Pengembangan Profesionalisme Guru

advertisement
PENGEMBANGAN
PROFESIONALISME GURU
70th Abdul Malik Fadjar
Editor
Suyatno
Pudjo Sumerli, AS
Sugeng Riadi
Uhamka Press
Pengembangan Profesionalisme Guru
70 Tahun Abdul Malik Fadjar
Tim Editor
Suyatno
Pudjo Sumedi, AS
Sugeng Riadi
Panitia Penulisan
[Ketua )
Zamroni
[A nggota)
EnongMuiz
Sudal' Siandes
Farnan Mudhofir
Desyanto
Rahmani
Sumarso
Tataletak
Sudarmaji
NUl' Shodiqin
Diterbitkan dalam rangka
70 Tahull Abd ul Malik Fadjar
Cetakan Pertama, Februari 2009
Cetaka n K~d u a ~ November 2009
ISBN 978-602-8019-13-2
Penerbit
Uhamka Press
JI. Limau II, Kebayoran Baru
Jakarta Sela tan
DAFTAR lSI
Pengantar Menteri Pendidikan Nasional...........
v
Pengantar Rektor Uhamka ..... ... ..... .. ....... ......... ..... .....
V lll
Pengantar Editor .... .. ...... ..... ... ............ ... .. ....... .... .......
Xl
Daftar lsi .................... .. ,.. ..... ........................ ............. .. .
Xlll
Bagian I Spektrum Problematika
Pendidikan Guru
• Agus Suwignyo/Proliferasi Pl'ofesi, Liberalis asi Pendidikan dan Kebingungan Kita:
Potret Mutakhir Pendidikan Guru di Indo neSIa .. ... ...... . .. . .. ............ ... .... ... ..... .. ...... ......
3
• Daoed Joesoef/Otorita s Guru dan
Pengajaran ... ... ... .... ........ .. .. .... ... ...... ..... .... .. ... .. .
22
• Mochtar Buchori/Guru, Sekolah, dan
rna salah Erosi Wibawa .... .... ... ... .... ....... ........ ..
39
• HAR Tilaar/Perspektif Baru Pendidikan
Guru di Indonesia Menghadapi Tantangan
Era Global... ... ... ........... ....... .... ... .. .. ....... .. .. ... ....
54
• Baedhowi/Lika-Liku Sertifikasi Guru .. ... ...
71
Bagian II Reorientasi Pengelllbangan
Profesionalisllle Guru
• Sutjipto/Profesionalisrne Guru ............. ... ....
93
• Suyanto/Mengernbangkan Profesionalisrne
Guru ........ ............................. ...... .. .. .... .... ... ........ 110
Daftar lsi
XUI
• Bedjo SujantolReorientasi Profesionalisme
Guru dalam Rangka Pendidikan Bermutu .... . 124
• Paul Suparno/Guru dan Mutu Pendidikan... . 136
• Anita Lie/Pengembangan Profesionalisme
Guru ...... .. .. ... .... ..................................... ..... .. ..... 156
• Surya Dharma/Profesionalitas Guru:
Tantangan Menghadapi Pendidikan
Abad 21 ............ ....... ................................. .. ....... 1.77
• Achmad Dardiri/Tantangan Guru
Profesional Dewasa ini ........................... .. ...... 193
• Sumarna Surapranata/Pendidikan dan
Pelatihan dalam Peningkatan Kompetensi
Guru ........ .............................. ... ....... .................. 210
• Achmad DasukilReformasi Guru:
Tantangan dan Harapan Masa Depan .......... 23 1
Bagian III Mencari Strategi Pengembangan
Pendidikan Guru Masa Kini dan
Masa Depan
• Soedijarto/Pendidikan Guru Masa Depan
dan Catatan tentang Dosen sebagai Tenaga
Akademik .. ........ .. ... ........ ... ....... .... ........ ... ... ... ... 249
• Arief Rahman/Guru Pemegang Kunci
Keberhasilan Pendidikan Menuju Masyarakat yang Bijaksana ......... ............ ........ .. .... ....... 280
• Irsyad RidholMemiIih Strategi Kebudayaan
di Tengah Kegelapan: Menuju Pendidikan
Guru Pascakolonial .... ... ..... ................ ..... .......... 295
• Hartoyo/Peningkatan Profesionalisme
Guru: Antara Asa dan Realita ....................... 318
XIV
Pengembangan Profesionalisme Guru
• Suyatno/Kesiapan Sumber Daya Manusia
Guru Indonesia menjadi Anggota Profesi
Guru ...................................... ...... ...... .. ... ......... .. 339
• Pudjo Sumedi, AS/Pengembangan Program
Pendidikan Gu ru dalam Rangka Meng hasilkan Lulusan yang Bermutu .. ..................... 356
• Abin Syamsuddin Makmun/Menuj u
Kepada Sistem Pendidikan Guru Profesional
Berstandar Mumpuni ... .......... ...... ...... ........... .. ... 371
Bagian IV Pikiran dan Pendapat tentang
Abdul Malik Fadjar
• DarmaningtyaslMendidik dengan Hati .... . 405
• Mohamad Surya/Pak Malik Fadjar Mitra
dalam Perjuangan Guru ..... .... ......... ... .. .... .. .... . 427
• Edi Sukardi/Niat Baik .. .... ... .... ......... ... ... ...... 450
Tentang Penulis dan Editor .... .. .. .. ......... ............ ..... 453
Daltar lsi
xv
Catatan:
Lihat Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Dikutip dalam Mursal Esten pada Kumpulan Karangan Himpunan
Pengarang Indonesia Aksara yang berjudul "Guru: Pahlawan
Tanpa Tanda Jasa" (Jakarta: Aries Lima, 1982), hal. 23.
