siandes Farnan Mudhofir Desyanto Rahmani Sumarso Tataletak Sudarmaji NUl' Shodiqin Diterbitkan dalam rangka 70 Tahull Abd ul Malik Fadjar Cetakan Pertama, Februari 2009 Cetaka n K~d u a ~ November 2009 ISBN 978-602-8019-13-2 Penerbit Uhamka Press JI. Limau II, Kebayoran Baru Jakarta Sela tan DAFTAR lSI Pengantar Menteri Pendidikan Nasional........... v Pengantar Rektor Uhamka ..... ... ..... .. ....... ......... ..... ..... V lll Pengantar Editor .... .. ...... ..... ... ............ ... .. ....... .... ....... Xl Daftar lsi .................... .. ,.. ..... ........................ ............. .. . Xlll Bagian I Spektrum Problematika Pendidikan Guru • Agus Suwignyo/Proliferasi Pl'ofesi, Liberalis asi Pendidikan dan Kebingungan Kita: Potret Mutakhir Pendidikan Guru di Indo neSIa .. ... ...... . .. . .. ............ ... .... ... ..... .. ...... ...... 3 • Daoed Joesoef/Otorita s Guru dan Pengajaran ... ... ... .... ........ .. .. .... ... ...... ..... .... .. ... .. . 22 • Mochtar Buchori/Guru, Sekolah, dan rna salah Erosi Wibawa .... .... ... ... .... ....... ........ .. 39 • HAR Tilaar/Perspektif Baru Pendidikan Guru di Indonesia Menghadapi Tantangan Era Global... ... ... ........... ....... .... ... .. .. ....... .. .. ... .... 54 • Baedhowi/Lika-Liku Sertifikasi Guru .. ... ... 71 Bagian II Reorientasi Pengelllbangan Profesionalisllle Guru • Sutjipto/Profesionalisrne Guru ............. ... .... 93 • Suyanto/Mengernbangkan Profesionalisrne Guru ........ ............................. ...... .. .. .... .... ... ........ 110 Daftar lsi XUI • Bedjo SujantolReorientasi Profesionalisme Guru dalam Rangka Pendidikan Bermutu .... . 124 • Paul Suparno/Guru dan Mutu Pendidikan... . 136 • Anita Lie/Pengembangan Profesionalisme Guru ...... .. .. ... .... ..................................... ..... .. ..... 156 • Surya Dharma/Profesionalitas Guru: Tantangan Menghadapi Pendidikan Abad 21 ............ ....... ................................. .. ....... 1.77 • Achmad Dardiri/Tantangan Guru Profesional Dewasa ini ........................... .. ...... 193 • Sumarna Surapranata/Pendidikan dan Pelatihan dalam Peningkatan Kompetensi Guru ........ .............................. ... ....... .................. 210 • Achmad DasukilReformasi Guru: Tantangan dan Harapan Masa Depan .......... 23 1 Bagian III Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Guru Masa Kini dan Masa Depan • Soedijarto/Pendidikan Guru Masa Depan dan Catatan tentang Dosen sebagai Tenaga Akademik .. ........ .. ... ........ ... ....... .... ........ ... ... ... ... 249 • Arief Rahman/Guru Pemegang Kunci Keberhasilan Pendidikan Menuju Masyarakat yang Bijaksana ......... ............ ........ .. .... ....... 280 • Irsyad RidholMemiIih Strategi Kebudayaan di Tengah Kegelapan: Menuju Pendidikan Guru Pascakolonial .... ... ..... ................ ..... .......... 295 • Hartoyo/Peningkatan Profesionalisme Guru: Antara Asa dan Realita ....................... 318 XIV Pengembangan Profesionalisme Guru • Suyatno/Kesiapan Sumber Daya Manusia Guru Indonesia menjadi Anggota Profesi Guru ...................................... ...... ...... .. ... ......... .. 339 • Pudjo Sumedi, AS/Pengembangan Program Pendidikan Gu ru dalam Rangka Meng hasilkan Lulusan yang Bermutu .. ..................... 356 • Abin Syamsuddin Makmun/Menuj u Kepada Sistem Pendidikan Guru Profesional Berstandar Mumpuni ... .......... ...... ...... ........... .. ... 371 Bagian IV Pikiran dan Pendapat tentang Abdul Malik Fadjar • DarmaningtyaslMendidik dengan Hati .... . 405 • Mohamad Surya/Pak Malik Fadjar Mitra dalam Perjuangan Guru ..... .... ......... ... .. .... .. .... . 427 • Edi Sukardi/Niat Baik .. .... ... .... ......... ... ... ...... 450 Tentang Penulis dan Editor .... .. .. .. ......... ............ ..... 