3 Qomari Anwar dan Syaiful Sagala. Profesi Jabatan: Kependidikan
dan Guru sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran
(Jakarta: UHAMKA'Press, 2004), hal. 107.
4 Isjoni. Gurukah yang Dipersalahkan? (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), hal. 16-17.
5 Anwar dan Sagala. Op.cit., hal. 107-108.
6 Lihat Sinar Harapan tanggal 2 Des ember 2004 oleh Ari
Kristianawati.
7 Kenneth Lynn. The Profession in America (Boston: Houghton
Mifflin, 1965), hal. 3.
8 Wirawan. Profesi dan Standar Evaluasi (Jakarta: Yayasan Bangun
Indonesia dan UHAMKA Press, 2004), haI1O-1l.
9 Wirawan. Op.cit., hal. 14.
10 Michael D Bayles. Professional Ethnics (California: Wardworth
Publishing Company, 1981), hal. 2l.
11 Anwar dan Sagala. Op.cit. hal. 105.
12 Isjoni. Citra Guru:Antara Tuntutan dan Pengabdian (pekan Baru:
Unri Press, 2005), hal. 80.
13 Sumber Dirjen Profesi Depdiknas RI.
1
2
Kesiapan Sumber Daya Manusia Guru Indonesia ....
355
PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN
GURU DALAM RANGKA MENGHASILKAN
LULUSAN YANG BERMUTU
" Pudjo Sumedi, AS •
Pendahuluan
S
ejak diberlakukannya Undang-Undang Guru dan
Dosen (UUGD), wacana ten tang peningkatan profesionalisme guru dan dosen banyak dibicarakan. Baik
melalui media massa maupun melalui seminar-seminar
dan diskusi-diskusi yang diselenggarakan oleh lembagalembaga pendidikan. Tidak hanya itu, pemberlakuan
UUGD juga diikuti munculnya sejumlah lembaga-lembaga
pendidikan guru yang tumbuh bak jamur dimusim hujan.
Kemunculan lembaga-lembaga pendidikan yang relatif
baru ini memang dipicu minat masyarakat yang ingin
menjadi guru meningkat.
Fenomena di atas di satu sisi amat menggembirakan,
karena upaya Pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan di tanah air banyak mendapat respon positif
dari masyarakat. Namun demikian fenomena di atas
apabila tidak ditangani secara baik, dapat menggagalkan
program pemerintah untuk meningkatkan mutu
pendidikan, sebab banyaknya lembaga-lembaga pendidikan guru yang ada, terkesan kurang memenuhi standar
kualitas yang memadai. Mereka dapat menyelenggarakan
program pendidikan guru dengan biaya murah, minim
sarana serta kualitas dosen yang tidak memenuhi
kualifikasi mengajar. Oleh karena itu penting
356
Pengembangan Profesionalisme Guru
diperhatikan sejumlah persyaratan dalam mengelola
pendidikan guru.
Tulisan ini tidak bermaksud menyoroti lembagalembaga pendidikan guru yang menjamur itu, tetapi akan
membicarakan bagaimana mempersiapkan lembagalembaga pendidikan guru yang ada tersebut agar dapat
memenuhi kewajibannya yakni me nyelenggarakan
pendidikan guru yang.menghasilkan kualitas lulusan yang
bermutu. Dengan demikian keberadaan lembaga-lembaga
pendidikan guru tersebut benar-benar dapat meningkatkan profesionalisme guru, dan bukan sebaliknya.