453 Daltar lsi xv Catatan: Lihat Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dikutip dalam Mursal Esten pada Kumpulan Karangan Himpunan Pengarang Indonesia Aksara yang berjudul "Guru: Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" (Jakarta: Aries Lima, 1982), hal. 23. 3 Qomari Anwar dan Syaiful Sagala. Profesi Jabatan: Kependidikan dan Guru sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran (Jakarta: UHAMKA'Press, 2004), hal. 107. 4 Isjoni. Gurukah yang Dipersalahkan? (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal. 16-17. 5 Anwar dan Sagala. Op.cit., hal. 107-108. 6 Lihat Sinar Harapan tanggal 2 Des ember 2004 oleh Ari Kristianawati. 7 Kenneth Lynn. The Profession in America (Boston: Houghton Mifflin, 1965), hal. 3. 8 Wirawan. Profesi dan Standar Evaluasi (Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia dan UHAMKA Press, 2004), haI1O-1l. 9 Wirawan. Op.cit., hal. 14. 10 Michael D Bayles. Professional Ethnics (California: Wardworth Publishing Company, 1981), hal. 2l. 11 Anwar dan Sagala. Op.cit. hal. 105. 12 Isjoni. Citra Guru:Antara Tuntutan dan Pengabdian (pekan Baru: Unri Press, 2005), hal. 80. 13 Sumber Dirjen Profesi Depdiknas RI. 1 2 Kesiapan Sumber Daya Manusia Guru Indonesia .... 355 PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN GURU DALAM RANGKA MENGHASILKAN LULUSAN YANG BERMUTU " Pudjo Sumedi, AS • Pendahuluan S ejak diberlakukannya Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD), wacana ten tang peningkatan profesionalisme guru dan dosen banyak dibicarakan. Baik melalui media massa maupun melalui seminar-seminar dan diskusi-diskusi yang diselenggarakan oleh lembagalembaga pendidikan. Tidak hanya itu, pemberlakuan UUGD juga diikuti munculnya sejumlah lembaga-lembaga pendidikan guru yang tumbuh bak jamur dimusim hujan. Kemunculan lembaga-lembaga pendidikan yang relatif baru ini memang dipicu minat masyarakat yang ingin menjadi guru meningkat. Fenomena di atas di satu sisi amat menggembirakan, karena upaya Pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air banyak mendapat respon positif dari masyarakat. Namun demikian fenomena di atas apabila tidak ditangani secara baik, dapat menggagalkan program pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan, sebab banyaknya lembaga-lembaga pendidikan guru yang ada, terkesan kurang memenuhi standar kualitas yang memadai. Mereka dapat menyelenggarakan program pendidikan guru dengan biaya murah, minim sarana serta kualitas dosen yang tidak memenuhi kualifikasi mengajar. Oleh karena itu penting 356 Pengembangan Profesionalisme Guru diperhatikan sejumlah persyaratan dalam mengelola pendidikan guru. Tulisan ini tidak bermaksud menyoroti lembagalembaga pendidikan guru yang menjamur itu, tetapi akan membicarakan bagaimana mempersiapkan lembagalembaga pendidikan guru yang ada tersebut agar dapat memenuhi kewajibannya yakni me nyelenggarakan pendidikan guru yang.menghasilkan kualitas lulusan yang bermutu. Dengan demikian keberadaan lembaga-lembaga pendidikan guru tersebut benar-benar dapat meningkatkan profesionalisme guru, dan bukan sebaliknya. Pentingnya Pengembangan Pendidikan Guru Pengembangan program pendidikan guru ini dilatari oleh adagium bahwa "guru merupakan pekerja budaya". Oleh karen a itu pengembangan program ini sangat strategis terutaina dalam hal pembinaan dan pengembangan peradaban umat. Alasan lain mengapa program pendidikan guru ini dipandang strategis adalah terkait erat dalam pembentukan educator yang sekaligus teacher. Selain itu upaya pemerintah melakukan peningkatan mutu guru melalui program sertifikasi untuk meningkatkan kompetensi guru yang jumlahnya mencapai 2,7 juta bukan hal yang mudah. Program sertifikasi guru merupakan salah satu tugas yang peFlu ditangani secara serius. Oleh karena itu lembaga pendidikan guru perlu sungguh-sungguh memprio-ritaskan agenda ini. Saat ini mutu guru di tanah air dipandang sangat rendah baik dari dilihat dari komp etensi pedagogis maupun kompetensi keilmuannya. Pada hal di mas a lalu, yaitu pada masa penjajahan dan pasca kemerdekaan hingga tahun 1960-an, mutu guru relatiflebih baik. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu guru ini. Di Pengembangan Program Pendidikan Guru .... 357 antaranya adalah (1) mereka yang memasuki lembaga pendidikan guru pada umumnya bukanlah mereka yang memilih jabatan guru sebagai pilihan pertama, melainkan karen a banyak di antara mereka yang memasuki pendidikan guru disebabkan takut tidak diterima danJ atau tidak dapat diterima di lembaga pendidikan lainnya; (2) proses rekrutmen yang tidak selektif, yakni lebih berorientasi pada "menjaring" ketimbang "menyaring" calon guru, terutama oleh PTS, menyebabkan output yang kurang berkualitas; dan (3) LPTK yang mendidik caloncalon guru lebih berorientasi pada pengembangan intelektual, tapi tidak membekali mereka suatu proses pendidikan yang mampu mengembangkan kepribadian dan karakter seorang pendidik. Minimnya penghargaan dan imbalan yang diterima guru, rendahnya status sosial di masyarakat serta tuntutan kewajiban menyelesaikan kurikulum yang padat, turut berkontribusi terjadinya mutu pendidikan guru yang rendah. Oleh karena itu kewajiban lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK) wajib meningkatkan mutu pendidikan guru. LPTK selain menyiapkan tenaga guru selayaknya mampu membantu Pemerintah dalam program sertifikasi guru baik sertifikasi dalam guru jabatan maupun sertifikasi pra-jabatan. Untuk percepatan pencapaian Sl guru , program pendidikan jarak jauh (PJJ) yang dilaksanakan, juga harus berorientasi pada mutu. Sebagaimana yang diharapkan oleh lembaga internasional UNESCO, LPTK seharusnya dapat berfungsi sebagai agen perubahan yang mampu mendorong pemahaman dan toleransi, yang tidak hanya mampu mencerdaskan peserta didik tetapi mampu mengembangkan kepribadian yang utuh, berakhlak, dan berkarakter. Untuk mencapai tujuan 358 Pengembangan Profesionalisme Guru itu, UNESCO menyarankan agar pendidikan guru melaksanakan empat pilar belajar untuk memasuki abad 21, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Untuk melaksanakan keempat pilar ini, masih menurut UNESCO, maka seorang guru dituntut mempunyai tiga kemampuan, yaitu: (1) Guru dituntut memiliki dua kemampuan sekaligus dalam penguasaan ilmu pengetahuan, yaitu baik sebagai produk maupun sebagai proses . Dengan kata lain guru harus memahami disiplin ilmu pengetahuan yang dia tekuni sebagai ways of knowing; (2) Guru harus men genal peserta didik dalam karakteristiknya sebagai pribadi yang sedang dalam proses perkembangan, baik cara pemikirannya, perkembangan sosial dan emosional, maupun perkembangan moralnya. Dengan pengenalan ini dimungkinkan guru mampu mewujudkan pilar learning to know yang trans ferable; (3) Guru diharapkan dapat memahami pendidikan sebagai proses pembudayaan sehingga mampu memilih model belajar dan sistem evaluasi yang memungkinkan terjadinya proses sosialisasi berbagai kemampuan, nilai, dan sikap, dalam proses mempelajari berbagai disiplin ilmu dan pelajaran lainnya (Soedijarto, 2002). Untuk memenuhi tiga tuntutan kemampuan itu dibutuhkan sejumlah saran a penunjang antara lain infrastruktur yang memadai baik menyangkut sm-ana belajar (kampus yang kondusif untuk belajar), asrama, laboratorium, serta tenaga pengajar yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan tinggi keguruan yang memenuhi syarat. Upaya peningkatan lembaga pendidikan guru sebenarnya telah lama dilakukan Pemerintah. Tercatat sejak didirikannya Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) dalam tahun 1954, yang telah mengalami berbagai Pengembangan Program Pendidikan Guru .... 