Pentingnya Pengembangan Pendidikan Guru
Pengembangan program pendidikan guru ini dilatari
oleh adagium bahwa "guru merupakan pekerja budaya".
Oleh karen a itu pengembangan program ini sangat
strategis terutaina dalam hal pembinaan dan pengembangan peradaban umat. Alasan lain mengapa program
pendidikan guru ini dipandang strategis adalah terkait
erat dalam pembentukan educator yang sekaligus teacher.
Selain itu upaya pemerintah melakukan peningkatan
mutu guru melalui program sertifikasi untuk meningkatkan kompetensi guru yang jumlahnya mencapai 2,7 juta
bukan hal yang mudah. Program sertifikasi guru
merupakan salah satu tugas yang peFlu ditangani secara
serius. Oleh karena itu lembaga pendidikan guru perlu
sungguh-sungguh memprio-ritaskan agenda ini.
Saat ini mutu guru di tanah air dipandang sangat
rendah baik dari dilihat dari komp etensi pedagogis
maupun kompetensi keilmuannya. Pada hal di mas a lalu,
yaitu pada masa penjajahan dan pasca kemerdekaan
hingga tahun 1960-an, mutu guru relatiflebih baik. Banyak
faktor yang menyebabkan rendahnya mutu guru ini. Di
Pengembangan Program Pendidikan Guru ....
357
antaranya adalah (1) mereka yang memasuki lembaga
pendidikan guru pada umumnya bukanlah mereka yang
memilih jabatan guru sebagai pilihan pertama, melainkan
karen a banyak di antara mereka yang memasuki
pendidikan guru disebabkan takut tidak diterima danJ
atau tidak dapat diterima di lembaga pendidikan lainnya;
(2) proses rekrutmen yang tidak selektif, yakni lebih
berorientasi pada "menjaring" ketimbang "menyaring"
calon guru, terutama oleh PTS, menyebabkan output yang
kurang berkualitas; dan (3) LPTK yang mendidik caloncalon guru lebih berorientasi pada pengembangan
intelektual, tapi tidak membekali mereka suatu proses
pendidikan yang mampu mengembangkan kepribadian
dan karakter seorang pendidik.
Minimnya penghargaan dan imbalan yang diterima
guru, rendahnya status sosial di masyarakat serta
tuntutan kewajiban menyelesaikan kurikulum yang padat,
turut berkontribusi terjadinya mutu pendidikan guru yang
rendah.
Oleh karena itu kewajiban lembaga pendidikan tenaga
keguruan (LPTK) wajib meningkatkan mutu pendidikan
guru. LPTK selain menyiapkan tenaga guru selayaknya
mampu membantu Pemerintah dalam program sertifikasi
guru baik sertifikasi dalam guru jabatan maupun
sertifikasi pra-jabatan. Untuk percepatan pencapaian Sl
guru , program pendidikan jarak jauh (PJJ) yang
dilaksanakan, juga harus berorientasi pada mutu.
Sebagaimana yang diharapkan oleh lembaga internasional
UNESCO, LPTK seharusnya dapat berfungsi sebagai agen
perubahan yang mampu mendorong pemahaman dan
toleransi, yang tidak hanya mampu mencerdaskan peserta
didik tetapi mampu mengembangkan kepribadian yang
utuh, berakhlak, dan berkarakter. Untuk mencapai tujuan
358
Pengembangan Profesionalisme Guru
itu, UNESCO menyarankan agar pendidikan guru
melaksanakan empat pilar belajar untuk memasuki abad
21, yaitu learning to know, learning to do, learning to be,
dan learning to live together. Untuk melaksanakan keempat
pilar ini, masih menurut UNESCO, maka seorang guru
dituntut mempunyai tiga kemampuan, yaitu: (1) Guru
dituntut memiliki dua kemampuan sekaligus dalam
penguasaan ilmu pengetahuan, yaitu baik sebagai produk
maupun sebagai proses . Dengan kata lain guru harus
memahami disiplin ilmu pengetahuan yang dia tekuni
sebagai ways of knowing; (2) Guru harus men genal peserta
didik dalam karakteristiknya sebagai pribadi yang sedang
dalam proses perkembangan, baik cara pemikirannya, perkembangan sosial dan emosional, maupun perkembangan
moralnya. Dengan pengenalan ini dimungkinkan guru
mampu mewujudkan pilar learning to know yang trans ferable; (3) Guru diharapkan dapat memahami pendidikan
sebagai proses pembudayaan sehingga mampu memilih
model belajar dan sistem evaluasi yang memungkinkan
terjadinya proses sosialisasi berbagai kemampuan, nilai,
dan sikap, dalam proses mempelajari berbagai disiplin
ilmu dan pelajaran lainnya (Soedijarto, 2002).