359 , perubahan bentuk; dari hentuk "perguruan tinggi" ke bentuk "fakultas", dan kemudian ber'ganti kebentuk "institut" (IKIP/lnstitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan), lalu berubah lagi dalam bentuk "universitas". Yang terakhir ini dikenal dengan nama konversi IKIP menjadi universitas . Perubahan konversi IKIP menjadi universitas ini mencapai puncaknya pada tahun 1999, dengan perubahan 10 IKIP negeri menjadi universitas. Selanjutnya tak mau ketinggalan jejak konversi IKIP-IKIP negerti diikuti pula oleh IKIP-IKIP swasta menjadi universitas . Perubahan bentuk ini kern bali lembaga pendidikan ke dalam bentuk "fakultas". Perubahan konversi IKIP menjadi universitas sebagai upaya perluasan mandat IKIP yang diperluas, yakni di sam ping menghasilkan tenaga kependidikan, IKIP yang dikonversi juga diberi tugas menghasilkan sarjana-sarjana lain di luar ilmu pendidikan (Anna Suhaenah, 2002). Sejak awal memang perubahan konversi IKIP menjadi universitas adalah dalam rangka memperbaiki mutu sarjana-sarjana keguruan. Namun dalam perjalanannya yang sudah satu dasawarsa, perbaikan mutu guru tidak beranjak baik kualitasnya secara signifik an. Hingga akhirnya dalam rangka meningkatkan mutu guru, kembali Pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai sertifikasi guru dalam jabatan. Kebijakan itu tidak lain bertujuan untuk memberikan sertifikat pendidikan profesional bagi guru yang telah dipandang memenuhi persyaratan sebagai guru profesional. Tidak tanggung-tanggun g Pemerintah dalam hal meningkatkan kualitas guru, di samping pemberian sertifikasi melalui implementasi dari Undang-undang Nomor 14 tahun 2005, yakni Undang-undang Guru dan Dosen (UUGD) ju ga mulai tahun 2009 anggaran 360 Pengembangan Profesionalisme Guru pendidikan nasional dinaikkan mencapai 20% dari APBN. Artinya Pemerintah mulai dapat memahami bahwa peningkatan kualitas guru memang harus dibarengi dengan meningkatkan kesejahteraan guru. Ada berbagai alasan mengapa Pemerintah memprioritaskan bidang pendididikan khususnya meningkatkan profesionalisme guru. Pertama, karena memang bidang pendidikan sangat strategis dan menentukan maju mundurnya sebuah bangsa. Terutama ditentukan oleh para gurunya sebagai ujung tombak kemajuan pendidikan. Oleh karena itu pengembangan profesionalisme guru mendapat prioritas yang sangat besar dari Pemerintah. Kedua, Abad ke-21 merupakan era industri modern, menempatkan human capital sebagai basis dalam memenuhi berbagai kebutuhan, baik individu maupun kelompok (masyarakat, bangsa, dan negara). Oleh karena itu menghadapi segenap tuntutan di atas, baik yang berkaitan dengan isu-isu nasional maupun global, maka tidak ada jalan lain, sistem pendidikan nasional, khususnya pendidikan guru, perlu dibenahi dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut. Ketiga, adalah tuntutan mutu dan relevansi. Artinya perguruan tinggi tak terkecuali, lembaga pendidikan guru, dituntut untuk menghasilkan mutu lulusan yang handal dan profesional sehingga para lulusannya dapat mengarungi kehidupan yang terus berubah. Bukan itu saja, makna relevansi di sini juga, dimaksudkan agar lembaga-lembaga pendidikan mengasilkan lulusan yang mampu secara terus-menerus memperbarui pengetahuannya, mempelajari keterampilan-keterampilan baru, yang tidak hanya menjadi pencari kerja yang sukses, melainkan mampu menciptakan sendiri pekerjaan di tengah pasar tenaga kerja yang terus berubah pula. Pengembangan Program Pendidikan Guru .... 