Untuk memenuhi tiga tuntutan kemampuan itu
dibutuhkan sejumlah saran a penunjang antara lain
infrastruktur yang memadai baik menyangkut sm-ana
belajar (kampus yang kondusif untuk belajar), asrama,
laboratorium, serta tenaga pengajar yang memungkinkan
terjadinya proses pendidikan tinggi keguruan yang
memenuhi syarat.
Upaya peningkatan lembaga pendidikan guru
sebenarnya telah lama dilakukan Pemerintah. Tercatat
sejak didirikannya Perguruan Tinggi Pendidikan Guru
(PTPG) dalam tahun 1954, yang telah mengalami berbagai
Pengembangan Program Pendidikan Guru ....
359
,
perubahan bentuk; dari hentuk "perguruan tinggi" ke
bentuk "fakultas", dan kemudian ber'ganti kebentuk
"institut" (IKIP/lnstitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan),
lalu berubah lagi dalam bentuk "universitas". Yang
terakhir ini dikenal dengan nama konversi IKIP menjadi
universitas . Perubahan konversi IKIP menjadi universitas ini mencapai puncaknya pada tahun 1999, dengan
perubahan 10 IKIP negeri menjadi universitas.
Selanjutnya tak mau ketinggalan jejak konversi IKIP-IKIP
negerti diikuti pula oleh IKIP-IKIP swasta menjadi universitas . Perubahan bentuk ini kern bali lembaga
pendidikan ke dalam bentuk "fakultas". Perubahan
konversi IKIP menjadi universitas sebagai upaya
perluasan mandat IKIP yang diperluas, yakni di sam ping
menghasilkan tenaga kependidikan, IKIP yang dikonversi
juga diberi tugas menghasilkan sarjana-sarjana lain di luar
ilmu pendidikan (Anna Suhaenah, 2002).
Sejak awal memang perubahan konversi IKIP menjadi
universitas adalah dalam rangka memperbaiki mutu
sarjana-sarjana keguruan. Namun dalam perjalanannya
yang sudah satu dasawarsa, perbaikan mutu guru tidak
beranjak baik kualitasnya secara signifik an. Hingga
akhirnya dalam rangka meningkatkan mutu guru, kembali
Pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai sertifikasi
guru dalam jabatan. Kebijakan itu tidak lain bertujuan
untuk memberikan sertifikat pendidikan profesional bagi
guru yang telah dipandang memenuhi persyaratan
sebagai guru profesional.
Tidak tanggung-tanggun g Pemerintah dalam hal
meningkatkan kualitas guru, di samping pemberian
sertifikasi melalui implementasi dari Undang-undang
Nomor 14 tahun 2005, yakni Undang-undang Guru dan
Dosen (UUGD) ju ga mulai tahun 2009 anggaran
360
Pengembangan Profesionalisme Guru
pendidikan nasional dinaikkan mencapai 20% dari APBN.
Artinya Pemerintah mulai dapat memahami bahwa
peningkatan kualitas guru memang harus dibarengi
dengan meningkatkan kesejahteraan guru.
Ada berbagai alasan mengapa Pemerintah memprioritaskan bidang pendididikan khususnya meningkatkan
profesionalisme guru. Pertama, karena memang bidang
pendidikan sangat strategis dan menentukan maju
mundurnya sebuah bangsa. Terutama ditentukan oleh
para gurunya sebagai ujung tombak kemajuan pendidikan.
Oleh karena itu pengembangan profesionalisme guru
mendapat prioritas yang sangat besar dari Pemerintah.
Kedua, Abad ke-21 merupakan era industri modern,
menempatkan human capital sebagai basis dalam
memenuhi berbagai kebutuhan, baik individu maupun
kelompok (masyarakat, bangsa, dan negara). Oleh karena
itu menghadapi segenap tuntutan di atas, baik yang
berkaitan dengan isu-isu nasional maupun global, maka
tidak ada jalan lain, sistem pendidikan nasional,
khususnya pendidikan guru, perlu dibenahi dalam rangka
memenuhi tuntutan tersebut.
Ketiga, adalah tuntutan mutu dan relevansi. Artinya
perguruan tinggi tak terkecuali, lembaga pendidikan
guru, dituntut untuk menghasilkan mutu lulusan yang
handal dan profesional sehingga para lulusannya dapat
mengarungi kehidupan yang terus berubah. Bukan itu
saja, makna relevansi di sini juga, dimaksudkan agar
lembaga-lembaga pendidikan mengasilkan lulusan yang
mampu secara terus-menerus memperbarui pengetahuannya, mempelajari keterampilan-keterampilan baru,
yang tidak hanya menjadi pencari kerja yang sukses,
melainkan mampu menciptakan sendiri pekerjaan di
tengah pasar tenaga kerja yang terus berubah pula.