361 Sejumlah Agenda Peningkatan Pendidikan Guru Banyak upaya untuk melakukan pembenahan dalam rangka peningkatan lembaga pendidikan guru, namun sedikitnya ada tiga program pokok yang harus dilakukan lembaga pendidikan guru, yaitu: (1) peningkatan mutu sumber daya manusia, (2) peningkatan layanan kepada mahasiswa , dan (3) benchmarking dan kerjasama pendidikan dengan pihak lain. 1. Peningkatan mutu sumber daya manusia Peningkatan mutu sumber daya manusia bagi lembaga pendidikan guru harus menjadi skala prioritas apabila ingin tetap berperan di masa sekarang dan mendatang. Prioritas pengembangan sumber daya manusia ini juga dimaksudkan sebagai strategi untuk menghadapi persaingan global yang semakin terbuka. Terutama terkait erat dengan terbukanya perdagangan pasar bebas baik dalam dunia perdagangan maupun investasi dalam dunia usaha. Pengembangan sumber daya manusia meliputi tiga jenis sa saran, yaitu (1) pengembangan dosen, (2) pengembangan stafpeneliti, dan (3) pengembangan tenaga administratif. Pengembangan dasen. Pengembangan dosen sebaiknya diutamakan pada peningkatan kompetensi keilmuan dan kompetensi pedagogis dosen. Dua peningkatan kompetensi dosen tersebut dengan sendirinya langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas proses pembelajaran dan mutu pendidikan bagi calon guru. Lebih khusus lagi, dua kompetensi tersebut, menurut Mochtar Buchori (2005), dosen dapat membekali para mahasiswanya dengan kemampuan profesionalitas dasar keguruan (ba362 Pengembangan Profesionalisme Guru Sejumlah Agenda Peningkatan Pendidikan Guru Banyak upaya untuk melakukan pembenahan dalam rangka peningkatan lembaga pendidikan guru, namun sedikitnya ada tiga program pokok yang harus dilakukan lembaga pendidikan guru, yaitu: (1) peningkatan mutu sumber daya manusia, (2) peningkatan layanan kepada mahasiswa , dan (3) benchmarking dan kerjasama pendidikan dengan pihak lain. 1. Peningkatan mutu sumber daya manusia Peningkatan mutu sumber daya manusia bagi lembaga pendidikan guru harus menjadi skala prioritas apabila ingin tetap berperan di masa sekarang dan mendatang. Prioritas pengembangan sumber daya manusia ini juga dimaksudkan sebagai strategi untuk menghadapi persaingan global yang semakin terbuka. Terutama terkait erat dengan terbukanya perdagangan pasar bebas baik dalam dunia perdagangan maupun investasi dalam dunia usaha. Pengembangan sumber daya manusia meliputi tiga jenis sa saran, yaitu (1) pengembangan dosen, (2) pengembangan stafpeneliti, dan (3) pengembangan tenaga administratif. Pengembangan dasen. Pengembangan dosen sebaiknya diutamakan pada peningkatan kompetensi keilmuan dan kompetensi pedagogis dosen. Dua peningkatan kompetensi dosen tersebut dengan sendirinya langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas proses pembelajaran dan mutu pendidikan bagi calon guru. Lebih khusus lagi, dua kompetensi tersebut, menurut Mochtar Buchori (2005), dosen dapat membekali para mahasiswanya dengan kemampuan profesionalitas dasar keguruan (ba362 Pengembangan Profesionalisme Guru sic professional teaching competence). Kemampuan ini ialah gabungan antara daya belajar (learning capability) dan kemampuan mengajar (teaching competence). Daya belajar adalah kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan/kemahiran yang telah dimiliki dengan usaha sendiri, tanpa tergantung kepada bantuan atau bimbingan dari guru, pembimbing, pelatih atau orang lain yang dip an dang sl\dah lebih berilmu atau lebih berkemahiran. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan mengajar ialah kemampuan untuk mene ruskan sejumlah pengetahuan dan keterampilan, atas dasar keinginan terutama untuk berbagi pengetahuan dan ketidaktahuan yang ada pada dirinya. Selain program studi lanjut, memperbanyak kegiatan keilmuan, seperti diskusi, melakukan penelitian, mengaplikasikan hasil-hasil penelitian baik temuan in ternal maupun eksternal, dapat dijadikan bentuk-bentuk kegiatan dalam rangka pengernbangan dosen. Pengembangan SDM staf peneliti. Staf peneliti di lingkungan LPTK urnumnya (dan juga pada beberapa perguruan tinggi lainnya) seringkali dirangkap oleh tenaga dosen. Terjadinya rangkap tugas ini dilakukan dengan illasan baik dosen rna up un peneliti, sarna-sarna melakukan kegiatan yang berorientasi akademis. Namun idealnya, untuk pengembangan pendidikan guru di masa depan, sudah semestinya sejak sekarang, secara khusus perguruan tinggi memiliki lembaga yang bertugas melakukan kegiatan-kegiatan penelitian, yang didukung staf peneliti khusus, agar dimungkinkan program-program penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan relatif jauh lebih efektif ketimbang dirangkap oleh tenaga dosen. Pengembangan staf peneliti di LPTK sebaiknya diarahkan pada upaya memiliki kemampuan meneliti Pengembangan Program Perulidikan Guru .... 363 bidang penelitian -penelitian dasar dan penelitianpenelitian terapan. Pengembangan pertama bertujuan agar lembaga pendidikan guru turut berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan ten tang kependidikan dan keguruan. Dan kedua bertujuan agar LPTK juga turut berkontribusi dalam pemanfaatan dan pengembangan teori-teori pendidikan yang dapat diaplikasikan ke dalam perbaikan kualitas pembelajaran. Misalnya penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk kegiatan penelitian yang dapat dijadikan perbaikan kualitas pembelajaran di masa mendatang. Untuk menunjang pengembangan staf peneliti (dan juga dosen) lembaga pendidikan guru, ada baiknya memperhatikan saran-saran yang disampaikan Supriadi (1994), terutama berkaitan dengan pola pembina an serta menumbuhkan produktivitas dan kinerja peneliti di perguruan tinggi, yaitu: (1) perlu menggiatkan pembina an dosen yunior oleh dosen senior. Para dosen senior dapat membagikan pengalamannya yang positif kepada dosendosen yunior. Dalam konteks ini senioritas dosen jangan diartikan dari kepangka tannya, melainkan dari produktivitasnya dalam karya ilmiah; (2) memberikan kesempatan pada dosenfpeneliti untuk mengikuti pendidikan lanjutan (S2 atau S3) baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tujuannya di samping untuk meningkatkan wawasan keilmuwannya juga untuk memutakhirkan bidang keilmuwannya (up-dating); (3) perlu menggiatkan kolokium, diskusi ilmiah dalam bentuk kelompok-kelompok dosen berdasarkan bidang atau minat keilmuannya, dan secara teratur mereka mengadakan tukar pikiran mengenai topik -topik yang perlu dikaji dan diteliti. Untuk kegiatan kelompok ini sebaiknya disediakan mentor yang secara teratur memantau kegiatan mereka; (4) budayakan pemberian 364 Pengembangan Profesionalisme Guru penghargaan (insentif finansial) pada dosen/peneliti yang hasil penelitiannya telah dimuat di jurnal. Pemberian penghargaan ini sebaiknya teratur, baik pada tingkat universitas, fakultas, maupun jurusan; (5) meningkatkan kerjasama penelitian dengan berbagai lembaga dalam dan luar negeri yang memungkinkan para dosen memperoleh akses berkolaborasi guna memperluas wawasan penelitiannya; (6) menyelenggarakan pelatihan-pelatihan penelitian untuk memberikan pembekalan teori dan praktek riset bagi dosen-dosen/peneliti yang tidak menempuh pendidikan S2 atau S3; (7) perlu dibentuk semacam komisi (akademik) yang bertugas memantau dan mengevaluasi kegiatan penelitian para dosen_ Salah satu bentuknya adalah dengan cara mewajibkan setiap dosen membuat karya tulis ilmiah, minimal satu topik setiap satu semester; dan (8) dalam rangka itu lembaga memberikan saran a akademik (jurnal/majalah ilmiah) yang dapat menjadi acuan bagi seluruh sivitas akademika dalam melakukan kegiatan ilmiahnya. Pengembangan tenaga administratif. Walaupun peranannya bertugas· sebagai tenaga non-akademik (administratif), pengembangan staf administratif pada LPTK juga menduduki peran penting terutama dalam hal menunjang tugas-tugas pelaksanaan pembelajaran serta pemberian pelayanan, baik pada dosen maupun mahasiswa. Pengembangan dan pembinaan tenaga administratif yang dapat dilakukan di antaranya adalah memberikan pendidikan non-formal secara rutin, seperti mengikuti pelatihan atau seminar, terutama yang berkaitan dengan manajemen pendidikan. Di samping itu mereka juga diberikan sejumlah pembekalan ten tang pemahaman mengenai peran dan fungsi perguruan tinggi, khususnya Pengembangan Program Pendidikan Guru .... 