Pengembangan Program Pendidikan Guru ....
361
Sejumlah Agenda Peningkatan Pendidikan Guru
Banyak upaya untuk melakukan pembenahan dalam
rangka peningkatan lembaga pendidikan guru, namun
sedikitnya ada tiga program pokok yang harus dilakukan
lembaga pendidikan guru, yaitu: (1) peningkatan mutu
sumber daya manusia, (2) peningkatan layanan kepada
mahasiswa , dan (3) benchmarking dan kerjasama
pendidikan dengan pihak lain.
1.
Peningkatan mutu sumber daya manusia
Peningkatan mutu sumber daya manusia bagi lembaga
pendidikan guru harus menjadi skala prioritas apabila
ingin tetap berperan di masa sekarang dan mendatang.
Prioritas pengembangan sumber daya manusia ini juga
dimaksudkan sebagai strategi untuk menghadapi
persaingan global yang semakin terbuka. Terutama
terkait erat dengan terbukanya perdagangan pasar bebas
baik dalam dunia perdagangan maupun investasi dalam
dunia usaha.
Pengembangan sumber daya manusia meliputi tiga
jenis sa saran, yaitu (1) pengembangan dosen, (2)
pengembangan stafpeneliti, dan (3) pengembangan tenaga
administratif.
Pengembangan dasen. Pengembangan dosen sebaiknya diutamakan pada peningkatan kompetensi
keilmuan dan kompetensi pedagogis dosen. Dua
peningkatan kompetensi dosen tersebut dengan sendirinya langsung maupun tidak langsung memberikan
kontribusi bagi peningkatan kualitas proses pembelajaran
dan mutu pendidikan bagi calon guru. Lebih khusus lagi,
dua kompetensi tersebut, menurut Mochtar Buchori
(2005), dosen dapat membekali para mahasiswanya
dengan kemampuan profesionalitas dasar keguruan (ba362
Pengembangan Profesionalisme Guru
Sejumlah Agenda Peningkatan Pendidikan Guru
Banyak upaya untuk melakukan pembenahan dalam
rangka peningkatan lembaga pendidikan guru, namun
sedikitnya ada tiga program pokok yang harus dilakukan
lembaga pendidikan guru, yaitu: (1) peningkatan mutu
sumber daya manusia, (2) peningkatan layanan kepada
mahasiswa , dan (3) benchmarking dan kerjasama
pendidikan dengan pihak lain.
1.
Peningkatan mutu sumber daya manusia
Peningkatan mutu sumber daya manusia bagi lembaga
pendidikan guru harus menjadi skala prioritas apabila
ingin tetap berperan di masa sekarang dan mendatang.
Prioritas pengembangan sumber daya manusia ini juga
dimaksudkan sebagai strategi untuk menghadapi
persaingan global yang semakin terbuka. Terutama
terkait erat dengan terbukanya perdagangan pasar bebas
baik dalam dunia perdagangan maupun investasi dalam
dunia usaha.
Pengembangan sumber daya manusia meliputi tiga
jenis sa saran, yaitu (1) pengembangan dosen, (2)
pengembangan stafpeneliti, dan (3) pengembangan tenaga
administratif.
Pengembangan dasen. Pengembangan dosen sebaiknya diutamakan pada peningkatan kompetensi
keilmuan dan kompetensi pedagogis dosen. Dua
peningkatan kompetensi dosen tersebut dengan sendirinya langsung maupun tidak langsung memberikan
kontribusi bagi peningkatan kualitas proses pembelajaran
dan mutu pendidikan bagi calon guru. Lebih khusus lagi,
dua kompetensi tersebut, menurut Mochtar Buchori
(2005), dosen dapat membekali para mahasiswanya
dengan kemampuan profesionalitas dasar keguruan (ba362
Pengembangan Profesionalisme Guru
sic professional teaching competence). Kemampuan ini ialah
gabungan antara daya belajar (learning capability) dan
kemampuan mengajar (teaching competence). Daya belajar
adalah kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan/kemahiran yang telah dimiliki dengan
usaha sendiri, tanpa tergantung kepada bantuan atau
bimbingan dari guru, pembimbing, pelatih atau orang lain
yang dip an dang sl\dah lebih berilmu atau lebih
berkemahiran. Sedangkan yang dimaksud dengan
kemampuan mengajar ialah kemampuan untuk mene ruskan sejumlah pengetahuan dan keterampilan, atas
dasar keinginan terutama untuk berbagi pengetahuan dan
ketidaktahuan yang ada pada dirinya.
Selain program studi lanjut, memperbanyak kegiatan
keilmuan, seperti diskusi, melakukan penelitian,
mengaplikasikan hasil-hasil penelitian baik temuan in ternal maupun eksternal, dapat dijadikan bentuk-bentuk
kegiatan dalam rangka pengernbangan dosen.
Pengembangan SDM staf peneliti. Staf peneliti di
lingkungan LPTK urnumnya (dan juga pada beberapa
perguruan tinggi lainnya) seringkali dirangkap oleh
tenaga dosen. Terjadinya rangkap tugas ini dilakukan
dengan illasan baik dosen rna up un peneliti, sarna-sarna
melakukan kegiatan yang berorientasi akademis. Namun
idealnya, untuk pengembangan pendidikan guru di masa
depan, sudah semestinya sejak sekarang, secara khusus
perguruan tinggi memiliki lembaga yang bertugas
melakukan kegiatan-kegiatan penelitian, yang didukung
staf peneliti khusus, agar dimungkinkan program-program
penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan relatif
jauh lebih efektif ketimbang dirangkap oleh tenaga dosen.
Pengembangan staf peneliti di LPTK sebaiknya
diarahkan pada upaya memiliki kemampuan meneliti
Pengembangan Program Perulidikan Guru ....
363
bidang penelitian -penelitian dasar dan penelitianpenelitian terapan. Pengembangan pertama bertujuan
agar lembaga pendidikan guru turut berkontribusi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan ten tang
kependidikan dan keguruan. Dan kedua bertujuan agar
LPTK juga turut berkontribusi dalam pemanfaatan dan
pengembangan teori-teori pendidikan yang dapat
diaplikasikan ke dalam perbaikan kualitas pembelajaran.
Misalnya penelitian tindakan kelas merupakan salah satu
bentuk kegiatan penelitian yang dapat dijadikan
perbaikan kualitas pembelajaran di masa mendatang.
Untuk menunjang pengembangan staf peneliti (dan
juga dosen) lembaga pendidikan guru, ada baiknya
memperhatikan saran-saran yang disampaikan Supriadi
(1994), terutama berkaitan dengan pola pembina an serta
menumbuhkan produktivitas dan kinerja peneliti di
perguruan tinggi, yaitu: (1) perlu menggiatkan pembina an
dosen yunior oleh dosen senior. Para dosen senior dapat
membagikan pengalamannya yang positif kepada dosendosen yunior. Dalam konteks ini senioritas dosen jangan
diartikan dari kepangka tannya, melainkan dari
produktivitasnya dalam karya ilmiah; (2) memberikan
kesempatan pada dosenfpeneliti untuk mengikuti
pendidikan lanjutan (S2 atau S3) baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Tujuannya di samping untuk
meningkatkan wawasan keilmuwannya juga untuk
memutakhirkan bidang keilmuwannya (up-dating); (3)
perlu menggiatkan kolokium, diskusi ilmiah dalam bentuk
kelompok-kelompok dosen berdasarkan bidang atau
minat keilmuannya, dan secara teratur mereka
mengadakan tukar pikiran mengenai topik -topik yang
perlu dikaji dan diteliti. Untuk kegiatan kelompok ini
sebaiknya disediakan mentor yang secara teratur
memantau kegiatan mereka; (4) budayakan pemberian
364
Pengembangan Profesionalisme Guru
penghargaan (insentif finansial) pada dosen/peneliti yang
hasil penelitiannya telah dimuat di jurnal. Pemberian
penghargaan ini sebaiknya teratur, baik pada tingkat universitas, fakultas, maupun jurusan; (5) meningkatkan
kerjasama penelitian dengan berbagai lembaga dalam dan
luar negeri yang memungkinkan para dosen memperoleh
akses berkolaborasi guna memperluas wawasan
penelitiannya; (6) menyelenggarakan pelatihan-pelatihan
penelitian untuk memberikan pembekalan teori dan
praktek riset bagi dosen-dosen/peneliti yang tidak
menempuh pendidikan S2 atau S3; (7) perlu dibentuk
semacam komisi (akademik) yang bertugas memantau dan
mengevaluasi kegiatan penelitian para dosen_ Salah satu
bentuknya adalah dengan cara mewajibkan setiap dosen
membuat karya tulis ilmiah, minimal satu topik setiap satu
semester; dan (8) dalam rangka itu lembaga memberikan
saran a akademik (jurnal/majalah ilmiah) yang dapat
menjadi acuan bagi seluruh sivitas akademika dalam
melakukan kegiatan ilmiahnya.