365 pengelolaan pendidikan guru, dalam dinamika perkembangan nasional, regional, dan global yang berkaitan dengan perkembangan dunia pendidikan. Tujuan pembinaan ini dimaksudkan agar tenaga-tenaga nonakademik terse but memiliki kekayaan wawasan sehingga dapat memberikan dukungan pelayanan kerjanya secara lebih optimal. Berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia lembaga pendidikan guru yang tak dapat diabaikan adalah membangun hubungan erat sivitas akademika berlandaskan persepsi yang sarna dalam visi dan misi dari LPTK yang bersangkutan untuk bersama mengarungi masa depan yang penuh tantangan ini. 2_ Peningkatan Pelayanan pada mahasiswa LPTK yang bertugas menyeleng-garakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran bagi para mahasiswa calon guru perlu meningkatkan pelayanan, baik yang bersifat akademik maupun non-akademik seoptimal mungkin. Layanan akademik yang pokok adalah tersedianya sarana belajar yang memadai dan ketersediaan perpustakaan yang menyediakan sumber-sumber belajar yang relevan dan mutakhir, baik buku maupun jurnal. Sedangkan layanan non-akademik adalah berkenaan dengan layanan administratif serta memberikan lingkungan yang kondusif untuk proses pendidikan. Pemberian layanan yang baik ini merupakan satu bentuk tanggungjawab so sial bahwa lembaga pendidikan guru memang bersungguh-sungguh menyelenggarakan kegiatah pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat atau stakeholder. Jadi tidak sekedar orientasi komersial semata dengan menyelenggarakan pendidikan yang mengabaikan pelayanan yang memadai kepada maha366 Pengembangan Profesionalisme Guru siswa. Artinya dalam menyelenggarakan pendidikan guru yang bermutu mahasiswa perlu diyakinkan bahwa mereka tidak perlu ragu mengikuti proses pendidikan yang diikutinya akan memberikan layanan pendidikan yang baik dan optimal. Singkat kata keberhasilan pemberian layanan pendidikan kepada mahasiswa harus dapat menjadikan keterikatan secara emosional dengan lembagai pendidikannya dalam bentuk rasa kebanggaan dan kesetiaannya kepada almamaternya kelak apabila mereka lulus. Pemberian layanan yang baik dan optimal kepada para mahasiswa, di samping meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga pendidikan, juga dapat memberikan hal-hal positif lainnya seperti (1) dapat meningkatkan jumlah mahasiswa yang ingin memasuki perguruan tinggi dari tahun ke tahun, (2) presentasi calon mahasiswa yang diharapkan untuk masuk benar-benar memasuki peguruan tinggi, (3) alumni yang berkualitas akan menarik adik , teman, dan handaitolan untuk memasuki perguruan tinggi yang sama, dan (4) tingkat maha siswa yang men yelesaika n kuliah tepat waktu sampai akhir kuliah dan diwisuda juga akan meningkat (Kemala Motik, 2002). 3_ Benchmarking dan Kerjasama denga Pihak lain LPTK sebagaimana perguruan tinggi lainnya dalam rangka meningkatkan mutu dan perannya agar relevan dan tidak ketinggalan zaman perlu melakukan benchmarking terha dap perguruan-perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan guru yang telah maju, baik dalam maupun luar negeri. Dengan melakukan benchmarking ini diharapkan lembaga pendidikan guru a kan siap dalam berkompetisi secara sehat dengan Pengembangan Program Pendidikan Guru .... 