Pengembangan tenaga administratif. Walaupun
peranannya bertugas· sebagai tenaga non-akademik (administratif), pengembangan staf administratif pada LPTK
juga menduduki peran penting terutama dalam hal
menunjang tugas-tugas pelaksanaan pembelajaran serta
pemberian pelayanan, baik pada dosen maupun
mahasiswa.
Pengembangan dan pembinaan tenaga administratif
yang dapat dilakukan di antaranya adalah memberikan
pendidikan non-formal secara rutin, seperti mengikuti
pelatihan atau seminar, terutama yang berkaitan dengan
manajemen pendidikan. Di samping itu mereka juga
diberikan sejumlah pembekalan ten tang pemahaman
mengenai peran dan fungsi perguruan tinggi, khususnya
Pengembangan Program Pendidikan Guru ....
365
pengelolaan pendidikan guru, dalam dinamika perkembangan nasional, regional, dan global yang berkaitan
dengan perkembangan dunia pendidikan. Tujuan
pembinaan ini dimaksudkan agar tenaga-tenaga nonakademik terse but memiliki kekayaan wawasan sehingga
dapat memberikan dukungan pelayanan kerjanya secara
lebih optimal.
Berkaitan dengan pengembangan sumber daya
manusia lembaga pendidikan guru yang tak dapat
diabaikan adalah membangun hubungan erat sivitas
akademika berlandaskan persepsi yang sarna dalam visi
dan misi dari LPTK yang bersangkutan untuk bersama
mengarungi masa depan yang penuh tantangan ini.
2_
Peningkatan Pelayanan pada mahasiswa
LPTK yang bertugas menyeleng-garakan kegiatan
pendidikan dan pembelajaran bagi para mahasiswa calon
guru perlu meningkatkan pelayanan, baik yang bersifat
akademik maupun non-akademik seoptimal mungkin.
Layanan akademik yang pokok adalah tersedianya sarana
belajar yang memadai dan ketersediaan perpustakaan
yang menyediakan sumber-sumber belajar yang relevan
dan mutakhir, baik buku maupun jurnal. Sedangkan
layanan non-akademik adalah berkenaan dengan layanan
administratif serta memberikan lingkungan yang kondusif
untuk proses pendidikan.
Pemberian layanan yang baik ini merupakan satu
bentuk tanggungjawab so sial bahwa lembaga pendidikan
guru memang bersungguh-sungguh menyelenggarakan
kegiatah pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat
atau stakeholder. Jadi tidak sekedar orientasi komersial
semata dengan menyelenggarakan pendidikan yang
mengabaikan pelayanan yang memadai kepada maha366
Pengembangan Profesionalisme Guru
siswa. Artinya dalam menyelenggarakan pendidikan guru
yang bermutu mahasiswa perlu diyakinkan bahwa mereka
tidak perlu ragu mengikuti proses pendidikan yang
diikutinya akan memberikan layanan pendidikan yang
baik dan optimal. Singkat kata keberhasilan pemberian
layanan pendidikan kepada mahasiswa harus dapat
menjadikan keterikatan secara emosional dengan
lembagai pendidikannya dalam bentuk rasa kebanggaan
dan kesetiaannya kepada almamaternya kelak apabila
mereka lulus.
Pemberian layanan yang baik dan optimal kepada
para mahasiswa, di samping meningkatkan kepercayaan
masyarakat kepada lembaga pendidikan, juga dapat
memberikan hal-hal positif lainnya seperti (1) dapat
meningkatkan jumlah mahasiswa yang ingin memasuki
perguruan tinggi dari tahun ke tahun, (2) presentasi calon
mahasiswa yang diharapkan untuk masuk benar-benar
memasuki peguruan tinggi, (3) alumni yang berkualitas
akan menarik adik , teman, dan handaitolan untuk
memasuki perguruan tinggi yang sama, dan (4) tingkat
maha siswa yang men yelesaika n kuliah tepat waktu
sampai akhir kuliah dan diwisuda juga akan meningkat
(Kemala Motik, 2002).
3_
Benchmarking dan Kerjasama denga Pihak lain
LPTK sebagaimana perguruan tinggi lainnya dalam
rangka meningkatkan mutu dan perannya agar relevan
dan tidak ketinggalan zaman perlu melakukan
benchmarking terha dap perguruan-perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program pendidikan guru yang telah
maju, baik dalam maupun luar negeri. Dengan melakukan
benchmarking ini diharapkan lembaga pendidikan guru
a kan siap dalam berkompetisi secara sehat dengan
Pengembangan Program Pendidikan Guru ....
367
perguruan-perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan guru lainnya.
Istilah benchmarking merupakan istilah manajemen
yang memiliki arti sebagai proses pengukuran yang
sistematis dan bersinambung atas proses-proses bisnis
suatu organisasi dengan tokoh-tokoh proses bisnis
manapun di seluruh dunia, untuk mendapatkan informasi
yang akan membantu upaya organisasi terse but
memperbaiki kinerjanya (Umar A. Jenie, 2000).
Yang tak kalah penting dilakukan oleh pendidikan
guru selain melakukan benchmarking adalah melakukan
pengembangan kerjasama dengan pihak-pihak lain baik
sesama lembaga pendidikan sejenis maupun tidak sejenis.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu ciri
globalisasi adalah setiap bangsa tidak ada yang dapat
hidup sendiri, oleh karena itu agar suatu bangsa dapat
mempertahankan eksistensinya maka ia harus melakukan
kerjasama dengan bangsa-bangsa lain. Demikianjuga yang
terjadi pada lembaga-lembaga perguruan tinggi, ia tidak
dapat hidup sendiri, mau tidak mau, ia harus melakukan
kerjasama dengan lembaga-lembaga lain. Bentuk
kerjasama dapat bermacam-macam, baik kerjasama
pengembangan fakultas dan program studi, pembinaan
dosen, kerjasama penelitian dan lain-lain.
Pengembangan kerjasama ini juga memberi peluang
terjadinya sinergi dunia perguruan tinggi dan dunia usaha
(dunia industri). Manfaat sinergi bertujuan untuk mutu
dan efisiensi pendanaan. Sinergi yang dilakukan oleh dua
dunia yang berbeda budaya ini juga dapat memperkaya
wahana ilmu pengetahuan dan dunia bisnis. Sehingga
tidak ada lagi gap/kesenjangan budaya yang terpisah
antara dunia akademik dan dunia bisnis atau usaha.
368
Pengembangan Profesionalisme Guru
Pengembangan kerjasama semacam ini di sejumlah
negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Jepang,
Korea, Jerman, dan lain-lain sudah merupakan hal biasa
dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.
Penutup
Kalau saja tiga program pokok pengembangan untuk
program pendidikan guru di atas dilakukan dengan
sungguh-sungguh oleh setiap LPTK baik negeri maupun
swasta, besar kemungkinan program pengembangan
profesionalisme guru dapat dicapai. Dengan demikian,
program pengembangan pendidikan guru yang telah sejak
lama dilakukan oleh Pemerintah tidak sia-sia. Sejalan
dengan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan Pemerintah
tentang perbaikan mutu pendidikan perlu diikuti upayaupaya sebagai berikut: (1) Pemberian penghargaan secara
memadai bagi dosen-dosen ya n g berprestasi dalam
meningkatkan profesionalisme guru, (2) proses rekrutmen
yang berorientasi pada "menjaring" s udah harus
dihindari, sebaliknya proses rekrutmen h arus dilakukan
dengan cara "menyaring" ca lon mahasiswa perlu
dibudayakan, (3) harus a da upaya terus menerus untuk
melakukan perbaikan-perbaikan sistem pendidikan guru,
baik yang berkaitan de ngan manajemen pendidikan,
maupun yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum
pendidikan, (4) peningkatan sarana dan prasarana seperti
perpustakaan, laboratorium, penerbitan buku dan jUl'llal,
dan lain-lain, serta (5) menertibkan lembaga -lembaga
pendidikan guru yang hanya berorientasi pada bisnis
semata. Untuk memberikan efek jera bila perlu diberi
sanksi yang relatif berat, sehingga tidak mengulangi
perbuatan-perbuatan yang dapat menghambat program
peningkatan profesionalisme guru .•
Pengembangan Program Pendidikan Guru ""
369
F
Daftar Pustaka
Buchori, Mochtar .. 2001. Pendidika n Antisipatoris.
Yogyakarta: Kanisius.
Danim, Sudarwan. 2002. Inouasi Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia.
Jenie, Umar A. 2000. "Revitalisasi Amal-Usaha Pendidikan
Tinggi Muhammadiyah". Dalam Muhammadiyah dan
Transformasi Pendidikan. Jakarta: Uhamka Press.
Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru. Bandung: Rosda .
Rahmanto, B. dkk (editor). 2005. Pendidikan Nasional
dalam Reformasi Politik dan Kemasyarakatan.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Syarief, Ikhwanuddin dan Dodo Murtadlo (editor). 2002.
Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru: 70
tahun HAR Tilaar. Jakarta: Grasindo.
370
Pengembangan Profesionalisme Guru
Download