367 perguruan-perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan guru lainnya. Istilah benchmarking merupakan istilah manajemen yang memiliki arti sebagai proses pengukuran yang sistematis dan bersinambung atas proses-proses bisnis suatu organisasi dengan tokoh-tokoh proses bisnis manapun di seluruh dunia, untuk mendapatkan informasi yang akan membantu upaya organisasi terse but memperbaiki kinerjanya (Umar A. Jenie, 2000). Yang tak kalah penting dilakukan oleh pendidikan guru selain melakukan benchmarking adalah melakukan pengembangan kerjasama dengan pihak-pihak lain baik sesama lembaga pendidikan sejenis maupun tidak sejenis. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu ciri globalisasi adalah setiap bangsa tidak ada yang dapat hidup sendiri, oleh karena itu agar suatu bangsa dapat mempertahankan eksistensinya maka ia harus melakukan kerjasama dengan bangsa-bangsa lain. Demikianjuga yang terjadi pada lembaga-lembaga perguruan tinggi, ia tidak dapat hidup sendiri, mau tidak mau, ia harus melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain. Bentuk kerjasama dapat bermacam-macam, baik kerjasama pengembangan fakultas dan program studi, pembinaan dosen, kerjasama penelitian dan lain-lain. Pengembangan kerjasama ini juga memberi peluang terjadinya sinergi dunia perguruan tinggi dan dunia usaha (dunia industri). Manfaat sinergi bertujuan untuk mutu dan efisiensi pendanaan. Sinergi yang dilakukan oleh dua dunia yang berbeda budaya ini juga dapat memperkaya wahana ilmu pengetahuan dan dunia bisnis. Sehingga tidak ada lagi gap/kesenjangan budaya yang terpisah antara dunia akademik dan dunia bisnis atau usaha. 368 Pengembangan Profesionalisme Guru Pengembangan kerjasama semacam ini di sejumlah negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea, Jerman, dan lain-lain sudah merupakan hal biasa dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Penutup Kalau saja tiga program pokok pengembangan untuk program pendidikan guru di atas dilakukan dengan sungguh-sungguh oleh setiap LPTK baik negeri maupun swasta, besar kemungkinan program pengembangan profesionalisme guru dapat dicapai. Dengan demikian, program pengembangan pendidikan guru yang telah sejak lama dilakukan oleh Pemerintah tidak sia-sia. Sejalan dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan Pemerintah tentang perbaikan mutu pendidikan perlu diikuti upayaupaya sebagai berikut: (1) Pemberian penghargaan secara memadai bagi dosen-dosen ya n g berprestasi dalam meningkatkan profesionalisme guru, (2) proses rekrutmen yang berorientasi pada "menjaring" s udah harus dihindari, sebaliknya proses rekrutmen h arus dilakukan dengan cara "menyaring" ca lon mahasiswa perlu dibudayakan, (3) harus a da upaya terus menerus untuk melakukan perbaikan-perbaikan sistem pendidikan guru, baik yang berkaitan de ngan manajemen pendidikan, maupun yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum pendidikan, (4) peningkatan sarana dan prasarana seperti perpustakaan, laboratorium, penerbitan buku dan jUl'llal, dan lain-lain, serta (5) menertibkan lembaga -lembaga pendidikan guru yang hanya berorientasi pada bisnis semata. Untuk memberikan efek jera bila perlu diberi sanksi yang relatif berat, sehingga tidak mengulangi perbuatan-perbuatan yang dapat menghambat program peningkatan profesionalisme guru .• Pengembangan Program Pendidikan Guru "" 369 F Daftar Pustaka Buchori, Mochtar .. 2001. Pendidika n Antisipatoris. Yogyakarta: Kanisius. Danim, Sudarwan. 2002. Inouasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Jenie, Umar A. 2000. "Revitalisasi Amal-Usaha Pendidikan Tinggi Muhammadiyah". Dalam Muhammadiyah dan Transformasi Pendidikan. Jakarta: Uhamka Press. Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosda . Rahmanto, B. dkk (editor). 2005. Pendidikan Nasional dalam Reformasi Politik dan Kemasyarakatan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Syarief, Ikhwanuddin dan Dodo Murtadlo (editor). 2002. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru: 70 tahun HAR Tilaar. Jakarta: Grasindo. 370 Pengembangan Profesionalisme Guru